DASAR TEORI
3. Schering Bridge
Schering bridge atau jembatan Schering adalah rangkaian listrik yang
digunakan untuk mengukur nilai isolasi dari kabel dan komponen-komponen
lainnya, contohnya adalah kapasitansi, faktor dissipasi, dan permitivitas relatif.
Schering bridge merupakan rangkaian AC, yang dikembangkan oleh Harald
Schering. Keuntungannya adalah persamaan keseimbangannya tidak bergantung
dari frekuensi.
6. Anderson Bridge
Anderson Bridge atau jembatan Anderson, adalah rangkaian jembatan yang
digunakan untuk menentukan self-inductance (L), dan reaktansi induktif (XL) pada
frekuensi tertentu. Rangkaian ini merupakan pengembangan dari Wheatstone
Bridge. Rangkaian ini membuat kita dapat mengukur induktansi menggunakan
kapasitor dan resistor, dan tidak membutuhkan pengulangan penyeimbangan dari
jembatannya.
2. Power Amplifier
Sebagai pengubah sinyal input dengan amplitudo rendah menjadi sinyal output dengan
amplitudo tinggi pada frekuensi tetap.
3. Resistor
Resistor merupakan suatu komponen elektronika yang berperan sebagai penghambat
aliran listrik pada suatu rangkaian elektronika. Resistor terbagi atas fixed resistor,
variable resistor, thermistor, dan light dependent resistor. Variable resistor adalah
resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah (contohnya : potensiometer, dibahas
pada sub bab 2.3). Thermistor adalah resistor yang nilai resistansinya dipengaruhi oleh
suhu. Sedangkan LDR (light dependent resistance) adalah resistor yang nilai
resistansinya dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Untuk fixed resistor sendiri nilai
resistansinya sudah tetap, biasanya nilainya dapat ditentukan oleh garis-garis warna
pada badan resistor. Untuk nilai dari warna-warna tersebut terdapat berikut ini.
3. Multimeter
Multimeter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik,
arus listrik, dan tahanan (resistansi). Itu adalah pengertian multimeter secara
umum, sedangkan pada perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk
beberapa fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan
sebagainya. Ada juga yang menyebut multimeter dengan sebutan AVO meter,
maksudnya A (ampere), V(volt), dan O(ohm).
4. Voltmeter
Voltmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur besarnya
tegangan atau beda potensial listrik antara dua titik pada suatu rangkaian listrik
yang dialiri arus listrik. Pada alat ukur voltmeter ini biasanya ditemukan tulisan
volt (V), milivolt (mV), mikrovolt, dan kilovolt (kV). Sekarang ini, voltmeter
ditemukan dalam dua jenis yaitu voltmeter analog (dengan jarum penunjuk) dan
voltmeter digital. Voltmeter memiliki batas ukur tertentu, yakni nilai tegangan
maksimum yang dapat diukur oleh voltmeter tersebut. Jika tegangan yang diukur
oleh voltmeter melebihi batas ukurnya, voltmeter akan rusak.
5. Potensiometer
Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai
Resistansinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika
ataupun kebutuhan pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang
tergolong dalam Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri
dari 3 kaki Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai
pengaturnya.
Potensiometer dibagi menjadi dua, yaitu potensiometer putar (wiper bergerak
dengan jalan melingkar), dan potensiometer linier (wiper bergerak sepanjang jalur
linier). Potensiometer dikenal juga sebagai slider, pot slide atau fader. Sedangkan
yang paling umum digunakan adalah potensiometer putar
Arus
Rs Kondisi Rs
R1=R2 kondisi
Setimbang Rumus Error
(Ω) setimbang
(Ω) (Ω)
(μA)
100 991 0.15 1000 0,9 %
1000 987 0.15 1000 1,3 %
10000 979 0.15 1000 2,1 %
100000 967 0.15 1000 3,3 %
Tabel 4.2 Penghitungan error bedasarkan uji sensitivitas pada wheatstone bridge
Nilai RS menurut rumus memiliki besaran yang sama karena R1=R2 tetapi
pada kenyataan dalam percobaanya nilai dari RS tidak sama tetapi paling tidak
mendekati.
Untuk nilai error yang semakin besar sudah sesuai seperti pada Kesimpulan 4.1.2
Rs Arus Rs
R1 (Ω) R2 (Ω) Rasio setimbang setimbang Rumus Error
(Ω) (μA) (Ω)
100 1k Ω 1:10 98.65 0.15 100 1,35 %
1k Ω 10k Ω 1:10 98.7 0.15 100 1,3 %
100 10k Ω 1:100 9.85
9.79 0.02 10 1,5 %
1k Ω 100k Ω 1:100 9.75
9.79 0.02
0 10 2,5 %
1k Ω 100 10:1 9875.6
98588 0 10000 1,2 %
10k Ω 1k Ω 10:1 9920.6
98.7 0
0.15 10000 0,8 %
10k Ω 100 100:1 98856 0
0.02 100000 1,1 %
100k Ω 1k Ω 100:1 98588
9920.5 0 100000 1,4 %
Tabel 4.3 Perhitungan rangkaian pengujian
98588 sensitivitas
0 wheatstone bridge dengan
hambatan R1 dan R2 yang berbeda
Bila R2 semakin besar maka nilai RX semakin besar, dan bila R1 semakin
kecil maka nilai dari RX juga akan semakin kecil, dan sudah sesuai dengan
rumus yang ada. Selain itu nilai dari error menunjukkan penurunan akibat
nilai hambatan yang semakin besar.
BAB V
KESIMPULAN