Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Bab ini membahas tentang Asuhan Kebidanan Komprehensif yang


diberikan sejak masa kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB yang
dilaksanakan dari usia kehamilan trimester III yaitu 34+2 minggu sampai dengan 6
minggu postpartum yang di mulai dari tanggal 13 Desember 2018 sampai dengan
04 Maret 2019 di PMB T. Setyaningsih, Cangkringan Sleman. Penulis membahas
kasus yang dibandingkan antara teori dan praktik di lapangan. Untuk lebih
sistematis maka penulis membuat pembahasan dengan mengacu pada pendekatan
Asuhan Kebidanan. Penulis akan mmebahas kesesuaian dan kesenjangan antara
teori dan penatalaksanaan asuhan pada kasus.
A. Ante Natal Care
Ny. O umur 25 tahun dating ke PMB T. Setyaningsih, Cangkringan
untuk memeriksakan kehamilannya pada tanggal 13 Desember 2018. Pada
pemeriksaan kehamilan ibu sudah melakukan pemeriksaan sebanyak 20 kali
yaitu pada Trimester I sebanyak 2 kali, Trimester II sebanyak 10 kali , dan
Trimester III sebanyak 8 kali. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual
menyebutkan bahwa kunjungan ANC minimal 4 kali yaitu 1 kali pada TM 1, 1
kali pada TM 2 dan 2 kali pada TM 3.. Tidak ada kesenjangan antara kasus
dan teori.
Pelayanan antenatal yang diberikan Ny. O saat melakukan kunjungan
antenatal dengan standar 10 T yaitu dilakukan pengukuran tinggi dan timbang
berat badan, mengukur LILA, ukur tekanan darah, ukur TFU, menghitung
DJJ, pemberian tablet FE, imunisasi TT. Ibu juga sudah melakukan temu
wicara atau konseling, tes laboratorium HB, protein urine dan reduksi. Dalam
hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori (Permenkes No. 97 Tahun 2014)
dan praktek.

110
111

Pada pemeriksaan berat badan yang dilakukan Ny. O diperoleh berat


badan 76 kg dan berat badan sebelum hamil 52 kg, sehingga kenaikan berat
badan selama hamil sebanyak 24 kg. Menurut Mandang, Tombokan, & Tando,
(2016) kenaikan berat badan selama hamil adalah 10-20 kg atau minimal 20%
dari berat badan ideal sebelum hamil. Jika dilihat dari IMT Ny. O sebelum
hamil adalah 21,64 (normal) dan menurut Institute of Medicine (IOM) pada
tahun 2009 merekomendasikan kenaikan berat badan selama kehamilan untuk
IMT normal adalah 12,5-17,5 kg sedangkan Ny. O mengalami kenaikan berat
badan 24 kg. Dalam hal ini terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.
Berdasarkan hasil pemeriksaan TFU pada Ny.O pada kunjungan ANC
1 umur kehamilan 34+2 minggu, TFU pertengahan pusat dan prosesus
xifoideus. Pada kunjungan ANC 2 umur kehamilan 36+1 minggu, TFU 3 jari di
bawah prosesus xifoideus. Pada kunjungan ANC 3 umur kehamilan
37+4minggu, TFU 2 jari di bawah prosesus xifoideus. Pada kunjungan ANC 4
umur kehamilan 38+4 minggu, TFU setinggi prosesus xifoideus. Pada
kunjungan ANC 5 umur kehamilan 39+2 minggu TFU 3 jari di bawah prosesus
xifoideus. Menurut Bartini (2012) pengukuran TFU berdasarkan palpasi
leopold dibagi dalam 9 waktu yaitu sebelum bulan III TFU belum dapat
diraba, akhir bulan III (12 minggu) TFU 1-2 jari di atas sympisis, akhir bulan
IV (16 minggu) TFU pertengahan antara sympisis dan pusat, akhir bulan V
(20 minggu) TFU 3 jari di bawah pusat, akhir bulan VI (24 minggu) TFU
setinggi pusat, akhir bulan VII (28 minggu) TFU 3 jari di atas pusat, akhir
bulan VIII (32 minggu) TFU di pertengahan px dan pusat, akhir bulan IX (36
minggu) TFU 3 jari di bawah px, dan akhir bulan X (40 minggu) TFU di
pertengahan px dan pusat. Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori
dan praktek.

