Kelas : 3C Keperawatan
Kelompok : 3
Nama anggota :
1. AinuniaLuthfieSaputri 10. Mahfudho Indah Yusriana
2. Aizatunnisa 11. Nana AnggiFebianti
3. Amanda defina 12. NidyaApriliani
4. Ayudwilestari 13. NurulFaizah
5. Deva agustiya 14. PutriDwiAnjani
6. Devi sriwahyuni 15. QofsaRohmatun
7. Ella Rahmadani .P.P 16. RiyanTeguh
8. IrfanulMaarif 17. Wahyupurnomoaji
9. LailatulMukharomah
1. Pertimbangan Etik
Dalam memberikan asuhan keperawatan, seorang perawat perlu
memperhatikan 8 prinsip etika keperawatan antara lain (Koenigh
Kathleen,2007):
- Autonomi (berfikir logis dan dapat mengambil keputusan)
- Beneficience (bersikap baik)
- Justice (adil)
- Nonmalficience (tidak merugikan)
- Veracity (kejujuran)
- Fidelity (menepati janji)
- Confidentiality (kerahasiaan)
- Accountability (tanggung jawab)
Pada kasus diatas perawat telah melanggar prinsip etika profesi keperawatan.
Adapun prinsip etika yang dilanggar adalah sebagai berikut :
1.1 Prinsip Autonomi
Prinsip autonomi didasarkan pada keyanikan bahwa individu
mampu berfikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya (Koenigh Kathleen,2007)
Pada kasus di atas perawat tidak mematuhi prinsip ini sebab
perawat tidak menjelaskan mengenai dampak aborsi kepada klien hal ini
menyebabkan klien mengambil keputusan tanpa pertimbangan yang
matang.
1.2 Beneficience
Prinsip beneficience atau berbuat baik. Tindakan yang dilakukan oleh
perawat dalam kasus di atas bertentangan dengan prinsip etik
keperawatan. Abortus dapat dikatakan tindakan ilegal apabila dilakukan
tanpa ada indikasi penyakit atau keadaan janin yang tidak baik. Namun
pada kasus tersebut, klien meminta aborsi pada janin yang sehat dan
tidak ada indikasi penyakit.
Aborsi adalah isu yang sangat banyak dipublikasikan dan banyak orang termasuk ,
perawat , merasa pengaruh isu ini sangat kuat . perdebatan terus berlanjut ,
memicu konflik antara prinsip bahwa kehidupan adalah hal yang suci melawan
prinsip otonomi dan hak wanita untuk mengontrol tubuh mereka sendiri .
Ini adalah isu yang mudah berubah karena belum tercapainya consensus publik .
Sebagian besar Hukum Negara bagian dan provinsi memiliki ketepatan yang
dikenal sebagai conscience clauses yang mengizinkan dokter dan perawat secara
individu , serta institusi , untuk menolak membantu aborsi jika melanggar prinsip
agama atau moral mereka . Namun , perawat tidak memiliki hak untuk
memaksakan nilai mereka pada klien , dan kode etik keperawatan mendukung
hak klien untuk mendapatkan informasi dan konseling terkait aborsi.