Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KEBUDAYAAN YOGYAKARTA

Disusun oleh:
Dio Brevi Fonda
181

Untuk Menempuh Tugas Akhir Semester


Mata Kuliah
Seni Pertunjukan Indonesia

JURUSAN PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN


FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
TAHUN 2019

1
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum WR.WB
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, bahwasanya saya telah dapat
membuat makalah tentang Kebudayaan Yogyakarta ini walaupun tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang saya hadapi, tiada daya dan upaya kecuali dengan
pertolongan Allah SWT .

Walaupun demikian, sudah barang tentu makalah ini masih terdapat


kekurangan dan belum dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan saya
. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak saya
harapkan agar dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa lebih
baik lagi .

Harapan saya semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang
membacanya .

Wassalam WR.WB

2
Jakarta, 11 Juni 2010

Kelompok 3

3
ABSTRAK

Makalah yang berjudul Kebudayaan Yogyakarta ini membahas tentang


apa saja contoh-contoh Kebudayaan di Yogyakarta berikut sejarahnya .

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah nilai di pelajaran


Sosiologi .Dan juga tambahan wawasan bagi para pembacanya .

Pada makalah ini akan diberitahukan seluk beluk kebudayaan Yogyakarta


baik yang sudah kita kenal maupun yang belom kita kenal, karena banyak sekali
kebudayaan unik di Yogyakarta .

Metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode kepustakaan
yaitu, metode dengan mengambil data dari bahan pustaka yang relevan dengan
bahan penelitian. Selain itu metode yang digunakan adalah metode observasi
yaitu, metode dengan pengumpulan data dengan menggunakan indra .

4
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ……………..……………………………………………..... 2
Abstrak ……………………………………………………………. 3
Daftar Isi …………………………………………………………………… 4

BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………….


1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………… 5
1.2 Tujuan Penulisan ………………………………………… 5
1.3 Manfaat Penulisan ………………………………………. 6
1.4 Metode Penulisan………………………………………… .. 6
1.5 Sistematika Penulisan………………………………………..6

BAB II: PEMBAHASAN ……………….. …………………………...7


BAB III : METODOLOGI PENULISAN………………………………..18
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN …..…………………………. 19

DAFTAR PUSTAKA …...……………………..……………………………. 20

5
Pertanyaan &
Jawaban(*)……………………………………………………………..21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat sekarang ini telah banyak


pengalaman yang diperoleh bangsa kita tentang kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dalam negara Republik Indonesia, pedoman acuan bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara itu adalah nilai-nilai dan norma-
norma yang termaktub dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
sebagai sumber dan disain bagi terbentuknya kebudayaan nasional.

6
Namun kita juga telah melihat bahwa, khususnya dalam lima tahun
terakhir, telah terjadi krisis pemerintahan dan tuntutan reformasi
(tanpa platform yang jelas) yang menimbulkan berbagai
ketidakmenentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan bernegara
(governance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi
berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social
disobedience). Dari sinilah berawal tindakan-tindakan anarkis,
pelanggaran-pelanggaran moral dan etika, tentu pula tak terkecuali
pelanggaran hukum dan meningkatnya kriminalitas. Di kala hal ini
berkepanjangan dan tidak jelas kapan saatnya krisis ini akan
berakhir, para pengamat hanya bisa mengatakan bahwa bangsa kita
adalah ?bangsa yang sedang sakit, suatu kesimpulan yang tidak pula
menawarkan solusi.

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah provinsi yang berdasarkan wilayah


Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Selain itu
ditambahkan pula mantan-mantan wilayah Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan
Praja Mangkunagaran yang sebelumnya merupakan enklave di Yogyakarta.

Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dirunut asal mulanya dari tahun
1945, bahkan sebelum itu. Beberapa minggu setelah Proklamasi 17 Agustus 1945,
atas desakan rakyat dan setelah melihat kondisi yang ada, Hamengkubuwono IX
mengeluarkan dekrit kerajaan yang dikenal dengan Amanat 5 September 1945 .
Isi dekrit tersebut adalah integrasi monarki Yogyakarta ke dalam Republik
Indonesia. Dekrit dengan isi yang serupa juga dikeluarkan oleh Paku Alam VIII
pada hari yang sama. Dekrit integrasi dengan Republik Indonesia semacam itu
sebenarnya juga dikeluarkan oleh berbagai monarki di Nusantara, walau tidak
sedikit monarki yang menunggu ditegakkannya pemerintahan Nederland Indische
setelah kekalahan Jepang.

1.2 Tujuan Penulisan

7
Penulisan makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Teori Sosiologi
2. Memberikan Penjelasan dan gambaran tentang budaya Yogyakarta
yang unik jika diceritakan
3. Sebagai arahan agar mahasiswa dapat mengkorelasikan
Budaya/kebudayaan dengan kehidupan masyarakat di kehidupan yang
nyata.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat Penulisan ini adalah menambah wawasan pembaca mengenai
Kebudayaan Yogyakarta yang termasuk Sosiologi juga.Supaya pembaca
menyadari bahwa sangat pentingnya mengambangkan budaya kita sendiri
agar terkenal luas di seluruh dunia .

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah
,metode kepustakaan yaitu, metode dengan mengambil data dari
bahan pustaka yang relevan dengan bahan penelitian. Selain itu,
metode yang digunakan adalah metode observasi yaitu, metode
dengan pengumpulan data dengan menggunakan indra .

1.5 Sistematika Penulisan


Pada Makalah ini, penulis akan menjelaskan hasil pencarian dimulai dengan
bab pendahuluan.Bab ini meliputi latar belakang masalah ,tujuan penulisan,
metode penulisan, manfaat penulisan , dan sistematika penulisan.

Pada bab kedua, penulis akan memaparkan data yang diperoleh dan
membahasnya satu per satu tentang kebudayaan Yogyakarta

Bab ketiga bagaimana susulan penulisan makalah ini dibuat


.

8
Bab keempat merupakan bab penutup dalam makalah ini.Pada bagian ini
penulis menyimpulkan uraian sebelumnya dan memberikan saran mengenai
kebudayaan Yogyakarta

BAB II
PEMBAHASAN

1 Kondisi budaya fisik (tangible) meliputi:

 Kawasan cagar budaya berjumlah 13 Kawasan Cagar Budaya (KCB),


tersebar di 4 Kabupaten dan Kota terdiri dari 6 KCB di wilayah urban
kota, 3 KCB di wilayah Suburban. Potensi Benda Cagar Budaya yang
dimiliki sebanyak 365 buah.
 Kondisi keberadaan Permuseuman.
Potensi museum yang di miliki baik museum negeri maupun museum
swasta berjumlah 30 museum yang terdiri dari 14 museum Benda Cagar
Budaya dan Kesenian, 7 museum Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan serta
9 museum Perjuangan. Keberadaan museum Kota Yogyakarta 18 buah,
Kabupaten Sleman 9 buah, Kabupaten Bantul 2 buah, dan Kabupaten
Gunung Kidul 1 buah.

2. Kondisi budaya nin-fisik (intagible), antara lain:

9
 Kondisi Kesenian
Potensi budaya Non-fisik meliputi kesenian dalam berbagai jenis dan seni
rupa, seni tari, seni musik, seni teater, dan lainnya. Dari sisi jumlah
organisasi da group kesenian DIY sebanyak 2863 buah yang tersebar di
empat kabupaten dan kota.
 Kondisi Adat dan Tradisi
Upacara adat adalah salah satu kegiatan budaya masih di lakukan oleh
masyarakat. Di kota Yogya masih dilakukan 5 upacara adat, Kabupaten
Sleman terdapat 11 upacara adat, Kabupaten Bantul terdapat 24 upacara
adat, Kabupaten Kulon Progo terdapat 10 upacara adat, dan Kabupaten
Gunung Kidul terdapat 16 upacara ada pada 9 Kecamatan.
 Bahasa Daerah
Yogyakarta merupakan pusat bahasa dan sastra Jawa yang meliputi bahasa
parama sastra, ragam sastra, bausastra, dialek, sengkala serta lisan dalam
bentuk dongeng, japamantra, pawukon, dan aksara Jawa.
 Prasarana Budaya
Prasaran budaya sebagai penunjang terhadap kelestarian dan
pengembangan kreativitas seniman telah ada sebanyak 130 buah dalam
berbagai bentuk, seperti panggung, pendopo, ruang pamer, ruang
pertunjukan, studio musik balai desa, auditorium, sanggar, lapangan,
sedangkan pusat-pusat pelestarian budaya tradisional yang disebut desa
budaya, terdapat kurang lebih 60 desa budaya dan 22 desa wisata dengan
potensi fisik maupun non fisik.
 Lembaga Budaya
Di provinsi ini berjumlah 178 lembaga terdiri dari yayasan, organisasi,
lembaga pendidikan, instansi pemerintah serta organisasi yang
melestarikan nilai budaya daerah. Pembentukan lembaga ini dalam rangka
mengikuti perubahan yang sangat cepat dan tidak diimbangi dengan
kesiapan budaya bangsa dalam rangka menciptakan Indonesia yang aman
dan damai, untuk itu pemerintah provinsi melalui potensi dan sumber

10
budaya yang dimiliki mengolah budaya setempat sebaik mungkin dalam
rangka mewujudkan Indonesia yang aman dan damai.

3. Transportasi di Yogyakarta

Transportasi yang ada di Yogyakarta terdiri dari transportasi darat (bus umum,
taksi, kereta api, andhong (kereta berkuda), dan becak) dan udara (pesawat
terbang) Bandar Udara Adi Sutjipto. Pada awal Maret 2008, pemerintah DIY telah
mengoperasikan bis TransJogja sebagai usaha untuk membuat transportasi di kota
ini nyaman, murah dan andal.

Jalan-jalan di Yogyakarta kini sudah lebih rapi dan bersih dibandingkan tahun-
tahun terdahulu karena komitmen pemerintah daerah Yogyakarta untuk
menjadikan Yogyakarta sebagai kota pariwisata (terbukti dengan dibuatnya TV
raksasa di salah satu jalan raya Yogyakarta untuk berpromosi dan papan stasiun
kereta api). Walaupun demikian, jalan-jalan di Yogyakarta juga tergolong sering
mengalami kemacetan.

4. Budaya

Yogyakarta masih sangat kental dengan budaya Jawanya. Seni dan budaya
merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta.
Sejak masih kanak-kanak sampai dewasa, masyarakat Yogyakarta akan sangat
sering menyaksikan dan bahkan, mengikuti berbagai acara kesenian dan budaya di
kota ini. Bagi masyarakat Yogyakarta, di mana setiap tahapan kehidupan
mempunyai arti tersendiri, tradisi adalah sebuah hal yang penting dan masih
dilaksanakan sampai saat ini. Tradisi juga pasti tidak lepas dari kesenian yang
disajikan dalam upacara-upacara tradisi tersebut. Kesenian yang dimiliki
masyarakat Yogyakarta sangatlah beragam. Dan kesenian-kesenian yang beraneka
ragam tersebut terangkai indah dalam sebuah upacara adat. Sehingga bagi
masyarakat Yogyakarta, seni dan budaya benar-benar menjadi suatu bagian tak

11
terpisahkan dari kehidupan mereka. Kesenian khas di Yogyakarta antara lain
adalah kethoprak, jathilan, dan wayang kulit.yogyakarta juga dikenal dengan
perak dan gaya yang unik membuat batik kain dicelup. ia juga dikenal karena seni
kontemporer hidup. Memberikan nama kepada anak masih merupakan hal penting
Nama2 anak jawa. Yogyakarta juga dikenal dengan gamelan musik, termasuk
gaya yang unik gamelan Yogyakarta

