Koordinator : Ita
Herawati, M.Keb
METODE PEMBELAJARAN :
SGD
DL
Seminar
Kriteria Penilaian :
Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat
Bentuk Penilaian :
Tes tulis:
Laporan makalah
MEDIA PEMBELAJARAN :
LCD, Laptop, papan tulis, flip chart
BUKU SUMBER :
Buku Utama
1. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2014, Ilmu Kebidanan, PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
2. Saifuddin, Abdul Bari dkk., 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP. Jakarta.
3. Varney 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed.4,Vol.2, EGC.
4. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013
Buku Anjuran
1. Mann, Buku Ajar Ilmu Gizi, EGC
2. Sharlin & Edelstein, Buku Ajar Gizi dalam daur Kehiduman, EGC
3. Pollard Maria, 2015. ASI Asuhan Berbasis Bukti, EGC
4. Standar profesi kebidanan, 369.
5. Johnson, Ruth and Taylor, Wendy. 2014. Keterlampilan Dasar
Praktek Klinik Kebidanan Edisi 3. EGC. Jakarta
6. Permenkes 1464, 2010
7. Kepmenkes RI No 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang standar
asuhan kebidanan
8. Permenkes No 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktek bidan
Pengertian Masa Nifas
1. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes,
2003:003).
Koordinator : Ita
Herawati, M.Keb
METODE PEMBELAJARAN :
SGD
DL
Seminar
Bentuk Penilaian :
Tes tulis:
BUKU SUMBER :
Buku Utama
1. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2014, Ilmu Kebidanan, PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
2. Saifuddin, Abdul Bari dkk., 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP. Jakarta.
3. Varney 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed.4,Vol.2, EGC.
4. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013
Buku Anjuran
1. Mann, Buku Ajar Ilmu Gizi, EGC
2. Sharlin & Edelstein, Buku Ajar Gizi dalam daur Kehiduman, EGC
3. Pollard Maria, 2015. ASI Asuhan Berbasis Bukti, EGC
4. Standar profesi kebidanan, 369.
5. Johnson, Ruth and Taylor, Wendy. 2014. Keterlampilan Dasar
Praktek Klinik Kebidanan Edisi 3. EGC. Jakarta
6. Permenkes 1464, 2010
7. Kepmenkes RI No 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang standar
asuhan kebidanan
8. Permenkes No 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktek bidan
PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS
Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil. Perubahan fisiologis pada masa ini sangat jelas yang merupakan
kebalikan dari proses kehamilan.Pada masa nifas tejadi perubahan-
perubahan fisiologis terutama pada alat-alat genitalia eksterna maupun
interna, dan akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
Perubahan yang terjadi pada masa nifas ini adalah:
1. Perubahan Sistem Reproduksi,
2. Perubahan Sistem Pencernaan,
3. Perubahan Sistem Perkemihan,
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal,
5. Perubahan Sistem Endokrin,
6. Perubahan Tanda-tanda Vital,
7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler,
8. Perubahan Sistem Hematologi,
9. Perubahan Berat badan,
10. Perubahan kulit.
2. Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering
dialami multipara dan biasa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang
masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata
setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang (misalnya, pada
bayi besar, dan kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya
meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
3. Lochea
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi
pada stratum spongiosum bagian atas. Setelah 2-3 hari tampak lapisan
atas stratum yang tinggal menjadi nekrotis, sedangkan lapisan bawah
yang berhubungan dengan lapisan otot terpelihara dengan baik dan
menjadi lapisan endomerium yang baru. Bagian yang nekrotis akan keluar
menjadi lochea.
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas
mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun
tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap
wanita. Lochea juga mengalami perubahan karena proses involusi.
