Anda di halaman 1dari 195

PERINGATAN

Dilarang memperbanyak/menyebarkan buku/isi buku ini tanpa izin.

Undang-Undang Hak Cipta


No. 28 Tahun 2014

Barangsiapa memperbanyak atau mengumumkan suatu ciptaan tanpa izin pencipta atau
pemegang hak ciptanya dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

© PADI, 2020
BUKU MATERI CBT ENSIKLOPADI
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

©2020 PADI

PADI Jakarta
PADI Jogja
PADI di Kotamu

Disclaimer / Wewanti

Semua nama dan skenario kasus dalam buku ini adalah karangan belaka. Adanya kesamaan
tempat, nama, atau kasus adalah sebuah ketidaksengajaan.

Semua informasi di dalam buku ini hanya untuk tujuan pendidikan saja.
Informasi di dalam buku ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan peran tenaga medis.

Ilmu kedokteran adalah ilmu yang berkembang dengan sangat cepat. Apa yang benar saat ini
belum tentu benar di masa yang akan datang. Kami sedapat mungkin memberikan informasi yang
benar dan paling mutakhir.

Apabila buku ini digunakan sebagai rujukan pengambilan keputusan medis, maka klinisi
bertanggung jawab penuh terhadap keputusan tersebut.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3


PSIKIATRI ...................................................................................................................... 5
NEUROLOGI................................................................................................................ 15
INFEKSI ........................................................................................................................ 33
IMUNOLOGI................................................................................................................ 45
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) ......................................... 52
RISET DAN BIOSTATISTIK ........................................................................................ 62
GASTROENTEROHEPATOLOGI ............................................................................... 69
METABOLIK - ENDOKRIN ......................................................................................... 80
HEMATOLOGI ............................................................................................................ 88
DERMATOVENEREOLOGI ........................................................................................ 93
MUSKULOSKELETAL ............................................................................................... 107
OFTALMOLOGI ........................................................................................................ 113
TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK ........................................................................ 124
RESPIROLOGI ........................................................................................................... 131
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT ........................................................................ 146
KARDIOVASKULAR ................................................................................................. 153
BIOETIKA................................................................................................................... 175
NEFRO-UROLOGI..................................................................................................... 177
REPRODUKSI ............................................................................................................ 182
FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL ............................................................................ 190
BUKU MATERI CBT
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

PSIKIATRI

Gangguan Mental Organik (F0)


Delirium/Acute Confusional State (ACS)
Definisi
Suatu sindroma neuropsikiatrik kompleks dengan onset akut dan fluktuatif. Merupakan reaksi organik akut
yang ditandai dengan kesadaran berkabut disertai gangguan atensi, orientasi, memori, persepsi, delusi,
gelisah, dan/atau agitasi.

Tanda dan Gejala


Onset yang akut/cepat (jam - hari), umumnya disertai dengan kesadaran yang berkabut dan gaduh gelisah
(mencabut NGT, marah-marah, meracau, mengamuk).
Bedakan dengan kondisi Demensia, dimana pada demensia perjalanan penyakitnya kronis/lebih panjang
(bulan - tahun), ditandai dengan lupa (jalan pulang, apakah sudah makan/belum, meletakkan barang). Pasien
demensia memiliki kesadaran dan orientasi yang baik, walaupun pada fase lanjut, orientasi pasien demensia
dapat terganggu.

Tatalaksana
Injeksi Haloperidol HCL 5 mg IM dapat diberikan kepada pasien dengan kondisi gaduh gelisah, gangguan
orientasi waktu dan tempat yang bersifat akut.
Tatalaksana ideal → mencari tahu dan mengatasi penyebab terjadinya delirium pada pasien.

Demensia
Definisi
Suatu sindroma akibat penyakit/gangguan otak yang bersifat kronis-progresif, dimana terdapat gangguan
fungsi luhur kortikal seperti daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap, berhitung, kemampuan belajar,
berbahasa, dan daya nilai. Umumnya disertai dan diawali pemrosotan dalam pengendalian emosi, perilaku
sosial, atau motivasi hidup.
*Demensia akan dijelaskan lebih mendalam di subbab neurogeriatri

Penyalahgunaan Zat = F1 dan Psikiatri Adiksi


Penyalahgunaan Zat
Definisi
A. Intoksikasi
Kondisi dimana penggunaan zat menggunakan dosis berlebih, efek yang muncul sesuai dengan efek
farmakologis zat. Contoh: depresan (benzodiazepin) membuat menjadi "rileks", tenang, nadi turun, napas
turun.

B. Withdrawal
Kondisi yang muncul akibat penghentian obat secara mendadak, "putus zat" dan menimbulkan efek
farmakologis yang pada umumnya berlawanan dengan gejala intoksikasinya (misal: putus
benzodiazepin menyebabkan gelisah dan takikardia)

C. Abuse
Kondisi penggunaan zat-zat yang tidak sesuai dengan budaya dan memiliki konsekuensi medis,
psikologis, dan sosial serta tidak harus ada intoksikasi atau withdrawal

Tanda, Gejala, dan Pemeriksaan Fisik


A. Senyawa stimulan (metamfetamin (shabu), amfetamin, kokain, efedrin, pseudoefedrin)
→ membuat "semangat", euforia, atau iritabel
(ansietas hingga marah), menghilangkan kantuk.
Pemeriksaan fisik didapatkan: takikardia, dilatasi pupil, agitasi psikomotor, penurunan BB (sering
dijadikan zat anoreksik)

5
PSIKIATRI

B. Senyawa benzodiazepin (diazepam, lorazepam)


Menenangkan (dapat menurunkan laju napas),pada pemeriksaan didapatkan slurred speech (bicara tak
jelas), inkoordinasi dan gait (postur berjalan) tidak stabil, stupor/koma.

C. Senyawa opioid (morfin, heroin (putaw), tramadol, kodei)


Digunakan untuk mengurangi nyeri, membuat menjadi tenang, depresi napas. Pemeriksaan fisik
ditemukan: miosis, depresi napas, konstipasi/fungsi GI menurun

D. Senyawa halusinogen (ganja (kanabis), LSD)


Membuat halusinasi tidak spesifik di satu struktur senyawa tertentu, banyak senyawa yang dapat
menimbulkan halusinasi dimana pasien akan melihat, merasa, mendengar atau mencium sesuatu yang
tidak ada.

A. Rokok
Withdrawal effect akan muncul dengan gejala tersering adalah batuk, sakit kepala, insomnia, emosi tidak
stabil, sulit berkonsentrasi, dan nafsu makan yang meningkat.

Tatalaksana
A. Senyawa stimulan : Intoksikasi cukup dengan suportif (atasi demam, takikardia, agitasi psikomotor);
Withdrawal dengan bromokriptin 0,625 - 2,5 mg PO 3x1/hari
B. Senyawa benzodiazepin: Intoksikasi dengan flumazenil 0,2 mg IV, dapat diulang tiap menit dengan
dosis maksimal 1 mg; Withdrawal dengan fenobarbital 60 mg 3x1 (atau benzodiazepin lain)
C. Senyawa opioid: Intoksikasi dengan nalokson 0,4 mg-2 mg IV; Withdrawal dengan metadon 20-30
mg/hari dosis tunggal (opioid kerja panjang)
D. Senyawa halusinogen: Suportif sesuai dengan zat halusinogen
E. Rokok: Pendekatan berhenti merokok dengan 5A: Ask (tanya apakah Anda merokok?) Advice
(anjurkan untuk berhenti) Assess (nilai, apakah Anda ingin berhenti sekarang) Assist (ikuti program
berhenti merokok dan berikan motivasi) Arrange (menyusun rencana tindak lanjut). Farmakologi:
nicotine replacement therapy (NRT) dalam bentuk gum (kunyah), patch (tempel), inhaler, lozenge (tablet
hisap); bupropion SR 100 mg 2x1; dan vareniklin tartrat 0,5 mg 2-4x/hari. Disamping itu perlu non-
farmakologi: self help dan konseling

Skizofrenia = F2
Skizofrenia
Definisi
Adanya gejala psikotik merupakan ciri khas gangguan di kelompok gangguan mental ini. Manifestasi klinis
yang muncul dapat sebagai gejala positif (halusinasi, waham/delusi) dan gejala negatif (menarik diri,
perawatan diri buruk) yang berlangsung lebih dari 1 bulan.

