Anda di halaman 1dari 6

Masyarakat Indonesia mengenal pepatah klasik “mencegah lebih baik daripada mengobati” dan mudah

mengucapkannya. Melaksanakannya? Nanti dulu.

Saat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan terancam defisit sekitar Rp10 triliun tahun
ini, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang diluncurkan baru-baru ini, menunjukkan prevalensi
penyakit tidak menular meningkat dibanding riset serupa yang dilakukan lima tahun lalu. Dengan
demikian, biaya kesehatan yang dibutuhkan di masa depan akan lebih tinggi dibanding saat ini.

Dengan 300.000 sampel rumah tangga (sekitar 1,2 juta jiwa), riset tersebut bisa menggambarkan wajah
kesehatan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Penyakit tidak menular seperti kanker, stroke,
penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi menjadi lebih “umum” ditemui masyarakat baik
di perkotaan maupun pedesaan.

Penyakit-penyakit ini merupakan dampak dari gaya hidup yang tidak sehat selama bertahun-tahun. Ini
diperkuat dengan data riset tersebut bahwa satu dari lima orang di Indonesia terindikasi mengalami
obesitas.

Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan pula dengan kebiasaan merokok, minum
alkohol, kurang aktivitas fisik, dan kurang mengonsumsi buah dan sayur. Pencetus risiko penyakit tidak
menular ini prevalensinya juga meningkat.

Penyakit menular juga masih banyak

Bila penyakit tidak menular kerap dianggap sebagai penyakit yang lazim menyerang masyarakat negara
maju, Indonesia selain terbebani penyakit tak menular, juga harus menanggung beban penyakit menular
yang berkaitan dengan lingkungan dan perilaku. Tuberculosis (TB) paru, kaki gajah (filariasis), demam
berdarah, HIV/AIDS, dan hepatitis yang masih tinggi.

Hasil Riskesdas menunjukkan peningkatan penyakit kaki gajah di masyarakat. Sedangkan untuk penyakit
TB paru, saat ini masih diderita oleh 400 dari 100.000 penduduk. Angka ini sama dengan hasil riset yang
dilakukan 5 tahun yang lalu. Padahal TB paru ditargetkan menurun menjadi 245 dari 100.000 penduduk
pada 2019.

Penderita penyakit kaki gajah mengalami lonjakan drastis. Padahal target dari WHO yang disanggupi oleh
pemerintah Indonesia adalah nol kasus pada 2020. Hal ini menjadi pekerjaan rumah besar kita bersama
untuk berusaha mencapai target tersebut.

Tidak berhenti pada permasalahan kesehatan secara fisik, Riskesdas juga menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan jumlah masyarakat yang mengalami gangguan jiwa dan emosional dari 2013 ke 2018. Pada
2013 gangguan jiwa diderita oleh 1,7% dari populasi dan meningkat menjadi 7% pada 2018. Sedangkan
untuk gangguan mental emosional, pada 2013 hanya diderita oleh 6% penduduk dan meningkat menjadi
9,8% pada 2018.

Riskesdas 2018 menambahkan indikator depresi dalam kesehatan jiwa. Hasil Riskesdas menunjukkan
sebagian besar orang yang mengalami depresi memilih untuk tidak berobat.

Produktivitas terancam

Pembangunan suatu bangsa seringkali dikaitkan dengan produktivitas penduduknya. Produktivitas


dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya kesehatan. Kondisi kesehatan yang baik akan memampukan
seseorang untuk berpikir dan melakukan pekerjaan secara optimal.

Sedangkan kondisi kesehatan yang kurang baik atau buruk akan menghambat aktivitas, bahkan
merugikan secara ekonomi karena membutuhkan biaya pengobatan. Karena itu, kesehatan menjadi
aspek yang selalu diperhitungkan dan diperhatikan untuk mempertahankan bahkan meningkatkan
produktivitas penduduk.