Perubahan lochea tersebut adalah :
a) Lochea rubra (Cruenta)
Muncul pada hari pertama sampai hari kedua post partum,
warnanya merah mengandung darah dari luka pada plasenta dan serabut
dari decidua dan chorion.
b) Lochea Sanguilenta
Berwarna merah kuning, berisi darah lendir, hari ke 3-7 paska
persalinan.
c) Lochea Serosa
Muncul pada hari ke 7-14, berwarna kecoklatan mengandung lebih
banyak serum, lebih sedikit darah juga leukosit dan laserasi plasenta.
d) Lochea Alba
Sejak 2 -6 minggu setelah persalinan, warnanya putih kekuningan
menngandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang
mati.
J. Perubahan Kulit
Pada waktu hamil terjadi pigmenrtasi kulit pada bebrapa tempat
karena prose hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada
pipi, hiperpimentasi kulit sekitar payudara, hiperpigmentasi kulit dinding
peryrt (striae gravidarum). Setelah persalinan, hormonal berkurang dan
hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding perutakan menjadi putih
mengkilap yaitu”striae albikan”.
Ny Deni , Umur 25 tahun , mengatakan 6 jam yang lalu melahirkan
anak pertama secara normal dengan berat 3000 gram, ,saat
ini mengeluh lelah , perut mules dan belum BAK dan masih
pasif. HAsil pemeriksaan didapatkan TD : 110/70 mm/ Hg , nadi 96 x/ mnt
, Suhu 37 ˚C, pernapasan 24 x/ mnt.
MODUL PEMBELAJARAN
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI
KEGIATAN BELAJAR III
Koordinator : Ita
Herawati, M.Keb
Kriteria Penilaian :
Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat
Bentuk Penilaian :
Tes tulis:
MEDIA PEMBELAJARAN :
LCD, Laptop, papan tulis, flip chart
BUKU SUMBER :
Buku Utama
1. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2014, Ilmu Kebidanan, PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
2. Saifuddin, Abdul Bari dkk., 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP. Jakarta.
3. Varney 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed.4,Vol.2, EGC.
4. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013
Buku Anjuran
1. Mann, Buku Ajar Ilmu Gizi, EGC
2. Sharlin & Edelstein, Buku Ajar Gizi dalam daur Kehiduman, EGC
3. Pollard Maria, 2015. ASI Asuhan Berbasis Bukti, EGC
4. Standar profesi kebidanan, 369.
5. Johnson, Ruth and Taylor, Wendy. 2014. Keterlampilan Dasar
Praktek Klinik Kebidanan Edisi 3. EGC. Jakarta
6. Permenkes 1464, 2010
7. Kepmenkes RI No 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang standar
asuhan kebidanan
8. Permenkes No 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktek bidan
Perubahan Psikologis Pada masa nifas
Koordinator : Ita
Herawati, M.Keb
Bahan Kajian :
Factor-faktor yang mempengaruhi masa nifas dan menyusui:
- Fisik
- Psikologis
- Lingkungan
- Sosial
- Budaya
- Ekonomi
METODE PEMBELAJARAN :
- SGD
- DL
- CL
- Seminar
Indikator :
Mengukur pemahaman mahasiswa mengenai Faktor2 yg mempengaruhi
masa nifas meliputi fisik,psikologis,lingkungan.sosial,budaya,ekonomi
Kriteria Penilaian :
Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat
Bentuk Penilaian :
- Uji lisan
- Uji tulis
- Presentasi laporan hasil diskusi
MEDIA PEMBELAJARAN :
LCD, Laptop, papan tulis, flip chart
BUKU SUMBER :
Buku Utama
1. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2014, Ilmu Kebidanan, PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