Jenis Skizofrenia beserta Tanda dan Gejala


A. Skizofrenia Paranoid: Waham kebesaran, rujukan, kejar. Merupakan jenis skizofrenia yang tersering.
B. Skizofrenia Hebefrenik: Disorganized, proses pikir yang tidak terorganisasi, tertawa patologis (giggling),
buang air besar sembarangan.
C. Skizofrenia Katatonik: Gejala dominan retardasi psikomotor, postur / motorik, seperti mempertahankan
postur tubuh aneh, tidak bergerak, rigidias, mutisme, fleksiblitas serea.
D. Psikotik Akut: Gejala menyerupai skizofrenia, dengan kriteria waktu untuk skizofrenia tidak terpenuhi
(umumnya < 2 minggu )
E. Skizoafektif: Gejala skizofrenia dan afektif sama-sama dominan muncul, atau setidaknya tidak ada gejala
mania tanpa gejala psikotik yang mendasarinya.
F. Gangguan psikotik lainnya:
1. Gangguan waham menetap: Hanya gejala waham yang menonjol, tanpa disertai gejala psikotik lainnya
seperti halusinasi.
2. Gangguan waham induksi: dari orang lain, biasanya terdapat hubungan yang
dekat antara yang menginduksi dan yang terinduksi.

6
BUKU MATERI CBT
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

Tatalaksana
A. Anti-psikotik generasi I (tipikal) terutama baik untuk gejala positif, namun dapat memperburuk gejala
negatif yang muncul pada pasien.
Contoh: klorpromazin 25 mg 3x1, haloperidol 2-20 mg/hari dalam dosis terbagi. Pada pasien dengan
gejala akut yang berat seperti delirium (meronta/mengamuk/meracau) dapat diberikan injeksi haloperidol
IM (ketersediaan yang lebih luas dibandingkan obat injeksi dari antipsikotik generasi II)
B. Anti-psikotik generasi II (atipikal) baik untuk memperbaiki gejala positif maupun gejala negatif yang
muncul pada pasien. Anti-psikotik generasi II adalah first-line untuk pasien dengan gejala psikotik.
Contoh: risperidon 2-8 mg/hari, aripiprazole 5-15 mg/hari.

Obat Dosis harian Dosis max Efek samping Keterangan


(dosis awal)
Klorpromazin 400-600 mg 800 mg Aritmia, hipotensi ortostatik,
(25-200 mg) EPS

Haloperidol 2 20 mg 30 mg EPS, peningkatan kadar


(2-10 mg) prolaktin

Risperidon 2 6 mg 8 mg Peningkatan kadar prolaktin EPS relatif minimal


(1 2 mg) (dibandikan APG I)

Klozapin 150-600 mg 900 mg Sedasi, hipotensi, APG II dengan efek


(25-50 mg) agranulositosis, miokarditis sedasi kuat

Pada pasien pengguna obat antipsikotik, dapat ditemukan efek samping berupa gejala Sindroma
Ekstrapiramidal:
1. Akatisia: Perasaan subjektif tidak bisa diam, gelisah. Salah satu EPS tersering
2. Diskinesia Tardif: Gerakan mengecap-mengecap mulut, menggerak-gerakkan leher, irreversible
3. Distonia Akut: Leher terpuntir, mata mendelik, kaku (rigiditas) pada otot
4. Sindroma Neuroleptik Maligna (SNM): Kekakuan otot disertai demam dan gangguan tanda vital,
menyerupai gejala syok.

Tatalaksana Sindroma Ekstrapiramidal


1. Menghentikan konsumsi anti-psikotik untuk sementara waktu.
2. Terapi simptomatik untuk mengurangi gejala yang muncul. Dapat diberikan Trihexiphenidil (THP) atau
Benztropin
3. Pada pasien dengan diskinesia tardif, direkomendasikan untuk menggangi obat anti-psikotik menjadi
klozapin.
4. Pada pasien dengan Sindroma Neuroleptik Maligna, perlu dilakukan balans cairan. Dapat diberikan
dantrolene (muscle relaxant) dan bromokriptin dengan dosis 0,625 2,5 mg PO 3x1/hari. Bila SNM sudah
teratasi, anti-psikotik dapat diganti menjadi klozapin.