5. Tempat Wisata Menarik

Objek wisata yang menarik di Yogyakarta: Malioboro, Kebun Binatang


Gembiraloka, Istana Air Taman Sari, Monumen Jogja Kembali, Museum Keraton
Yogyakarta, Museum Sonobudoyo, Lereng Merapi, Kaliurang, Pantai Parangtritis,
Pantai Baron, Pantai Samas, Goa Selarong, Candi Prambanan, Candi Kalasan, dan
Kraton Ratu Boko. Sekitar 40 km dari barat laut Yogyakarta terdapat Candi
Borobudur, yang ditetapkan pada tahun 1991 sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Yogyakarta terkenal dengan makanan yang enak, murah, bergizi sekaligus
membuat kangen orang-orang yang pernah singgah atau berdomisili di kota ini.
Ada angkringan dengan menu khas mahasiswa, ada bakmi godhog di Pojok
Beteng, sate kelinci di Kaliurang plus jadah Mbah Carik, sate karang Kotagedhe,
sego abang Njirak Gunung Kidul dan masih banyak tempat wisata kuliner yang
lain.

Di wilayah selatan kota Yogyakarta, tepatnya di daerah Wonokromo, terdapat


Sate Klathak.

6. 11 Tempat Sejarah Budaya Yogyakarta

 Keraton Yogyakarta

12

 Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta dikenal
secara umum oleh masyarakat sebagai bangunan istana salah satu kerajaan
nusantara. Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan
Yogyakarta sampai tahun 1950 ketika pemerintah Negara Bagian Republik
Indonesia menjadikan Kesultanan Yogyakarta (bersama-sama Kadipaten
Paku Alaman) sebagai sebuah daerah berotonomi khusus setingkat
provinsi dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.
 Benteng Vredeburg


 Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengat lahirnya
Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil
menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan
Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I) adalah
merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan
dalam negeri Raja-raja Jawa pada waktu itu.
 Stasiun Tugu

13

 Stasiun Tugu mulai melayani kebutuhan transportasi sejak 2 Mei 1887,
sekitar 15 tahun setelah Stasiun Lempuyangan. Awalnya, stasiun ini hanya
digunakan untuk transit kereta pengangkut hasil bumi dari daerah di Jawa,
Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Namun sejak 1 Februari 1905,
stasiun ini mulai digunakan untuk transit kereta penumpang. Jalur luar
kota pertama dibangun tahun 1899, menghubungkan Yogyakarta dan
Surakarta.
 Gedung Agung Yogyakarta


 Istana Yogyakarta yang dikenal dengan nama Gedung Agung terletak di
pusat keramaian kota, tepatnya di ujung selatan Jalan Ahmad Yani dahulu
dikenal Jalan Malioboro, jantung ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kawasan istana terletak di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan,
Kotamadya Yogyakarta, dan berada pada ketinggian 120 meter dari
permukaan laut. Kompleks istana ini menempati lahan seluas 43,585 m.
 Monumen Serangan Umum 1 Maret

14

 Monumen ini berada satu kompleks dengan Benteng Vredeburg.
Monumen ini dibangun untuk memperingati serangan tentara Indonesia
terhadap Belanda pada tanggal 1 Maret 1949. Serangan ini dilakukan
untuk membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia masih memiliki
kekuatan untuk melawan Belanda. Saat itu serangan Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto, Komandan
Brigade 10 daerah Wehrkreise III, yang tentu saja setelah mendapat
persetujuan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Kepala Daerah
Istimewa Yogyakarta.
 Tugu Yogyakarta


 Tugu Yogyakarta adalah sebuah tugu atau menara yang sering dipakai
sebagai simbol/lambang dari kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh
Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta. Tugu yang terletak di

15
perempatan Jl Jenderal Sudirman dan Jl. Pangeran Mangkubumi ini,
mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis
menghubungkan laut selatan, kraton Jogja dan gunung Merapi. Pada saat
melakukan meditasi, konon Sultan Yogyakarta pada waktu itu
menggunakan tugu ini sebagai patokan arah menghadap puncak gunung
Merapi.
 Gedung Bank Indonesia Yogyakarta

Gedung DPRD Yogyakarta


 Butet Kertarajasa : “Gedung DPRD Yogyakarta itu ruang publik seni rupa
permanen Yogyakarta sejak tahun 40-an”
 Taman Budaya

16

 Taman Budaya Yogyakarta awalnya mulai dibangun di daerah
Bulaksumur pada tanggal 11 Maret 1977 sebagai sebuah kompleks Pusat
Pengembangan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Peresmian
pembangunan kompleks seni budaya tersebut dilakukan oleh Sri Sultan
Hamengku Buwana IX sebagai Wakil Presiden RI saat itu. Awalnya
Taman Budaya Yogyakarta disebut sebagai Purna Budaya yang dibuat
sebagai sarana dan prasarana untuk membina, memelihara, dan
mengembangkan kebudayaan, terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta.
 Purna Budaya dibangun dengan dua konsep bangunan, yaitu Pundi Wurya
dan Langembara. Pundi Wurya menjadi pusat kesenian dengan berbagai
macam fasilitas seperti panggung kesenian, studio tari, perpustakaan,
ruang diskusi, dan administrasi. Bagian kedua, yaitu Langembara, menjadi
ruang pameran, ruang workshop, kantin, dan juga beberapa guest house.
 Taman Pintar

17
 Terletak di kawasan pusat Kota Yogyakarta, sebuah wahana wisata baru
untuk anak-anak yakni Taman Pintar dibangun sebagai wahana ekpresi,
apresiasi dan kreasi dalam suasana yang menyenangkan.
Dengan moto mencerdaskan dan menyenangkan, taman yang mulai
dibangun pada 2003 ini ingin menumbuhkembangkan minat anak dan
generasi muda terhadap sains melalui imajinasi, percobaan, dan pemainan
dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia yang
berkualitas.
Taman Pintar juga ingin mewujudkan salah satu ajaran Ki Hajar
Dewantara yaitu Niteni: Memahami, Niroake: Menirukan, dan Nambahi:
Mengembangkan.

 Candi Prambanan

Candi Hindu yang tingginya sekitar 47 meter ini dibangun oleh dinasti Sanjaya
pada abad 9. Candi ini mempunyai 3 bagian. Bagian utamanya terletak di sebelah
dalam dan dikelilingi oleh beberapa candi kecil yang disebut candi “Perwara”.

18
KEGIATAN
Dari Mei-Oktober setiap bulan purnama, cerita Ramayana biasanya dipentaskan
pada malan hari sekitar pukul 19.30-21.30. Tarian yang lebih dikenal sebagai
Sendratari Ramayana ini dipentaskan di area terbuka di bagian barat candi.

7. Upacara Adat dan Festival Budaya

 Sugengan Pusaka

Dalam bahasa Jawa berarti selamatan. Sebelum upacara siraman pusaka


keraton dilaksanakan, pada malam harinya didahului degan upacara Sugengan
Ageng yang bertempat di Bangsal Prabayaksa. Kurang lebih pukul 13.00, semua
perlengkapan yang akan digunakan untuk upacara Sugengan Ageng dibawa
masuk oleh abdi dalem Jajar Sembir dari pawon wetan (Dapur Saka Lengger)
menuju ke keraton melalui Magangan.

Tahap Sugengan Ageng ini diselenggarakan pada hari Senin Wage sore,
kurang lebih pukul 19.30 bertempat di bangsal Prabayaksa. Demikian pula pada
hari Selasa Kliwon dan hari Rebo Legi diadakan Upacara Sugengan untuk
masing-masing pusaka yang akan disirami pada pukul 06.30 pagi harinya.
Kemudian setelah acara siraman pusaka selesai seluruhnya, sebagai tanda ucapan
terima kasih diselenggarakan upacara syukuran di bangsal Prabayaksa.

 Gunungan Lanang Grebeg Maulud

19

Bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Jumat 26 Februari


2010, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar kirap Gunungan Grebeg
Maulud dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe atau
Masjid Agung Kauman, melewat Alun-alun Utara Kota Yogyakarta.

Jalannya prosesi upacara tradisional Grebeg Maulud diawali dengan iring-iringan


Gunungan Lanang, Wadon, Gepak, Pawuhan dan Dharat serta Gunungan Bromo
yang dikeluarkan dari dalam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melewati Siti
Hinggil, Pagelaran, Alun-Alun Utara hingga berakhir di halaman masjid Gede
Kauman Yogyakarta.

