Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Loan to Deposit Ratio menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor

15/7/PBI/2013 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam
Rupiah dan Valuta Asing adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam
Rupiah dan Valuta asing, tidak termasuk kredit kepada Bank lain, terhadap dana pihak ketiga
yang mencakup giro, tabungan dan deposito dalam Rupiah dan Vakuta asing, tidak termasuk
dana antar Bank.

Kasmir (2012:319) mengartikan Loan to Deposit Ratio sebagai berikut :

“Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit
yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang
digunakan”.

Sedangkan menurut Sipahutar (2007:7), Loan to Deposit Ratio dinyatakan sebagai


berikut :

“LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan perbandingan antara kredit yang disalurkan
perbankan terhadap penghimpun dana pihak ketiga”.

Dendawijaya (2001:101) mengartikan Loan to Deposit Ratio adalah seberapa jauh


kemampuan Bank dalam membiayai kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio ini menggambarkan


kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan
dengan mengandalkan kredit sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini memberikan indikasi
mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Semakin tinggi
rasio ini menggambarkan kurang baiknya likuiditas bank. Oleh karena itu, Bank Indonesia
membatasi tingkat Loan to Deposit Ratio yang dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor 15/15/PBI/2013 bahwa batas aman Loan to Deposit Ratio berkisar antara 78% sampai
dengan 92%. Loan to deposit ratio mempunyai peranan penting sebagai indikator yang
menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang dilakukan bank sehingga Loan to Deposit Ratio
juga dapat digunakan untuk mengukur berjalan tidaknya fungsi bank sebagai lembaga
intermediasi.

Loan to Deposit Ratio dapat pula digunakan untuk menilai strategi manajemen suatu
bank. Manajemen bank yang konservatif biasanya memiliki kecenderungan Loan to Deposit
Ratio yang relatif rendah, sebaliknya manajemen yang agresif memiliki Loan to Deposit
Ratio yang tinggi atau melebihi batas toleransi.

Perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara seluruh jumlah kredit
atau pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima bank. Nilai
Loan to Deposit Ratio dapat ditentukan melalui suatu formula yang ditentukan oleh Bank
Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP mengenai Pendoman
Penghitungan Rasio Keuangan yaitu :

𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
Loan to Deposit Ratio = 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎

Kredit adalah kredit yang sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia
mengenai penilaian kualitas aset bank umum. Sedangkan dana pihak ketiga meliputi giro,
tabungan dan deposito tetapi tidak termasuk deposito antar bank.

Menurut Mulyono (2001:101) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio


perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit) dengan jumlah dana
msayarakat dan modal sendiri yang digunakan. Loans Rasio ini menggambarkan kemampuan
bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan
kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Lukaman Dendawijaya (2005:116) mendefinisikan Loan to Deposit Ratio adalah


ukuran seberapa jauh kemampuan bank dalam membiayai kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
S. Scott Mc Donald dan Timothy W Koch (2006:581) menyebutkan bahwa many bank and
bank analyst monitor loan to deposit ratio as a general measure of liquidity, artinya semua
bank dan analisis bank melihat Loan to Deposit Ratio sebagai alat ukur dari likuiditas bank.

Sedangkan Mangasa Augustinus Sipahutar dalam bukunya yang berjudul Persoalan-


Persoalan Perbankan Indonesia menyebutkan bahwa Loan to Deposit Ratio merupakan
perbandingan antara kredit yang disalurkan perbankan terhadap penghimpunan dana pihak
ketiga. Indikator ini menjadi alat ukur terhadap tingkat ekspansifitas perbankan dalam
menyalurkan kredit. Loan to Deposit Ratio menjadi alat ukur terhadap fungsi intermediasi
perbankan. Semakin tinggi indikator ini maka semakin baik pula perbankan melakukan
fungsi intermediasi, demikian pula sebaliknya semakin rendah indikator ini maka semakin
rendah pula perbankan melakukan fungsi intermediasinya.

