BISMILLAH - Referat MG
BISMILLAH - Referat MG
PENDAHULUAN
neuromuscular junction. Hal ini ditandai oleh suatu kelemahan abnormal dan
progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara terus-menerus dan disertai
yang sangat penting pada patofisiologi miastenia gravis, dimana antibodi yang
merupakan produk dari sel B justru melawan reseptor astilkolin. Miastenia gravis
dan kelemahan ini akan meningkat apabila sedang beraktivitas.1 Penderita akan
merasa ototnya sangat lemah pada siang hari dan kelemahan ini akan berkurang
Kasus lebih banyak ditemukan pada wanita daripada laki-laki dengan puncak
onset pada usia dekade kedua dan ketiga (pada wanita) dan dekade kelima dan
keenam (pria).7 Miastenia Gravis bukan suatu penyakit turunan ataupun jenis
penyakit yang bisa menular.7 Kasus MG adalah 5-10 kasus per 1 juta populasi per
tahun, yang dengan total kasus di Amerika Serikat sekitar 25.000 kasus.5
Dikatakan bahwa mortalitas dari kasus MG telah menurun, dan ini dapat dikaitkan
1
2
lebih baik serta perbaikan dalam perawatan krisis MG akut. Pengobatan saat ini
digunakan untuk eksaserbasi penyakit akut tetapi juga telah digunakan untuk
obat-obatan yang disebutkan di atas, hanya IVIG yang menunjukkan efikasi yang
jelas dalam studi acak. Dalam 2 hingga 3 tahun terakhir, standar perawatan untuk
mengenai pengobatan pada pasien dengan miastenia gravis pada referat ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Miastenia gravis berasal dari 2 kata yaitu miastenia dan gravis. Miastenia
berarti kelemahan otot motorik tertentu yang berfluktuasi, terutama yang diinervasi
oleh nukleus motorik di batang otak seperti otot mata (ocular), otot kelopak mata,
otot pengunyah (masticatory) dan otot wajah (facial), sedangkan gravis sendiri
remisi dan eksaserbasi yang melibatkan kelompok otot satu atau beberapa rangka,
Miastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh suatu
kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara
terus-menerus dan disertai dengan kelelahan saat beraktivitas, dan bila penderita
4
beristirahat, maka tidak lama kemudian kekuatan otot akan pulih kembali.
Penyakit ini timbul karena adanya gangguan dari synaptic transmission atau pada
neuromuscular junction.5,6
B. Epidemiologi
Kasus lebih banyak ditemukan pada wanita daripada laki-laki dengan puncak
onset pada usia dekade kedua dan ketiga (pada wanita) dan dekade kelima dan
keenam (pria).7 Miastenia Gravis bukan suatu penyakit turunan ataupun jenis
penyakit yang bisa menular.7 Kasus MG adalah 5-10 kasus per 1 juta populasi per
tahun, yang dengan total kasus di Amerika Serikat sekitar 25.000 kasus.5
Dikatakan bahwa mortalitas dari kasus MG telah menurun, dan ini dapat dikaitkan
lebih baik serta perbaikan dalam perawatan krisis MG akut. Pengobatan saat ini
digunakan untuk eksaserbasi penyakit akut tetapi juga telah digunakan untuk
obat-obatan yang disebutkan di atas, hanya IVIG yang menunjukkan efikasi yang
jelas dalam studi acak. Semua obat-obatan lain telah gagal menunjukkan
5
peningkatan yang signifikan lebih dari plasebo. Dalam 2 hingga 3 tahun terakhir,
perubahan.(jurnal)
C. Etiologi
mengakibatkan panurunan aksi potensial otot dan kontraksi serat otot yang
antibodi terhadap MuSK (Muscle-Specific Kinase). Biopsi otot pada pasien ini
bertentangan dengan fitur neurogenik dan atrofi sering ditemukan pada pasien
Sejumlah temuan telah dikaitkan dengan MG, seperti perempuan dan orang
reaktivitas silang dengan reseptor AcH nikotinat telah diusulkan sebagai penyebab
yang berikut:8
merangsang tiga hingga beberapa ratus serat otot rangka. Ujung-ujung saraf
neuromuskular.9
Bagian terminal dari saraf motorik melebar pada bagian akhirnya yang
neuromuscular junction.9
8
(sekitar 10.000 molekul transmitter yang mungkin sesuai dengan isi satu
vesikel sinaps) akan dilepaskan secara spontan sehingga menghasilkan
potensial endplate miniature yang kecil. Kalau sebuah akhir saraf mengalami
depolarisasi akibat transmisi sebuah impuls saraf, proses ini akan membuka
saluran Ca2+ yang sensitive terhadap voltase listrik sehingga memungkinkan
aliran masuk Ca2+ dari ruang sinaps ke terminal saraf. Ion Ca2+ ini
memerankan peranan yang esensial dalam eksositosis yang melepaskan
asitilkolin (isi kurang lebih 125 vesikel) ke dalam rongga sinaps.
