1. Teori lapis tipis campuran antarmuka Maksud dari teori lapis tipis campuran antarmuka yaitu emusi tipe M/A atau A/M ditambahkan emulsifier sehingga terbentuk lapis tipis (film) yang membungkus partikel fase dispers. Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil. 2. Teori Solubilisasi Ada dua tipe emulsi yaitu tipe M/A atau A/M, mereka tidak akan bisa tercampur menjadi satu, sehingga perlu ditambahkan emulgator. Emulgator adalah bagian berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Bagian Hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air 2. Bagian Lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak Dimana masing-masing bagian akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya, bagian hidrofil ke dalam air, dan bagian lipofil ke dalam minyak. Dengan demikian emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan minyak. Antara dua kelompok tersebut akan membuat suatu keseimbangan. Setiap jenis emulgator memiliki keseimbangan yang besarnya tidak sama dan dikenal dengan istilah HLB (hidrofil lipofil balance). HLB yaitu angka yang menunjukkan perbandingan kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil. Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air, itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya. Jika harga HLB semakin kecil maka semakin banyak kelompok yang suka pada minyak. HARGA HLB KEGUNAAN 1 – 3 Anti foaming agent 4 – 6 Emulgator tipe A/M 7 – 9 Bahan pembasah ( wetting agent) 8 – 18 Emulgator tipe M/A 13 – 15 Detergent 10 – 18 Kelarutan (solubilizing agent) 3. Teori Lapisan Listrik Rangkap (Electric Double Layer) Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha partikel minyak yang akan melakukan penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak yang mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian, antara sesama partikel akan tolak menolak. Dan stabilitas akan bertambah. Terjadinya emulsi karena adanya susunan listrik yang menyelubungi partikel sehingga terjadi tolak-menolak antara partikel sejenis. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara di bawah ini : 1. Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel. 2. Terjadinya adsorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya. 3. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya.
2 metode pembuatan nanoemulsi
1. Homogenisasi bertekanan tinggi Pembuatan nanoemulsi membutuhkan homogenisasi bertekanan tinggi. Teknik ini memanfaatkan homogenizer bertekanan tinggi / piston homogenizer untuk menghasilkan nanoemulsi dengan ukuran partikel sangat rendah (sampai 1nm). Dispersi dua cairan (fasa berminyak dan fasa air) dicapai dengan memaksa campurannya terdispersi menggunakan tekanan sangat tinggi (500 sampai 5000 psi), yang menjadi subyek produk untuk turbulensi yang intens dan gaya geser hidrolik yang menghasilkan partikel emulsi yang sangat halus. Partikel yang terbentuk menunjukkan bahwa cairan inti lipofilik dipisahkan dari sekeliling fasa berair oleh lapisan monomolekuler fosfolipid. 2. Mikrofluidisasi Microfluidization adalah teknik pencampuran, yang penggunaannya menggunakan perangkat yang disebut microfluidizer. Perangkat ini menggunakan pompa perpindahan positif bertekanan tinggi (500 sampai 20000psi), yang memaksa produk melalui ruang interaksi, yang terdiri dari saluran kecil yang disebut "microchannels". Produk mengalir melalui microchannels ke daerah pengolahan yang menghasilkan partikel mikron yang sangat halus. Dua larutan (fasa berair dan fase berminyak) digabungkan bersama dan diproses dalam inline homogenizer untuk menghasilkan emulsi kasar. Selanjutnya emulsi kasarnya diolah dengan mikrofluidizer dimana diproses lebih lanjut untuk mendapatkan nanoemulsi yang stabil. Emulsi kasar dilewatkan melalui ruang interaksi microfluidizer berulang kali sampai ukuran partikel yang diinginkan diperoleh. Emulsi bulk kemudian disaring melalui filter di bawah nitrogen untuk membuang tetesan besar sehingga menghasilkan nanoemulsi yang seragam.
4 karakterisik/ evaluasi sediaan nanoemulsi
1. Transmission Electron Microskopi (TEM) TEM merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui morfologi dan struktur dari nanoemulsi . Preparasi sampel dilakukan dengan cara diencerkan dengan air (1/100), kemudian setetes sampel disimpan pada film jaringan yang dan berlubang, ditunggu hingga kering, kemudian dianalisis dengan TEM. TEM merupakan teknik mikroskopis dimana sejumlah elektron ditransmisikan melalui spesimen tipis dan berinteraksi dengan spesimen yang melewati. Gambar terbentuk dari interaksi elektron yang ditransmisikan melalui spesimen. Gambar diperbesar dan difokuskan ke perangkat visual , seperti layar fluoresen atau yang akan dideteksi oleh sensor seperti kamera CCD. Prinsip kerja dari TEM secara singkat adalah sinar elektron mengiluminasi spesimen dan menghasilkan sebuah gambar diatas layar pospor. Gambar dilihat sebagai sebuah proyeksi dari spesimen. 2. Penentuan Viskositas Penentuan viskositas berguna untuk melihat kekentalan dari nanoemulsi yang diperoleh. Pengukuran viskositas menggunakan alat viskometer brokfiled. Cara penentuan viskositas dengan cara : Sebanyak 0,5 gram nanoemulsi tanpa dilakukan pengenceran, kemudian diukur dengan menggunakan brokfiled DVIII ultra-V6.0 RV kerucut dan Rheometer pada 25 ± 0,50C 3. Studi Stabilitas Termodinamika Sampel di sentrifugasi pada kecepatan 3500 rpm selama 30 menit. Nanoemulsi yang telah melewati uji sentrifugasi kemudian diamati terjadinya pemisahan fase. Apabila tidak mengalami pemisahan fase, maka nanoemulsi yang terbentuk stabil. Sediaan yang stabil dilakukan pengujian selanjutnya yaitu uji pemanasan dan pendinginan. Pada pengujian ini dilakukan 6 siklus dengan menggunakan suhu 40C dan 400C dengan lama penyimpanan selama 48 jam. Nanoemulsi yang tidak mengalami parameter ketidakstabilan seperti terjadinya pemisahan, pengendapan, creaming atau cracking, dilakukan pengujian selanjutnya yaitu uji freeze thaw. freezing-thaw siklus meggunakan temperatur antara -210C dan 250C 4. Analisis Ukuran Droplet (tetesan) Pengujian ukuran droplet dilakukan untuk mengetahui apakah droplet yang terbentuk memenuhi kriteria droplet pada nanoemulsi. Sebanyak 0,1 ml sampel didispersikan dalam air 50 ml kemudian dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat Zetasizer 1000 HS. Prinsip kerja alat ini adalah adanya hamburan cahaya yang terjadi akibat penembakan sinar laser mengenai partikel dalam sampel. Cahaya yang dihamburkan akan dibaca oleh detektor foton pada sudut tertentu secara cepat sehingga dapat menentukan ukuran partikel. Cahaya hamburan di pantau pada temperatur 25oC pada sudut 900.