Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TAMBAHAN

DEMENSIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Tambahan


Kepaniteraan KlinikIlmuKesehatanJiwa

Disusun oleh:
Andi Wijaya
I1011131051

Pembimbing:
dr. Lollytha C. Simanjuntak, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMKIT TK. II 03.05.01 DUSTIRA CIMAHI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017
1. Demensia
1.1. Definisi1
Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya
bersifat kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang
multiple (multiple higher cortical function), termasuk di dalamnya: daya ingat, daya
pikir, orientasi, daya tangkap, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya
nilai.
Umumnya disertai dan ada kalanya diawali dengan kemerosotan dalam pengendalian
emosi, perilaku sosial atau motivasi hidup

1.2. Pedoman diagnostik1


Pedoman diagnostik untuk menegakkan diagnosis demensia antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai
mengganggu kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living) seperti
mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil.
b. Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness)
c. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.

1.3. Diagnosis banding1


Diagnosis banding untuk demensia antara lain:
a. Gangguan Depresif (F30-F39)
b. Delirium (F05), F05.1 Delirium, bertindih dengan Demensia.
c. Retardasi Mental Ringan & Sedang (F70-F71)

1.4. Psikopatologi2
Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf dan/atau hilangnya
komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks dan banyak faktor yang
dapat mengganggu fungsinya. Beberapa penelitian telah menemukan faktor-faktor ini
namun tidak dapat menggabungkan faktor ini untuk mendapatkan gambaran yang
jelas bagaimana demensia terjadi.

Pada demensia vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus pada
otak dan menyebabkan penurunan kognitif. Penyakit serebrovaskular fokal terjadi
sekunder dari oklusi vaskular emboli atau trombotik. Area otak yang berhubungan
dengan penurunan kognitif adalah substansia alba dari hemisfer serebral dan nuklei
abu-abu dalam, terutama striatum dan thalamus.

Mekanisme demensia vaskular yang paling banyak adalah infark kortikal multipel,
infark single strategi dan penyakit pembuluh darah kecil.

a. Demensia multi-infark: kombinasi efek dari infark yang berbeda menghasilkan


penurunan kognitif dengan menggangu jaringan neural.
b. Demensia infark single: lesi area otak yang berbeda menyebabkan gangguan
kognitif yang signifikan. Ini dapat diperhatikan pada kasus infark arteri serebral
anterior, lobus parietal, thalamus dan satu girus.
c. Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan 2 sindrom major, penyakit
Binswanger dan status lakunar. Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan
perubahan dinding arteri, pengembangan ruangan Virchow-Robin dan gliosis
parenkim perivaskular.
d. Penyakit lakunar disebabkan oleh oklusi pembuluh darah kecil dan menghasilkan
lesi kavitas kecil di otak akibat dari oklusi cabang arteri penetrasi yang kecil.
Lakunae ini ditemukan lebih sering di kapsula interna, nuklei abu-abu dalam, dan
substansia alba. Status lakunar adalah kondisi dengan lakunae yang banyak,
mengindikasikan adanya penyakit pembuluh darah kecil yang berat dan menyebar.
e. Penyakit Binswanger (juga dikenal sebagai leukoencephalopati subkortikal)
disebabkan oleh penyakit substansia alba difus. Pada penyakit ini, perubahan
vaskular yang terjadi adalah fibrohialinosis dari arteri kecil dan nekrosis fibrinoid
dari pembuluh darah otak yang lebih besar.

1.5. Psikofarmaka3
Obat psikotropika dapat digunakan sebagai terapi suportif dalam pengobatan masalah
perilaku pada demensia. Misalnya, obat antipsikotik (biasanya digunakan untuk
mengobati gangguan seperti skizofrenia) dapat menjadi efektif dalam mengurangi
agresi persisten, dan pada pasien yang tidak responsif terhadap pendekatan non-
farmakologis, dan bila ada risiko membahayakan diri mereka sendiri atau orang lain;
Namun, perawatan semacam itu harus digunakan dalam jangka pendek hingga enam
minggu dan bukan secara sistematis

Obat antipsikosis yang dapat diberikan antara lain:

Anti-Psikosis Mg.Eq Dosis (Mg/h)