4) Asetilkolin yang dilepaskan akan berdifusi dengan cepat melintasi celah
sinaps ke dalam reseptor di dalam lipatan taut (junctional fold), merupakan
bagian yang menonjol dari motor end plate yang mengandung reseptor
asetilkolin (AChR) dengan kerapatan yang tinggi dan sangat rapat dengan
terminal saraf. Kalau 2 molekul asetilkolin terikat pada sebuah reseptor, maka
reseptor ini akan mengalami perubahan bentuk dengan membuka saluran
dalam reseptor yang memungkinkan aliran kation melintasi membran.
Masuknya ion Na+ akan menimbulkan depolarisasi membran otot sehingga
terbentuk potensial end plate. Keadaan ini selanjutnya akan menimbulkan
depolarisasi membran otot di dekatnya dan terjadi potensial aksi yang
ditransmisikan disepanjang serabut saraf sehingga timbul kontraksi otot.
5) Kalau saluran tersebut menutup, asetilkolin akan terurai dan dihidrolisis oleh
enzim asetilkolinesterase yang mengkatalisasi reaksi berikut:
Asetilkolin + H2O à Asetat + Kolin
Enzim yang penting ini terdapat dengan jumlah yang besar dalam lamina
basalis rongga sinaps
6) Kolin didaur ulang ke dalam terminal saraf melalui mekanisme transport aktif
di mana protein tersebut dapat digunakan kembali bagi sintesis asetilkolin.
saluran yang akan segera terbuka setelah melekatnya asetilkolin. Kompleks ini
10
terdiri dari 5 protein subunit, yaitu 2 protein alfa, dan masing-masing satu protein
depolarisasi parsial dari membran post sinaptik. Peristiwa ini akan menyebabkan
suatu perubahan potensial setempat pada membran serat otot yang disebut
gerbang natrium telah mencukupi, maka akan terjadi suatu potensial aksi pada
E. Patofisiologi
end plate, molekul asetilkolin (Ach) dilepaskan dari vesikel presinaptik, melalui
Na+ dan kation lain untuk masuk ke dalam serat otot dan menimbulkan
depolarisasi. Depolarisasi yang terus menerus terjadi akan berkumpul menjadi satu,
dan jika depolarisasi yang terkumpul cukup besar, maka akan memicu timbulnya
potensial aksi, yang bergerak sepanjang serat otot untuk menghasilkan kontraksi.
Pada miastenia gravis (MG), ada pengurangan jumlah AchRs yang tersedia di
depolarisasi yang terjadi pada motor endplate lebih sedikit dan tidak terkumpul
efisien. Tiga mekanisme yang didapatkan dari penelitian antara lain: auto antibodi
Penyakit ini tidak mempengaruhi otot polos dan jantung karena mereka
pathogenesis myasthenia gravis (MG) tidak sepenuhnya jelas, tetapi 75% dari
(misalnya, hiperplasia pada 85% kasus, thymoma dalam 15% kasus). Mengingat
13
fungsi kekebalan timus dan adanya perbaikan klinis setelah dilakukan tindakan
serum penderita miastenia gravis secara langsung melawan konstituen pada otot.
Hal inilah yang memegang peranan penting pada melemahnya otot penderita
dengan miastenia gravis. Tidak diragukan lagi, bahwa antibodi pada reseptor
dideteksi pada serum 90% pasien yang menderita acquired miastenia gravis
generalisata8.
14
Miastenia gravis dapat dikatakan sebagai “penyakit terkait sel B”, dimana
antibodi yang merupakan produk dari sel B justru melawan reseptor asetilkolin.