B. Intra Natal Care


Pada tanggal 25 Januari 2019, Ny. O dirujuk ke RS. Bhayangkara
dengan diagnosa kebidanan G1P0A0Ah0 UK 40+3 minggu dengan air ketuban
berkurang. Air ketuban berkurang diketahui dari hasil pemeriksaan USG di
112

PMB T. Setyaningsih sebelum dirujuk. Menurut Pratiwi dan Fatimah (2019)


suatu keadaan ibu hamil yang mengalami kurangnya air ketuban adalah
oligohidramnion. Oligohidramnion disebabkan karena adanya beberapa faktor
diantaranya faktor penyakit penyerta dan juga tingkat kelelahan ibu hamil. Ny.
O tidak memiliki riwayat DM dan juga tidak memiliki riwayat tekanan darah
tinggi namun sebagai seller, Ny. O diketahui dari hasil wawancara tetap
bekerja selama hamil. Sehingga kemungkinan besar faktor utama yang
menyebabkan Ny, O mengalami oligohidroamnion adalah karena faktor
kelelahan. Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.
Pada tanggal 25 Januari 2019 pukul 19.00 WIB diketahui Ny. O
mengalami pembukaan 1 cm hingga pada tanggal 26 Januari 2019 pukul 09.00
WIB Ny. O masih mengalami pembukaan 1 cm sehingga dianjurkan untuk
sectio caesaera (SC) jika tetap tidak ada kemajuan pembukaan. Pada pukul
13.00 WIB, Ny. O mengalami pembukaan 4 cm dan pada pukul 16.30, Ny. O
sudah pembukaan lengkap. Pada fase kala I ini, berlangsung selama 20 jam 30
menit. Menurut Sondakh (2013) fase kala I normalnya berlangsung selama ±
12 jam untuk persalinan primigravida dan ± 8 jam untuk persalinan
multigravida. Dalam hal ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.

C. Bayi Baru Lahir


Pada tanggal 26 Januari pukul 17.05 WIB seorang bayi Ny.O lahir
spontan, jenis kelamin perempuan, berat badan 2.800 gram, panjang badan 49
cm. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42
minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sarwono, 2005 dalam
Sondakh, 2013). Tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.
Pada tanggal 9 Februari 2019 dilakukan wawancara kepada Ny. O dan
berdasarkan hasil wawancara pada 6 jam kelahiran bayi Ny. O dalam keadaan
baik, dan diberikan injeksi HB-0 pada keesokan harinya. Permenkes No. 42
tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi menyebutkan bahwa untuk
bayi baru lahir diwajibkan untuk diberikan imunsiasi dasar berupa imunisasi
113

hepatitis B (HB-0). Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
praktek.
Pada tanggal 30 Januari 2019 dilakukan observasi pendampingan pada
saat pemeriksaan bayi Ny. O di RS. Bhayangkara, bayi Ny.O berumur 4 hari
dan didapatkan hasil pemeriksaan BB 2.900 gram, tali pusat bersih dan kering,
bayi tidak kuning, dan tidak ditemukan kelainan lainnya. Ny. O dianjurkan
bidan untuk tetap melanjutkan ASI ekslusif kepada bayi Ny. O selama 6
bulan. WHO menyebutkan bahwa ASI ekslusif adalah pemberian ASI sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. Menurut penelitian
yang dilakukan Setyarini, Mexitalia, dan Margawati (2015) menyebutkan
bahwa pemberian ASI ekslusif merupakan salah satu variable yang paling
berpengaruh terhadap mental emosional anak setelah dikontrol oleh
pengetahuan ibu, sikap, tingkat pendidikan ibu, dan berat badan lahir anak.
Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
Pada tanggal 9 Februari 2019 Ny. O melakukan kunjungan neonatus
III bayi Ny. O yang berumur 14 hari dengan hasil pemeriksaan fisik S 37,3°C,
N 146 x/m, R 45 x/m, dan BB 3500 gram. Bayi Ny. O dianjurkan untuk tetap
mengkonsumsi ASI ekslusif dan diberikan imunisasi BCG untuk melindungi
dari infeksi tubercolosis (TBC). Permenkes No. 42 tahun 2013 tentang
penyelenggaraan imunisasi menyebutkan bahwa untuk bayi berusia sebelum 1
tahun diwajibkan untuk diberikan imunsiasi dasar salah satunya berupa
imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG) Dalam hal ini tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan praktek.

