Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/316786588

KEILMUAN TENTANG HARMONI DALAM MENJAGA BHINNEKA TUNGGAL IKA

Article · February 2017

CITATIONS READS

0 398

1 author:

Catur Surya
Universitas Pasundan
17 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

penelitian model penciptaan lagu anak yang berangkat dari nilai tradisi View project

All content following this page was uploaded by Catur Surya on 09 May 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KEILMUAN TENTANG HARMONI DALAM MENJAGA BHINNEKA
TUNGGAL IKA

Catur Surya Permana, S.Sn., M.Sn.

(Sekertaris Prodi Seni Musik - Fakultas Ilmu Seni dan Sastra)

Pendahuluan

“Berbeda-beda tetapi tetap satu jua” mungkin itulah yang di maknai dari
maksud Bhineka Tunggal Ika dalam lambang Garuda negara Indonesia. Sebagai
negara dan bangsa yang besar dengan segala keragaman yang dimiliki dari suku,
bahasa, seni, agama, dan lainnya, merupakan wujud dari bhinneka itu sendiri. Apa
yang bhinneka ajarkan sendiri menjadi kewajiban untuk kita dalam memperhatikan,
mengetahui, dan melestarikan unsur tersebut.

Kejadiannya kini malah sering royong, kebersamaan, hormat-


terjadi permasalahan yang ada menghormati, tolong menolong,
sangkut pautnya dengan ke empati, simpati hingga dalam bentuk
bhinnekaan itu sendiri. Masalah nilai menghargai saja sudah terlihat
seperti tawuran antar ras/etnis, menghawatirkan.
penolakan terhadap bentuk
Merespon kejadian di atas,
perwujudan ibadah, bahkan ramai
maka perlulah kita meningkatkan
masalah aqidah agama saja menjadi
pendidikan sikap dan nilai untuk lebih
viral di Indonesia. Mau dibawa
memahami maksud dari bhinneka.
kemana bangsa ini? Larut, hanyut dan
Unpas sebagai institusi pendidikan
bertuahkan tsunami perasaan krisis
yang memiliki slogan pengkuh
dari masyarakat atas peristiwa
agamana, luhung elmuna dan jembar
lunturnya rasa ke bhinneka-an
budayana, adalah sebuah interpretasi
tersebut. Hilangnya nilai goyong
tepat dalam mengusung dan Pada perkembangannya di
mengantarkan kekayaan budaya abad pertengahan (600-1400), musik di
tersebut untuk dapat berbaur dan Eropa mengalami tolakan yang kuat,
menjadi satu dalam kedaulatan. mendasari musik barat yang ada,
Jembar budayana mampu menjadi yakni musik difungsikan kaum
pijakan yang kuat dalam membangun aristokrat dan dominasi kuat para elit
sistem pendidikan yang bisa dan bangsawan yang ada, hingga
menaungi ke bhinneka-an dalam musik sangat spesifik dengan keadaan
tunggal ika. Untuk itu Unpas memiliki sosial kala itu. Hingga perkembangan
beragam strategi pendidikan yang selanjutnya pada renaissans (1400-
mampu diterapkan diberbagai 1600) dimana musik mulai bersifat
rumpun ilmu, yang salah satunya sekular, yang artinya musik
dalam hal ini adalah seni musik. digunakan bukan hanya untuk
kepentingan ibadah dan kaum elit
Musik merupakan salah satu
melainkan untuk hiburan rakyat.
dari undur kebudayaan yang masuk
Keberadaannya hingga bertuah pada
dalam kategori kesenian. Kesenian di
era Barok (1600-1750), klasik (1750-
Indonesia cukup beragam, mulai seni
1850), dan Romantik (1850-1920) yang
tari, drama, teater serta musik.
berkembang bukan hanya fungsi
Keragaman musik di Indonesia, juga
melainkan wujud seni yang beragam.
dapat dilihat dari keragaman etnis
budaya, seperti Bali, Jawa, Sunda, Keragaman dalam wujud seni
Minang, Dayak dan lainnya, yang tersebut, justru itulah yang menjadi
masing-masing memiliki ke khas-an keindahan tersendiri. Bayangkan bila
nya. musik hanya ada satu macam, panjang
dan membosankan? Oleh sebab itu
kiranya kita harus memahami dan
Pembahasan menerima suatu keragaman yang
ditularkan oleh para pencipta tersebut.
Musik sendiri diawali sebagai Musik berkembang oleh lingkungan
fungsi ibadah, ritual berdoa pada sang dan penanggapnya.
khalik. Musik yang terdapat pada
masyarakat Eropa maupun seni musik Tidak luput bahwa kehadiran
yang hidup di masyarakat Timur seni, khususnya musik sebagai sarana
(Indonesia) pada mulanya sama-sama hiburan yang bahkan terinternalisasi
berfungsi sebagai sarana ibadah, baik dalam eksistensi publik. Kegiatan
lirik, lantunan hingga pada sajian kebersamaan dalam satu visi dan misi
pertunjukkannya. Keutuhan tersebut hingga pembentukkan rongga-rongga
merupakan syarat yang mutlak keadilan mampu dibentuknya. Selain
sebagai sarana ibadah dan persatuan itu musik juga sebagai salah satu
antar warga. sarana yang tepat untuk menyatukan
massa. Kehadiran musik dalam Dalam harmoni dua suara, yang
belantikan insdutri musik juga dipecah menjadi suara atas dan bawah
didukung sepenuhnya oleh (kaya-miskin, hitam-putih, pria-
penyangganya dan aktor intelektual wanita, jawa-sunda dst), suara melodi
(akademisi). dan iringannya, mampu mengartikan
bahwa suara manusia yang hidup di
Oleh sebab itu tepat kiranya
atas dan manusia yang hidup di
musik sebagai suatu kekuatan yang
bawah bisa hidup berdampingan
harus terus di dukung dan digali
dalam harmoni.
dalamnya agar mampu menjadi
senjata pemersatu bangsa. Harmoni dan Ilmunya

