Anda di halaman 1dari 3

JAKARTA - Saudi Aramco (Aramco) tidak melakukan

penundaan penawaran saham perdana (Initial Public


Offering/IPO) pasca dua fasilitas kilang minyak perusahaan
diserang pesawat tanpa awak (drone) pada Sabtu, 14
September 2019 lalu. Para bank yang ditunjuk untuk
mempersiapkan rencana IPO tersebut, tetap menjalankan
tugas mereka.

Aramco memang menunjuk JP Morgan Chase & Co sebagai


pemimpin rencana IPO, bersamaan dengan bank lainnya
yaitu Morgan Stanley, Bank Nasional Saudi, Bank of America
Merrill Lynch, Goldman Sachs, Credit Suisse, Citigroup,
HSBC Holdings, dan Samba Financial Group.

Melansir Bloomberg, Rabu (18/9/2019), rencana IPO


perusahaan migas berplat merah asal Arab Saudi tersebut
dikabarkan masih sesuai jadwal. Jika tidak ada penundaan
diperkirakan IPO terjadi pada awal November 2019 di bursa
saham Arab Saudi.
Sementara itu, besarnya serangan yang terjadi pada Aramco,
membuat beberapa pihak menilai peluang untuk IPO dalam
beberapa bulan mendatang menjadi sangat tidak mungkin.
Tingkat keterlambatan IPO akan tergantung pada berapa
lama Aramco mampu mengembalikan produksinya seperti
semula.

Gara-gara diserang, IPO Saudi Aramco


diramal batal digelar tahun ini
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Arab Saudi diprediksi batal menggelar hajatan initial
public offering (IPO) Saudi Aramco, yang merupakan perusahaan minyak milik
pemerintah, pada tahun ini. Dua sumber Reuters yang mengetahui hal ini
membisikkan, penundaan IPO disebabkan setelah adanya serangan atas fasilitas Saudi
Aramco pada bulan ini.

IPO Aramco merupakan pilar dari agenda reformasi ekonomi Putra Mahkota Pangeran
Mohammad bin Salman yang bertujuan untuk menghimpun dana senilai miliaran dollar
yang ditujukan untuk membantu diversifikasi pendapatan kerajaan agar tidak hanya
bertumpu pada minyak.

Aramco tidak merespon pertanyaan yang dilayangkan Reuters. Dua orang sumber
tersebut menolak untuk disebutkan namanya karena informasi ini masih rahasia.

Sementara itu, pada pekan lalu, Direktur Aramco Yassir al-Rumayyan mengatakan
setelah terjadinya serangan, pihaknya baru akan siap melaksanakan IPO dalam kurun
waktu setahun.

Sebelumnya, pejabat Saudi juga pernah mengatakan IPO Aramco bakal dilakukan pada
2020 atau 2021.

Sumber Reuters bilang, IPO Saudi Aramco awal mulanya akan dilangsungkan paling
cepat November 2019. Rencananya, lewat hajatan ini, jumlah saham yang ditawarkan
di bursa Saudi hanya 1%. Ini merupakan langkah pertama dari rencana total 5% yang
bisa berpotensi menghimpun dana senilai US$ 100 miliar.

Nah, setelah terjadinya serangan di kilang Khurais dan Abqaiq milik Aramco pada 14
September lalu, rencana itu harus diundur.
"Mereka harus membangun kepercayaan lagi, salah satunya dengan memperbaiki lagi
tingkat produksi," papar salah seorang sumber.

Baik Riyadh maupun Washington menuding Iran atas serangan yang kian
meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Namun, Teheran membantahnya.

Seorang sumber mengatakan kepada Reuters pada pekan ini bahwa Arab Saudi telah
mengisi ulang lebih dari 75% hilangnya produksi minyak setelah serangan dan akan
kembali ke volume penuh pada awal pekan depan.

Serangan tersebut menyebabkan investor cemas karena melihat betapa minimnya


kesiapan Arab Saudi untuk mempertahankan diri saat terjadi serangan yang berulang
atas aset-aset vital. Apalagi dalam empat tahun terakhir, Saudi terlibat konflik dengan
negara tetangganya, Yaman.

"Saya rasa serangan terhadap fasilitas Aramco telah mengejutkan manager portofolio
dalam hal mereka menunjukkan aset-aset Saudi sangat rentan terhadap serangan dan
gangguan dari asumsi sebelumnya," papar Ross Teverson, head of emerging markets
strategy Jupiter Asset Management yang berbasis di London.

Anda mungkin juga menyukai