2. Saifuddin, Abdul Bari dkk., 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP. Jakarta.
3. Varney 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed.4,Vol.2, EGC.
4. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013
Buku Anjuran
1. Mann, Buku Ajar Ilmu Gizi, EGC
2. Sharlin & Edelstein, Buku Ajar Gizi dalam daur Kehiduman, EGC
3. Pollard Maria, 2015. ASI Asuhan Berbasis Bukti, EGC
4. Standar profesi kebidanan, 369.
5. Johnson, Ruth and Taylor, Wendy. 2014. Keterlampilan Dasar
Praktek Klinik Kebidanan Edisi 3. EGC. Jakarta
6. Permenkes 1464, 2010
7. Kepmenkes RI No 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang standar
asuhan kebidanan
8. Permenkes No 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktek bidan
Faktor-faktor yang mempengaruhi masa nifas dan menyusui, antara
lain:
a. Fisik
Kelelahan fisik karena aktifitas mengasuh bayi, menyusui,
memandikan, mengganti popok, dan menimang sepanjang hari bahkan
tidak jarang di malam buta sangatlah menguras tenaga. Apalagi jika tidak
ada bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain. setelah proses
kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama
menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama
merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah
melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran
Perubahan ini sangat berpengaruh.
keseimbangan.progesteron naik dan estrogen yang menurun secara
cepat
setelah melahirkan merupakan faktor penyebab.
b. Psikologis
Berkurangnya perhatian keluarga, terutama suami karena semua
perhatian tertuju pada anak yang baru lahir. Padahal usai persalinan si ibu
yang merasa lelah dan sakit pasca persalinan membuat ibu membutuhkan
perhatian. Kecewa terhadap penampilan fisik bayi karena tidaksesuai
dengan harapannya juga bisa memicu baby blues. Pada masa ini, ibu
nifas menjadi sangat sensitive, sehingga diperlukan pengertian dari
keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat berpengaruh dalam hal
memberi pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan
psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi
perubahan psikologis yang patologis.
c. Lingkungan
Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat
terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu
pendidikan di samping faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui
dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut
maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adat-istiadat
yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas.
lingkungan akan terus berubah selama kita hidup Jika memasuki suatu
fase kehidupan yang baru, akan selalu terjadi proses penyusuain dengan
lingkungan.stuasi ini dapat mempengaruhi ibu dalam melakukan
perawatan diri pada masa nifas ( stevens,2000).
Sarana prasarana tersedia di dalam lingkungan guna mendukung
dan mempromosikan prilaku kesehatan. Jasa konsultan dan spesialis dari
petugas kesehatan lain seperti ahli nutrisi, dokter ahli, dan perkerja sosial
harus ada sebagai usaha dalam membantu pasien mendapatkan
keterampilan yang di perlukan untuk mencapai atau menjaga kesehatan
dan kesejahteraan agar tetap optimal.
Organisasi berbasis masyarakat sering kali merupakan sarana yang
sagat baik untuk menyebarkan informasi (Gomez dan Gomez, 1984 dalam
Bastable,2002).
Selain itu, keluarga juga berperan sebagai sistem pendukung yang
kuat bagi anggota-aggotanya, khususnya dalam penaganan masalah
kesehatan keluarga.seperti ibu nifas, maka anggota keluarga yang lain
akan berusaha untuk membantu memulihkan kondisi kesehatannya ke
kondisi semula. Fungsi keluarga dalam masalah kesehatan meliputi
reproduksi, upaya membesarkan anak, nutrisi, memelihara kesehatan dan
rekreasi(Bobak,2004).
d. Sosial
Ibu merasa sulit menyesuaikan dengan peran baru sebagai ibu.
Apalagi kini gaya hidupnya akan berubah drastis. Ibu merasa dijauhi oleh
lingkungan dan merasa akan terasa terikat terus pada si kecil.
Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan ibu
post partum blues. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan
penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan
psikologis secara bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya, yaitu
suami, keluarga dan teman dekatnya.
Faktor sosial di pengaruhi oleh:
1. Faktor usia
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi
seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30
tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi
perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang
bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan
dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang
ibu.
2. Faktor pengalaman
Berdasarkan beberapa penelitian Paykel dan Inwood (Regina dkk,
2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak
ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran
seorang ibu dan semua yang berkaitan dengan bayinya merupakan
situasi baru bagi dirinya yang dapat menimbulkan stres.