Akor dasar didirikan dari tiga


nada. Tiga nada tersebut dibentuk
Bhinneka Tunggal Ika dalam Ilmu
berdasarkan formula triads (1-3-5).
Harmoni
Seperti akor C dengan stuktur nada C-
Dalam ilmu musik, bagian dari E-G, berarti tiga nada tersebutlah bila
pembelajarannya adalah ilmu dibunyikan barulah bermakna akor C.
mengenai harmoni. Ilmu harmoni Demikian sebaliknya bila ada nada
adalah ilmu musik yang menggaris yang kurang maka tidak akan ada
bawahi mengenai ilmu tentang akor. namanya akor C, yang ada hanya nada
Akor sendiri dalam musik, merupakan C sebagai individu tunggal. Beralih
suatu susunan nada secara vertikal, dari terminologi katanya, nada kesatu
yang salah satunya berguna untuk atau „do‟ atau bahasa latinnya berasal
iringan (rhythm). Susunan nada-nada dari kata Dominitus, yang artinya
tersebut merupakan susunan dari Tuhan. Kemudian nada ketiga atau
nada-nada yang berbeda. „mi‟ atau dalam musik nada tersebut
Keberbedaan tersebutlah yang merupakan nada yang memperjelas
kemudian dibunyikan bersamaan “gender”, ada mayor-minor, senang-
demi satu suara. sedih. Mengingat dalam estetika
keseimbangan yang di cuplik oleh
Perjalanan ilmu harmoni yang Tolstoy bahwa sebuah keindahan itu
berkembang dari satu suara (abad harus memiliki dua oposisi yang
pertengahan 600-1400), kemudian dua saling berlawanan. Demikian juga
suara (organum) yang akhirnya yang di jabarkan oleh Sumardjo
berkembang menjadi sistem empat bahwa keindahan itu sendiri berasal
suara (SATB). Pada perkembangan dari dua hal yang disatukan, yang
satu suara, harmoni hanya disusun artinya dua halyang berbeda itu sama
dari satu suara dengan range vokal alias satu, tidak ada perbedaan antara
yang sama. Hal tersebut diartikan satu dengan yang lainnya karena yang
sebagai individu, mandiri dan bebas. berbeda itu adalah kesatuan.
Bagaimana hunbungannya “politeia” atau tata negara,
dengan Bhinneka Tunggal Ika? menekankan pentingnya pendidikan
Bhinneka dan harmoni sama-sama musik, alasannya :
memiliki perbedaan. Perbedaan itu
“Irama dan Harmoni meresapi jiwa
harus disatukan agar menjadi satu
manusia dengan sangat kuat. Maka
kesatuan yang dalam hal ini sebagai dengan dasar pendidikan musikal yang
bangsa Indonesia, yang tidak boleh baik seorang pemuda akan lebih mudah
pincang disatu sisipun. mengerti dengan jelas kekurangan dan
Berdampingan, bersahaja, dan kekejian yang terdapat pada kelakuan
manusia”(Plato:401)
menghargai itulah yang dipelajari dari
harmoni. Bila salah satu terlalu keras Memiliki nilai kebaikan dalam
maka bunyi pun tidak akan selaras diri insan manusia merupakan hal
dan enak, bila bunyi itu kurang, maka yang penting. Dengan adanya
kenikmatan itupun akan berkurang. kebaikkan dalam diri manusia pasti
tersirat sikap empati, simpati,
menghargai, menolong, menghormati
Pendidikan Seni Musik Unpas demi dan gotong rotong. Oleh karena itu
Menjaga ke-Bhinneka-an dengan program studi seni musik,
diharapkan mampu membawa
Pendidikan Musik harus
tongkat estafet dan menjunjung tinggi
menjadi salah satu bidang yang
mampu memperkuat keutuhan bangsa nilai serta melanjutkan amanah
ini. Musik pada dasarnya tidak sebagai lembaga pendidikan.
dimainkan sendiri melainkan harus Beragamnya mahasiswa yang masuk,
melibatkan elemen musik antara lain bahkan dari berbagai pulau dan
ada melodi, harmoni/iringan, dan etnisitas yang berbeda, diharapkan
ritmiknya, oleh sebab itu bermain mampu membaurkan dan mengurangi
musik merupakan sarana yang cukup
perselisihan dengan konten bhinneka.
intens dalam memupuk persatuan dan
visi misi bersama. Seperti apa yang
Plato katakan:
Penutup
“kita berwajib memilih musik yang
pantas/sesuai dengan watak kita masing- Dengan pendidikan dan
masing, kemudian menikmati seni suara pembelajaran ilmu harmoni
supaya kita memperoleh adat yang baik” diharapkan mampu mengusung,
~Plato dalam naskah “Dialoge” (670)
menjunjung, dan membentuk sikap
yang toleran dan ramah dalam
Berbicara musik pasti berbicara “bhinneka tunggal ika”. Pemahaman
harmoni. Harmoni tersebut juga akan keilmuan serta sikap yang dimiliki
memiliki bentuk dan rasa bagi perlu menjadi perhatian agar citra kita
pendengarnya. Seperti yang Plato sebagai bangsa yang memiliki
katakan tentang harmoni dalam keragaman, bisa menjadi bangsa yang
kompak, rukun, bersahaja dan bersatu Sumardjo, Jacob.
dalam kesatuan negara Indonesia. 2011. Sunda; Pola Rasionalitas
Budaya. Bandung. Kelir.
Menyisihkan segala perbedaan dan
Wirawan.
menerima segala perbedaan dengan 2012. Teori-teori Sosial; Dalam
hati yang jujur, jiwa yang bersih, Tiga Paradigma; Fakta Sosial,
pikiran yang baik serta tubuh yang Definisi Sosial, dan Perilaku
Sosial. Jakarta. Kencana.
kuat.
Tabrani, Primadi.
2006. Kreativitas dan Humanitas;
Sebuah Studi Tentang Peranan
Referensi Kreativitas Dalam Perikehidupan
Manusia. Yogyakarta. Jalasutra.
Prier, Karl Edmund http://radarbanyumas.co.id/bhineka-
2001. Ilmu Harmoni. Yogyakarta. tunggal-ika-dan-implementasinya-
Pusat Musik Liturgi. saat-ini/
Mack, Dieter.
2009. Sejarah Musik jilid 4. http://yundazelika17.blogspot.co.id/
Yogyakarta. Pusat Musik Liturgi. 2013/05/lunturnya-bhineka-tunggal-
Saifuddin, Achmad F.
2005. Antropologi Kontemporer; ika-yang.html
Suatu Pengantar Kritis Mengenai
Paradigma. Jakarta. Kencana http://www.kompasiana.com/rumah
Prenada Media. usahaindonesia.blogspot.com/bhineka
Saebani, Beni A. -tunggal-yang-belum-ika-kasus-
2012. Pengantar Antropologi. balinuraga_5518d3f7a33311a107b664c4
Bandung. CV Pustaka Setia.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai