IPO Aramco merupakan pilar dari agenda reformasi ekonomi Putra Mahkota Pangeran
Mohammad bin Salman yang bertujuan untuk menghimpun dana senilai miliaran dollar
yang ditujukan untuk membantu diversifikasi pendapatan kerajaan agar tidak hanya
bertumpu pada minyak.
Aramco tidak merespon pertanyaan yang dilayangkan Reuters. Dua orang sumber
tersebut menolak untuk disebutkan namanya karena informasi ini masih rahasia.
Sementara itu, pada pekan lalu, Direktur Aramco Yassir al-Rumayyan mengatakan
setelah terjadinya serangan, pihaknya baru akan siap melaksanakan IPO dalam kurun
waktu setahun.
Sebelumnya, pejabat Saudi juga pernah mengatakan IPO Aramco bakal dilakukan pada
2020 atau 2021.
Sumber Reuters bilang, IPO Saudi Aramco awal mulanya akan dilangsungkan paling
cepat November 2019. Rencananya, lewat hajatan ini, jumlah saham yang ditawarkan
di bursa Saudi hanya 1%. Ini merupakan langkah pertama dari rencana total 5% yang
bisa berpotensi menghimpun dana senilai US$ 100 miliar.
Nah, setelah terjadinya serangan di kilang Khurais dan Abqaiq milik Aramco pada 14
September lalu, rencana itu harus diundur.
"Mereka harus membangun kepercayaan lagi, salah satunya dengan memperbaiki lagi
tingkat produksi," papar salah seorang sumber.
Baik Riyadh maupun Washington menuding Iran atas serangan yang kian
meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Namun, Teheran membantahnya.
Seorang sumber mengatakan kepada Reuters pada pekan ini bahwa Arab Saudi telah
mengisi ulang lebih dari 75% hilangnya produksi minyak setelah serangan dan akan
kembali ke volume penuh pada awal pekan depan.
"Saya rasa serangan terhadap fasilitas Aramco telah mengejutkan manager portofolio
dalam hal mereka menunjukkan aset-aset Saudi sangat rentan terhadap serangan dan
gangguan dari asumsi sebelumnya," papar Ross Teverson, head of emerging markets
strategy Jupiter Asset Management yang berbasis di London.