Berdasarkan pendapat Le Masters yang melibatkan suami istri muda
dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari
mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.
3. Faktor pendidikan
Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan
konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki
dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah,
dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari
anak–anak mereka (Kartono, 2011).
4. Faktor selama proses persalinan
Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang
digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma
fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar
pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang
bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin.
e. Budaya
Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status
kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat
ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali
pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara
kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau
kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara lain masih adanya
pengaruh adat budaya yang turun temurun masih dianut sampai saat ini.
f. Ekonomi
Status ekonomi merupakan simbol status sosial di masyarakat.
Pendapatan yang tinggi menunjukan kemampuan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi faedah zat gizi untuk ibu
hamil. Sedangkan kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong ibu
nifas untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
kesehatan.
MODUL PEMBELAJARAN
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI
KEGIATAN BELAJAR V
Koordinator : Ita
Herawati, M.Keb
Bahan Kajian :
Kebutuhan dasar ibu nifas
1. Nutrisi dan cairan
2. Ambulasi
3. Eliminasi: bak/bab
4. Istirahat
5. Personal Higiene
6. Seksual
7. Olah Raga / senam nifas
METODE PEMBELAJARAN :
- SGD
- DL
- CL
- Role Play & Simulation
- Bed side teaching
Indikator :
Mengukur pemahaman mahasiswa mengenai Kebutuhan dasar ibu nifas
meliputi; Nutrisi dan cairan, Ambulasi, Eliminasi: bak/bab, Istirahat,
Personal Higiene, Seksual , Olah Raga / senam nifas
Kriteria Penilaian :
Menjelaskan dan mempraktikan dengan tepat
Bentuk Penilaian :
- Uji lisan
- Uji tulis
- Presentasi laporan hasil diskusi
- Portopolio
Penampilan klinik
MEDIA PEMBELAJARAN :
LCD, Laptop, papan tulis, flip chart
BUKU SUMBER :
Buku Utama
1. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2014, Ilmu Kebidanan, PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
2. Saifuddin, Abdul Bari dkk., 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP. Jakarta.
3. Varney 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed.4,Vol.2, EGC.
4. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013
Buku Anjuran
1. Mann, Buku Ajar Ilmu Gizi, EGC
2. Sharlin & Edelstein, Buku Ajar Gizi dalam daur Kehiduman, EGC
3. Pollard Maria, 2015. ASI Asuhan Berbasis Bukti, EGC
4. Standar profesi kebidanan, 369.
5. Johnson, Ruth and Taylor, Wendy. 2014. Keterlampilan Dasar
Praktek Klinik Kebidanan Edisi 3. EGC. Jakarta
6. Permenkes 1464, 2010
7. Kepmenkes RI No 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang standar
asuhan kebidanan
8. Permenkes No 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktek bidan
a. Energi
Penambahan kalori sepanjang 3 buln pertama pasca post partum
mencapai 500 kalori. Rata- rata produksi ASIsehari 800 cc yang
mengandung kal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk
menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kal. Jika laktasi
berlangsung selama lebih dari 3 bulan,selama itu pula berat badan ibu
akan menurun, yang berarti jumlah kalori tambahan harus ditingkatkan.
Sesungguhnya, tambahan kalori terebut, sebesar 700 kal sementara
sisanya ( sekitar 200 kal ) diambil dari cadagan indogen yaitu timbunan
lemak selama hamil. Mengingatkan efesiensi kofersi energi hanya 80-
90% maka energi dari makanaan yang dianjurkan (500 kal) hanya
akan menjadi energi ASI sebesar 500 kal. Untuk menghasilkan 850cc
ASI dibutuhkan energi 680 sampai 807 kal energi.maka dapat
disimpulkan bahwa dengan memberikan ASI, berat badan ibu akan
kembali normal dengan cepat.