Lukaman Dendawijaya (2005:116) rasio Loan to Deposit Ratio ini dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛
LDR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡+𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

Sumber : Lukman Dendawijaya (2005:116)

Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio memberikan indikasi semakin rendahnya


kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, hal ini disebabkan karena jumlah dana yang
diperlukan untuk mmembiayai kredit menjadi semakin besar. Sebaliknya, angka Loan to
Deposit Ratio yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang rendah dibandingkan
dengan dana yang diterimanya dan menunjukkan bahwa bank masih jauh dari maksimal
dalam menjalankan fungsi intermediasi (Syahrial Muchtar, 2001)

Loan to Deposit Ratio dapat juga digunakan untuk menilai strategi manajemen bank.

Ketentuan Loan to Deposit Ratio (LDR)

Ketentuan Loan to Deposit Ratio menurut Bank Indonesia pada Surat Edaran Bank
Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal tata cara penilaian tingkat kesehatan
bank umum, menyatakan bahwa tingkat kesehatan bank untuk kepentingan semua pihak yang
terkait, maka Bank Indonesia menetapkan :

1) Untuk Loan to Deposit Ratio sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit nol (0),
artinya likuiditas bank tersebut tidak sehat.
2) Untuk Loan to Deposit Ratio di bawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya nilai
likuiditas bank tersebut sehat.

Batas aman Loan to Deposit Ratio suatu bank secara umum adalah sekitar 90%-
100%, sedangkan menurut ketentuan bank sentral batas aman Loan to Deposit Ratio adalah
110% (Simorangkir 2000:147).

Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan suatu bank, dimana
sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman Loan to Deposit Ratio dari suatu
bank adalah 80%, namun batas toleransi berkisar antara 85% sampai dengan 110%.

Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, bank Indonesia menetapkan
ketentuan sebagai berikut :

1) Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberikan nilai kredit 0, artinya
likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.
2) Untuk rasio LDR di bawah 110% diberikan nilai kredit 100, artinya likuiditas
bank dinilai sehat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) yang terlalu tinggi
memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, hal
ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin
besar. Sebaliknya, jika Loan to Deposit Ratio yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi
kredit yang rendah dibandingkan dengan dana yang diterimanya.

Jenis-Jenis Loan to Deposit Ratio (LDR)

Dana-dana yang di himpun dari masyarakat akan dibandingkan dengan jumlah kredit
yang dapat diberikan oleh Bank baik intern maupun ekstern, menurut (Lukman Dendawijaya,
2005:116) dapat dijabarkan bahwa yang termasuk ke dalam jenis-jenis Loan to Deposit Ratio
(LDR0 adalah :

1. Giro (Demand deposit)


Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah lainnya atau cara
pemindah bukuan. Dalam pelaksanaannya, giro di tatausahakan oleh bank dalam
suatu rekening yang disebut dengan rekening koran. Jenis rekening giro ini dapat
berupa :
a. Rekening atas nama perorangan.
b. Rekening atas nama suatu badan usaha.
c. Rekening bersama atau gabungan.

Dalam kehidupan modern sekarang, motif transaksi dan berjaga-jaga yang paling
banyak mewarnai alasan penguasaan uang tunai. Bagi penguasaan (kecil,menengah
ataupun besar) dan kaum menengah keatas, mempunyai rekening giro pada bank
merupakan kebutuhan mutlak demi kelancaran pembayaran demi urusan bisnisnya.
Penggunaan cek dalam transaksi pembayaran telah melampaui jumlah penggunaan
uang kartal.