Setelah didoakan oleh Penghulu Keraton di Masjid Gedhe, Gunungan akan ditarik
kembali ke Keraton untuk diperebutkan Abdi Dalem. Selain itu, dalam kirab
Grebeg Maulud, juga ditampilkan gajah-gajah yang dinaiki oleh pawang-
pawangnya sebanyak 8 ekor mengiringi jalannya kirab Gunungan dari Keraton
menuju Masjid Gedhe.

Gunungan yang dibuat dari bahan makanan seperti sayur-sayuran, kacang, cabai
merah, ubi dan beberapa pelengkap yang terbuat dari ketan dan dibentuk
menyerupai gunung, yang melambangkan kemakmuran dan kekayaan tanah

20
Keraton Mataram.

Mereka yang memperoleh bagian dari Gunungan tersebut masih mempercayai


bahwa sedekah Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku
Buwono X tersebut akan membawa berkah bagi kehidupan mereka.

8. Kesenian dan Tradisi

 Perkawinan: Panggih

Upacara ini untuk menolak bala dan mohon keselamatan serta media sosialisasi
kedua mempelai kepada masyarakat.

Perlengkapan upacara:
- Golongan bangsawan:
Sesaji: kepala kerbau, tumpeng robyong gundul, pisang ayu, sedah ayu, ketan
moncowarni, jenang tujuh macam, rujak warna-warni, ampyang warna-warni dan
kembang tujuh rupa.
Kenduri: nasi gurih, ambeng, nasi asrep-asrepan, nasi golong tumpeng megono,
tumpeng legeh, tumpeng kendit, tumpeng muruping damar, tumpeng gebuli,
tumpeng punar, dan dahar werni, tebu, padi dan ingkung.
- Golongan rakyat biasa:
Sesaji: nasi among, jenang-jenangan, nasi golong bulat, nasi punar, pindhang
antep, gecok ayam hidup dan kelapa
Kendhuri: nasi gurih, ingkung nasi golong, nasi ambengan dan nasi gudangan.

Pertemuan pengantin yang kemudian biasanya dilanjutkan dengan upacara


keramaian dengan mengundang kerabat dan relasi dari kedua belah pihak.

 Gejlog Lesung

Salah satu kesenian tradisional di Kabupaten Bantul yang berkembang


dalam nuansa masa panen padi, adalah Gejog Lesung. Kesenian rakyat ini berasal

21
dari suara alu atau alat dari kayu yang dipukul-pukulkan secara teratur pada kayu
besar yang dibuat seperti perahu yang disebut lesung. Pada umumnya, lesung
dibuat dari kayu nangka atau munggur.

Pada jaman dahulu, lesung digunakan oleh masyarakat pedesaan untuk


memisahkan padi dari tangkai-tangkainya. Padi kering dimasukkan ke dalam
lesung, kemudian ditumbuk dengan alu secara berirama. Setelah jaman kian maju,
membersihkan padi dengan lesung ditinggalkan, karena dinilai kurang dapat
memperoleh hasil yang banyak.

Kini, lesung tetap dilestarikan sebagai kesenian tradisional. Suara alu yang
dipukul-pukulkan pada lesung secara berirama itulah letak seninya. Penabuhnya
sekitar lima sampai enam orang. Untuk memunculkan variasi suasana, kini suara
lesung dipadukan dengan nyanyian tradisonal, yang dibawakan secara
berkelompok. Ada sekelompok orang yang nembang atau menyanyi sambil
lenggak-lenggok menari. Ada pula kelompok yang lain menari, meliak-liukkan
tubuhnya sambil sekali-kali berputar-putar sebagaimana layaknya menari dengan
iringan gamelan lengkap.

9. Pakaian Adat Yogyakarta

 Corak Paes Ageng atau Kebesaran.

Dipakai pada saat upacara Panggih Pengantin yang dikaitkan dengan acara
andrau)ina atau pesta resepsi. Busana yang dikenakan adalah dodot atau kampuh
lengkap dengan perhiasan khusus.

22
 Corak Yogya Putri

Dipakai pada saat ngundhuh mantu yang dilaksanakan saat sepasaran (lima
hari sesudah akad nikah) atau lazim disebut ngunduh sepasaran busana yang
dikenakan adalah baju panjang bordiran, kain pradan dan selop bordiran.

