Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang yang terkena virus HIV/AIDS ini akan menjadi rentan
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Penyakit
AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan
menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun
1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling
menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses
perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia,
epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan
3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta
(570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46
juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan
6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan
AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar
sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS
sampai dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP
& PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah
kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang
sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879
AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena
di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat
estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000
130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga,
setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya
tertinggi di Asia.
TB (Tubrkulosis) merupakan salah satu infeksi oportunistik
tersering menyerang pada orang dengan HIV/AIDS di Indonesia.

1|Page
Infeksi HIV/AIDS memudahkan terjadinya infeksi mycobacterium
tuberculosis Penderita HIV/AIDS mempunyai resiko lebih besar
menderita TB di bandingkan dengan non-HIV/AIDS. Resiko
HIV/AIDS untuk menderita TB adalah 10% per tahun, sedangkan
yang non-HIV/AIDS resiko menderita TB hanya 10% seumur hidup.
Di Amerika Serikat di laporkan angka kejadian TB dengan infeksi
menurun, 4,4 kasus baru per 100.000 populasi (total 13,299 kasus)
pada tahun 2007. Di RSU Dr.Soetomo dilaporkan sebanyak 25-83
%. Sementara Raviglione, dkk menyebutkan bahwa TB
merupakan penyebab kematian tersering pada orang penderita
HIV/AIDS. Di mana WHO memperkirakan TB sebagai penyebab
kematian 13% dari penderita AIDS.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari HIV/AIDS ?
2. Apa etiologi dari HIV/AIDS ?
3. Bagaimana patofisiologi dari HIV/AIDS?
4. Bagaimana manifestasi klinis HIV/AIDS ?
5. Bagaimana penatalaksanaan medis yang dilakukan pada
HIV/AIDS ?
C. Tujuan
a. Agar mahasiswa/i memahami definisi HIV/AIDS.
b. Agar mahasiswa/i mengetahui etiologi HIV/AIDS.
c. Agar mahasiswa/i memahami patofisiologi HIV/AIDS.
d. Agar mahasiswa/i mengetahui manifestasi klinis dari HIV/AIDS.
e. Agar mahasiswa/i mengetahui penatalaksanaan medik pada
pasien dengan HIV/AIDS.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan
AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang
bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit
yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada
di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh
manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit
yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke
tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai
CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem
kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai
CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa
kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007). HIV adalah jenis parasit obligat
yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang
pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi
tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan
adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur.
Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein,
2006). HIV adalah virus yang menumpang hidup dan merusak sistem
kekebalan tubuh. Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh
virus HIV. (Brunner&Suddarth; edisi 8) AIDS adalah singkatan dari
Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala
atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan
infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk
melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit.
AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga
akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).

3|Page
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada
seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat
menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-
obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya
(Laurentz, 2005). AIDS adalah suatu gejala penyakit yang menunjukkan
kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit
infeksi tertentu/keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat
menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan). (H. JH. Wartono, 1999 : 09)

B. Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human


Immunodeficiency Virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun
1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika
ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka
untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan
AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu
likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala
tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan
tumor pada berbagai sistem tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

4|Page
1. Lelaki homoseksual atau biseks
2. Orang yang ketagian obat intravena.
3. Partner seks dari penderita AIDS.
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
C. Tanda dan Gejala
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang
ditemui pada penderita AIDS :
1) Panas lebih dari 1 bulan
2) Batuk-batuk
3) Sariawan dan nyeri menelan
4) Badan menjadi kurus sekali
5) Diare
6) Sesak napas
7) Pembesaran kelenjar getah bening
8) Kesadaran menurun
9) Penurunan ketajaman penglihatan
10) Bercak ungu kehitaman di kulit.
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-
hati, karena dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak
terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan
penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala
bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau
riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes
darah HIV.
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit.
Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut
yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti
flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan
mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan,