Teori Hendrik L. Blum, profesional kesehatan dan profesor Universitas California, mengungkapkan bahwa
status kesehatan seseorang biasanya berkaitan dengan perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan
genetik atau keturunan. Berbagai faktor ini tampak mewarnai upaya pencegahan dan pengobatan
penyakit di Indonesia. Salah satunya adalah melalui perilaku CERDIK yang telah dikampanyekan oleh
Kementerian Kesehatan sejak 2012 . Perilaku ini meliputi enam langkah praktis dan mudah diterapkan:
1. Cek kesehatan rutin

Salah satu indikasi adanya gejala penyakit tidak menular dapat diketahui melalui pemeriksaan
kandungan dalam darah, misalnya kadar gula darah untuk diabetes melitus dan kadar lemak untuk
indikasi penyakit jantung. Selain itu, cek kesehatan rutin yang dianjurkan adalah pemeriksaan berat
badan dan tinggi badan untuk mengetahui status obesitas serta tekanan darah sebagai deteksi dini
hipertensi, stroke dan penyakit jantung.

Pemeriksaan kesehatan yang tergolong sederhana ini dapat dilakukan di puskesmas terdekat dan tidak
memakan biaya besar tapi manfaatnya besar.

2. Enyahkan asap rokok

Asap rokok terbukti merugikan perokok maupun orang sekitar yang ikut menghirup asap rokok (perokok
pasif). Salah satu upaya yang dilakukan di daerah adalah dengan menerapkan kawasan tanpa rokok
melalui peraturan daerah yang kemudian diterjemahkan dalam pemasangan plang anjuran di beberapa
fasilitas umum.

Namun, anjuran saja tidak cukup. Sudah saatnya pemerintah melarang total iklan rokok di semua media,
menaikkan harga rokok dan melaksanakan upaya pengendalian tembakau lain yang lebih ketat untuk
menurunkan risiko kesehatan masyarakat. Konsumsi rokok merupakan faktor risiko terbesar untuk
penyakit tidak menular yang sebenarnya bisa dicegah.

3. Rajin aktivitas fisik

Perkembangan zaman dan teknologi telah membawa banyak orang pada gaya hidup sedentary atau
minim gerak. Masyarakat Indonesia yang kurang aktivitas fisik terbukti mengalami peningkatan yaitu
sebesar 26,1% (2013) menjadi 33,5% (2018). Aktivitas fisik olahraga dianjurkan minimal 2 jam selama
seminggu.

4. Diet seimbang
Makanan yang masuk ke dalam tubuh seseorang akan menjadi sumber energi, sekaligus menjadi bagian
dari tubuh, misalnya yang terlihat melalui status gizi. Salah satu bentuk diet (perilaku makan) yang
seimbang adalah dengan mengonsumsi buah dan sayur. Riskesdas mengukur proporsi yang
mengonsumsi buah dan sayur setidaknya 5 porsi sehari. Data riset tersebut menunjukkan bahwa kurang
dari 5% penduduk yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai ketentuan tersebut. Padahal, konsumsi
sayur dan buah terbukti mampu mencegah berbagai penyakit tidak menular karena zat mineral dan
vitamin yang terkandung didalamnya.

5. Istirahat cukup

Bagi masing-masing orang, istirahat dilakukan dengan durasi dan kualitas yang berbeda-beda. Kuncinya,
istirahat harus cukup, tidak berlebihan dan juga tidak kurang. Ketika beristirahat, akan terjadi
pembahauruan sel-sel tubuh sehingga membuat seseorang akan merasa bugar baik secara fisik maupun
psikologis.

6. Kelola stres

Stres biasanya merupakan dampak yang dihadapi seseorang ketika menghadapi masalah tertentu.
Kemampuan dan cara setiap orang dalam menghadapi masalah umumnya bervariasi dan menentukan
seberapa besar suatu masalah akan berdampak pada kesehatan mental seseorang. Stres perlu dikelola
dengan baik supaya tidak ‘naik kelas’ menjadi depresi atau bahkan gangguan kesehatan mental.

Perilaku terbukti memberikan kontribusi yang sangat besar bagi status kesehatan seseorang. Sebagai
bagian dari ranah privasi, perilaku menjadi sulit untuk diintervensi oleh pemerintah. Namun demikian,
pembentukan perilaku kesehatan yang baik dapat dilakukan secara perlahan dan dengan cara yang tepat
dari tingkat masyarakat hingga perseorangan.

Peran pemerintah dan keluarga

Upaya pemerintah dalam menanggulangi berbagai masalah kesehatan semakin komprehensif dan
beragam. Mulai dari peningkatan akses jaminan kesehatan via program Jaminan Kesehatan Nasional,
mendorong lingkungan fisik dan sosial yang sehat, program gerakan masyarakat sehat (germas) dengan
perilaku CERDIK yang mengarah pada perubahan gaya hidup, serta berbagai upaya promosi kesehatan
yang muncul di media sosial, cetak maupun elektronik.

