ENERGI TERBARUKAN
(BIODIESEL, BIOETANOL, DAN BIOSOLAR)
OLEH
KADEK YUNANDA LUXIANA PARWATA 1823071003
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Energi Terbarukan:
Biodiesel, Bioetanol, dan Biosolar”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. I Nyoman Tika, M.Si, selaku dosen pengampu mata kuliah IPA Masa Depan yang telah
memberikan tugas makalah sehingga penulis dapat mengembangkan kemampuan diri dalam
menulis makalah.
2. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan IPA yang telah banyak memberikan
masukan untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna seperti apa yang diharapkan, untuk
itu mohon kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
PRAKATA........................................................................................................................... i
DAFRAT ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................................ 2
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 3
2.1................................................................................................................................Definisi
Biogas, Bioetanol, dan Biosolar............................................................................ 3
2.2................................................................................................................................Keungg
ulan Penggunaan Biogas, Bioetanol, dan Biosolar................................................ 4
2.3................................................................................................................................Proses
pembuatan Biogas, Bioetanol, dan Biosolar......................................................... 5
2.4................................................................................................................................Kelema
han Biogas, Bioetanol, dan Biosolar..................................................................... 9
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 11
3.1. Kesimpulan............................................................................................................ 11
3.2. Saran...................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
4.1. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menyediakan informasi sebagai berikut.
1. Definisi biogas, bioetanol, dan biosolar.
2. Keunggulan penggunaan biogas, bioetanol, dan biosolar.
3. Proses pembuatan biogas, bioetanol, dan biosolar.
4. Kelemahan biogas, bioetanol, dan biosolar.
4.1. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam pembuatan ini adalah pembaca mampu memahami
definisi, keunggulan, proses pembuatan, serta kelemahan biogas, bioetanol, dan biosolar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
5
Biodiesel secara sederhana terbentuk dari reaksi 3 jenis komponen, yakni
minyak, alkohol, dan katalis kimia (Purcela, 2008).
a) Alkohol. Komponen alkohol yang umum diguakan adalah methanol dan ethanol.
b) Katalis kimia. Sodium hidroksida (Alkali) atau potasium hidroksida (KOH) sering
digunakan sebagai katalis dalam pembuatan biodiesel.
c) Minyak. Komponen minyak yang digunakan berasal dari minyak tumbuhan, minyak
hewan, atau minyak bekas restoran cepat saji. Minyak umbuhan yang umum
digunakan untuk membuat biodiesel antara lain kacang kedelai, biji bunga matahari,
rapesee, kelapa sawit, kelapa, jatropha, alga, limbah minyak goreng, dan lemak
hewan (Budiman, 2017). Bahan bakar yang umum digunakan di Indonesia adalah
kelapa sawit dan Jatropha curcas jarak (Jarak pagar). Minyak hewan dapat
bersumber dari lapisan lemak segala jenis hewan.
B. Proses Pembuatan
Proses pembuatan biodiesel disebut dengan Transesterifikasi. Berikut adalah
langkah-langkah pembuatan biodiesel yang dikutip dari Purcela (2008).
a) Esterifikasi asam lemak bebas menggunakan metanol dan asam sulfat
b) Memisahkan lapisan bawah (minyak dan metil ester) dan lapisan atas (metanol sisa
dan asam sulfat) pada akhir proses esterifikasi
c) Transesterifikasi minyak hasil esterifikasi dengan reaksi alkoholisis tahap pertama
menggunakan metanol dan katalis alkali pada temperatur 300c selama 10 menit,
untuk membentuk produk mentah biodiesel pertama dan gliserol.
d) Memisahkan gliserol dari produk mentah biodiesel pertama.
e) Transesterifikasi produk mentah biodiesel pertama dengan reaksi alkoholisis tahap
kedua tanpa penambahan metanol dan katalis alkali pada temperatur 300c selama 10
menit, untuk membentuk produk biodiesel kedua.
f) Memisahkan gliserol dari produk mentah biodiesel kedua.
Dengan proses perwujudan invensi ini, dihasilkan biodiesel dengan kadar metil
ester di atas 99%.
2. Bioetanol
A. Bahan penyusun
6
Bahan baku penyusun bioetanol ini dibedakan menjadi tiga kelompok sebagai berikut.
a) Bahan sukrosa. Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain buih
nira, tebu, nira kelapa, nira aren, dan sari buah mete.
b) Bahan berpati. Proses pemutusan pati oleh enzim amylase. Bahan-bahan yang
termasuk kelompok ini adalah bahan-bahan yang mengandung pati atau
karbohidrat.
c) Bahan berselulosa (lignoselulosa). Bahan berselulosa (lognoselulosa) artinya bahan
tanaman yang mengandung selulosa atau serat, antara lain kayu, jerami, batang
pisang, dan lain-lain.
Berdasarkan ketiga jenis bahan baku tersebut, bahan berselulosa merupakan bahan
yang jarang digunakan dan cukup sulit untuk dilakukan. Hal ini karena adanya lignin
yang sulit dicerna sehingga proses pembentukan glukosa menjadi lebih sulit
(Prihandana, 2007).
B. Proses Pembuatan
Proses-proses dalam Pembuatan Bioetanol
a) Likuifikasi. Proses likuifikasi merupakan membuat bahan menjadi cair, atau
mencairkan bahan tersebut. Dalam proses ini digunakan bahan tambahan yaitu
enzim alfa amylase. Pada kondisi ini tepung akan mengalami gelutinasi (mengental
seperti jelly).
b) Sakarifikasi. Proses sakarifikasi adalah proses pemecahan gula kompleks menjadi
gula sederhana dengan bantuan enzim yang dapat memisahkan glukosa dari
terminal gula non pereduksi substrat. Ragi tidak dapat langsung memfermentasi
pati. Oleh karena itu diperlukan tahap sakarifikasi, yakni perubahan pati menjadi
maltose atau glukosa menggunakan enzim atau asam.
c) Fermentasi. Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi
etanol (alkohol) dengan menggunakan yeast. Fermentasi adalah suatu proses
oksidasi karbohidrat anaerob jenuh atau anaerob sebagian. Dalam suatu proses
fermentasi bahan pangan seperti natrium klorida bermanfaat untuk membatasi
pertumbuhan sebagian besar organism yang lain.
d) Destilasi. Destilasi adalah suatu proses penguapan dan pengembunan kembali yang
dilakukan untuk memisahkan campuran dua tau lebih zat cair ke dalam fraksi-
7
fraksinya berdasarkan perbedaan titik didih. Pada umumnya, pemisahan hasil
fermentasi glukosa menggunakan system uap-cairan dua terdiri dari komponen-
komponen tertentu yang mudah tercampur.
Sebagaimana diketahui di atas, untuk memurnikan bioetanol menjadi bahan
bakar berkadar lebih dari 95% agar dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Alkohol
hasil fermentasi yang mempunyai kemurnian sekitar 40% harus melewati proses
detilasi untuk memisahkan alkohol dengan air dengan mempertimbangkan perbedaan
titik didih kedua bahan tersebut yang kemudian diembunkan kembali.
3. Biosolar
A. Bahan penyusun
Biosolar terbuatd dari campuran antara solar dan FAME (fatty acid methil
ester) (Prihandana, 2006). Kadar solar dan FAME dalam pembuatan biosolar dapat
bervariasi. Biosolar dengan kualitas tinggi umumnya terbuat dengan kadar campuran
95% solar dan 5% FAME.
B. Proses Pembuatan
Biosolar terbuat dari campuran solar dan FAME. Teknologi pencampur biosolar
yang digunakan di Indonesia saat ini adalah Metode In-Line Pencampuran dan Metode
In-Tank Pencampuran/Splash Pencampuran. Keduanya memiliki karakteristik yang
berbeda. Metode In-Line Pencampuran hanya bisa diimplementasikan pada terminal
pengisian bahan bakar besar atau pada lokasi industri. Sementara, Metode In-Tank
Pencampuran/Splash Pencampuran dapat diterapkan di SPBU.
Metode In-Line Pencampuran cara kerjanya lebih rumit, dua tangki diisi
dengan solar murni (B0) dan biodiesel murni (B100), kemudian kedua tangki tersebut
dialiri ke dalam satu tangki. Dalam proses pencampuran memanfaatkan pump
propeller dan turbulensi fluida di dalam pipa. Sedangkan, Metode Splash Pencampuran
lebih mudah dan efisien sebab mencampurkan biodiesel dan solar langsung pada
tangki. Pencampuran sekuensial pada loading arm pengisian ini mempunyai
keuntungan yaitu tidak terlalu banyak merubah sistem pengisian di terminal seperti
depo. Namun, B20 juga memiliki kelemahan. Misalnya, untuk kendaraan keluaran
lama, saat menggunakan B20 dalam tempo lama akan terjadi penggumpalan di
8
filternya. Maka dari itu, dibutuhkan aditif untuk menghindari penggumpalan pada
filter.
2.4. Kelemahan
Selain keuntungan, terdapat pula beberapa kelemahan yang terdapat dalam penggunaan
penggunaan bahan bakar alternativ terbarukan biodiesel, bioetanol, dan biosolar sebagai
berikut.
1. Biodiesel
Berikut merupakan beberapa kelemahan penggunan biodiesel yang dikutip dari
Hadiman (2009).
- Biodiesel saat ini sebagian besar diproduksi dari jagung yang dapat menyebabkan
kekurangan pangan dan meningkatnya harga pangan. Halini bisa memicu
meningkatnya kelaparan di dunia.
- Biodiesel 20 kali lebih rentan terhadap kontaminasi air dibandingkan dengan diesel
konvensional, hal ini bisa menyebabkan korosi, filter rusak, pitting di piston, dll.
- Biodiesel secara signifikan lebih mahal dibandingkan dengan diesel konvensional.
- Biodiesel memiliki kandungan energi yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
diesel konvensional, sekitar 11% lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar diesel
konvensional.
- Biodiesel dapat melepaskan oksida nitrogen yang dapat mengarah pada pembentukan
kabut asap.
- Biodiesel, meskipun memancarkan emisi karbon yang secara signifikan lebih aman
dibandingkan dengan diesel konvensional, masih berkontribusi terhadap pemanasan
global dan perubahan iklim
Selain beberapa kelemahan diatas, Prihandana (2006) menyebutkan bahwa jumlah
pemasok biodiesel masih terbatas. Walau memiliki berbagai keuntungan dalam
penggunaannya, kenyataannya produsen yang memproduksi biodiesel masih berada dalam
taraf rendah. Rendahnya pasokan biodiesel ini menyebabkan biodiesel sebagai bahan
bakar alternatif terbarukan tidak dapat disebarkan secara meluruh dan dalam jumlah yang
tinggi ke seluruh wilayah indonesia sehingga penggunaannya menjadi tidak populer bagi
masyarakat.
9
2. Bioetanol
Selain memiliki keuntungan yang begitu banyak bioethanol ini pun terdapat
kelemahan, kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya (Chrismiadi, 2011):
- Memerlukan modifikasi mesin jika ingin menggunakan bioethanol murni pada
kendaraan.
- Bisa terjadi kemungkinan ethanol mengeluarkan emisi polutan beracun.
3. Biosolar
Tidak seperti solar murni, ternyata Biosolar memiliki kelemahan. Menurut Ravel
(2016) kelemahan biosolar adalah sebagai berikut.
- Sifat membersihkan menyebabkan larutan kotoran pada tangki atau jalur bahan bakar
di mana kotoran yang terbawa oleh mesin menyebabkan penyumbatan filter atau
kerusakan sistem injeksi bahan bakar mesin.
- Struktur kimia rantai gandanya mudah teroksidasi.
- Hygroscopic (mudah menyerap air) sehingga bakteri dapat tumbuh dan dan
menghasilkan lumpur dan asam yang menyumbat filter.
Kelemahan lain dari biosolar adalah tidak cocok dipakai untuk kendaraan bermotor
yang memerlukan kecepatan dan daya, karena biodiesel menghasilkan tenaga yang lebih
rendah dibandingkan solar murni (Hadiman, 2009). Kelemahan ini sangat disayangkan
mengingat mayoritas kendaraan alat angkutan bertonaga besar (Truk, Bis, dll) di Indonesia
adalah bermesin diesel konvensional, belum bermesin diesel modern Common Rail.
Belum ada jaminan resmi dari pertamina bahwa pemakaian Biosolar, yang memiliki angka
cetane 51 hingga 55 atau lebih tinggi daripada solar standar yang sekitar 48, tersebut tidak
berdampak negatif pada daya tahan mesin diesel ‘Jadul’.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Biogas, bioetanol, dan biosolar merupakan sumber energi terbarukan yang digunakan
sebagai pengganti bahan bakar minyak kovensional yang tidak dapat diperbarui. Biogas,
bioetanol, dan biosolar dikembangkan karena dianggap memiliki lebih banyak keuntungan
daripada bahan bakar minyak lainnya. Salah satu contoh keuntungna penggunaan biogas,
bioetanol, dan biosolar adalah bersumber dari bahan baku yang dapat diperbarui dan rendah
polusi. Terdapat berbagai bahan baku yang digunakan untuk membuat biogas, bioetanol, dan
biosolar. Proses pembuatannya pun berbeda, bergantung pada jenisnya. Walau memiliki
keuntungan, namun biogas, bioetanol, dan biosolar masih memiliki kekurangan dalam
berbagai aspek.
3.2. Saran
Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan, penulis menyarankan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Kepada pemerintah, agar terus mendukung dan mensosialisasikan penggunaan bahan
bakar minyak biogas, bioetanol, dan biosolar, sehingga masyarakat mengerti manfaat dan
keunngulannya
2. Kepada peneliti, agar terus meneliti dan mengembangkan teknologi pemanfaatan biogas,
bioetanol, dan biosolar, sehingga dapat digunakan oleh masyarakat secara aman dan
rendah polusi
3. Kepada masyarakat, agar menggunakan bahan bakar minyak alternatif terbarukan sebagai
salah satu upaya untuk menjaga bumi dari polusi yang ditimbulkan oleh bahan bakar
minyak konvensional.
11
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, A., Dkk. 2017. Biodiesel. Bahan Baku, Proses, dan Teknologi. Yogjakarta: Gadjah
Mada University Press.
Chrismiadi. 2011. “Keunggulan dan Kelemahan Bioethanol”. https://tombomumet.com/
2011/03/29/keunggulan-dan-kelemahan-bioethanol/ diakses tanggal 12 Oktober 2018
Hadiman, D. 2006. Biosolar, Keunggulan dan Kelemahannya, serta Kurangnya Sosialisasi dari
Pertamina. Tersedia pada https://anzdoc.com/biosolar-keunggulan-dan-kelemahannya-
serta-kurangnya-sosiali.html (diakses pada 09 Oktober 2018)
Hamdi. 2016. Energi Terbarukan. Jakarta: Kencana
Khairani, R. 2007. “Tanaman Jagung Sebagai Bahan Bio-fuel”. http://www.macklintmip-
unpad.net/Bio-fuel/Jagung/Pati.pdf. diakses tanggal 12 Oktober 2018
Megawati., Dkk. 2017. Proses Pembuatan dan Karakteristik Biosolar (B30) Menggunakan
Penambahan Aditif N-Butanol dengan Variasi Suhu. Skripsi. Tersedia pada
http://lib.unnes.ac.id/26527/ (diakses pada 09 Oktober 2018)
Prihandana, R. 2006. Menghasilkan Biodiesel Murah: Mengatasi Polusi & Kelangkaan BBM.
Jakarta: Pt. AgroMedia Pustaka
Prihandana, R. 2007. “Bioetanol Ubi Kayu Bahan bakar Masa Depan”. Agromedia, Jakarta.
Purcela, G. 2008. Do It Yourself. Guide to Biodiesel. America: Ulysses press
Ravel, S. 2016. Plus-Minus Konsumsi Biosolar. Tersedia dalam
https://otomania.gridoto.com /read/036189/plus-minus-konsumsi-biosolar#!%2F
(diakses pada 09 Oktober 2018)
Sarin, A. 2012. Biodiesel. Production and Properties. India: Amritsar College of Engineering
and Technology
12