Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RESUME

“MUSEUM NEGERI BANTEN DAN MASJID AGUNG SERANG”

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Kebantenan)

Disusun Oleh:

Dian Meiliana

5552180157

Dosen Pengampu: Alief Maulana, S.T., M.T.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

2019
MUSEUM NEGERI BANTEN

Museum Negeri Provinsi Banten yang berada di Kota Serang, Banten. Letak museum
ini tepat di tengah kota, berdekatan dengan alun-alun Kota Serang. Bangunan yang berada di
Pendopo Lama Gubernur Banten, Jalan Brigjen Jenderal KH Samun ini memiliki gaya
arsitektur dutch colonial villa. Ketika memasuki kawasan museum kita pasti akan merasakan
suasana masa kolonial, karena bangunan ini memang peninggalan dari zaman Belanda. Pada
zaman dulu bangunan ini difungsikan sebagai kantor residen Banten. Setelah Banten berubah
menjadi provinsi, bangunan ini di ambil alih untuk menjadi Pendopo Gubernur Banten.

Pada 29 Oktober 2015, Gubernur Rano Karno meresmikan Ex-Pendopo Gubernur ini
menjadi Museum Negeri Provinsi Banten. Sebelum dipindah kemari Museum Negeri berada
di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten yang berada di Kawasan Pusat
Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B). Gedung ini dipilih karena letaknya yang strategis
karena berada di pusat kota dan bangunannya sendiri yang memiliki nilai sejarah. Bangunan
ini adalah salah satu cagar budaya di Banten.

Memasuki halaman depan, pengunjung akan disambut dengan patung badak bercula
satu, yang mana badak bercula satu merupakan maskot Banten. Masuk ke bagian dalam di
sebelah kiri kita akan menemui sebuah ruangan, diruangan tersebut ada informasi tentang
Banten masa kini. Informasinya dilengkapi dengan audio visual. Penggunaan teknologi ini
diharapkan membuat pengunjung tak mudah bosan, dan mendapat suasana berbeda dari
museum kebanyakan. Tak perlu repot membaca keterangan atau label yang tertera pada
pajangan. Pengunjung cukup melihat dan mendengarkan, untuk dapat menyerap informasi
yang disajikan. Di sebelah ada ruangan untuk menunjukan toleransi beragama di Banten yang
sangat kuat. Disini juga terdapat kids corner yang berisi berbagai sarana kreativitas anak.
Aktifitas yang disediakan pun merangsang tumbuh kembang anak, mulai dari main congklak,
puzzle serta terdapat peta yang menunjukan daerah-daerah yang ada di Banten.

Di ruang aula depan kita akan mendapati berbagai koleksi museum mulai dari,
keramik peninggalan zaman dulu, keris pusaka, berbagai arca, dan yang paling mencuri
perhatian adalah sebuah kerangka tulang badak bercula satu yang ditempatkan dalam etalase
kaca. Selain itu juga ada satu set alat menyelam yang digunakan untuk mengeksplorasi laut di
Banten. Setelah itu di aula berikutnya kita masih dapat melihat berbagai koleksi museum dari
zaman dulu. Dan di aula ini biasanya digunakan untuk kegiatan menonton film yang
berkaitan dengan sejarah Banten.

Benda koleksi yang ada di Museum ini banyak berasal dari kabupaten dan kota yang
ada di Provinsi Banten, Selain itu banyak yang berasal dari Museum Krakatau dan dari Ilham
Aji Bhaskara (Siswa SMA 1 Kota Serang), dia yang menitipkan benda sejarah Provinsi
Banten. Koleksi di museum ini juga ada berasal dari zaman prasejarah, zaman kebankitan
nasional dan zaman saat ini. Benda-benda yang ada di Museum ini dilakukan perawatan 1
tahun sekali dengan cara yang bermacam-macam tergantung jenis barang dan umur
bendanya. Misalnya dalam merawat golong ciomas dilakukan pemandian oleh ahlinya
setahun sekali pada bulan mauled yang biasa dilakukan oleh Pak Oman. Lain lagi dengan
gerabah, perawatan dilakukan oleh arkeolog yang ahli dalam merawat benda sejarah dengan
salah satu caranya adalah menggunakan bahan kimia.

Siapa saja boleh berkunjung ke museum ini dengan gratis. Kita tak akan diminta
untuk membayar tiket masuk. Kita bisa berkunjung setiap hari. Museum buka mulai dari jam
8 pagi hingga jam 4 sore, tiap harinya. Tidak sekedar jalan-jalan dan menambah wawasan
tentang sejarah Banten, beberapa background lata di dalam museum bisa menjadi spot
berfoto.
MASJID AGUNG SERANG

Masjid yang dahulunya pernah dinamai Masjid pegantungan dan Masjid Ats-Tsauroh
ini, pertama kali dibangun pada tahun 1849 pada masa pemerintahan Bupati Serang Rd.
Tumenggung Basudin Tjondronegoro (1849 – 1870 ) . dibangun di atas lahan seluas 2.6 Ha
sebagai wakaf dari sang bupati. Perubahan atau renovasi serta serta penambahan bangunan
masjid telah dilakukan pada tahun 1956, 1968, 1997 dan 2006. Yang mana hampir semua
proses renovasi tersebut diprakarsai oleh Bupati Serang yang memerintah kala itu.

