Disusun Oleh:
HERLINA RAHAYU 021191065
Segala puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang
telah memberikan hikmat, kesehatan, dan kelancaran sehingga makalah ini yang
berjudul “Politik Hukum Nasional dan Karakter Hukumnya ” dapat terselesiakan
tanpa suatu halangan apapun. Kami juga berterima kasih kepada Wahyu
Kristiningrum S.SIT, M.H sebagai dosen pengajar yang memberikan tugas ini
untuk pembelajaran dan penilaian untuk mata kuliah Etika dan Hukum ini.
Semoga makalah kami dapat menambahkan wawasan bagi para pembaca dan
dapat memberikan manfaat.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Pengertian Politik Hukum Nasional ............................................................. 3
a. Pengertian Secara Umum ......................................................................... 3
b. Pengertian Menurut Para Ahli ................................................................. 3
B. Sendi – Sendi Hukum Nasional ................................................................... 5
C. Kebijakan Pembangunan Hukum Nasional ................................................. 6
1. Strategi Pembangunan Hukum yang ortodoks; ........................................ 6
2. Strategi Pembangunan Hukum yang responsive; ..................................... 7
D. Karakter Hukum Politik Hukum Nasional ................................................. 11
BAB III ................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan hukum sangat kompleks, karena itu pendekatannya bisa
dari multy disiplin ilmu baik sosiologi, filsafat, sejarah, agama, psikologi,
antropologi, politik dan lain-lain. Ketika kita berbicara Hukum Agraria
(hukum pertanahan) ini tidak bisa dilepaskan dari aspek sejarah, filsafat.
Ketika kita berbicara hukum tentang Pemilihan Umum, pendekatan politik
sangat kental. Dalam perkembangan hukum Pemerintahan di Daerah
pendekatan politik sangat mempengaruhi demikian juga ketika kita
berbicara hukum Perbankan dan sebagainya.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan politik hukum Nasional?
2. Apa saja yang menjadi sendi-sendi hukum Nasional?
3. Bagaimana kebijakan pembangunan hukum Nasional?
4. Bagaimana karakter hukum politik hukum Nasional?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian politik hukum Nasional.
2. Mengetahui sendi-sendi hukum Nasional.
3. Mengetahui kebijakan pembangunan hukum Nasional.
4. Mengetahui karakter hukum politik hukum Nasional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. L. J. Van Apeldorn
Eksekutif
Legislatif
Yudikatif
4
tertib hukum negara. Oleh karenanya, ketiga lembaga tersebut
merupakan lembaga yang berwenang dalam melakukan politik
hukum.
5
meperjuangkan kepentingan umum. Hal ini tercermin pada pasal 4
ayat (1) UUD 1945.
d. Pemerintah berdasarkan konstitusi
Penyelenggaraan pemerintahan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan dan berlandaskan konstitusi atau UUD yang
demokratis. Ini tercermin pada pasal 4 ayat (1) UUD 1945.
6
yang berkenaan dengan bagaimana hukum itu dibentuk,
dikonseptualisasikan, diterapkan, dan dilembagakan dalam suatu
proses politik.
Strategi pembangunan hukum ortodoks memiliki ciri-ciri adanya
peran yang sangat dominan dari lembaga-lembaga negara (pemerintah
dan parlemen) dalam menentukan arah pembangunan hukum dalam
suatu negara. Dengan demikian, maka baik tradisi hukum yang
kontinental (civil law), maupun tradisi hukum yang sosialis (socialist
law) dapat dikatakan sebagai penganut strategi pembangunan hukum
yang ortodoks. Karena dalam tradisi hukum tersebut peran lembaga-
lembaga negara sangat dominan dan monopolis dalam menentukan
arah pembangunan hukum.
7
penataan rambu-rambu strategi bagi manajemen pembangunan hukum
nasional, ialah sejauh mana kebijakan politik hukum (legal policy)
yang akan dikembangkan tetap konsisten dengan value system yang
terdapat dalam pancasilan dan UUD 1945, serta sejauh mana tujuan-
tujuan nasional dalam pembukaan UUD 1945 dapat direalisasikan
melalui penerapan hukum yang akan datang sebagai model strategi
pembangunan hukum yang dipilihnya.
Setelah adanya amandemen UUD 1945 yang didalamnya
memberikan konstruksi baru pada sistem ketatanegaraan indonesia,
dan hal tersebut berimplikasi pada penyusunan program pembangunan
hukum, dan pembangunan pada umumnya, yang selama ini ditetapkan
dalam GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) oleh MPR. GBHN
adalah haluan negara tentang penyelenggaraan negara dalam garis-
garis besar sebagai pernyataan kehendak rakyat secara menyeluruh
dan terpadu. GBHN ditetapkan oleh MPR untuk jangka waktu 5
tahun. Dengan adanya Amandemen UUD 1945 dimana terjadi
perubahan peran MPR dan presiden, GBHN tidak berlaku lagi.
Sebagai gantinya, UU no. 25/2004 mengatur tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menyatakan bahwa
penjabaran dari tujuan dibentuknya Republik Indonesia seperti dimuat
dalam Pembukaan UUD 1945, dituangkan dalam bentuk RPJP
(Rencana Pembangunan Jangka Panjang). Skala waktu RPJP adalah
20 tahun, yang kemudian dijabarkan dalam RPJM (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah), yaitu perencanaan dengan skala
waktu 5 tahun, yang memuat visi, misi dan program pembangunan
dari presiden terpilih, dengan berpedoman pada RPJP. Di tingkat
daerah, Pemda harus menyusun sendiri RPJP dan RPJM Daerah,
dengan merujuk kepada RPJP Nasional.
Dalam ketentuan yang baru berdasarkan amandemen UUD 1945,
MPR masih berwenang mengubah dan menetapkan UUD 1945,
namun ia tidak berwenang dalam menetapkan GBHN serta memilih
8
dan menetapkan presiden dan wakil presiden, karena pemilihan
presiden dan wakil presiden dilakukan secara langsung oleh rakyat.
Berdasarkan perubahan UUD 1945, maka implikasi bagi
pembangunan nasional tertuang dalam UU. No. 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Propenas) yang
dihasilkan oleh DPR bersama pemerintah tentang perumusan garis
besar rencana pembangunan nasional, diantaranya adalah:
a. Rencana untuk jangka waktu 20 tahun, atau jangka waktu panjang.
b. Rencana pembangunan 5 tahun, atau jangka menengah.
c. Rencana pembangunan tahunan.
Menyikapi atas rencana pembangunan nasional, khususnya dalam
bidang hukum, minimal ada tiga permasalahan yang perlu dirumuskan
sebagai hasil penelitian Komisi Hukum Nasional (KHN) tentang
“Implikasi Amandemen Konstitusi terhadap Perencanaan
Pembangunan Hukum”, yaitu:
1. Pihak atau lembaga manakah yang memberikan konstribusi bagi
perencanaan pembangunan hukum nasional pasca amandemen
UUD 1945 (Presiden terpilih dan partai pendukungnya atau
birokrasi pemerintahan yang selama ini mendominasi program
pembangunan hukum).
2. Jika terdapat banyak pihak yang berkonstribusi, apakah dilakukan
antar rencana program pembangunan hukum tersebut?, paradigma
atau grand design apakah yang menghubungkan antar rencana
tersebut, sehingga terbangun suatu rancangan pembangunan hukum
yang koheran?
3. Apakah paradigma tersebut mengakomodasi perkembangan
tuntutan reformasi ataukah masih digunakan paradigma lama?