15
Peranan sel T pada patogenesis miastenia gravis mulai semakin menonjol. Timus
berbagai subklas yang berbeda, dimana satu antibodi secara langsung melawan
area imunogenik utama pada subunit alfa. Subunit alfa juga merupakan binding
site dari asetilkolin. Ikatan antibodi reseptor asetilkolin pada reseptor asetilkolin
cara, antara lain: ikatan silang reseptor asetilkolin terhadap antibodi anti-reseptor
F. Klasifikasi
Pada bulan Mei 1997, Medical Scientific Advisory Board (MSAB) dari
untuk mengatasi kebutuhan untuk klasifikasi yang diterima secara universal, sistem
grading, dan metode analitik untuk manajemen pasien yang menjalani terapi dan
MGFA Klinis diciptakan. Klasifikasi ini membagi MG menjadi 5 kelas utama dan
menjadi:12
1. Ocular miastenia
Terkenanya otot-otot mata saja, dengan ptosis dan diplopia sangat ringan dan tidak
ada kematian
2. Generalized myiasthenia
Permulaan lambat, sering terkena otot mata, pelan-pelan meluas ke otot-otot skelet
dan bulber. System pernafasan tidak terkena. Respon terhadap otot baik.
Kelemahan hebat dari otot-otot skelet dan bulbar dan respon terhadap obat tidak
memuaskan.
obat kurang memuaskan, aktivitas penderita terbatas dan mortilitas tinggi, insidens
tinggi thymoma
Biasanya gejala-gejala miastenia gravis sepeti ptosis dan strabismus tidak akan
tampak pada waktu pagi hari. Di waktu sore hari atau dalam cuaca panas,
gejala-gejala itu akan tampak lebih jelas. Pada pemeriksaan, tonus otot tampaknya
agak menurun.1
G. Manifestasi Klinis
berfluktuasi pada otot rangka dan kelemahan ini akan meningkat apabila sedang
beraktivitas.1 Penderita akan merasa ototnya sangat lemah pada siang hari dan
Kelemahan pada otot ekstraokular atau ptosis. Ptosis yang merupakan salah
palpebra jelas lumpuh, namun ada kalanya otot-otot okular masih bergerak
normal. Tetapi pada tahap lanjut kelumpuhan otot okular kedua belah sisi akan
melengkapi ptosis miastenia gravis.7 Kelemahan otot bulbar juga sering terjadi,
tersebut akan menyebar mulai dari otot ocular, otot wajah, otot leher, hingga ke
otot ekstremitas.7
mulut penderita sukar untuk ditutup. Selain itu dapat pula timbul kelemahan dari
otot faring, lidah, pallatum molle, dan laring sehingga timbullah kesukaran
menelan dan berbicara. Paresis dari pallatum molle akan menimbulkan suara
sengau. Selain itu bila penderita minum air, mungkin air itu dapat keluar dari
hidungnya4.
gejala-gejala okular. Mungkin ptosis unilateral atau bilateral, dan akan beralih dari
tersembunyi dan membahayakan yang dapat terjadi pada satu atau kedua kelopak
mata atau otot bola mata. Jika meliputi kelopak mata yang jatuh biasanya dikenal
sebagai ptosis ; yang mengenai otot extraokular maka pasien akan melihat ganda
pada arah otot yang lemah.3 Kebanyakan pasien MG mempunyai keluhan diplopia
pada saat onset penyakit mereka. Pasien merasakan penglihatan kabur yang
berfluktuasi, biasanya tidak terlihat beberapa saat setelah bangun tidur. Diplopia
terjadi saat pasien melihat ke arah lateral dan ke atas, biasanya memburuk saat
pasien menyetir, menonton tv, atau saat sore hari. Gejala tersebut hilang apabila
satu mata ditutup. Gejala terjadi mungkin disebabkan oleh kelemahan pada satu
otot ekstraokular atau beberapa kombinasi otot. Ptosis biasanya yang paling
20
menonjol dan terjadi setelah berkedip beberapa kali. Dalam kasus ptosis unilateral,
mata yang tidak ptosis akan mengalami ptosis jika mata yang ptosis dibuka dengan
menggunakan jari (Hering fenomena). Keterlibatan otot luar mata tidak mengikuti
pola tertentu. Setiap gangguan motilitas okular yang didapatkan dengan ptosis dan
gravis MG.3
tetapi biasanya kedua gejala terjadi bersama-sama. Jika sensasi wajah terganggu,
kelemahan otot mata dan wajah sangat memperlihatkan gejala MG. Temuan
tertutup atas terhadap upaya pemeriksa untuk membukanya. Sebuah usaha dari
fenomena Bell, rotasi bola mata ke atas selama penutupan kelopak mata. Karena
mencegah keluarnya udara melalui kerutan bibir ketika pemeriksa menekan pipi
sedotan, atau meledakkan balon.3 Bicara cadel dan kesulitan menelan dapat
disebabkan oleh kelemahan lidah, yang paling mudah dinilai oleh kekuatan
mendorong lidah pada satu pipi bagian dalam. Dalam kasus ringan MG, bicara
akhir wawancara dengan dokter. Suara serak atau berbisik tidak khas pada MG.
