Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.

Diperkirakan kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta per tahunnya

menjelang 2030 dan di negara-negara berkembang diperkirakan tidak kurang 70%

kematian akan disebabkan oleh rokok. Pada tahun 2025, saat jumlah perokok dunia

sekitar 650 juta orang maka akan ada 10 juta kematian per tahun (Katalog dalam

terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010). Kebiasaan merokok sudah meluas di

hampir semua kelompok masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat, terutama

di kalangan anak dan remaja sebagai akibat gencarnya promosi rokok di berbagai

media massa. Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok telah menjadi

semakin serius, mengingat merokok berisiko menimbulkan berbagai penyakit atau

gangguan kesehatan yang dapat terjadi baik pada perokok itu sendiri maupun orang

lain di sekitarnya yang tidak merokok (perokok pasif). Perokok pasif adalah orang

yang bukan perokok namun terpaksa menghisap atau menghirup asap rokok yang

dikeluarkan oleh perokok (Kemenkes, 2011).

Berdasarkan data WHO (2013), prevalensi penduduk usia dewasa yang

merokok setiap hari di Indonesia sebesar 29% sehingga Indonesia menempati urutan

pertama se-Asia Tenggara dalam hal jumlah perokok. Sedangkan di dunia, Indonesia

menempati urutan ketiga dalam hal jumlah perokok setelah Cina dan India dengan

prevalensi perokok sebesar 36,1% Global Adults Tobacco Survey (GATS, 2011).

Berdasarkan data WHO (2012), sebanyak 67% dari semua pria di Indonesia yang

berusia lebih dari 15 tahun merupakan perokok aktif. Dua dari tiga pria di Indonesia
memiliki kebiasaan merokok. Sementara sekitar 3% perempuan Indonesia juga

perokok.

Berdasarkan data Global Adults Tobacco Survey (2011), Indonesia memiliki

jumlah perokok aktif terbanyak dengan prevalensi perokok laki-laki sebesar 67%

(57,6 juta) dan prevalensi perokok wanita sebesar 2,7% (2,3 juta). Angka kematian

akibat penyakit tidak menular yang berhubungan dengan rokok diperkirakan terus

meningkat. Sedikitnya 5 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat penyakit yang

disebabkan oleh tembakau setiap tahunnya. Jumlah ini dikhawatirkan akan mencapai

10 juta pertahun pada tahun 2030 dimana 70% kematian terjadi di negara-negara

berkembang (WHO, 2012). Data tersebut juga menyebutkan bahwa penyakit yang

terkait merokok membunuh paling sedikit 200.000 orang setiap tahun di Indonesia.

Berdasarkan data Riskesdas (2013), perilaku merokok penduduk di Indonesia

umur 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan dari 2007 sampai 2013, bahkan

cenderung meningkat dari 34,2% pada tahun 2007 menjadi 36,3% pada tahun 2013.

Data perilaku merokok menurut kelompok umur dan kebiasaan merokok menyatakan

bahwa perokok umur 10-14 tahun sebesar 0,5% merokok setiap hari dan 0,9%

perokok kadang-kadang. Pada kelompok umur 15-19 tahun sebesar 11,2% perokok

setiap hari dan 7,1% perokok kadang-kadang, sedangkan pada kelompok umur 20-24

tahun, sebesar 27,2% perokok setiap hari dan 6,9% perokok kadang-kadang. Proporsi

terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4% dan umur

35-39 tahun sebesar 32,2% yang merupakan penduduk usia produktif.

Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Kabupaten Dairi sebenarnya

sudah sangat jelas dimuat dalam perda Kab. Dairi No. 1 Tahun 2017 yang

menunjukan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam menangani dampak konsumsi

rokok di Kab. Dairi. Pemerintah Kab. Dairi menimbang, bahwa untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 52 peraturan pemerintah No. 109 Tahun 2012 tentang pengamanan

bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau dan berbahaya bagi

kesehatan, maka perlu membentuk suatu peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa

Rokok.

Salah satu daerah atau kawasan yang dilindungi pemerintah dari rokok adalah

kawasan proses belajar mengajar yaitu sekolah, jelas tertulis di dalam perda Kab.

Dairi Bab II pasal 5 dan pasal 6 tentang KTR. Tentu ini menjadi refleksi bagi kita

semua, mengapa pemerintah membuat kebijakan yang menegaskan larangan kegiatan

yang berhubungan dengan tembakau di lingkungan sekolah. Salah satunya adalah

karena sudah banyak kasus dimana siswa mengalami perubahan perilaku menjadi

negatif karena berada di lingkungan sekolah dan sangat jelas bahwa siswa-siswi

memang lebih banyak menghabiskan waktu mereka di sekolah, sejak pagi sampai

sore hari berada di sekolah. Sekolah mempunyai peran yang sangat penting sebagai

lingkungan yang memengaruhi perilaku para remaja.(Perda ,2017).

