Oleh :
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
OKTOBER, 2019
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
5 Pencarian ovarium
6 Pemotongan ovarium
4.2 PEMBAHASAN
Reproduksi merupakan salah satu kemampuan makhluk hidup yang sangat
penting yaitu untuk menghasilkan keturunan. Hewan mamalia betina menghasilkan sel
gamet betina (ovum) yang apabila dibuahi oleh sel gamet jantan (sperma) akan
membentuk suatu individu baru. Organ reproduksi betina yang menghasilkan ovum
yaitu ovarium. Ovarium adalah sumber utama penghasil estrogen. Estrogen bertanggung
jawab atas timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder pada hewan betina. Hormon ini juga
berperan dalam pertumbuhan sistem saluran kelenjar mammae, mempengaruhi distribusi
dan deposisi lemak tubuh, mempercepat ossifikasi efifise tulang tubuh (Ihsan, 2010).
Praktikum ini menjelaskan mekanisme atau cara melakukan operasi ovariektomi
(pengangkatan ovarium). Ovariektomi yaitu tidakan membuat hewan betina mandul
dengan cara memotong ovarium hewan betina. Terdapat dua jenis ovariektomi yaitu
ovariektomi unilateral (pemotongan salah satu ovarium hewan betina kiri/kanan) dan
ovariektomi bilateral (pemotongan kedua ovarium hewan betina). Praktikum ini
melakukan ovariektomi bilateral, hewan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
tikus betina dewasa (Rattus novergicus) yang telah di anastesi dengan disuntikkan
larutan kestamin 0,3 ml + 0,7 ml akuades. Anastesi diperlukan agar hewan yang akan
dioperasi tenang dan tidak kesakitan sehingga proses operasi dapat berjalan lancar.
Bulu/rambut pada bagian abdomen dicukur dan diberikan alkohol 70% agar steril,
setelah bulu hilang atau tipis dioleskan betadin dan dilakukan pembedahan secara
bertahap lapis demi lapis sampai menembus peritonium (selaput pembungkus organ).
Selanjutnya dicari ovarium pada bagian sebelah kanan dan kiri abdomen, setelah
ditemukan ovarium terlebih dahulu ovarium dibersihkan dari jaringan lemak dan
jaringan ikat. Kemudian oviduk dan ovarium diligasi (diikat) lalu diangkat atau
dipotong. Bagian bekas sayatan dijahit kembali lapis demi lapis kemudian diberikan
alkohol 70% dan NaCl fisiologis. Bagian yang telah dijahit diberikan betadin dan
dioleskan salap gentamicin serta disuntikkan zat anti radang. Tikus ditunggu selama ±
45 menit sampai sadar. Operasi ovariektomi dianggap berhasil apabila hewan hidup
kembali setelah dioperasi.
Ovariektomi akan menghilangkan siklus estrus, karena tidak ada hormon
estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium. Operasi ovariektomi dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan hormonal untuk sementara waktu. Hal tersebut
dikarenakan ovarium merupakan kelenjar yang juga berperan sebagai kelenjar endokrin.
Ovariektomi dilakukan dengan dua cara yaitu mengikat bagian oviduct dan memotong
ovarium hewan betina (Raden, 2011). Tujuan dilakukannya ovariektomi yaitu untuk
mencegah terjadinya pembuahan dan kebuntingan, mencegah meningkatnya jumlah
populasi hewan agar meminimalisir penularan penyakit hal tersebut juga dilakukan pada
anjing dan kucing di daerah Amerika dan Canada untuk mengontrol populasi, mencegah
penyakit pada saluran reproduksi dan menghilangkan penyakit yang tidak diinginkan
yang terkait dengan siklus hormonal (Detora and Robert, 2011) serta dilakukannya
ovariektomi dapat dikarenakan terjadinya kelainan, kista atau kanker pada ovarium
sehingga ovarium harus diangkat.
Hormon estrogen yang dihasilkan ovarium berperan dalam proliferasi uterus.
Menurut Raden (2011), ovariektomi pada hewan betina menyebabkan terjadinya atropi
pada uterus. Atropi disebabkan karena menurunnya konsentrasi estrogen sehingga tidak
terjadi penebalan endometrium dan kelenjar uterus berada dalam keadaan tidak
mengeluarkan sekresi sehingga uterus mengecil dan bobotnya menurun. Penurunan
jumlah estrogen pada individu pasca menopause maupun hewan pasca ovariektomi
dapat menjadi penyebab turunnya absorpsi Ca intestinal dan tingginya ekskresi Ca
melalui ginjal (Hartiningsih, et al., 2017) juga dapat menimbulkan keluhan fisik seperti
keluarnya keringat, suhu tubuh meningkat, osteoporosis serta keluhan psikis seperti
gugup, insomnia, sakit kepala dan depresi. Hal tersebut sesuai dengan Rauf (2018), yang
menyatakan bahwa hormon estrogen berperan sebagai molekul sinyal penting terhadap
otak yang meliputi kontrol aksis hipotalamus-hipofisis dan reproduksi, neuroprotektif,
menstimulasi pelepasan neurotransmitter serta terlibat dalam modifikasi pengaruh
stresor terhadap memori, depresi dan kecemasan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Ovariektomi yaitu tidakan membuat hewan betina mandul dengan cara
memotong ovarium hewan betina
2. Ovariektomi terbagi dua jenis yaitu ovariektomi unilateral dan ovariektomi
bilateral.
3. Tahapan ovariektomi terdiri dari proses anastesi, sterilisasi mengguakan alkohol
70%, pembedahan, pengikatan oviduk, pengangkatan ovarium dan penutupan
luka serta pemberian antibiotik.
4. Tujuan dilakukannya ovariektomi yaitu untuk mencegah terjadinya pembuahan
dan kebuntingan, mencegah meningkatnya jumlah populasi hewan agar
meminimalisir penularan penyakit serta dikarenakan terjadinya kelainan seperti
kista atau kanker pada ovarium.
5. Ovariektomi pada hewan betina menyebabkan terjadinya atropi pada uterus,
dapat menimbulkan keluhan fisik seperti keluarnya keringat, suhu tubuh
meningkat, osteoporosis serta keluhan psikis seperti gugup, insomnia, sakit
kepala dan depresi.
5.2 SARAN
Sebaiknya praktikum dapat dilakukan secara langsung tidak melalui video
sehingga praktikan dapat lebih memahami materi praktikum.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Hartiningsih, Puspitasari, A.D., Putri, N.D., Arifah, N., Pawestri, W. & Anggraeni, D.
(2017). Kombinasi Calcitriol dan Ethynil Ethyl Estradiol Meningkatkan Ekskresi
Kalsium Urin dan Risiko Urolitiasis pada Tikus Ovariektomi. Jurnal Veteriner.
18 (2) : 239-246.
Raden, A. (2011). Efek Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) pada Rattus novergicus
Wistar yang Dilakukan Ovariektomi Terhadap Proliferasi Epitel pada Dinding
Vagina. Jurnal Ilmiah Kedokteran Hewan. 4 (1) : 71-76.