b. Kalori
Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air
susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding
selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu
dengan nutrisi baik adalah 70kal atau 100ml dan kira-kira 85kal
diperlukan oleh ibu untuk tiap 100ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu
menggunakan kira-kira 640kal/hari untuk 6 bulan pertama dan
510kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu
normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2300-2700kal ketika
menyusui. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan
aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI,
serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayinya untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga
harus memenuhi syarat, seperti : susunannya harus seimbang,
porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak,
serta tidak mengandung alkohol, nikotin, bahan pengawet, dan
pewarna.
c. Karbohidrat
Makanan yang dikonsumsi dianjurkan mengandung 50-60%
karbohidrat. Laktosa (gula susu) adalah bentuk utama dari karbohidrat
yang ada dalam jumlah lebih besar dibandingkan dalam susu sapi.
Laktosa membantu bayi menyerap kalsium dan mudah di metabolisme
menjadi dua gula sederhana (galaktosa dan glukosa) yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi selama masa bayi.
d. Protein
Ibu memerlukan tambahan 20gr protein diatas kebutuhan normal
ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500kal yang
dianjurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian
sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari
protein hewani dan protein nabati. Protein hewani antara lain : telur,
daging, ikan, udang, kerang, susu, dan keju. Sementara itu, protein
nabati banyak terkandung dalam : tahu, kacang-kacangan, dll.
e. Cairan
Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu
menyusui dianjurkan minum 2-3liter/hari dalam bentuk air putih, susu,
dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Mineral,
air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan
penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme didalam tubuh.
Sumber zat pengatur hal tersebut bisa diperoleh dari semua jenis
sayur dan buah-buahan segar. Selain itu nutrisi ibu membutuhkan
banyak cairan seperti air minum. Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter
sehari ( 1 liter setiap 8 jam ).
f. Zat besi
Pil zat besi (fe) harus diminum, untuk menambahkan zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
g. Lemak
Lemak 25-35% dari total makanan. Lemak menghasilkan kira-kira
setengah kalori yang diproduksi oleh air susu ibu.
h. Vitamin A
Minum kapsul vitamin A (200.000unit) sebanyak 2 kali yaitu pada satu
jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
2. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat
mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat
tidurnya dan membimbing ibu untuk cepat berjalan.Sekarang tidak
perlu menahan ibu post partum terlentang ditempat tidurnya selama 7-
14 jam setelah melahirkan. Ibu post partum sudah diperbolehkan
bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum
Ambulasi perlu dilakukan agar tidak terjadi pembengkakan
akibat tersumbatnya pembuluh darah Ibu. Pada persalinan normal, jika
gerakannya tidak terhalang oleh pemasangan infuse atau kateter dan
tanda-tanda vitalnya juga memuaskan, biasanya Ibu diperbolehkan
untuk mandi dan pergi ke wc dengan dibantu, satu atau dua jam
setelah melahirkan secara normal. Sebelum waktu ini, Ibu diminta
untuk melakukan latihan menarik nafas yang dalam serta latihan
tungkai yang sederhana dan harus duduk serta mengayunkan
tungkainya dari tepi ranjang. Pasien Sectio Caesarea biasanya mulai
„ambulasi‟ 24-36 jam sesudah melahirkan. Jika Pasien menjalani
analgesia epidural, pemuiihan sensibilitas yang total harus dilakukan
dahulu sebelum ambulasi dimulai. Setelah itu Ibu bisa pergi ke kamar
mandi. Dengan begitu sirkulasi darah di dalam tubuh akan berjalan
dengan baik. Gangguan yang tidak diinginkan pun bisa dihindari.
Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai
dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua Ibu telah
dapat duduk, lalu pada hari ketiga Ibu telah dapat menggerakkan kaki
yakni dengan jalan-jalan. Hari keempat dan kelima, Ibu boleh pulang.
Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Terkait dengan
mobilisasi, Ibu sebaiknya mencermati faktor-faktor berikut ini:
a. Mobiliasi jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan
Ibu terjatuh. Khususnya jika kondisi Ibu masih lemah atau memiliki
penyakit jantung. Meski begitu, mobilisasi yang terlambat
dilakukan juga sama buruknya, karena bisa menyebabkan
gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah tersumbat,
teranggunya fungsi otot dan lain-lain.
b. Yakinlah Ibu bisa melakukan gerakan-gerakan di atas secara
bertahap.
c. Kondisi tubuh akan cepat pulih jika Ibu melakukan mobilisasi
dengan benar dan tepat. Tidak Cuma itu, sistem sirkulasi di dalam
tubuh pun bisa bcrfungsi normal kembali akibat mobilisasi. Bahkan
penelitian menyebutkan early ambulation (gerakan sesegera
mungkin) bisa mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran
darah bisa menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam atau
DVT (Deep Vein Thrombosis) dan bisa menyebabkan infeksi.
d. Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena bisa
membebani jantung.
e. Latihan postnatal dilakukan seperti diuraikan dalam gambar 20.2.
biasanya latihan dimulai pada hari pertama dan dilakukan sehari
sekali dengan pengawasan Bidan. Pada beberapa Rumah Sakit,
fisioterapis menyelenggarakan kelas-kelas latihan postnatal pada
hari-hari tertentu setiap minggu.
Tujuan latihan dijelaskan pada lbu sehingga la menyadari pentingnya
meluangkan waktu untuk mengikuti latihan ketika di Rumah Sakit dan
akan melanjutkannya setelah di rumah nanti. Latihan membantu
menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk
tubuh yang baik, mengencangkan dasar panggul sehingga mencegah
atau memperbaiki stres inkontinensia, dan membantu memperbaiki
sirkulasi darah di seluruh tubuh.
Berbaring
Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi
normal terhadap tekanan. Ketika berbaring membutuhkan posisi lateral
dengan menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya diangkat
dari tempat tidur. Tubuh harus ditopang oleh matras yang adekuat.
Tulang belakang harus berada dalam kesejajaran lurus tanpa ada
lingkungan yang terlihat.
Keuntungan yaitu:
a. Penderia merasalebih sehat dan kuat
b. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi perineum.
c. Mempercepat involusi uterus.
d. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik
e. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin
f. Meingkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat
fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
g. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu
mengenai cara merawat bayinya
h. Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat secara
berangsur -angsur, mulai dari jalan- jalan ringan dari jam ke jam
sampai hitungan hari sehingga pasien dapat melakukannya
sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien
dapat terpenuhi.
Buang Air Besar. Defekasi (BAB) harus ada dalam 3 hari post
partum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses
mengeras) tertimbun direktum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi
hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui
mulut)
Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu pesalinan
sehingga dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya bila
penderita tidak BAB sampai 2 hari sesudah persalinan, akan ditolong
dengan pemberian spuit gliserine atau diberikan obat –obatan.
Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB maka
sebaiknya diberikan laksan atau paraffin (1-2 hari post partum), atau
pada hari ke 3 diberi laksan supositoria dan minum air hangat. Berikut
adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.
a. Diet teratur
b. Pemberian cairan yang banyak
c. Ambulasi yang baik
d. Bila takut buang air besar secara episiotomi, maka diberikan laksan
supositoria.
4. Istirahat
Umumnya wanita sangat lelah setalah melahirkan, akan terasa
lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan
cemas apakah dia mampu merawat anaknya atau tidak setelah
melahirkan hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah
terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus
bangun malam untuk menyusui, atau mengganti popok sebelumnya
tidak pernah dilakukan.
a. Istirahat Malam
Selama satu atau dua malam yang pertama, ibu yang baru mungkin
memerlukan obat tidur yang ringan. Biasanya dokter akan
memberikannya jika benar-benar diperlukan. Kerapkali tubuhnya
sendiri yang mengambil alih fungsi obat tidur ini dan ia benar-banar
tidur lelap sehingga pemeriksaan tanda-tanda vital serta fundus uteri
hanya sedikit mengganggunya. Sebagian ibu menemukan bahwa
lingkungan yang asing baginya telah mengalihkan perhatiannya dan
sebagian lainnya merasa terganggu oleh luka bekas episiotomi
sehingga semua ini akan menghalangi tidurnya ketika pengaruh
pembiusan sudah hilang. Rasa nyeri atau tcrganggu selalu
memerlukan pemeriksaan dan analgesik dapat diberikan sebelum
pasien menggunakan obat tidur.
Setelah hari kedua postnatal ,pemberian obat tidur pada malam
hari biasanya sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak dianjurkan jika ibu
ingin menyusui bayinya pada malam hari. ibu harus dibantu agar dapat
beristirahat lebih dingin dan tidak diganggu tanpa alasan. Hal-hal kecil
yang menarik perhatiannya seperti suara pintu yang berderik atau
bunyi tetesan air dari keran harus dilaporkan pada siang harinya
sehingga dapat di atasi sebelum suara-suara tersebut mengganggu
tidur ibu.
Ibu yang baru yang tidak dapat tidur harus diobservasi dengan
ketat dan semua keadaan yang di temukan harus dilaporkan pada
dokter. Insommia merupakan salah satu tanda peringatan untuk
psikosis nifas.
b. Istirahat Siang
Waktu siang hari di rumah sakit tidak perlu terlalu diprihatinkan,
namun banyak orang mengatakan hal tersebut harus pulang ke rumah
untuk bisa beristirahat merupakan pernyataan yang sering terdengar
dan petugas yang terlibat dalam unit asuhan maternitas harus
mendengarkan serta mencari mcngapa keluhan tersebut bisa tcrjadi.
Pada hampir setiap rumah sakit bersalin, priode istirahat yang jelas
perlu disediakan secara teratur dan kerapkali di perlukan selama satu
jam sebelum makan siang tirai ditarik, radio dimatikan, staf
keperawatan harus bekerja tanpa suara, tamu yang ingin berkunjung
dilarang dan pangilan telpon tidak diteruskan kepada pasien kecuali
benar-benar mendesak. Ibu harus dibantu untuk mengatur sendiri
bagaimana memanfaatkan waktu istirahat ini: berbaring telungkup
(mungkin dengan bantal di bawah panggulnya ) untuk membantu
drainase uterus jika posisi nyaman baginya. priode istirahat ini
umumnya memberikan manfaat fisik maupun psikologis yang sangat
besar. Beberapa rumah sakit mengulangi waktu istirahat yang jelas
pada sore harinya.
Kalau ditanya apa yang membuat bangsal postnatal tampak begitu
sibuk, jawaban sebagian ibu mengungkapkan hal yang terjadi.
kejadian yang rutin dan teratur,seperti visite dokter, program latihan,
peragaan dalam memandikan bayi atau bahkan menyusui bayi
tampaknya bukan masalah. kegiatan-kegiatan yang membutuhkan
curahan emosi, seperti menghadapi tamu dan panggilan telpon dari
luar, atau menulis surat ucapan terima kasih atas pengiriman kartu
ucapan selamat dan hadiah, semua ini lah yang melelahkan ibu baru
melahirkan barang kali perawat yang dapat merasakan kesibukan ibu
dalam menghadapi hal-hal semacam itu. Dapat membantunya dengan
membahas prioritas, Apakah setiap orang yang mangirim surat ucapan
selamat benar-benar memerlukan jawaban. Di samping itu, perawat
harus berhati-hati pada saat jam kunjungan untuk menjaga agar ibu
tidak terlalu lelah
c. Pola Tidur
Masa nifas berkaitan dengan gangguan pola tidur, terutama
segera setelah melahirkan. 3 hari pertama dapat merupakan hari yang
sulit bagi ibu akibat penumpukan kelelahan karena persalinan dan
kesulitan beristirahat karena perineum. Nyeri perineum pasca partus
berkolerasi erat dengan durasi kala IIpersalinan. Rasa tidak nyaman di
kandung kemih, dan perineum, serta gangguan bayi, semuanya dapat
menyebabkan kesulitan tidur, yang dapat mempengaruhi daya ingat
dan kemampuan psikomotor. Secara eoritis pola tidur kembali
mendekati normal dalam 2 / 3 minggu setelah persalinan, tetapi ibu
yang menyusui mengalami gangguan pola tidur yang lebih
besar.Yang sangat di idamkan ibu baru adalah tidur dia tidur lebih
banyak istirahat di 2 minggudan bulanpertama setelah melahirkan , bisa
mencegah depresi danmemulihkan tenaganya yang terkuras habis.
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk
memulihkan kembali keadaan fisik.
Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa
kerugian :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi
dan diri
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar ibu
kembali melakukan kegiatan –kegiatan rumah tangga secara perlahan
dan bertahap.Namun harus melakukan istirahat minimal 8 jam sehari
siang dan malam.
Ada beberapa hal yang dapat Anda coba lakukan untuk lebih mudah
tertidur di malam hari.
b. Pergi ke tempat tidur dan bangun di saat sama setiap hari. Bahkan
jika lelah jangan tidur siang.
c. Jangan makan makanan berat kurang dart tiga jam sebelum pergi
tidur. Hindari kopi, tch, minuman kola, alkohol dan merokok. Jika
Anda lapar, makan biskuit atau pisang. Minum segelas susu hangat
setengah jam sebelum tidur.
d. Lakukan hal yang membantu Anda mengatasi kesulitan tidur ( lihat
tip praktis di bawah )
e. Coba obat herbal yang membuat tidur nyenyak ( lihat obat alami di
bawah )
f. Jika Anda merasa tegang, lakukan latihan relaksasi ( lihat relaksasi
) beberapa saat sebelum tidur. Berendamlah dalam air hangat.
Minyak lavender
g. Jangan makan makanan berat kurang dari tiga jam sebelum pergi
tidur. Hindari kopi, tch, minuman kola, alkohol dan merokok. Jika
Anda lapar, makan biskuit atau pisang. Minum segelas susu hangat
setengah jam sebelum tidur.
h. Lakukan hal yang membantu Anda mengatasi kesulitan tidur ( lihat
tip praktis di bawah )
MODUL PEMBELAJARAN
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI
KEGIATAN BELAJAR VI
Koordinator : Ita
Herawati, M.Keb
Bahan Kajian :
Kebutuhan Psikologi ibu nifas dan menyusui
METODE PEMBELAJARAN :
- SGD
- DL
- CL
- Role Play & Simulation
- Bed side teaching
Indikator :
Mengukur pemahaman mahasiswa mengenai Kebutuhan psikologi ibu
nifas
Kriteria Penilaian :
Menjelaskan dan mempraktikan dengan tepat
Bentuk Penilaian :
- Uji lisan
- Uji tulis
- Presentasi laporan hasil diskusi
- Portopolio
Penampilan klinik
MEDIA PEMBELAJARAN :
LCD, Laptop, papan tulis, flip chart
BUKU SUMBER :
Buku Utama
1. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2014, Ilmu Kebidanan, PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
2. Saifuddin, Abdul Bari dkk., 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP. Jakarta.
3. Varney 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed.4,Vol.2, EGC.
4. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013
Buku Anjuran
1. Mann, Buku Ajar Ilmu Gizi, EGC
2. Sharlin & Edelstein, Buku Ajar Gizi dalam daur Kehiduman, EGC
3. Pollard Maria, 2015. ASI Asuhan Berbasis Bukti, EGC
4. Standar profesi kebidanan, 369.
5. Johnson, Ruth and Taylor, Wendy. 2014. Keterlampilan Dasar
Praktek Klinik Kebidanan Edisi 3. EGC. Jakarta
6. Permenkes 1464, 2010
7. Kepmenkes RI No 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang standar
asuhan kebidanan
8. Permenkes No 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktek bidan
Kebutuhan dasar psikologi pada masa nifas dan menyusui