Sejak 2017, Kementerian Kesehatan telah menggaungkan program Indonesia Sehat melalui pendekatan
keluarga (PIS-PK) dan gerakan masyarakat sehat (GERMAS). Kedua program ini menitikberatkan pada
peran keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan mereka. Meski baru pada tahap
pendataan, program ini diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga melalui kunjungan aktif dari
tenaga kesehatan. Menambah jumlah dan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan perlu dilakukan
karena pada program ini tenaga kesehatan menjadi ujung tombak yang diharapkan pemerintah.

Selanjutnya, budaya Indonesia yang memegang prinsip kekeluargaan menjadi kekuatan tersendiri dalam
menanggulangi masalah kesehatan melalui peran keluarga. Keluarga memberi perlindungan informal
bagi setiap individu ketika negara secara formal tidak dapat memberikan solusi dari masalah kesehatan
yang dihadapi. [13/11 22.11] Della Erma: http://theconversation.com/pengidap-penyakit-tak-menular-
makin-banyak-6-cara-mudah-mencegahnya-104398

[13/11 22.14] Della Erma: http://dinkes.nttprov.go.id/index.php/publikasi/49-kegiatan-kampanye-cerdik-


ptm

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga yang lebih dikenal dengan PIS – PK dilaksanakan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan
keluarga dan mengintegrasikan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) secara berkesinambungan. Pelaksanaan PIS – PK dalam pembangunan bidang kesehatan selain
melibatkan kerjasama lintas program juga harus mendapatkan dukungan dari lintas sektor melalui
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). GERMAS adalah suatu tindakan sistematis dan terencana
yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa untuk mewujudkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan berperilaku hidup bersih dan sehat guna meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia yaitu kesehatan terjaga, produktif, lingkungan yang bersih dan biaya berobat
berkurang. Dengan peningkatan kualitas hidup manusia pada akhirnya dapat membentuk Bangsa
Indonesia yang kuat dan berdaya saing tinggi di era globalisasi.

GERMAS dilaksanakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang mengacu kepada Intruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. GERMAS diwujudkan melalui
kegiatan-kegiatan; 1) Peningkatan aktifitas fisik, 2) Peningkatan perilaku hidup sehat, 3) Penyediaan
Pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, 4) Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit, 5)
Peningkatan kualitas lingkungan, dan 6)peningkatan edukasi hidup sehat.
Terkait dengan hal tersebut di atas, maka Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya bermaksud
menyelenggarakan rangkaian kegiatan dalam rangka mengkampanyekan GERMAS kepada seluruh
lapisan masyarakat Kota Palangka Raya. Salah satu kegiatan yang akan dilaksanakan adalah Kampanye
CERDIK yang difokuskan kepada kegiatan senam massal sebagai praktik aktifitas fisik setiap hari, juga
sejalan dengan program pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM). Melalui perilaku
CERDIK yang merupakan singkatan dari;

Cek kesehatan secara teratur,

Enyahkan asap rokok,

Rajin berolah raga setiap hari,

Diet seimbang dengan konsumsi buah dan sayur setiap hari,

Istirahat yang cukup 7 – 8 jam perhari,

Kelola stress dengan baik.

Kampanye CERDIK bertujuan untuk mensosialisasikan perilaku CERDIK kepada seluruh lapisan
masyarakat agar menjadi budaya dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Sasaran kampanye CERDIK
adalah Petugas Kesehatan, Kader KesehatanPendidik/guru dan anak-anak sekolah, Institusi Pendidikan
Kesehatan, dan Lintas Sektor Terkait. Kampanye Cerdik dilaksanakan di arena Car Free Day (CFD)
Bundaran Besar Palangka Raya pada tanggal 12 November 2017. Adapun kegiatannya antara lain : (1)
Senam massal dengan terget 1000 orang senam bersama dalam rangka mengkampanyekan kepada
masyarakat tentang aktifitas fisik setiap hari, (2) Pelayanan kesehatan yang berupa kegiatan screening/
deteksi dini Penyakit Tidak Menular (PTM) dan konseling kesehatan, (3) Kegiatan donor darah, serta (4)
bazar buah dan sayuran organik. [13/11 22.16] Della Erma: https://dinkes.palangkaraya.go.id/kampanye-
cerdik-di-kota-palangka-raya/

Anda mungkin juga menyukai