D. Post Natal Care


Kunjungan nifas Ny. O dilakukan sebanyak 4 kali pada 6 jam, hari ke-
4, minggu ke-2, dan hari ke-37 pasca persalinan. Pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan memberikan kebijakan mengenai kunjungan masa
nifas yaitu minimal 3-4 kali kunjungan. Dalam hal ini Ny. O sudah memenuhi
program yang dianjurkan pemerintah sehingga tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek.
114

Pada kunjungan nifas 6 jam Ny. O didapatkan hasil dari pemeriksaan


fisik TD 120/80 mmHg, TFU jari di bawah pusat, kontraksi keras,
pemeriksaan fisik normal, puting susu menonjol, kandung kemih kosong,
lochea rubra. Hal ini sesuai dengan teori menurut Marmi (2017) yaitu
biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah pada persalinan normal,
tekanan darah berada dalam rentang 90-120/60-80 mmHg. Sedangkan lochea
pada waktu 1-3 hari post natal adalah lochea rubra yang berwarna merah
kehitaman. Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.
Pada kunjungan nifas hari ke-4 Ny. O didapatkan hasil dari
pemeriksaan fisik TD 120/80 mmHg, N 83x/m, R 22 x/m, dan S 36,8oC, pada
pemeriksaan genetalia didapatkan lochea sanguelenta. Hal ini sesuai dengan
teori menurut Marmi (2017) yang menyebutkan bahwa lochea pada waktu 3-7
hari post natal adalah lochea sanguilenta yang berwarna putih bercampur
merah. Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.
Pada kunjungan nifas minggu ke-2 Ny. O didapatkan hasil dari
pemeriksaan fisik TD 110/80 mmHg, N 80x/m, R 24 x/m, dan S 36,5oC, pada
pemeriksaan genetalia didapatkan lochea serosa (kuning kecoklatan). Hal ini
sesuai dengan teori menurut Marmi (2017) yang menyebutkan bahwa lochea
pada waktu 7-14 hari post natal adalah lochea serosa yang berwarna
kekuningan atau kecoklatan. Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara
teori dan praktek.
Pada kunjungan nifas hari ke-37 Ny. O didapatkan hasil dari
pemeriksaan fisik TD 110/70 mmHg, N 87x/m, R 25 x/m, dan S 36,8oC, pada
pemeriksaan genetalia didapatkan lochea alba (putih). Ny. O di akhir
pertemuan juga diberikan KIE tentang KB. Hal ini sesuai dengan teori
menurut Marmi (2017) yang menyebutkan bahwa lochea pada waktu >14 hari
post natal adalah lochea alba yang berwarna putih. Menurut Anik Maryuani
(2015) Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menganjurkan KIE KB
pada kunjungan keempat masa nifas. Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan
antara teori dan praktek.
115

E. Keluarga Berencana
Pada saat kunjungan PNC IV (4 Maret 2019) Ny. O diberikan KIE
tentang macam-macam kontrasepsi yang aman untuk Ibu menyusui yaitu mini
pil, IUD, dan KB suntik 3 bulan. Ny. O mengatakan belum menggunakan alat
kontrasepsi karena masih ingin berdiskusi dengan suami. Maritalia (2017)
menyebutkan bahwa kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma tersebut. Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sel
sperma mencapai dan membuahi sel telur (fertilisasi) atau mencegah sel telur
yang sudah dibuahi (zygot) untuk berintplantasi (melekat) dan berkembang di
dalam rahim. Macam-macam kontrasepsi terdiri dari kondom, diafragma dan
cervical cap, pil KB, kontrasepsi suntuk, susuk (implan), AKDR, KB
kalender, senggama terputus, spermasida, MAL, sterilisasi, dan kontrasepsi
darurat. Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.

Anda mungkin juga menyukai