Otot lidah rentan terhadap atrofi di MG dan lidah berkerut merupakan manifestasi
sedangkan pembuka rahang tetap kuat. Ketika kelemahan parah, rahang mungkin
tetap terbuka dan harus dimanipulasi dengan tangan selama mengunyah. Salah
satu gejala paling serius dari myasthenia adalah disfagia karena kelemahan otot
lidah dan faring posterior. Jika kelemahan otot faring muncul, cairan lebih sulit
untuk ditelan dari yang padat, dan makanan panas lebih sulit daripada makanan
Setelah disfagia mencapai tingkat keparahan ini, sebuah sonde diperlukan tidak
hanya untuk pemberian obat oral dan juga untuk suplemen gizi.3
Nyeri otot bukan merupakan gejala umum dari MG, tapi kekejangan otot
yang menyakitkan dapat terjadi pada MG ketika otot leher yang lemah diminta
untuk menahan kepala ke atas. Fleksor leher lebih sering terlibat dalam MG
mengangkat kepala dari bantal. Jalan napas dapat menjadi terhambat oleh
penutupan glotis, yang disebabkan oleh kelemahan otot rangka yang memegang
pita suara. Hal tersebut dapat dideteksi dengan adanya “stridor”, selama dalam
usaha inspirasi dan dapat meramalkan keadaan darurat medis yang berkembang
menghambat jalan napas, tetapi lebih umum saluran udara terhambat oleh sekresi
pasien yang tidak dapat dikeluarkan karena batuk terlalu lemah. Batuk
dengan cepat dapat menjadi tidak efektif pada MG. Bahkan jika jalan napas paten,
otot yang digunakan untuk inspirasi, seperti interkostalis dan diafragma, mungkin
terlalu lemah untuk menciptakan sebuah kekuatan inspirasi yang cukup (-50 cm
H20) atau kapasitas vital (> 20 ml/kg berat badan). Pasien tersebut harus
wajah pasien, penderita MG dalam masa krisis tidak mungkin terlihat tertekan
23
namun akan gelisah dengan nafas dangkal dan cepat. Biasanya, pasien duduk
memiliki kelemahan otot pernapasan yang mengganggu tidur mereka dan dengan
demikian menyebabkan mereka menjadi lelah dan kurang perhatian pada siang
tersebut.3
Demikian juga, reseksi transurethral rutin jaringan prostat pada pria myasthenic
proksimal akan dihapus selama operasi, suatu sfingter eksternal yang lemah
mungkin tidak dapat melakukan kontraksi refleks selama batuk atau regangan.3
Mungkin karena otot lebih hangat memiliki cadangan yang kurang untuk
transmisi neuromuskuler, otot proksimal cenderung lebih terlibat dari otot distal
menunjukkan kelemahan bahu dan lengan. Kelelahan otot ekstremitas atas dapat
lengan ke depan saat ekstensi. Atrofi otot skapula dan lengan bawah adalah
menaiki tangga atau berjalan jarak jauh juga sering terjadi pada MG. Kelelahan
otot tungkai dapat diuji dengan meminta pasien untuk mengangkat satu kaki di
atas yang lain hingga 50 kali, penilaian langsung dari kekuatan fleksor pinggul
pada miopati proksimal dari pada kelemahan otot distal. Kelemahan otot-otot
ekstremitas pada khususnya yang timbul sebagai sebuah gejala jarang terjadi dan
f. Beberapa obat, termasuk beta blocker, calcium channel blockers, dan beberapa
antibiotik
g. Minuman beralkohol
H. Diagnosis
5. Pendekatan Elektrodiagnostik
Pendekatan elektrodiagnostik dapat memperlihatkan defek pada transmisi
neuromuscular melalui 2 teknik :
a. Repetitive Nerve Stimulation (RNS)
Pada penderita miastenia gravis terdapat penurunan jumlah reseptor
asetilkolin, sehingga pada RNS tidak terdapat adanya suatu potensial
aksi.