9
diungkapkan disini sebagai kebijakan politik hukum negara dalam
pembangunan hukum nasional ialah untuk memaparkan ruang lingkup
pembangunan hukum nasional yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang ada pada ketentuan
UU. No.25 tahun 2004. RPJM dapat ditarik kedalam suatu program-
program umum kebijakan hukum sebagai berikut:
10
Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 pasca amandemen pada sisi
kekuasaan eksekutif, UUD 1945 memperkuat karakter sistem
pemerintahan presidensial dengan menetapkan Presiden dan Wakil
Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Dalam kaitannya dengan
pembangunan hukum nasional, presiden mempunyai kekuasaan
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 mengenai
kewenangan mengajukan RUU, Pasal 20 mengenai kewenangan
membahas RUU, Pasal 20 mengenai kewenanangan membahas RUU,
Pasal 22 mengenai kewenangan mengeluarkan PERPU.
11
kehendak rakyat. Dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang Garis-garis
Besar Haluan Negara butir ke-2 mengenai arah kebijakan bidang hukum
disebutkan:
12
“Law is and should be the law of the state, uniform for all persons,
exclusive of all other law, and administered by a single set of state
institutions.”
13
dan Undang-undang No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi
Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
penerapan unifikasi hukum terbatas dengan sendirinya terhapus. Kemudian
apabila dikaitkan dengan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah, Undang-undang ini mengamanatkan untuk memberikan
kesempatan yang luas kepada daerah untuk mengembangkan berbagai
potensinya dan mengubah paradigma pemerintahan yang sangat
sentralistik dan serba terpusat, setelah berlakunya undang-undang ini,
unifikasi lebih dipahami sebagai satu kesatuan wilayah hukum nasional,
terutama dikaitkan dengan aspek pembinaan aparatur dan hierarki
kekuasaannya.
Politik hukum kodifikasi dalam buku ini lebih dilihat sebagai upaya
untuk menghimpun materi hukum tertentu (hukum perdata, hukum pidana,
hukum dagang, hukum acara perdata, hukum acara pidana, dan hukum
perdata internmasional), yang masing-masing harus terhimpun dan
tersusun secara sistematis dalam kitab undang-undang. Hanya saja
menurut Teuku Mohammad Radhie, agar tidak terjadi kemandekan hukum
dan tidak menimbulkan konflik antar penduduk, politik hukum kodifikasi
hendaknya menganut prinsip kodifikasi terbuka dan prinsip kodifikasi
parsial.
14
Maksud dari prinsip kodifikasi parsial ialah, dalam melaksanakan
kodifikasi sesuatu cabang hukum pokok, kodifikasi tersebut dilakukan
mengenai bagian-bagian tertentu saja. Teuku Mohammad Radhie, seperti
yang sebelumnya dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja, kodifikasi
dilakukan hanya pada bagian-bagian yang tergolong hukum “netral”dan
tidak termasuk hukum yang berkenaan dengan kesadaran budaya atau
kepercayaan agama.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Politik hukum nasional adalah kebijakan dasar penyelenggara negara
dalam bidang hukum yang akan, sedang, telah berlaku, yang bersumber dari
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan Negara yang
dicita-citakan. Adapun kata nasional sendiri diartikan sebagai wilayah
berlakunya politik hukum itu. Dalam hal ini yang dimaksud adalah wilayah
yang tercakup dalam kekuasaan Negara Republik Indonesia. Dengan demikian,
yang dimaksud dengan politik hukum nasional adalah kebijakan dasar
penyelenggara (Republik Indonesia) dalam bidang hukum akan, sedang dan
berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara (Republik Indonesia)
yang dicita-citakan.
16
dengan bagaimana hukum itu dibentuk, dikonseptualisasikan, diterapkan, dan
dilembagakan dalam suatu proses politik. Dalam hal ini, peran lembaga-
lembaga negara dalam menentukan arah pembangunan hukum suatu negara
sangat dominan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cet. Ke-7 (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti,
2012), hal. 297-398
18