5|Page
diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy,
pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi
AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum
adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang
disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis,
kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit
biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi,
sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening,
dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap,
dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh
tubuh selama lebih dari 3 bulan.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar luas dan pada
dasarnya dapat mengenai setiap sistem organ, salah satunya sistem
pernapasan. Pneumonia Pneumocystis carinii. Gejala napas yang
pendek, sesak napas (dispnea), batuk-batuk, nyeri dada dan demam
akan menyertai berbagai infeksi oportunitis, seperti yang disebabkan
oleh Mycobacterium avium-intracellulare (MAI), sitomegalovirus (CMV)
dan Legionella. Walaupun begitu, infeksi yang paling sering ditemukan
di antara penderita AIDS adalah Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP)
yang merupakan penyakit oportunis pertama yang dideskriPasienikan
berkaitan dengan AIDS. Pneumonia ini merupakan manifestasi
pendahuluan penyakit AIDS pada 60% pasien. Tanpa terapi profilaktik,

6|Page
PCP akan terjadi pada 80% orang-orang yang terinfeksi HIV P. carinii
awalnya diklasifikasikan sebagai protozoa, namun sejumlah penelitian
dan pemeriksaan analisis terhadap struktur RNA ribosomnya
menunjukkan bahwa mikroorganisme ini merupakan jamur (fungus).
Struktur dan sensitivitas antimikrobanya sangat berbeda dengan jamur
penyebab penyakit yang lain. P. carinii hanya menimbulkan
penyakit pada hospes yang kekebalannya terganggu. Jamur ini
menginvasi dan berproliferasi dalam alveoli pulmonalis sehingga terjadi
konsolidasi parenkim paru.

Gambaran klinik PCP pada pasien AIDS umumnya tidak begitu


akut bila dibandingkan dengan pasien gangguan kekebalan karena
keadaan lain. Periode waktu antara awitan gejala dan penegakan
diagnosis yang benar bisa beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Penderita AIDS pada mulanya hanya memperlihatkan tanda-tanda dan
gejala yang tidak khas seperti demam, menggigil, batuk nonproduktif,
napas pendek, dispnea dan kadang-kadang nyeri dada. PCP dapat
ditemukan kendati tidak terdapat krepitasi. Konsentrasi oksigen dalam
darah arterial pada pasien yang bernapas dengan udara ruangan dapat
mengalami penurunan yang ringan; keadaan ini menunjukkan
hipoksemia minimal. Bila tidak diatasi, PCP akan berlanjut dengan
menimbulkan kelainan paru yang signifikan dan pada akhirnya,
kegagalan pernapasan. Beberapa pasien memperlihatkan awitan yang
dramatis dan perjalanan penyakit yang fulminan yang meliputi
hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan status mental.
Kegagalan pernapasan dapat terjadi dalam waktu 2 hingga 3 hari
setelah timbulnya gejala pendahuluan. Diagnosis pasti PCP dapat
ditegakkan dengan mengenali mikroorganisme dalam jaringan paru
atau sekret bronkus. Penegakan diagnosis ini dilaksanakan dengan
prosedur seperti induksi sputum, lavase bronkial-alveolar dan
bioPasieni transbronkial (melalui bronkoskopi serat optik). Kompleks
Mycobacterium avium. Penyakit kompleks Mycobacterium avium (MAC;