b. Single-fiber Electromyography (SFEMG)
30
tubuh serta simetris di kedua anggota gerak kanan dan kiri. Refleks tendon
horizontal.
twang to the voice) serta regurgitasi makanan terutama yang bersifat cair ke
penderita sulit untuk menutup mulutnya, sehingga dagu penderita harus terus
sehingga terjadi gangguan pada saat fleksi serta ekstensi dari leher.8
napas akut, dimana hal ini merupakan suatu keadaan gawat darurat dan
fungsi respirasi pada pasien miastenia gravis fase akut sangat diperlukan.8
Kelemahan sering kali mempengaruhi lebih dari satu otot ekstraokular, dan
tidak hanya terbatas pada otot yang diinervasi oleh satu nervus cranialis. Hal
32
yang ditandai dengan terbatasnya kemampuan adduksi salah satu mata yang
7. Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding untuk menegakkan diagnosis miastenia gravis,
antara lain:8
1. Adanya ptosis atau strabismus dapat juga disebabkan oleh lesi nervus
III pada beberapa penyakit selain miastenia gravis, antara lain :
a. Meningitis basalis (tuberkulosa atau luetika)
b. Infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring
c. Aneurisma di sirkulus arteriosus Willisii
d. Paralisis pasca difteri
e. Pseudoptosis pada trachoma
f. Apabila terdapat suatu diplopia yang transient maka kemungkinan
adanya suatu sklerosis multipleks.
g. Sindrom Eaton-Lambert (Lambert-Eaton Myasthenic Syndrome),
penyakit ini dikarakteristikkan dengan adanya kelemahan dan kelelahan
pada otot anggota tubuh bagian proksimal dan disertai dengan
kelemahan relatif pada otot-otot ekstraokular dan bulbar. Pada LEMS,
terjadi peningkatan tenaga pada detik-detik awal suatu kontraksi
volunter, terjadi hiporefleksia, mulut kering, dan sering kali
dihubungkan dengan suatu karsinoma terutama oat cell carcinoma pada
paru. EMG pada LEMS sangat berbeda dengan EMG pada miastenia
gravis. Defek pada transmisi neuromuscular terjadi pada frekuensi renah
(2Hz) tetapi akan terjadi ahmbatan stimulasi pada frekuensi yang tinggi
(40 Hz). Kelainan pada miastenia gravis terjadi pada membran
33
I. Tatalaksana
Meskipun tidak ada penelitian tentang obat yang telah dilaporkan dan tidak
ada konsensus yang jelas pada strategi pengobatan, myasthenia gravis (MG) adalah
salah satu gangguan neurologis yang paling dapat diobati. Beberapa faktor
Diagnosis MG
Jika tidak
Resiko bagus Resiko jelek Plasmaparesis
memuaskan
FVC bagus FVC jelek atau IVIg
Imunosupresan
35
timespan tablet, dan 60 mg/5 ml sirup. Efek dari tablet timespan bertahan 2,5
kali lebih lama. Bentuk timespan adalah sebagai adjuvan pyridostigmine
reguler untuk mengontrol gejala myasthenic pada malam hari. Penyerapan dan
bioavailabilitas tablet timespan bervariasi antara pasien. Dapat diberikan
piridostigmin 30-120 mg per oral tiap 3 jam atau neostigmin bromida 15-45
mg per oral tiap 3 jam. Piridostigmin biasanya bereaksi secara lambat. Terapi
kombinasi tidak menunjukkan hasil yang menyolok.
Pemberian antikolinesterase akan sangat bermanfaat pada miastenia
gravis golongan IIA dan IIB. Efek samping pemberian antikolinesterase
disebabkan oleh stimulasi parasimpatis,termasuk konstriksi pupil, kolik, diare,
salivasi berlebihan, berkeringat, lakrimasi, dan sekresi bronkial berlebihan.
