Anda di halaman 1dari 2

Banten terletak di bagian paling barat pulau jawa, memiliki luas sekitar 114 mil persegi.

Kesultanan banten didirikan pada 1520 oleh para kolonis dari kerajaan demak di jawa tengah
dan dihapuskan oleh deandels pada 1808, wilayahnya meliputi daerah pegunungan banten,
bagian barat bogor dan jakarta, serta lampung.
Di banten dengan ekonomi agrarisnya, para penduduk desa bercocok tanam dan menanam
padi, entah sebagai pemilik tanah atau penggarap bagi hasil, terdapat pula kelompok petani
yang melakukan berbagai kerajinan dan pekerjaan untuk memperoleh penghasilan
tambahan.
Konflik yang terjadi terkait dengan kepemilikan tanah atau sawah negara, sedangkan tanah
atau sawah tersebut sudah dihapuskan bukan menjadi milik kerabat Sultan. Dengan berbagai
alasan yang dikemukakan oleh elit bangsawan untuk menuntut upeti bagi mereka kepada
rakyat sebagai penggarap sawah negara atau sawah pusaka. Selain itu, adanya
penyelewengan yang dilakukan oleh kaum elit yaitu penggadaian sawah negara.

Wajib kerja bakti hampir sama halnya dengan kerja paksa bagi rakyat jelata. Hal ini digunakan
sebagai pembayaran pajak dengan menggarap tanah atau sawah tersebut. Kerja paksa ini
dilakukan oleh kaum abdi maupun kaum mardika. Pada masa Daendels menjadi Gubernur
jendral Belanda, perbudakan di Banten tahun 1808 dihapuskan, tanah-tanah kesultanan
dihapuskan dan kemudian dibagikan kepada kalangan rakyat. Walaupun kesultanan Banten
dihapuskan tahun 1810, tetapi praktek wajib kerja masih terus berlangsung.

hubungan antara kaum petani dan elite sudah dibumbui dengan sejumlah konflik dan
bentrokan kepentingan. Kedua hal itu sering terjadi dan timbul akibat pembaruan pembaruan
yang diadakan dalam perekonomian agraris, kedua perpecahan sosial itu diperburuk oleh
beberapa persoalan lain yang berhubungan dengan kerja wajib dan melekat pada
perekonomian tradisional serta tidak dapat dipisahkan dari pemilikan tanah, ketiga efek" yang
menggangu dari penetrasi ekonomi uang sudah mulai dirasakan, serta mengakibatkan
pemindahan dan pemusatan pemilikan tanah

Perlu ditekankan di sini bahwa pelbagai kutipan yang telah disebutkan itu tidak pernah
dikenakan terhadap semua penduduk. Selain ada pengecualian-pengecuallan atas dasar usia,
dan kondisi-kondisi fisik serta keluarga, anggota kelas-kelas tertentu dibebaskan dari kerja
wajib, umpamanya pegawai negeri dan keluarga mereka, pejabat-pejabat desa, pemimpin-
pemimpin dan pejabat-pejabat agama, dan segolongan penduduk desa yang melakukan
tugas-tugas tertentu yang tetap.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kaum petani dianaktirikan dan harus memikul beban
yang terlalu berat berupa pajak dan kerja bakti. Ini merupakan satu faktor penting yang ikut
menciptakan keresahan agraria di Banten.

Secara keseluruhan, masyarakat Banten tidak menunjukkan suatu sistem status yang kaku,
dan terdapat banyak contoh yang membuktikan bahwa sering terjadi mobilitas vertikal.
Sebaliknya, pemisahan diri elite birokrasi dari elite agama, satu gejala yang menyertai
sekularisasi pemerintahan, telah mengakibatkan yang disebut belakangan itu kehilangan
salah satu saluran utama untuk mobilitas ke atas.

Meskipun elite agama mempunyai prestise simbolik yang besar sekali, namun nampaknya
mereka tidak mempunyai kedudukan politik yang sepadan.Tidak disangsikan lagi, hal itu
merupakan salah satu sebab utama pemberontakan

Di dalam rangka penghapusan kewajiban berbagai kerja bakti secara berangsur-angsur,


sebuah peraturan telah dikeluarkan dalam tahun 1882 yang menghapuskan semua kerja bakti
untuk para pejabat (pancendiensten) dan menggantikannya dengan pajak kepala. Menurut
peraturan itu, yang wajib membayar pajak itu hanyalah mereka yang diharuskan melakukan
kerja bakti (herendienstplichtigen).

Tak disangsikan lagi bahwa wabah penyakit ternak dan wabah demam, serta kelaparan yang
diakibatkannya, dan letusan Gunung Krakatau yang menyusul, telah merupakan pukulan yang
hebat bagi penduduk: akibat merosotnya populasi ternak dan jumlah tenaga manusia yang
tersedia, sekitar sepertiga dari tanah pertanian tidak dapat ditanami selama tahun-tahun
bencana itu (1880-1882)

Cara ini dapat dibenarkan oleh kenyataan bahwa perhatian khusus kita tidaklah terutama
difokuskan pada peristiwa-peristiwa historic yang unik, dengan pengaruhnya yang mendadak
dalam bidang sosio~ekonomis, melainkan pada struktur-struktur, pola-pola, dan
kecenderungan-kecenderungan sosio-ekonomis, yang membentuk kerangka di mana gerakan
sosial yang menjadi pokok studi ini dapat ditempatkan.

Anda mungkin juga menyukai