Gangguan Mood (Afek) = F3


Depresi
Definisi
Gangguan suasana perasaan berupa mood yang menurun, minimal berlangsung selama dua minggu.

Tanda, gejala dan derajat


M(ood) menurun, L(elah) terus-menerus, dan M(inat) yang hilang. Derajat depresi:
1. Ringan: gangguan ringan dalam keseharian
2. Sedang: gangguan mulai nyata, muncul gejala somatis (gangguan seksual, keluhan tubuh)
3. Berat: umumnya dengan ciri psikotik (waham, halusinasi) atau upaya atau ide bunuh diri

7
PSIKIATRI

Tatalaksana
SSRI (fluoksetin 1 x 20 mg) sebagai pilihan utama. Apabila disertai ciri psikotik perlu antipsikotik. Ada
upaya/ide bunuh diri atau ditemukan perawatan diri yang sangat buruk → Rawat inap

Gangguan Bipolar Tipe I


Definisi
Gangguan mood dimana setidaknya pasien memiliki satu episode mania. Apabila terdapat dua episode
depresi, pasien dikatakan sebagai depresi berulang

Tanda dan gejala


Biasanya disertai dengan adanya episode depresi, namun episode depresi tidak diperlukan untuk
mendiagnosis Gangguan Bipolar tipe I

Tatalaksana
Mood stabilizer (Litium karbonat 800 mg malam hari, asam valproat 500 mg/hari). Pada pasien dengan
gangguan bipolar episode depresi, perlu diberikan kombinasi antara anti-depresan DAN mood stabilizer.
Pemberian anti-depresan SAJA tanpa disertai dengan mood stabilizer dapat menyebabkan munculnya gejala
manik pada pasien.

Gangguan Bipolar Tipe II


Definisi
Gangguan mood dimana harus ada satu episode hipomania DAN satu episode depresi serta tidak boleh
terdapat gejala mania
Tatalaksana
Mood stabilizer (litium 800 mg malam hari, asam valproate 500 mg/hari). Pada pasien dengan gangguan
bipolar episode depresi, perlu diberikan kombinasi antara anti-depresan DAN mood stabilizer. Pemberian
anti-depresan SAJA tanpa disertai dengan mood stabilizer dapat menyebabkan munculnya gejala manik
pada pasien.

Mania vs Hipomania
Mania Hipomania
Gejala Mood, motorik,dan motivasi yang meningkat pada keseharian pasien. Merasa sangat
senang, bersemangat, dan aktif. Menggunakan pakaian dan perhiasan yang mencolok,
tidak butuh istirahat (energi berlebih). Gejala berat dapat berupa tidak butuh makan dan
minum, sama sekali tidak tidur, hingga berperilaku nekat dan membahayakan diri sendiri
maupun orang lain. Gejala berat dapat menyebabkan hendaya (gangguan fungsi).
Durasi Berlangsung minimal satu minggu Berlangsung minimal 4 hari
Keparahan Menyebabkan gangguan sosial atau Tidak menyebabkan gangguan yang berarti
fungsi pekerjaan dalam fungsi keseharian
Dalam menilai antara mania vs hipomania, utamakan menilai dari keparahan dari gejala. Apabila terdapat
gejala yang menyebabkan gangguan serius dalam fungsi keseharian pasien → mania. Apabila gejala tidak
sampai menyebabkan gangguan yang berarti dalam fungsi keseharian pasien → hipomania.

Gangguan Neurotik, Cemas, dan Somatoform = F4


Agorafobia
Definisi
Secara sederhana → takut/cemas berada di tempat ramai/terbuka (misal: mal, pasar, stasiun).
Definisi lebih luas dari agorafobia adalah rasa takut/cemas berada di tempat atau situasi yang dapat
menyebabkan seseorang merasa terjebak.