Dalam ketentuan umum bab 1 pasal 1 peraturan daerah Kabupaten Dairi

dijelaskan bahwa KTR yang dimaksud adalah ruangan atau area yang dinyatakan

dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,

mengiklankan, dan atau mempromosikan produk tembakau. Selanjutnya yang

dimaksud dengan rokok dalam peraturan ini ialah salah satu produk tembakau yang

dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek,

rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman tembakau

(nicotiana tabacum, nicotiana rustica) dan spesies lainnya atau sintetisnya yang

asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

Pada bab 2 mengenai azas, tujuan, dan ruang lingkup Kawasan tanpa rokok

dari Peraturan Bersama kementrian Kesehatan dan Menteri dalam Negeri tahun 2011
Bab II pasal Tiga tentang Pedoman pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok bahwa

penetapan KTR adalah bertujuan untuk :

a. Terciptanya ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat;

b. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari dampak buruk rokok baik

langsung maupun tidak langsung; dan

c. Menciptakan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Menciptakan

kesadaran masyarakat untuk hidup sehat merupakan upaya promotif yang

ingin dibudayakan di tengah-tengah masyarakat.

Sekolah atau disebut juga sebagai kawasan belajar mengajar merupakan suatu

kawasan yang menjadi tempat para siswa/i dan guru melakukan proses belajar dan

mengajar, menuntut ilmu dalam keadaan sehat secara jasmani dan rohani, selain itu

sudah sepantasnya sekolah menjadi lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung

mereka bertumbuh sebagai remaja yang positif dan produktif. SMA Negeri 1

Kabupaten Dairi merupakan salah satu sekolah milik pemerintah yang sudah

menerapkan kebijakan kawasan tanpa rokok. Berdasarkan hasil survey yang

dilakukan oleh peneliti, SMA Negeri 1 Kabupaten Dairi telah menerapkan KTR

sejak tahun 2017 hingga sekarang.

Hasil survey peneliti menemukan Sudah ada Terpasang Plakat maupun

Spanduk besar di depan Sekolah yang beri isi Kawasan Tanpa Rokok namun masih

ada di temukan beberapa usah remaja yang merokok di sekolah dengan sembunyi

sembunyi di toilet sekolah maupun di belakang kantin sekolah.dan dari survey awal

peneliti juga bertanya pemberitahuan kawasan tanpa rokok selalu di galangkan di

sekolah oleh kepala sekolah namun sanksi yang tegas masih hanya bias di berikan

oleh guru yang kedapatan langsung melihat murit yang merokok di sekolah, saat

peneliti survey kebelang kantin maupun toilet siswa, peneliti menemukan masih ada
sisa puntung rokok Sampoerna dan Surya serta beberapa merek rokok lain yang

terbuang di selokan maupun sudut tembok sekolah. Dalam wilayah Kawasan Tanpa

Rokok seharusnya bisa menjamin sekolah sebagai kawasan yang bersih dari rokok

dan menolong siswa/i untuk bersih dari dampak konsumsi rokok namun hasil survey

tempat penelitian peneliti merasa masih ada pelanggaran yang terjadi. Bahkan

beberapa guru maupun staff pegawai SMA Negeri 1 Sidikalang Ketika peneliti

bertanya menemukan hal yang menarik sebagai berikut :

“Kawasan Tanpa Rokok itu lebih di utamakan ke siswa, kalau kita hanya

berlaku jam mengajar doang, lagian kalau siswa/i sudah pulang kan dah

bisa kok merokok di sini” .

Uraian dan fakta di atas menarik minat dan perhatian penulis untuk

mengetahui lebih jauh bagaimana implementasi Perda nomor 1 tahun 2017 tentang

kawasan Tanpa rokok di SMA Negeri 1 Sidikalang. Mengingat tujuan perda Kab.

Dairi melaksanakan kebijakan ini yaitu untuk menciptakan kesadaran masyarakat

untuk hidup sehat dengan melakukan tindakan pencegahan terhadap terjadinya

perubahan perilaku merokok, maka peneliti tertarik melakukan penelitian di sekolah

yang melaksanakan Kawasan Tanpa Rokok.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini

yaitu: Monitoring Implementasi Kebijakan Kawasan tanpa rokok Di SMA Negeri 1

Sidikalang Kabupaten. Dairi.

1.3 Tujuan Penelitian


Memonitoring dan menganalisis bagaimana implementasi Peraturan Daerah

Nomor 1 tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Sekolah menengah Atas

Negeri 1 Sidikalang yang telah terlaksana mulai pada tahun 2017 hingga 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai bahan informasi dan masukan bagi peneliti lain yang melanjutkan

penelitian ini.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi dan masukan bagi institusi pendidikan dalam

peningkatan pelaksanaan program Kawasan Tanpa Rokok di dalam sekolah

bagi kesehatan.

1.4.3 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan dan wawasan dalam penerapan KTR ( Kawasan

Tanpa Rokok) di Sekolah.

Anda mungkin juga menyukai