7|Page
Mycobacterium avium Complex) muncul sebagai penyebab utama
infeksi bakteri pada pasien-pasien AIDS. Mikroorganisme yang
termasuk ke dalam MAC adalah M. avium, M. intracellulare dan M.
scrofulaceum. MAC, yaitu suatu kelompok baksil tahan-asam, biasanya
menyebabkan infeksi pernapasan kendati juga sering dijumpai dalam
traktus gastrointestinal, nodus limfatikus dan sumsum tulang. Sebagian
pasien AIDS sudah menderita penyakit yang menyebar luas ketika
diagnosis ditegakkan dan biasanya dengan keadaan umum yang buruk.
Infeksi MAC akan disertai dengan angka mortalitas yang tinggi. M.
tuberculosis yang berkaitan dengan HIV cenderung terjadi di antara para
pemakai obat bius IV dan kelompok lain dengan prevalensi infeksi
tuberkulosis yang sebelumnya sudah tinggi. Berbeda dengan infeksi
oportunis lainnya, penyakit tuberkulosis (TB) cenderung terjadi secara
dini dalam perjalanan infeksi HIV dan biasanya mendahului diagnosis
AIDS. Terjadinya tuberkulosis secara dini ini akan disertai dengan
pembentukan granuloma yang mengalami pengkijuan (kaseasi)
sehingga timbul kecurigaan ke arah diagnosis TB. Pada stadium ini.
penyakit TB akan bereaksi dengan baik terhadap terapi
antituberkulosis. Penyakit TB yang terjadi kemudian dalam perjalanan
infeksi HIV ditandai dengan tidak terdapatnya resposn tes kulit
tuberkulin karena sistem kekebalan yang sudah terganggu tidak mampu
lagi bereaksi terhadap antigen TB. Dalam stadium infeksi HIV yang
lanjut, penyakit TB disertai dengan penyebaran ke tempat-tempat
ekstrapulmoner seperti sistem saraf pusat, tulang, perikardium,
lambung, peritoneum dan skrotum. Strain multipel baksil TB yang
resisten obat kini bermunculan dan kerapkali berkaitan dengan
ketidakpatuhan pasien dalam menjalani pengobatan antituberkulosis.

E. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans (sel imun)
adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human

8|Page
Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi
virus dan sel yang terinfeksi. Virus HIV dengan suatu enzim, reverse
transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik
dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA
ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan
kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel
T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga
keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4
helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper.
Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing,
mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh
terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu,
mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang
serius. Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler
makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan
makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama
waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml
darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun
setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi
(herpes zoster dan jamur oportunistik) muncul, Jumlah T4 kemudian
menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis

9|Page
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml
darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia
AIDS.
F. Pathway

G. Komplikasi
Komplikasi dengan penyakit HIV-AIDS,yaitu :
Penurunan system kekebalan tubuh akibat virus HIV (Hiuman Immuno
Deficiency Virus), menyebabkan tubuh mudah diserang penyakit-
penyakit.
1. Tuberkulosis Paru
2. Pneumonia Premosistis
3. Berbagai macam penyakit kanker
4. Pemerikasaan Penunjang

10 | P a g e
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan Suporatif
Tujuan :
 Meningkatkan keadaan umum pasien
 Pemberian gizi yang sesuai
 Obat sistometik dan vitamin
 Dukungan Pasienkologis
2. Pengobatan infeksi opurtunistik
a. Untuk infeksi :
 Kardidiasis eosofagus
 Tuberculosis
 Toksoplasmosis
 Herpes
 Pengobatan yang terkait AIDS, limfoma malignum, sarcoma
Kaposa dan sarcoma servik, disesuaikan dengan standar
terapi penyakit kanker
b. Terapi :
 Filikonasol
 Rifamfisin, INH, Etambutol, Piraziramid, Stremptomisin
 Pirimetamin,Sulfadiazine, Asam folat
 Ansklovir
 Kotrimoksazol
c. Pengobatan anti retro virus
Tujuan :
 Mengurangi kematian dan kesakitan
 Menurunkan jumlah virus
 Meningkatkan kekebalan tubuh
 Mengurangi resiko penularan

11 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat
menimbulkan AIDS. Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar luas
dan pada dasarnya dapat mengenai setiap sistem organ, salah
satunya sistem pernapasan. Pneumonia Pneumocystis carinii.
Gejala napas yang pendek, sesak napas (dispnea), batuk-batuk,
nyeri dada dan demam akan menyertai berbagai infeksi oportunitis.

12 | P a g e
Daftar Pustaka
Smeltzer, Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Brunner dan suddart, Edisi 8, Jakarta,EGC

Laurentz. 2005. Penyakit Infeksi,cetakan kedua. EGC:


Jakarta.

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai