Anda di halaman 1dari 4

BAB 1.

PENDAHULUAN

Lansia merupakan tahap akhir dari siklus perkembangan kehidupan manusia. Seseorang
yang sudah memasuki masa lanjut usia tentu mengalami berbagai macam masalah yang sangat
bervariasi mulai dari biopsikososial hingga spiritual. Selain itu, lingkungan tempat tinggal juga
berpengaruh terhadap lansia dimana hal ini terjadi pada usia mencapai 60 tahun ke atas (Padila,
2013)Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 menyatakan bahwa lansia
merupakan seseorang yang sudah berusia 60 tahun ke atas. (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Jumlah penduduk lansia di dunia pada tahun 2017 yaitu sebanyak 962 juta jiwa, dimana terjadi
kenaikan dua kai lipat dari tahun sebelumnya. Jumlah lansia diperkirakan semakin tahun
semakin meningkat, pada tahun 2050 diperkirakan jumlah lansia akan mencapai 2,1 miliar jiwa
(Badan Pusat Statistik, 2018). Negara Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai jumlah
penduduk terbesar lansia di dunia. Hasil sensus penduduk terkait jumlah lansia dari tahun 2010
hingga 2014 mengalami peningkatan yaitu dari 18,1 juta jiwa menjadi 18,781 juta jiwa.
(Kementerian Kesehatan RI, 2015). Pada tahun 2018, jumlah lansia mengalami kenaikan
kembali yaitu menjadi 24,49 juta jiwa (9,27%) (Badan Pusat Statistik, 2018). Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia memasuki era ageing population atau yang disebut
dengan penduduk menua. Proses terjadinya penuaan pada lansia akan berdampak pada aspek
kehidupan. Semakin bertambah usia maka semakin menurun fungsi dan daya tahan tubuh lansia
sehingga rentan mengalami penyakit (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Beberapa penyakit
yang biasanya dialami lansia yaitu hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia,
osteoporosis dan lain-lain (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa kebanyakan lansia di Indoneisa mengalami
penyakit tidak menular seperti hipertensi (56,7%), arthritis (51,9%), stroke (46,1%), dan terdapat
(28%) dengan penyakit tambahan lainnya (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan,
2016). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit yang sering dialami oleh
lansia yaitu hipertensi. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi
merupakan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik lebih dari 140 dan 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan jarak waktu lima menit serta dalam kondisi istirahat yang cukup.
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang menjadi salah satu penyebab utama terjadinya
mortalitas dan morbiditas di Indonesia sehingga banyak penanganan yang dilakukan di fasilitas
kesehatan. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu dengan pengobatan dan juga modifikasi
gaya hidup. Modifikasi gaya hidup yaitu seperti membatasi asupan garam, menurunkan berat
badan, menghindari minuman berkafein, merokok dan beralkohol. Selain itu, penderita hipertensi
juga dianjurkan untuk berolahraga seperti jalan, lari, jogging dan bersepeda (Zaenurrohmah dan
Rachmayanti, 2017).
Di indonesia hipertensi merupakan penyebab kematian utama melalui proses terjadinya
stroke, kematian jaringan otot jantung dan kegagalan fungsi ginjal, faktor pemicu hipertensi
dapat di bedakan atas yang tidak dapat dikontrol (seperti keturunan, jenis kelamin dan umur )dan
yang dapat dikontrol seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, kurang olahraga, merokok
dan garam serta stress.
Tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang di pompa oleh jantung dan jumlah
resistensi terhadap aliran darah di arteri.Semakin banyak darah dipompa jantung maka semakin
sempit pula arteri.Semakin tinggi tekanan darah maka akan dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi (hipertensi) selama bertahun-tahun tanpa gejala apapun.Tekanan darah tinggi yang tidak
terkontrol dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan yang serius, diantaranya yaitu
serangan jantung dan stroke. Naik dan turunnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara,diataranya yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya sehingga mengakibatkan tekanan darah
meningkat.Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang maka tekanan darah
menurun. Hal ini menyebabkan arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Kondisi inilah yang membuat darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Sebaliknya, jika
arteri mengalami pelebaran maka tekanan darah juga menurun. Dengan cara yang sama,
tekanan darah juga akan meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi. Hal ini terjadi jika arteri
kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
dalam darah. Sebagaimana diketahui bahwa 91% komposisi cairan dalam pembuluh darah
adalah air. Maka dengan bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Mekanisme ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.Volume darah
dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika banyak
cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun (Hussain,2016).
Berdasarkan data yang didapatkan dari studi dokumen sebagian besar orang dengan
hipertensi tersebut mengkonsumsi obat anti hipertensi. Terapi imajinasi terpimpin merupakan
teknik penggunaan imajinasi individu yang secara khusus bertujuan untuk mencapai
pengendalian dan relaksasi (Johnson ,2005). Tamsuri (2006) menyatakan bahwa, relaksasi dapat
memberikan efek secara langsung terhadap fungsi tubuh. Efek dari relaksasi tersebut yaitu dapat
menurunkan ketegangan otot, meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, menurunkan frekuensi
pernapasan dan nadi serta dapat menurunkan tekanan darah. .
Penatalaksanaan hipertensi dapat diberikan dengan cara farmakologi dan non
farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi yang bisa diberikan adalah dengan Guided
Imagery dan relaksasi Autogenik. Penulis akan melakukan penelitian diantara kedua tehnik
relaksasi tersebut, meskipun Hipertensi juga dapat dicegah dengan aktivitas fisik cukup,
olahraga dan pengaturan zat makanan yang baik.

Johnson,JY 2005, Prosedur Perawatan di Rumah : Pedoman untuk Perawat, trans. Ester M,
EGC, Jakarta.
Tamsuri, A 2006, Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, EGC, Jakarta.
Hussain M, Mamun A, Reid C, RR H. 2016. Prevalence, Awareness, Treatment and
Control of Hypertension in Indonesian Adults Aged ≥40 Years: Findings from the Indonesia
Family Life Survey (IFLS). PLoS ONE. Aug: p. 1-6.

Zaenurrohmah, Destiara Hesriantica dan Rachmayanti, Riris Diana. 2017. Hubungan


Pengetahuan Dan Riwayat Hipertensi Dengan Tindakan Pengendalian Tekanan Darah Pada
Lansia. Jurnal Berkala Epidemiologi. Volume 5. Nomor 2. Hlm 174-184

Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2018

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Usia Lanjut

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Analisis Lansia di Indonesia. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan InformasiKementerian
Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementerian Kesehatan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan

Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2016. Infodatin Situasi Lanjut Usia di Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai