DEMENSIA
Disusun oleh:
Andi Wijaya
I1011131051
Pembimbing:
dr. Lollytha C. Simanjuntak, Sp. KJ
1.4. Psikopatologi2
Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf dan/atau hilangnya
komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks dan banyak faktor yang
dapat mengganggu fungsinya. Beberapa penelitian telah menemukan faktor-faktor ini
namun tidak dapat menggabungkan faktor ini untuk mendapatkan gambaran yang
jelas bagaimana demensia terjadi.
Pada demensia vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus pada
otak dan menyebabkan penurunan kognitif. Penyakit serebrovaskular fokal terjadi
sekunder dari oklusi vaskular emboli atau trombotik. Area otak yang berhubungan
dengan penurunan kognitif adalah substansia alba dari hemisfer serebral dan nuklei
abu-abu dalam, terutama striatum dan thalamus.
Mekanisme demensia vaskular yang paling banyak adalah infark kortikal multipel,
infark single strategi dan penyakit pembuluh darah kecil.
1.5. Psikofarmaka3
Obat psikotropika dapat digunakan sebagai terapi suportif dalam pengobatan masalah
perilaku pada demensia. Misalnya, obat antipsikotik (biasanya digunakan untuk
mengobati gangguan seperti skizofrenia) dapat menjadi efektif dalam mengurangi
agresi persisten, dan pada pasien yang tidak responsif terhadap pendekatan non-
farmakologis, dan bila ada risiko membahayakan diri mereka sendiri atau orang lain;
Namun, perawatan semacam itu harus digunakan dalam jangka pendek hingga enam
minggu dan bukan secara sistematis
Obat anti ansietas (biasanya digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan) juga
dapat diresepkan untuk membantu mengatasi kegelisahan dan kegelisahan. Demikian
juga, obat antidepresan bisa diresepkan untuk meringankan gejala depresi. Mengobati
gejala depresi sangat penting, karena depresi membuat lebih sulit bagi penderita
demensia untuk mengingat sesuatu dan menikmati hidup. Hal ini juga menambah
kesulitan merawat seseorang dengan demensia. Perbaikan yang signifikan dapat
dilakukan dengan mengobati depresi, karena suasana hati pasien dan kemampuan
mereka untuk berpartisipasi dalam aktivitas dapat ditingkatkan.
Obat anti ansietas yang dapat diberikan antara lain:
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1 Diazepam DIAZEPAM Tab 2-5 mg Oral = 2-3 x 2=5
(Indofarma) Tab 2-5 mg mg/h
LOVIUM Tab 2-5-10 mg Injeksi = 5-10
(Phapros) Tab 2-5 mg mg(im/iv)
MENTALIUM Ampul 10 mg/2 Rectal tube =
(Soho) cc Anak < 10 kg/bb
STESOLID Rectal tube 5 = 5 mg
(Alpharma) mg/2,5 cc Anak > 10 kg/bb
VALDIMEX 10 mg/2,5 cc = 10 mg
(Mersifarma) Tab 5 mg
TRAZEP Ampul 10 mg/2cc
(Fahrenheit) Tab 2-5 mg
VALIUM (Roche) Rectal Tube 5
mg/2,5 cc
Ampul 10 mg/2
cc
2 Chlordiazepoxide CETABRIUM Drg 5-10 mg 2-3 x 5 -10
(Soho) Cap 5 mg mg/hari
TENSINYL Tab 5 – 10 mg
(Medichem)
LIBRIUM
(Valeant)
3 Lorazepam ATIVAN (Wyeth) Tab 0,5-1-2 mg 2-3 x 1 mg/hari
RENAQUIL Tab 1 mg
(Fahrenheit) Tab 0,5 -2 mg
MERLOPAM
(Mersifarma)
4 Clobazam FRISIUM Tab 10 mg 2-3 x 10 mg/hari
(Aventis-Ph) Tab 10 mg
CLOBAZAM Tab 10 mg
(Dexa Medica) Tab 10 mg
ASABIUM (Otto) Tab 10 mg
CLOBIUM
(Ferron)
PROCLOZAM
(Mersifarma)
5 Bromazepam LEXOTAN Tab 1,5 -3-6 mg 3 x 1,5 mg/hari
(Roche)
6 Alprazolam ALPRAZOLAM Tab 0,25-0,5- 3 x 0,25-0,5
(Dexa Medica) 1mg mg/hari
XANAX XR (Pfizer Tab 0,25 – 1 mg 1 x 0,5 – 1
Pharmacia) Tab 0,25-0,5-1 mg/hari
ALGANAX mg 3 x 0,25-0,5
(Guardian-Ph) Tab 0,25-0,5-1-2 mg/hari
CALMLET mg
(Sunthi-Sepuri) Tab 0,25-0,5-1
FEPRAX (Ferron) mg
ATARAX Tab 0,5 mg
(Mersifarma) Tab 0,5 – 1 mg
ALVIZ (Pharos) Cap 0,25-0,5-1
ZYPRAX (Kalbe mg
Farma)
7 Sulpiride DOGMATIL Cap 50 mg 2 – 3 x 50 – 100
(Soho) mg/hari
8 Buspirone BUSPAR Tab 10 mg 2 – 3 x 10
(Bristol-Myers) Tab 10 mg mg/hari
TRAN-Q Tab 10 mg
(Guardian-Ph)
XIETY (Lapi)
9 Hydroxyzine ITERAX (UCB Cap 25 mg 3 x 25 mg/hari
Pharma)
2. Fungsi Kognitif4
Fungsi Kognitif merupakan aktifitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat,
belajar dan kemampuan berbahasa. Fungsi kognitif meliputi kemampuan atensi serta
kemampuan eksekutif seperti merencanakan sesuatu, menilai, mengawasi dan melakukan
evaluasi.
b. Bahasa
Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang membangun
kemampuan fungsi kognitif. Bila dijumpai adanya gangguan bahasa, pemeriksaan
kognitif seperti memori verbal dan fungsi eksekutif akan mengalami kesulitan atau
tidak dapat dilakukan. Fungsi bahasa meliputi 4 parameter:
I. Kelancaran yang mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat dengan
panjang, ritme dan melodi yang normal.
II. Pemahaman yang mengacu pada kemampuan untuk memahami suatu perkataan
atau perintah, dibuktikan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
perintah tersebut.
III. Pengulangan yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu
pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang.
IV. Penamaan yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu objek
beserta bagian-bagiannya.
Gangguan bahasa sering terlihat pada lesi otak baik lesi fokal maupun lesi difus,
sehingga gangguan bahasa merupakan gejala patognomonik dari suatu disfungsi otak.
Penting bagi klinisi untuk mengenal gangguan bahasa karena gangguan berbahasa
memiliki hubungan yang spesifik antara sindroma afasia dengan lokasi lesi.
c. Memori
Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian informasi, proses
penyimpanan serta proses mengingat yang berpengaruh pada fungsi memori. Fungsi
memori dibagi dalam tiga tingkatan bergantung pada lamanya rentang waktu antara
stimulus dengan recall, yaitu:
I. Memori segera (immediate memory), rentang waktu antara stimulus dengan recall
hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian untuk
mengingat (attention)
II. Memori baru (recent memory), rentang waktu lebih lama yaitu beberapa menit,
jam, bulan bahkan tahun.
III. Memori lama (remote memory), rentang waktunya bertahun-tahun bahkan selama
hidup.
Gangguan memori merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan pasien. Amnesia
secara umum merupakan efek fungsi memori. Ketidakmampuan mempelajari materi
baru setelah cedera otak disebut amnesia anterogard. Amnesia retrogard merujuk pada
amnesia pada apa yang terjadi sebelum cedera otak. Hampir semua pasien demensia
menunjukkan masalah memori pada awal perjalanan penyakitnya. Tidak semua
gangguan memori merupakan gangguan organik. Pasien depresi dan ansietas sering
mengalami gangguan memori.
d. Visuospasial
Kemampuan visuospasial merupakan kemampuan konstruksional seperti menggambar
atau meniru berbagai macam gambar dan menyusun balok-balok. Semua lobus
berperan dalam kemampuan konstruksi dengan lobus parietal hemisfer kanan
berperan paling dominan. Menggambar jam sering digunakan untuk screening
kemampuan visuospasial dan fungsi eksekutif dimana berkaitan dengan gangguan di
lobus frontal dan parietal.
e. Fungsi eksekutif
Fungsi eksekutif dari otak dapat didefinisikan sebagai suatu proses kompleks
seseorang dalam memecahkan masalah/persoalan baru. Proses ini meliputi kesadaran
akan keberadaan suatu masalah, mengevaluasinya, menganalisa serta
memecahkan/mencari jalan keluar suatu persoalan.
Tes MMSE juga dapat digunakan untuk menilai perubahan pada seseorang yang telah
didiagnosis menderita demensia. Ini dapat membantu memberi indikasi seberapa parah
gejala seseorang dan seberapa cepat demensia mereka berkembang. Sekali lagi, hasil harus
dipertimbangkan bersamaan dengan ukuran lain bagaimana orang tersebut menghadapi
penilaian klinis.
Daftar Pustaka
1. Maslim, R, Diagnosa Gangguan Jiwa, PPDGJ III, Direktorat Kesehatan RI, Jakarta, 2003.
2. Departemen Neuropsikiatri. Bahan Ajar III: Demensia.Universitas Hasanuddin. 2016.
3. Maslim, R. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik (Psychotropicmedication)
Edisi 3. Jakarta: Bagian ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2007.
4. Kolegium Neurologi Indonesia. Modul Neurobehavior Bagian Iii: Demensia (Panduan
Peserta). Kolegium Neurologi Indonesia Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
2008.
5. Alzheimer’s Society. The MMSE test: Mini Mental State Examination. Diakses dari:
https://www.alzheimers.org.uk/info/20071/diagnosis/97/the_mmse_test