23
10. Perangkat Kesenian & Tradisi Yogyakarta

 Gamelan

Jumlah instrument yang lengkap berjumlah 18 unit disebut Gamelan


Ageng. Gamelan Agen terdiri dari Seperangkat atau satu pangkon berlaras
Slendro dan satu pangkon berlaras Pelog. Kelompok gamelan lama mempunyai
fungsi yang sangat spesifik disebut Gamelan Pakumartan. Kelompok Gamelan
Pakurmatan adalah Gamelan Sekaten berlaras pelog, Gamelan Munggang berlaras

24
slendro dan Gamelan Kodhok Ngorek berlaras pelog. Gamelan Pakurmatan
dimiliki Kraton dan beberapa lembaga pendidikan untuk kepentingan latihan.

 Keris
Kegunaan keris bagi masyarakat Jawa bermacam-macam. Pada mulanya
keris adalah senjata tikam dalam perkelahian atau pertempuran. Dalam hal ini
keris dibawa sebagai sipat kandel. Namun dalam perkembangannya, keris
tidak lagi berfungsi sebagai senjata, tetapi sebagai tosan aji, artefak karya
empu pembuatnya. Sebagai konsep perpaduan 'bapa akasa – ibu pertiwi' keris
dipercaya menyandang kekuatan gaib yang dapat bepengaruh bagi pemiliknya.
Akhirnya keris merupakan bagian dari budaya jawa sebagai salah satu
kelengkapan hidup orang Jawa yang tergambar dalam konsep: wisma (rumah),
garwa (istri), turangga (kuda), kukila (burung) dan curiga (senjata keris).

 Wayang Jawa Yogyakarta

Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh seorang yang kiranya bisa disebut
penghibur publik terhebat di dunia. Bagaimana tidak, selama semalam suntuk,
sang dalang memainkan seluruh karakter aktor wayang kulit yang merupakan
orang-orangan berbahan kulit kerbau dengan dihias motif hasil kerajinan tatah
sungging (ukir kulit). Ia harus mengubah karakter suara, berganti intonasi,
mengeluarkan guyonan dan bahkan menyanyi. Untuk menghidupkan suasana,
dalang dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang
menyanyikan lagu-lagu Jawa.

Tokoh-tokoh dalam wayang keseluruhannya berjumlah ratusan. Orang-orangan


yang sedang tak dimainkan diletakkan dalam batang pisang yang ada di dekat
sang dalang. Saat dimainkan, orang-orangan akan tampak sebagai bayangan di
layar putih yang ada di depan sang dalang. Bayangan itu bisa tercipta karena
setiap pertunjukan wayang memakai lampu minyak sebagai pencahayaan yang
membantu pemantulan orang-orangan yang sedang dimainkan.

25
BAB III

METODOLOGI PENULISAN

a. Waktu dan tempat penulisan


Jakarta, 11 Juni 2010
b. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode kepustakaan
yaitu, metode dengan mengambil data dari bahan pustaka yang relevan dengan
bahan penelitian. Selain itu metode yang digunakan adalah metode observasi
yaitu, metode dengan pengumpulan data dengan menggunakan indra .

c. Langkah-langkah penulisan
Cover, Kata Pengantar,Abstraks,Daftar Isi,BAB I Pendahuluan, BAB II
Pembahasan, BAB III Metodologi Penulisan,BAB IV Penutup ,Daftar Pustaka
& Pertanyaan .

26
BAB IV
PENUTUP

27
Kesimpulan :

Jenis kesenian di Indonesia banyak dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan. Tari


Jawa dan Bali yang terkenal, misalnya, berisi aspek-aspek kebudayaan dan
mitologi Hindu.
Selain itu yang cukup terkenal di dunia adalah wayang kulit yang menampilkan
kisah-kisah tentang kejadian mitologis. Seni pantun, gurindam, dan sebagainya
dari pelbagai daerah seperti pantun Melayu, dan pantun-pantun lainnya acapkali
dipergunakan dalam acara-acara tertentu yaitu perhelatan, pentas seni, dan lain-
lain.
Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan
batik. Beberapa daerah yang terkenal akan industri batik meliputi Yogyakarta,
Solo, dan juga Pekalongan. Keberadaan Yogyakarta sebagai kota budaya, tidak
bisa lepas dari keberadaan seni klasik yang sekian puluh tahun ini berada.
Kebudayaan Yogyakarta mempunyai cirri khas yang berbeda dan membuat kita
penasaran dengah hal-hal mistis yang ada di dalamnya .Bangunan-bangunan yang
sangat mistis seperti Keraton membuat orang banyak penasaran apalagi dengan
Pantai Parang Teritisnya .

