Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah : Filsafat Ilmu

Nama Dosen : Indah Restika Bn, S.Kep, Ns

MAKALAH EMPIRISME DAN


PEMIKIRAN INDUKTIF

Disusun oleh : Kelompok 1

Kelas : A1 Angkatan 2017

1. Abdul Wahab (NH0117001)


2. Amran (NH0117008)
3. Attin Nur Hidayah (NH0117015)
4. Delvia (NH01170
5. Elsi Andriani (NH0117029)
6. Farila (NH0117036)
7. Fitri Suriati Ningsih (NH0117043)
8. Huriyah (NH0117050)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta Karunia-Nya kepada penulis sehingga berhasil menyelesaikan tugas ini

yang Alhamdulillah tepat pada waktunya dengan judul “Empirisme dan Pemikiran

Induktif ”.

Harapan penulis semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari

kata sempurna, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu

penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam peyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah

SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamin.

Makassar, Mei 2018

Penyusun,

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................ 2

Bab 1. PENDAHULUAN

A. Latar belakang ................................................................................... 3


B. Tujuan Penulisan ............................................................................... 3

Bab 2. PEMBAHASAN

A. Definisi Empirisme ............................................................................. 4


B. Definisi Pemikiran Induktif ................................................................. 7

Bab 3. PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA . .................................................................................. 11


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi empirisme
2. Untuk mengetahui definisi pemikiran induktif
BAB II

PEMBAHASANN

A. Definisi Empirisme
Pengertian Empirisme adalah salah satu aliran dalam filsuf yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri,
dan mengecilkan peran akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani eipiria yang
berarti coba-coba atau pengalaman. Filsafat empirisme tentang teori makna amat
berdekatan dengan aliran positivism logis (logical positivism) dan filsafat Ludwig
Wettegenstein. Akan tetapi, teori makna dalam empirisme selalu harus dipahami lewat
penafsiran pengalaman.
Perjalanan empirisme yang dimulai dari Plato sampai John Locke selain jatuh
pada dogmatism empirisme, juga terjebak kepada skeptitisme berlebih (kecurigaan)
dan ketidakpercayaan terhadap golongan lain semisal rasionalisme. Empirisme lahir
dan terjebak kepada afirmasi rasio praksis dan menegasikan rasio murni sehingga
muncul dogmatisme empiris sendiri, terlebih dengan membangun
kecurigaan/ketidakpercayaan/menegasikan (skeptitis) terhadap episteme yang
lainnya telah banyak dianut oleh pendidikan modern, inilah bukti kenaifannya.
Berlainan dengan kaum rasionalis maka kaum empiris berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak
namun lewat pengalaman yang konkret, pengalaman yang abstrak adalah
pengalaman yang ada di kepalanya. Contohnya: ketika seseorang mengatakan
tabrakan maka dia akan membayangkannya lalu dia menjawabnya bahwasannya
setiap tabrakan itu pasti menyakitan karena dia memiliki pengalaman yang abstrak
itulah yang dilakukan kaum rasionalis, tetapi berbeda dengan kau empiris apabila
ditanya apakah tabrakan itu menyakitkan? Maka dia akan menjawab saya akan
tabrakan dulu agar saya merasakannya atau saya melihat langsung orang yang
tabrakan lalu saya wawancarai orang tersebut.
Gejala-gejala alamiah menuntut anggapan kaum empiris bersifat konkret dan
dapat dinyatakan lewat tanggapan panca indera manusia. Bagi orang empiris sesuatu
yang benar itu harus indrawi sifatnya, gejala itu jika kita telaah lebih lanjut mempunyai
karakteristik tertentu umpamanya saja terhadap pola yang teratur mengenai suatu
kejadian tertentu.Contohnya: suatu benda padat bila dipanaskan akan memanjang,
langit mendung diikuti oleh turunnya hujan.
Para penganut aliran empirisme dalam berfilsafat bertolak belakang dengan
para penganut aliran rasionalisme. Menurut penganut empirisme metode ilmu
pengetahuan itu bukanlah bersifat a prori, tetapi a posteriori. Yang dimaksud dengan
metode a posteriori ialah metode yang berdasarkan hal-hal yang dating atau terjadinya
atau adanya kemudian. Bagi penganut empirisme sumber pengetahuan yang
memadai itu adalah pengalaman, yang dimaksud pengalaman disini adalah
pengalaman lahir yang menyangkut dunia dan pengalaman batin yang menyangkut
pribadi manusia. Sedangkan akal manusia hanya berfungsi dan bertugas untuk
mengatur dan mengelola bahan-bahan atau data yang diperoleh dari pengalaman.
Pelopor aliran filsafat empirisme ini adalah Francis Bacon, kemudian tokoh-tokoh yang
lainnya adalah Thomas Hobbes, John Locke, dan David Hume.
Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang
sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari
panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain,
kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu :
1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk
dengan menggabungkan apa yang dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal
atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak
langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan
matematika).
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa
acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi
mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan.
Tokoh-Tokoh Empirisme
Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas
Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya,
John Locke danDavid Hume.
a. Jonh Locke(1673-1704)
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris. Ia
juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku
pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit tahun 1600; letters
on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government, terbit tahun
1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme.

Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut


empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera.
Dengan ungkapan singkat Locke, Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi,
bukan budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui
pengalamanlah kertas itu terisi. Dengan demikian dia menyamakan pengalaman
batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang
bersumber dari empiris).
b. David Hume (1711-1776).
David Hume lahir di Edinburg Scotland tahun 1711 dan wafat tahun 1776 di
kota yang sama. Hume seorang nyang menguasai hukum, sastra dan juga filsafat.
Karya tepentingnya ialah an encuiry concercing humen understanding, terbit tahun
1748 dan an encuiry into the principles of moral yang terbit tahun 1751.
Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I never
catch my self at any time with out a perception (saya selalu memiliki persepsi pada
setiap pengalaman saya).

Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan


pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression). Pemikiran ini
lebih maju selangkah dalam merumuskan bagaimana sesuatu pengetahuan terangkai
dari pengalaman, yaitu melalui suatu institusi dalam diri manusia (impression, atau
kesan yang disistematiskan ) dan kemudian menjadi pengetahuan. Di samping itu
pemikiran Hume ini merupakan usaha analisias agar empirisme dapat di rasionalkan
teutama dalam pemunculan ilmu pengetahuan yang di dasarkan pada pengamatan
“(observasi ) dan uji coba (eksperimentasi), kemudian menimbulkan kesan-kesan,
kemudian pengertian-pengertian dan akhirnya pengetahuan.

Empirisme menganjurkan agar kita kembali kepada kenyataan yang


sebenarnya (alam) untuk mendapatkan pengetahuan, karena kebenaran tidak ada
secara apriori di benak kita melainkan harus diperoleh dari pengalaman. Melalui
pandangannya, pengetahuan yang hanya dianggap valid adalah bentuk yang
dihasilkan oleh fungsi pancaindra selain daripadanya adalah bukan kebenaran (baca
omong kosong). Dan mereka berpendapat bahwa tidak dapat dibuat sebuah klaim
(pengetahuan) atas perkara dibalik penampakan (noumena) baik melalui pengalaman
faktual maupun prinsip-prinsip keniscayaan. Artinya dimensi pengetahuan hanya
sebatas persentuhan alam dengan pancaindra, diluar perkara-perkara pengalaman
yang dapat tercerap secara fisik adalah tidak valid dan tidak dapat diketahui dan tidak
dianggap keabsahan sumbernya.
Usaha manusia untuk mencari pengetahuan yang bersifat, mutlak dan pasti
telah berlangsung dengan penuh semangat dan terus-menerus. Walaupun begitu,
paling tidak sejak zaman Aristoteles, terdapat tradisi epistemologi yang kuat untuk
mendasarkan din kepada pengalaman manusia, dan meninggalkan cita-cita untuk
mencari pengetahuan yang mutlak tersebut. Doktrin empirisme merupakan contoh dan
tradisi ini. Kaum empiris berdalil bahwa adalah tidak beralasan untuk mencari
pengetahuan mutlak dan mencakup semua segi, apalagi bila di dekat kita, terdapat
kekuatan yang dapat dikuasai untuk rneningkatkan pengetahuan manusia, yang
meskipun bersifat lebih lambat namun lebih dapat diandalkan. Kaum empiris cukup
puas dengan mengembangkan sebuah sistern pengetahuan yang rnempunyai
peluang yang besar untuk benar, meskipun kepastian mutlak takkan pernah dapat
dijamin.
Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat
diperoleh lewat pengalaman. Jika kita sedang berusaha untuk meyakinkan seorang
empiris bahwa sesuatu itu ada, dia akan berkata “Tunjukkan hal itu kepada saya”.
Dalam persoalan mengenai fakta maka dia harus diyakinkan oleh pengalamannya
sendiri. Jika kita meng takan kepada dia bahwa ada seekor harimau di kamar
mandinya, pertama dia minta kita untuk menceriterakan bagairnana kita sampai pada
kesimpulan itu. Jika kemudian kita terangkan bahwa kita melihat harimau itu dalam
kamar mandi, baru kaum empiris akan mau mendengar laporan mengenai
pengalaman kita itu, namun dia hanya akan menerima hal tersebutjika dia atau orang
lain dapat memeriksa kebenaran yang kita ajukan, denganjalan melihat harimau itu
dengan mata kepalanya sendiri.
Dua aspek dan teori empiris terdapat dalam contoh di atas tadi. Pertama
adalah perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui. Yang mengetahui
adalah subyek dan benda yang diketahui adalah obyek. Terdapat alam nyata yang
terdiri dan fakta atau obyek yang dapat ditangkap oleh seseorang. Kedua, kebenaran
atau pengujian kebenaran dan fakta atau obyek didasarkan kepada pengalaman
manusia. Agar berarti bagi kaum empiris, maka pernyataan tentang ada atau tidak
adanya sesuatu haruslah memenuhi persyaratan pengujian publik.