Menara masjid merupakan salah satu bagian yang begitu menarik. Menara masjid ini
dibangun sekitar tahun 1956. Jadi awal kali dibangun, masjid ini tidak memiliki menara.
Menara masjid ini cukup unik. Selain tingginya yang menjulang 50 meter. Bentuk menara
heksagonal dengan tiga undakan tengah dan atap yang terdiri dari dua limasan dan memolo.
Menara berfungsi sebagai tempat meletakkan pengeras suara untuk menyiarkan kumandang
azan.

Masjid ini memiliki halaman yang cukup luas. Ada dua halaman di sana. Halaman
dalam dan halaman luar dengan pagar sebagai pembatasnya. Halaman dalam langsung
berhadapan dengan ruang pendopo. Sedangkan halaman luar, berada di sisi paling timur dan
ukurannyapun lebih luas. Halaman tersebut disediakan untuk lahan parkir. Masjid ini juga
memiliki bangunan perpustakaan yang letaknya berada di sisi utara dari halaman masjid
bagian dalam.

Ciri Masjid ini sebagaimana tradisi bangunan di Pulau Jawa, yakni bentuk atap limas
tumpang tiga dan bentuk ruang dengan konsep pendopo terbuka, khas rumah joglo. Konsep
terbuka ini membuat masjid berkesan ramah dan bersahaja. Konsep limasan tumpang tiga
secara filosofis mengandung arti iman, Islam, dan ihsan. ketika kita masuk ke dalam
pendopo, kita akan melihat cukup banyak pilar/tiang yang menopang dari bangunan tersebut.
Sementara dibagian bawahnya berbentu labu. Di bagian atas terdapat memolo berupa
keramik tanah liat terakota berbentuk angsa.

Keindahan ruang dibentuk oleh tiang penyangga yang membentuk kolom-kolom.


Terdapat enam belas tiang, empat di antaranya merupakan tiang utama penyangga limasan
tertinggi. Dalam tradisi Jawa, keempat tiang tersebut merupakan soko guru. Di seluruh
pangkal tiang terdapat bentuk labu yang merupakan simbol kesuburan daerah Banten.
Yang membedakan tiang soko guru dengan tiang lain adalah sabuk dari tembaga.
Sabuk di tiang depan kiri bertuliskan “Doa merupakan tali ibadah”, sementara di tiang depan
kanan bertuliskan “Sabar merupakan bagian dari iman”. Di sabuk tiang belakang kiri terukir
“Kebersihan merupakan bagian dari iman” dan di tiang belakang kanan tertoreh kalimat
“Shalat merupakan bahagian dari iman”. Keseluruhan tulisan adalah arti huruf Arab yang
digunakan.

Bagian atap dari masjid ini, terlihatlah kubah dalam masjid yang berbentuk segi
empat dengan ornamen kayu berbentuk bintang sembilan. Dan pada bagian tengahnya
digantungkan lampu hias sebagai salah satu penerangan masjid. Lampu yang menerangi
mihrab telah dinyalakan sehingga jelaslah tampak mihrab tersebut. Di bagian depan, mihrab
dihiasi lukisan kaligrafi dan aksen geometris khas Islam dengan warna yang cenderung cerah.
Mihrabnya berbentuk semacam gerbang. Warna kuning begitu mendominasi di sana. Tak
jauh dari mihrab sebuah mimbar berada di sana. dengan atap yang dipengaruhi gaya Cina.
Mimbar tersebut terbuat dari kayu dan berwarna coklat tua. Tak banyak ukiran berhias di
sana. Sehingga kesan sederhana dan klasik nampak jelas padanya.

Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga digunakan untuk menyelenggarakan


berbagai kegiatan sosial. Untuk itu, masjid dilengkapi fasilitas seperti balai kesehatan,
pelayanan baitul maal wat tamwil sebagai wujud pengembangan ekonomi kerakyatan
berbasis syariah, serta sarana-sarana pembinaan remaja masjid.

Masjid yang kini dikenal sebagai Masjid Agung Serang tersebut pun merupakan
simbol kerukunan umat beragama. Lokasi masjid diapit oleh tiga tempat ibadah umat Kristen,
yakni Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Gereja Bethel Indonesia, Serang di sisi
belakang masjid, serta Gereja Katolik Kristus Raja tepat di depan masjid.

Anda mungkin juga menyukai