Efek samping gastro intestinal (efek samping muskarinik) berupa kram atau
diare dapat diatasi dengan pemberian propantelin bromida atau atropin.
Penting sekali bagi pasien-pasien untuk menyadari bahwa gejala-gejala ini
merupakan tanda terlalu banyak obat yang diminum, sehingga dosis
berikutnya harus dikurangi untuk menghindari krisis kolinergik.
b. Neostigmine
Neostigmine menghambat penghancuran AcH oleh AChE, sehingga
memfasilitasi transmisi impuls di NMJ. Ini adalah AChE inhibitor
short-acting yang tersedia dalam bentuk oral (15 mg tablet) dan bentuk yang
sesuai untuk jalur IV, intramuskular (IM), atau subkutan (SC). Waktu
paruhnya 45-60 menit. Obat ini sulit diserap dalam saluran gastrointestinal
(GI) dan harus digunakan hanya jika pyridostigmine tidak ada.1
Apabila diperlukan, neostigmin metilsulfat dapat diberikan secara subkutan
atau intramuskularis (15 mg per oral setara dengan 1 mg
subkutan/intramuskularis), didahului dengan pemberian atropin 0,5-1,0 mg.
Neostigmin dapat menginaktifkan atau menghancurkan kolinesterase
sehingga asetilkolin tidak segera dihancurkan. Akibatnya aktifitas otot dapat
dipulihkan mendekati normal, sedikitnya 80-90% dari kekuatan dan daya
tahan semula. Karena neostigmin cenderung paling mudah menimbulkan
37
efek muskarinik, maka obat ini dapat diberikan lebih dulu agar pasien
mengerti bagaimana sesungguhnya efek samping tersebut.
c. Steroid
Kortikosteroid adalah agen anti-inflamasi dan imunomodulasi digunakan
untuk mengobati idiopatik dan gangguan autoimun. Obat ini termasuk di
antara para agen imunomodulasi yang pertama kali digunakan untuk
mengobati MG dan masih sering digunakan dan efektif. Obat ini biasanya
digunakan dalam kasus sedang atau berat yang tidak merespon terhadap
AChE inhibitor dan thymectomy. Pengobatan jangka panjang dengan
kortikosteroid efektif dan dapat menyebabkan remisi atau menyebabkan
perbaikan pada kebanyakan pasien. Perburukan mungkin terjadi awalnya,
perbaikan klinis ditunjukkan setelah 2-4 minggu.Agen ini biasanya diberikan
lebih dari 1 atau 2 tahun. Remisi didapatkan 30% dan perbaikan 40%.
Kortikosteroid bekerja di kedua MG baik ocular MG maupun MG
generalisata. Mereka dapat dikombinasikan dengan obat imunosupresif
lainnya untuk efek yang lebih baik dengan dosis lebih rendah dan durasi
yang lebih singkat.1
1. Prednisone
Prednisone adalah kortikosteroid yang paling umum digunakan di Amerika
Serikat. Beberapa ahli percaya bahwa administrasi jangka panjang dari
prednison bermanfaat, tetapi yang lain menggunakan obat hanya selama
eksaserbasi akut untuk membatasi efek yang merugikan dari penggunaan
steroid lama. Prednisone efektif dalam mengurangi eksaserbasi MG dengan
menekan pembentukan autoantibodi. Namun, efek klinis sering tidak terlihat
selama beberapa minggu. Peningkatan signifikan, yang mungkin
berhubungan dengan titer antibodi menurun, biasanya terjadi pada 1-4
bulan.1
2. Methylprednisolone
38
J. Prognosis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
leher. Nyeri ini sangat beragam ketajaman dan intensitasnya. Nyeri punggung
diakibatkan oleh regangan otot atau tekanan pada akar saraf. Nyeri punggung
morbiditas yang besar dan sering menyebabkan individu tidak dapat bekerja. Nyeri
43
myelum, kelainan radix, kelainan diskus, kelainan sendi facet, dan kelainan sendi
sacroiliaka.
Nyeri punggung dapat diatasi dengan diagnosis dan tatalaksana yang tepat.
B. Saran
kejadian yang cukup sering. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih
mendalam dari praktisi kesehatan terutama yang berada di lini terdepan untuk
tepat dan cepat dapat segera dilaksanakan. Masih diperlukan pembahasan lebih