C. Definisi Pemikiran Induktif


Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari
metode berpikir induktif.
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa
cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung
semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada
semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang
sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Apakah yang dimaksud dengan penalaran atau berfikir secara Induktif? Berfikir
secara induktif merupakan suatu cara berfikir dengan mendasarkan pada pengalaman
pengalaman yang diulang ulang. Bisa juga merupakan sebuah kumpulan fakta yang
berserakan yang kemudian kita cari kesesuaian diantara fakta-fakta tersebut sehingga
masing masing fakta memiliki keterkaitan satu sama lain. Dengan demikian berfikir
secara induktif merupakan suatu rekayasa dari berbagai macam kasus yang unik atau
khusus yang kemudian dikembangkan menjadi suatu penalaran tunggal yang
menggabungkan kasus kasus khusus tersebut kedalam suatu bentuk pemahaman
yang umum. Secara singkat berfikir secara induktif berarti berfikir dari kasus khusus
menjadi kasus umum.
Berfikir secara induktif merupakan suatu alat generalisasi dari pemikiran kita
untuk kemudian dijadikan suatu pegangan umum atas kejadiaan tertentu. Sains
probabilistik biasa sangat menyukai cara pandang seperti ini. Kebanyakan dari
pengetahuan sehari hari kita juga merupakan hasil dari berfikir induktif. Api itu panas.
Es itu dingin. Mendung itu pertanda akan hujan, dsb merupakan hasil dari pola pikir
induktif. Dengan demikian berfikir secara induktif merupakan suatu rekayasa dari
berbagai macam kasus yang unik atau khusus yang kemudian dikembangkan menjadi
suatu penalaran tunggal yang menggabungkan kasus-kasus khusus tersebut kedalam
suatu bentuk pemahaman yang umum. Secara singkat berfikir secara induktif berarti
berfikir dari kasus khusus menjadi kasus umum.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Emperisme merupakan suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan


pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal.
Sebagai suatu doktrin empirisme merupakan lawan dari rasionalisme. Empirisme
berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh
melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia.

Dengan demikian berfikir secara induktif merupakan suatu rekayasa dari


berbagai macam kasus yang unik atau khusus yang kemudian dikembangkan menjadi
suatu penalaran tunggal yang menggabungkan kasus tersebut kedalam suatu bentuk
pemahaman yang umum. Secara singkat berfikir secara induktif berarti berfikir dari
kasus menjadi kasus umum.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution,Muhammad Syukri Albani,Rizki Muhammad Haris, 2017.


Pengetahuan,Teori-Filsafat. PT.Rajagarfindo Persada. Depok.

Naufal Arie, 2014. Makalah Komunikasi Antar Budaya.


http://Novamaulidaanggriani.blogspot.com/2014/04/makalah-komunikasi-antar
budaya.html. Diakses pada 12 maret 2018 pukul 14.00 WITA.

Anda mungkin juga menyukai