2. Deposito
Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan
perjanjian. Apabila sumber dana bank di dominasi oleh dana yang berasal dari
deposito berjangka, pengaturan likuiditasnya relatif tidak terlalu sulit, akan tetapi dari
sisi biaya dana akan sulit untuk ditekan sehingga akan mempengaruhi tingkat suku
bunga kredit bank yang bersangkutan. Berbeda dengan giro dan deposito akan
mengendap di bank karena para pemegangnya (deposan) tertarik akan tingkat bunga
yang ditawarkan oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo
(apabila dia tidak ingin memperpanjang) dananya yang ditarik kembali. Terdapat
berbagai jenis deposito, yakni :
a. Deposito Berjangka
Adalah deposito yang dibuat atas nama dan tidak dapat di pindahtangankan.
b. Sertifikat Deposito
Adalah deposito yang diterbitkan atas unjuk dan dapat di pindahtangankan atau di
pergunakan serta dapat dijadikan sebagai jaminan bagi permohonan kredit.
c. Deposits On Call
Adapun sejenis deposito berjangka yang pengambilannya dapat dilakukan
sewaktu-waktu, asalkan memberitahukan bank 2 hari sebelumnya.
3. Tabungan (Saving)
Adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu. Program tabungan yang pernah diperkenankan oleh
pemerintah sejak tahun 1971 adalah tabanas, taska, tappelpram, tabungan ongkos naik
haji, dan lain-lain. Akan tetapi, adanya berbagai deregulasi di bidang perbankan
seperti paket Juni 1983 dan paket Oktober 1988 menyebabkan semua bank memiliki
berbagai berbagai jenis produk tabungan dengan nama khusus serta memberikan
rangsangan yang baik bagi nasabahnya. Semua bank diperkenankan untuk
mengembangkan sendiri berbagai jenis tabungan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat tanpa perlu adanya persetujuan dari bank sentral (Bank Indonesia).
4. Kredit
Kredit adalah penyediaan uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan
termasuk pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan NPA (Note
Purchase Agreement) dan pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan ajang
piutang (factoring).

BAB I

Loan to deposit ratio (LDR) yaitu menunjukkan suatu jumlah kredit yang telah
diberikan dan dibiayai dengan dana pihak ketiga serta mengukur tingkat kemampuan
bank untuk membayar dana pihak ketiga dari pengambilan kredit yang telah diberikan
(Dendawijaya 2009:116). Bank akan mendapatkan tambahan pendapatan bunga yang
telah diberikan dengan asumsi tidak ada kredit macet maka bank akan mampu
menyalurkan kreditnya secara efisien semakin rendah peringkat kesehatan bank
tersebut. Namun, LDR yang sangat kecil bukan berarti bank tersebut telah
menjalankan fungsi intermediasi dengan baik. Karena itu, bank tetap harus
mempertahankan LDR minimum 50%. Rendahnya peringkat kesehatan bank
menunjukkan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan
sehingga mengurangi kepercayaan investor. Investor akan merespon negatif terhadap
informasi tersebut atau kabar buruk. Hasil akhir dari penilaian aspek-aspek tersebut
dapat digunakan oleh perbankan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi
usaha di waktu yang akan datang. Sedangkan bagi investor dapat digunakan sebagai
suatu sinyal yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan investasi. Investor
yang sudah meningkat kepercayaannya terhadap kesehatan suatu bank akan berbalik
untuk membeli saham pada harga pasar yang berlaku dan sebaliknya investor yang
menurun kepercayaannya akan melakukan sebaliknya. Harga saham akan bertambah
jika investor yang menginterpretasikan sebagai kabar baik melebihi investor yang
menginterpretasikan sebagai kabar buruk, dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan
hukum permintaan dan penawaran.

a. Loan to Deposit Ratio

Definisi Loan to Deposit Ratio menurut Leon dan Ericson (2007)

adalah rasio antara total kredit yang diberikan bank dengan dana
yang dihimpun bank. Rasio ini menunjukkan berapa kemampuan

bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan

deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai

sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR menunjukkan

semakin rendah kemampuan likuiditas bank tersebut. Sesuai Surat

Edaran Bank Indonesia No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001

untuk mengukur loan to deposit ratio dapat dirumuskan sebagai

berikut :

𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛


LDR = 𝑥 100%
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎

Anda mungkin juga menyukai