Chlorpromazine 100 150 – 1600
Thioridazine 100 100 – 900
Perphenazine 8 8 – 48
Trifluoperazine 5 5 – 60
Fluphenazine 5 5 – 60
Haloperidol 2 2 – 100
Pimozide 2 2–6
Clozapine 25 25 – 200
Zotepine 50 75 – 100
Sulpiride 200 200 – 1600
Risperidone 2 2–9
Quetiapine 100 50 – 4--
Olanzapine 10 10 – 20
Aripiprazole 10 10 – 20

Obat anti ansietas (biasanya digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan) juga
dapat diresepkan untuk membantu mengatasi kegelisahan dan kegelisahan. Demikian
juga, obat antidepresan bisa diresepkan untuk meringankan gejala depresi. Mengobati
gejala depresi sangat penting, karena depresi membuat lebih sulit bagi penderita
demensia untuk mengingat sesuatu dan menikmati hidup. Hal ini juga menambah
kesulitan merawat seseorang dengan demensia. Perbaikan yang signifikan dapat
dilakukan dengan mengobati depresi, karena suasana hati pasien dan kemampuan
mereka untuk berpartisipasi dalam aktivitas dapat ditingkatkan.
Obat anti ansietas yang dapat diberikan antara lain:
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1 Diazepam DIAZEPAM Tab 2-5 mg Oral = 2-3 x 2=5
(Indofarma) Tab 2-5 mg mg/h
LOVIUM Tab 2-5-10 mg Injeksi = 5-10
(Phapros) Tab 2-5 mg mg(im/iv)
MENTALIUM Ampul 10 mg/2 Rectal tube =
(Soho) cc Anak < 10 kg/bb
STESOLID Rectal tube 5 = 5 mg
(Alpharma) mg/2,5 cc Anak > 10 kg/bb
VALDIMEX 10 mg/2,5 cc = 10 mg
(Mersifarma) Tab 5 mg
TRAZEP Ampul 10 mg/2cc
(Fahrenheit) Tab 2-5 mg
VALIUM (Roche) Rectal Tube 5
mg/2,5 cc
Ampul 10 mg/2
cc
2 Chlordiazepoxide CETABRIUM Drg 5-10 mg 2-3 x 5 -10
(Soho) Cap 5 mg mg/hari
TENSINYL Tab 5 – 10 mg
(Medichem)
LIBRIUM
(Valeant)
3 Lorazepam ATIVAN (Wyeth) Tab 0,5-1-2 mg 2-3 x 1 mg/hari
RENAQUIL Tab 1 mg
(Fahrenheit) Tab 0,5 -2 mg
MERLOPAM
(Mersifarma)
4 Clobazam FRISIUM Tab 10 mg 2-3 x 10 mg/hari
(Aventis-Ph) Tab 10 mg
CLOBAZAM Tab 10 mg
(Dexa Medica) Tab 10 mg
ASABIUM (Otto) Tab 10 mg
CLOBIUM
(Ferron)
PROCLOZAM
(Mersifarma)
5 Bromazepam LEXOTAN Tab 1,5 -3-6 mg 3 x 1,5 mg/hari
(Roche)
6 Alprazolam ALPRAZOLAM Tab 0,25-0,5- 3 x 0,25-0,5
(Dexa Medica) 1mg mg/hari
XANAX XR (Pfizer Tab 0,25 – 1 mg 1 x 0,5 – 1
Pharmacia) Tab 0,25-0,5-1 mg/hari
ALGANAX mg 3 x 0,25-0,5
(Guardian-Ph) Tab 0,25-0,5-1-2 mg/hari
CALMLET mg
(Sunthi-Sepuri) Tab 0,25-0,5-1
FEPRAX (Ferron) mg
ATARAX Tab 0,5 mg
(Mersifarma) Tab 0,5 – 1 mg
ALVIZ (Pharos) Cap 0,25-0,5-1
ZYPRAX (Kalbe mg
Farma)
7 Sulpiride DOGMATIL Cap 50 mg 2 – 3 x 50 – 100
(Soho) mg/hari
8 Buspirone BUSPAR Tab 10 mg 2 – 3 x 10
(Bristol-Myers) Tab 10 mg mg/hari
TRAN-Q Tab 10 mg
(Guardian-Ph)
XIETY (Lapi)
9 Hydroxyzine ITERAX (UCB Cap 25 mg 3 x 25 mg/hari
Pharma)

Obat antidepresan yang dapat diberikan antara lain:


No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1 Amitriptyline AMITRIPTYLINE Drag 25 mg 75 – 150 mg/h
(Indofarma)
2 Amoxapine ASENDINE Tab 100 mg 200 – 300 mg/h
(Lederle)
3 Tianeptine STABLON Tab 12,5 mg 25 – 50 mg/h
(Servier)
4 Clomipramine ANAFRANIL Tab 25 mg 75 – 150 mg/h
(Novartis)
5 Imipramine TOFRANIL Tab 25 mg 75 – 150 mg/h
(Novartis)
6 Moclobemide AURORIX Tab 50 mg 300 – 600 mg/h
(Roche)
7 Maprotiline LUDIOMIL Tab 10-25-50-75 75 – 150 mg/h
(Novartis) mg
TILSAN (Otto) Tab 25 mg
SANDEPRIL -50 Tab 50 mg
(Mersifarma)
8 Mainserin TOLVON (Pfizer Tab 10 mg 30 – 60 mg/h
–Pharmacial)
9 Sertraline ZOLOFT (Pfizer- Tab 50 mg 50 – 100 mg/h
Pharmacial) Tab 50 mg
FATRAL Tab 50 mg
(Fahrenheit) Caplet 50 mg
FRIDEP Tab 50 mg
(Mersifarma) Caplet 50 mg
NUDEP Tab 50 mg
(Guardian Tab 50 mg
Pharmatama)
ANTIPREZ
(Sandoz)
DEPTRAL
(Meptorafm)
SERLOF (Kalbe)
ZERLIN (Pharos)
10 Trazodone TRAZONE Tab 50-150 mg 100-200 mg/h
(Kalbe)
11 Paroxetine SEROXAT Tab 20 mg 20 – 40 mg/h
(Glaxo-Smith-
Kline)
12 Fluvoxamine LUVOX (Solyay Tab 50 mg 50 – 100 mg/h
Pharma)
13 Fluoxetine PROZAC (Eli Cap 20 mg 20 – 40 mg/h
Lilly) Caplet 20 mg
NOPRES Cap 10 – 20 mg
(Ferron) Cap 10 – 20 mg
ANSI Cap 20 mg
(Bernofarma) Tab 20 mg
ANTIPRESTIN Cap 20 mg
(Pharos) Cap 20 mg
ANDEP
(Medikon)
COURAGE
(Soho)
ELIZAC
(Mersifarma)
OXIPRES
(Sandoz)

2. Fungsi Kognitif4
Fungsi Kognitif merupakan aktifitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat,
belajar dan kemampuan berbahasa. Fungsi kognitif meliputi kemampuan atensi serta
kemampuan eksekutif seperti merencanakan sesuatu, menilai, mengawasi dan melakukan
evaluasi.

Fungsi kognitif terdiri dari:


a. Atensi
Atensi merupakan kemampuan untuk bereaksi terhadap satu stimulus dengan mampu
mengabaikan stimulus lain yang tidak dibutuhkan sehingga mampu untuk fokus pada
stimulus spesifik dan mengabaikan stimulus lain yang tidak relevan. Konsentrasi
merupakan kemampuan untuk mempertahankan atensi dalam periode yang lebih lama.
Gangguan atensi dan konsentrasi akan mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti
memori dan bahasa.

b. Bahasa
Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang membangun
kemampuan fungsi kognitif. Bila dijumpai adanya gangguan bahasa, pemeriksaan
kognitif seperti memori verbal dan fungsi eksekutif akan mengalami kesulitan atau
tidak dapat dilakukan. Fungsi bahasa meliputi 4 parameter:
I. Kelancaran yang mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat dengan
panjang, ritme dan melodi yang normal.
II. Pemahaman yang mengacu pada kemampuan untuk memahami suatu perkataan
atau perintah, dibuktikan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
perintah tersebut.
III. Pengulangan yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu
pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang.
IV. Penamaan yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu objek
beserta bagian-bagiannya.

Gangguan bahasa sering terlihat pada lesi otak baik lesi fokal maupun lesi difus,
sehingga gangguan bahasa merupakan gejala patognomonik dari suatu disfungsi otak.
Penting bagi klinisi untuk mengenal gangguan bahasa karena gangguan berbahasa
memiliki hubungan yang spesifik antara sindroma afasia dengan lokasi lesi.
c. Memori
Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian informasi, proses
penyimpanan serta proses mengingat yang berpengaruh pada fungsi memori. Fungsi
memori dibagi dalam tiga tingkatan bergantung pada lamanya rentang waktu antara
stimulus dengan recall, yaitu:
I. Memori segera (immediate memory), rentang waktu antara stimulus dengan recall
hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian untuk
mengingat (attention)
II. Memori baru (recent memory), rentang waktu lebih lama yaitu beberapa menit,
jam, bulan bahkan tahun.
III. Memori lama (remote memory), rentang waktunya bertahun-tahun bahkan selama
hidup.

Gangguan memori merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan pasien. Amnesia
secara umum merupakan efek fungsi memori. Ketidakmampuan mempelajari materi
baru setelah cedera otak disebut amnesia anterogard. Amnesia retrogard merujuk pada
amnesia pada apa yang terjadi sebelum cedera otak. Hampir semua pasien demensia
menunjukkan masalah memori pada awal perjalanan penyakitnya. Tidak semua
gangguan memori merupakan gangguan organik. Pasien depresi dan ansietas sering
mengalami gangguan memori.

d. Visuospasial
Kemampuan visuospasial merupakan kemampuan konstruksional seperti menggambar
atau meniru berbagai macam gambar dan menyusun balok-balok. Semua lobus
berperan dalam kemampuan konstruksi dengan lobus parietal hemisfer kanan
berperan paling dominan. Menggambar jam sering digunakan untuk screening
kemampuan visuospasial dan fungsi eksekutif dimana berkaitan dengan gangguan di
lobus frontal dan parietal.

e. Fungsi eksekutif
Fungsi eksekutif dari otak dapat didefinisikan sebagai suatu proses kompleks
seseorang dalam memecahkan masalah/persoalan baru. Proses ini meliputi kesadaran
akan keberadaan suatu masalah, mengevaluasinya, menganalisa serta
memecahkan/mencari jalan keluar suatu persoalan.

3. Mini Mental State Examination (MMSE)5


Mini Mental State Examination (MMSE) adalah tes yang paling umum digunakan untuk
keluhan masalah dengan memori atau kemampuan mental lainnya. Ini dapat digunakan
oleh dokter untuk membantu mendiagnosa demensia dan untuk membantu menilai
perkembangan dan tingkat keparahannya. Ini terdiri dari serangkaian pertanyaan dan tes,
masing-masing memberi skor poin jika dijawab dengan benar. MMSE menguji sejumlah
kemampuan mental yang berbeda, termasuk ingatan, perhatian dan bahasa seseorang.
Tes MMSE ini hanya merupakan satu bagian penilaian untuk demensia. Dokter akan
mempertimbangkan skor MMSE seseorang di samping riwayat, gejala, pemeriksaan fisik
dan hasil tes lainnya, mungkin termasuk pemindaian otak.

Tes MMSE juga dapat digunakan untuk menilai perubahan pada seseorang yang telah
didiagnosis menderita demensia. Ini dapat membantu memberi indikasi seberapa parah
gejala seseorang dan seberapa cepat demensia mereka berkembang. Sekali lagi, hasil harus
dipertimbangkan bersamaan dengan ukuran lain bagaimana orang tersebut menghadapi
penilaian klinis.
Daftar Pustaka

1. Maslim, R, Diagnosa Gangguan Jiwa, PPDGJ III, Direktorat Kesehatan RI, Jakarta, 2003.
2. Departemen Neuropsikiatri. Bahan Ajar III: Demensia.Universitas Hasanuddin. 2016.
3. Maslim, R. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik (Psychotropicmedication)
Edisi 3. Jakarta: Bagian ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2007.
4. Kolegium Neurologi Indonesia. Modul Neurobehavior Bagian Iii: Demensia (Panduan
Peserta). Kolegium Neurologi Indonesia Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
2008.
5. Alzheimer’s Society. The MMSE test: Mini Mental State Examination. Diakses dari:
https://www.alzheimers.org.uk/info/20071/diagnosis/97/the_mmse_test

Anda mungkin juga menyukai