NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta Karunia-Nya kepada penulis sehingga berhasil menyelesaikan tugas ini
yang Alhamdulillah tepat pada waktunya dengan judul “Empirisme dan Pemikiran
Induktif ”.
pengalaman bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kata sempurna, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam peyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
Penyusun,
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Bab 1. PENDAHULUAN
Bab 2. PEMBAHASAN
Bab 3. PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 10
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi empirisme
2. Untuk mengetahui definisi pemikiran induktif
BAB II
PEMBAHASANN
A. Definisi Empirisme
Pengertian Empirisme adalah salah satu aliran dalam filsuf yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri,
dan mengecilkan peran akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani eipiria yang
berarti coba-coba atau pengalaman. Filsafat empirisme tentang teori makna amat
berdekatan dengan aliran positivism logis (logical positivism) dan filsafat Ludwig
Wettegenstein. Akan tetapi, teori makna dalam empirisme selalu harus dipahami lewat
penafsiran pengalaman.
Perjalanan empirisme yang dimulai dari Plato sampai John Locke selain jatuh
pada dogmatism empirisme, juga terjebak kepada skeptitisme berlebih (kecurigaan)
dan ketidakpercayaan terhadap golongan lain semisal rasionalisme. Empirisme lahir
dan terjebak kepada afirmasi rasio praksis dan menegasikan rasio murni sehingga
muncul dogmatisme empiris sendiri, terlebih dengan membangun
kecurigaan/ketidakpercayaan/menegasikan (skeptitis) terhadap episteme yang
lainnya telah banyak dianut oleh pendidikan modern, inilah bukti kenaifannya.
Berlainan dengan kaum rasionalis maka kaum empiris berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak
namun lewat pengalaman yang konkret, pengalaman yang abstrak adalah
pengalaman yang ada di kepalanya. Contohnya: ketika seseorang mengatakan
tabrakan maka dia akan membayangkannya lalu dia menjawabnya bahwasannya
setiap tabrakan itu pasti menyakitan karena dia memiliki pengalaman yang abstrak
itulah yang dilakukan kaum rasionalis, tetapi berbeda dengan kau empiris apabila
ditanya apakah tabrakan itu menyakitkan? Maka dia akan menjawab saya akan
tabrakan dulu agar saya merasakannya atau saya melihat langsung orang yang
tabrakan lalu saya wawancarai orang tersebut.
Gejala-gejala alamiah menuntut anggapan kaum empiris bersifat konkret dan
dapat dinyatakan lewat tanggapan panca indera manusia. Bagi orang empiris sesuatu
yang benar itu harus indrawi sifatnya, gejala itu jika kita telaah lebih lanjut mempunyai
karakteristik tertentu umpamanya saja terhadap pola yang teratur mengenai suatu
kejadian tertentu.Contohnya: suatu benda padat bila dipanaskan akan memanjang,
langit mendung diikuti oleh turunnya hujan.
Para penganut aliran empirisme dalam berfilsafat bertolak belakang dengan
para penganut aliran rasionalisme. Menurut penganut empirisme metode ilmu
pengetahuan itu bukanlah bersifat a prori, tetapi a posteriori. Yang dimaksud dengan
metode a posteriori ialah metode yang berdasarkan hal-hal yang dating atau terjadinya
atau adanya kemudian. Bagi penganut empirisme sumber pengetahuan yang
memadai itu adalah pengalaman, yang dimaksud pengalaman disini adalah
pengalaman lahir yang menyangkut dunia dan pengalaman batin yang menyangkut
pribadi manusia. Sedangkan akal manusia hanya berfungsi dan bertugas untuk
mengatur dan mengelola bahan-bahan atau data yang diperoleh dari pengalaman.
Pelopor aliran filsafat empirisme ini adalah Francis Bacon, kemudian tokoh-tokoh yang
lainnya adalah Thomas Hobbes, John Locke, dan David Hume.
Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang
sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari
panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain,
kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu :
1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk
dengan menggabungkan apa yang dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal
atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak
langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan
matematika).
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa
acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi
mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan.
Tokoh-Tokoh Empirisme
Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas
Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya,
John Locke danDavid Hume.
a. Jonh Locke(1673-1704)
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris. Ia
juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku
pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit tahun 1600; letters
on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government, terbit tahun
1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme.
PENUTUP
A. Kesimpulan