Saran :

Adat berarti sesuatu yang dikenal, diketahui, dan diulang-ulang sehingga


menjadi kebiasaan dalam kehidupan komunitas atau masyarakat tertentu. Adat
berupa nilai-nilai yang dikemas dalam norma-norma tertentu. Nilai dan norma
yang terkandung dalam suatu adat diekspresikan dalam bahasa, tutur kata, gerak-
gerik tubuh, perilaku, tatacara, hukum, atau serangkaian perbuatan tertentu yang
dianggap sebagai suatu aktivitas yang memang patut, bahkan harus, kita semua
lakukan. Adat yang berisi nilai dan norma tertentu yang melembaga menuntut
ketaatan dari komunitas pendukungnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://primantoro.web.id/?p=105

http://gudeg.net/id/jdg/2007/11/147/Ki-Manteb-Sudarsono.html

http://gudeg.net/id/directory/71/Yogyakarta-Seni-Budaya

http://holyweddingku.com/index.php?option=com_content&task=blogsection&id
=0&Itemid=9

http://artikel.melodanta.com/10-tempat-sejarah-budaya-di-yogyakarta.html

www.google.com

29
www.wikipedia.com

Pertanyaan
 Kebudayaan Asmat
1. Seni apakah yang pandai dibuat oleh Suku Asmat?
2. Mengapa Dalam kehidupan Suku Asmat, batu yang biasa kita lihat di jalanan
ternyata sangat berharga bagi mereka?

 Kebudayaan Toraja
1. Apa saja kekayaan budaya Tana Toraja yang terkenal?

30
2. Apa sajakah macam upacara adapt yang ada di Toraja?

 Kebudayaan Minang Kabau


1.Tarian apa saja yang berasal dari Minang Kabau?

2. Mengapa Merantau menjadi budaya bagi orang Minang Kabau?

 Kebudayaan Banjar
1. Seni macam apa sajakah yang dimiliki Suku Banjar?
2. Apa ciri khas dari Jukung (alat transportasi khas Banjar)?

31
Jawaban

 Kebudayaan Asmat

1.> Seni ukir , patung


2. > Semua itu disebabkan karena tempat tinggal Suku Asmat yang membentuk
rawa-rawa sehingga sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang sangat
berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.

 Kebudayaan Toraja
1. > Rumah adat Tongkonan, Upacara pemakaman Rambu solo, pekuburan Gua
Londa , Pekuburan Batu Lemo dan Pekuburan Bayi Kambira
2. > Rambu Solo (upacara kematian) yaitu upacara adat memakamkan leluhur
dengan acara Sapu Randanan, dan Tombi Saratu’. dan upacara Rambu Tuka’.
Upacara Rambu Tuka’ (upacara syukuran ) dan Rambu Solo’ diiringi dengan seni
tari dan musik khas Toraja selama berhari-hari.

 Kebudayaan Minang Kabau


1. > Tarian piring, Tarian Payung, Tarian Randai , Tari tradisional Pencak Silat ,
Tarian Pasambahan,& Tarian Indang

2. > Karena menurut mereka merantau adalah semangat/spirit motivation yang


dapat menentukan arah hidup mereka & tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
orang Minang

 Kebudayaan Banjar
1. > Seni anyaman, seni lukis kaca, seni ukir, seni rupa trimtra (rumah adat)
2. > Ciri khasnya terletak pada teknik pembuatannya yang mempertahankan
sistem pembakaran pada rongga batang kayu bulat yang akan dibuat menjadi
jukung

32
33

Anda mungkin juga menyukai