Anda di halaman 1dari 4

E-Learning Nanoteknologi

Nama : Selly Alvionita Tanjung


NPM : 1943057030

 3 teori pembentukan nanoemulsi?


1. Teori lapis tipis campuran antarmuka
Maksud dari teori lapis tipis campuran antarmuka yaitu emusi tipe M/A atau A/M
ditambahkan emulsifier sehingga terbentuk lapis tipis (film) yang membungkus partikel
fase dispers. Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang
sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil.
2. Teori Solubilisasi
Ada dua tipe emulsi yaitu tipe M/A atau A/M, mereka tidak akan bisa tercampur menjadi
satu, sehingga perlu ditambahkan emulgator.
Emulgator adalah bagian berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Bagian Hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air
2. Bagian Lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak
Dimana masing-masing bagian akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya, bagian
hidrofil ke dalam air, dan bagian lipofil ke dalam minyak. Dengan demikian emulgator
seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan minyak. Antara dua kelompok tersebut
akan membuat suatu keseimbangan.
Setiap jenis emulgator memiliki keseimbangan yang besarnya tidak sama dan dikenal
dengan istilah HLB (hidrofil lipofil balance). HLB yaitu angka yang menunjukkan
perbandingan kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil.
Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air, itu artinya
emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya. Jika harga HLB
semakin kecil maka semakin banyak kelompok yang suka pada minyak.
HARGA HLB KEGUNAAN
1 – 3 Anti foaming agent
4 – 6 Emulgator tipe A/M
7 – 9 Bahan pembasah ( wetting agent)
8 – 18 Emulgator tipe M/A
13 – 15 Detergent
10 – 18 Kelarutan (solubilizing agent)
3. Teori Lapisan Listrik Rangkap (Electric Double Layer)
Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan
permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan
mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan di depannya. Dengan demikian
seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling
berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha partikel minyak yang akan
melakukan penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang
menyelubungi setiap partikel minyak yang mempunyai susunan yang sama. Dengan
demikian, antara sesama partikel akan tolak menolak. Dan stabilitas akan bertambah.
Terjadinya emulsi karena adanya susunan listrik yang menyelubungi partikel sehingga
terjadi tolak-menolak antara partikel sejenis.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara di bawah ini :
1. Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel.
2. Terjadinya adsorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
3. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya.

 2 metode pembuatan nanoemulsi


1. Homogenisasi bertekanan tinggi
Pembuatan nanoemulsi membutuhkan homogenisasi bertekanan tinggi. Teknik ini
memanfaatkan homogenizer bertekanan tinggi / piston homogenizer untuk
menghasilkan nanoemulsi dengan ukuran partikel sangat rendah (sampai 1nm).
Dispersi dua cairan (fasa berminyak dan fasa air) dicapai dengan memaksa
campurannya terdispersi menggunakan tekanan sangat tinggi (500 sampai 5000 psi),
yang menjadi subyek produk untuk turbulensi yang intens dan gaya geser hidrolik yang
menghasilkan partikel emulsi yang sangat halus. Partikel yang terbentuk menunjukkan
bahwa cairan inti lipofilik dipisahkan dari sekeliling fasa berair oleh lapisan
monomolekuler fosfolipid.
2. Mikrofluidisasi
Microfluidization adalah teknik pencampuran, yang penggunaannya menggunakan
perangkat yang disebut microfluidizer. Perangkat ini menggunakan pompa
perpindahan positif bertekanan tinggi (500 sampai 20000psi), yang memaksa produk
melalui ruang interaksi, yang terdiri dari saluran kecil yang disebut "microchannels".
Produk mengalir melalui microchannels ke daerah pengolahan yang menghasilkan
partikel mikron yang sangat halus.
Dua larutan (fasa berair dan fase berminyak) digabungkan bersama dan diproses dalam inline
homogenizer untuk menghasilkan emulsi kasar. Selanjutnya emulsi kasarnya diolah dengan
mikrofluidizer dimana diproses lebih lanjut untuk mendapatkan nanoemulsi yang stabil.
Emulsi kasar dilewatkan melalui ruang interaksi microfluidizer berulang kali sampai ukuran
partikel yang diinginkan diperoleh. Emulsi bulk kemudian disaring melalui filter di bawah
nitrogen untuk membuang tetesan besar sehingga menghasilkan nanoemulsi yang seragam.

 4 karakterisik/ evaluasi sediaan nanoemulsi


1. Transmission Electron Microskopi (TEM)
TEM merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui morfologi dan struktur dari
nanoemulsi .
Preparasi sampel dilakukan dengan cara diencerkan dengan air (1/100), kemudian setetes
sampel disimpan pada film jaringan yang dan berlubang, ditunggu hingga kering,
kemudian dianalisis dengan TEM.
TEM merupakan teknik mikroskopis dimana sejumlah elektron ditransmisikan melalui
spesimen tipis dan berinteraksi dengan spesimen yang melewati. Gambar terbentuk dari
interaksi elektron yang ditransmisikan melalui spesimen. Gambar diperbesar dan
difokuskan ke perangkat visual , seperti layar fluoresen atau yang akan dideteksi oleh
sensor seperti kamera CCD.
Prinsip kerja dari TEM secara singkat adalah sinar elektron mengiluminasi spesimen dan
menghasilkan sebuah gambar diatas layar pospor. Gambar dilihat sebagai sebuah
proyeksi dari spesimen.
2. Penentuan Viskositas
Penentuan viskositas berguna untuk melihat kekentalan dari nanoemulsi yang diperoleh.
Pengukuran viskositas menggunakan alat viskometer brokfiled.
Cara penentuan viskositas dengan cara :
Sebanyak 0,5 gram nanoemulsi tanpa dilakukan pengenceran, kemudian diukur dengan
menggunakan brokfiled DVIII ultra-V6.0 RV kerucut dan Rheometer pada 25 ± 0,50C
3. Studi Stabilitas Termodinamika
Sampel di sentrifugasi pada kecepatan 3500 rpm selama 30 menit. Nanoemulsi yang
telah melewati uji sentrifugasi kemudian diamati terjadinya pemisahan fase. Apabila tidak
mengalami pemisahan fase, maka nanoemulsi yang terbentuk stabil. Sediaan yang stabil
dilakukan pengujian selanjutnya yaitu uji pemanasan dan pendinginan. Pada pengujian ini
dilakukan 6 siklus dengan menggunakan suhu 40C dan 400C dengan lama penyimpanan
selama 48 jam.
Nanoemulsi yang tidak mengalami parameter ketidakstabilan seperti terjadinya
pemisahan, pengendapan, creaming atau cracking, dilakukan pengujian selanjutnya yaitu
uji freeze thaw. freezing-thaw siklus meggunakan temperatur antara -210C dan 250C
4. Analisis Ukuran Droplet (tetesan)
Pengujian ukuran droplet dilakukan untuk mengetahui apakah droplet yang terbentuk
memenuhi kriteria droplet pada nanoemulsi.
Sebanyak 0,1 ml sampel didispersikan dalam air 50 ml kemudian dilakukan pengukuran
dengan menggunakan alat Zetasizer 1000 HS. Prinsip kerja alat ini adalah adanya
hamburan cahaya yang terjadi akibat penembakan sinar laser mengenai partikel dalam
sampel. Cahaya yang dihamburkan akan dibaca oleh detektor foton pada sudut tertentu
secara cepat sehingga dapat menentukan ukuran partikel. Cahaya hamburan di pantau
pada temperatur 25oC pada sudut 900.

Anda mungkin juga menyukai