8
BUKU MATERI CBT
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

Fobia Sosial
Definisi
Ketakutan di situasi yang mana menjadi perhatian orang (misal: presentasi di depan umum). Ketakutan pasien
akan dipermalukan di depan publik. Beda dengan agorafobia, takut/cemas akan serangan panik di tempat
ramai/terbuka

Tatalaksana
Cognitive behavioral therapy (CBT), biasanya memerlukan farmakoterapi SSRI (fluoksetin 1 x 20 mg)

Fobia Spesifik
Definisi
Ketakutan terhadap hal yang spesifik (misal: takut kucing, serangga, warna merah, air, dan lain-lain)

Tatalaksana
Terapi paparan (exposure therapy), CBT (cognitive behavioral therapy).
Farmakoterapi tidak terlalu bermanfaat pada kondisi fobia spesifik, bandingkan dengan fobia sosial.

Gangguan Panik
Definisi
Adanya episode serangan singkat, namun berat ditandai dengan gejala otonom (keringat dingin, gemetar),
napas cepat, tanpa suatu pemicu yang dapat menjelaskan gejala pada pasien.

Tatalaksana
Benzodiazepin 0,5 mg 3x1 (maks dosis 10 mg) dalam serangan, psikoterapi suportif

Gangguan Cemas Menyeluruh


Definisi
Kecemasan dan kekhawatiran yang tidak rasional terhadap beberapa peristiwa hidup, berlangsung minimal
6 bulan.

Tatalaksana
Cognitive behavioral therapy, antidepresan SSRI (fluoksetin 1 x 20 mg), benzodiazepin 0,5 mg 3x1 (maks
dosis 10 mg) untuk fase akut. Dapat disertai gejala somatik seperti berdebar-debar, ketegangan fisik, dan
keterjagaan fisik.

Reaksi Stres Akut


Definisi
Gejala agitasi, menarik diri, kebingungan, terpaku ("daze") yang terjadi akibat reaksi terhadap suatu stresor
(yang biasanya bersifat berat - sangat berat). Biasanya tercapai perbaikan dalam 3 hari. Maksimal sudah
perbaikan dalam 4 minggu. Apabila lebih dari 4 minggu, dapat menjadi PTSD.

Tatalaksana
Trauma-focused cognitive behavioral therapy. Medikamentosa hanya jika gagal dengan psikoterapi.
Medikamentosa yang sering dipilih: propranolol, risperidon dosis rendah-sedang

Gangguan Penyesuian
Definisi
Keadaan stres yang subjektif, mengganggu kinerja dan fungsi sosial pada periode adaptasi terhadap suatu
perubahan dalam hidup yang bermakna. Onset biasanya 1 3 bulan, durasi gejala tidak melebihi 6 bulan.
Ciri predominan dapat berupa reaksi depresi, ansietas, gangguan emosi, hingga gangguan tingkah laku.

9
PSIKIATRI

Tatalaksana
Psikoterapi. Medikamentosa tergantung ciri predominan, depresif dengan SSR (fluoksetin 1 x 20 mg)I;
ansietas dengan SSRI + benzodiazepine alprazolam 0,5 mg 3x1 (maks dosis 10 mg). Group therapy juga
bermanfaat.

Gangguan Stres Pasca trauma/PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder)


Definisi
Suatu reaksi yang muncul setelah mengalami suatu kejadian yang katastropik. Ditandai dengan flashback
(reka ulang kejadian), seperti orang yang hampir tenggelam dapat berdebar-debar dan gelisah bila melihat
film tentang laut, disertai dengan ingatan kembali saat ia akan tenggelam. Nightmare (mimpi buruk), mudah
terbangun dari tidur. PTSD dapat menetap untuk waktu yang lama.

Tatalaksana
Psikoterapi: relaksasi, medikamentosa: SSRI (fluoksetin 1 x 20 mg), klonidin 0,1 mg 2x1

Gangguan Obsesif Kompulsif


Definisi
Adanya pikiran, impuls, dan citra yang mengganggu dan berulang-ulang, serta tidak dapat dilawan (obsesi)
dan perilaku atau tindakan mental repetitif yang mana seseorang merasa didorong untuk melakukannya demi
mengurangi ketegangan yang disebabkan obsesinya (kompulsi) yang menjadi penderitaan dan
mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Sifatnya ego-distonik (pasi
Bedakan dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif (anankastik) !!!

Tatalaksana
Medikamentosa dengan SSRI (fluoksetin 1 x 20 mg, sertralin, paroksetin).
Non-medikamentosa dengan Cognitive behavioral therapy (CBT) → Exposure and response prevention (ERP)

Gangguan Somatisasi
Definisi
Banyak keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan atau dibuktikan dari pemeriksaan oleh dokter. Pasien
"mengoleksi banyak gejala", seperti 'Dok, saya sakit kepala, perut, mual, kesemutan'. Pemeriksaan fisik dan
penunjang seringkali memiliki hasil normal.

Hipokondriasis
Definisi
Yakin menderita satu penyakit tertentu, walaupun sudah dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan tidak
terbukti benar. Pasien satu diagnosis", contoh: Dok, saya sakit kanker

Gangguan Konversi
Definisi
Gangguan psikiatri dalam bentuk gangguan neurologi, misalnya pasien yang buta setelah mendapatkan
stresor berat. Pasien tidak berpura-pura, dan benar bahwa dia menjadi buta tanpa penyebab kelainan
organik. Pemeriksaan fisik diluar gejala yang dikeluhkan oleh pasien seringkali normal.

Gangguan Psikosomatik
Definisi
Stresor psikis yang turut memengaruhi atau memperberat suatu penyakit somatis. Contoh: dispepsia
tergolong psikosomatik karena dipengaruhi oleh stresor fisik.

10
BUKU MATERI CBT
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

Gangguan Makan
Anoreksia Nervosa
Definisi
Tidak mau makan karena merasa dirinya masih terlalu gemuk, meskipun kenyataannya sudah sangat kurus.
Tubuh penderita seringkali kurus (sangat kurus). Dapat disertai tanda dan gejala defisiensi zat.

Bulimia Nervosa
Definisi
Tidak dapat menahan nafsu makan, setelah makan akan merasa bersalah dan memuntahkan serta minum
pencahar. Biasanya pasien dapat makan dalam jumlah yang sangat banyak (binge eating) sebelum
dimuntahkan kembali. Tubuh dapat normal atau justru gemuk.

Pica
Definisi
Memakan sesuatu yang bukan makanan, seperti misalnya tanah, beling, es batu. Berkaitan dengan anemia
defisiensi besi.

Gangguan Tidur
Insomnia
Definisi
Kondisi tidur yang tidak memuaskan secara kuantitas dan/atau kualitas.

Jenis
1. Early: sulit memulai tidur
2. Middle: terbangun berkali-kali saat tidur
3. Late: bangun sangat awal lalu tidak dapat tidur kembali
Early insomnia terkait dengan gangguan cemas, sementara middle dan late insomnia terkait depresi

Hipersomnia
Definisi
Jumlah tidur yang sudah cukup atau cenderung berlebih pada malam hari, namun masih diserang dengan
rasa kantuk pada siang hari.

Narkolepsi
Definisi
Serangan kantuk mendadak yang dapat terjadi berkali-kali dalam sehari. Tidak terkait jam tidur. Di luar
serangan, pasien tidak merasa ngantuk. Dapat disertai katapleksi, paralisis tidur, dan halusinasi hipnagogik.

Somnambulisme
Definisi
Berjalan sambil tidur, biasa dapat kembali ke tempat tidur lagi dan tidak memiliki ingatan apa pun tentang
kejadian tersebut

Gangguan Kepribadian
A. Kluster A = 'Aneh'
1. Skizoid
Definisi
Kepribadian yang memilih menyendiri dan sama sekali tidak tertarik untuk berinteraksi secara sosial.
Hati-hati tertukar definisi dengan gangguan kepribadian antisosial!!!

11
PSIKIATRI

2. Paranoid
Definisi
Kepribadian yang sulit dan tidak percaya dan selalu menaruh kecurigaan.

3. Skizotipal
Definisi
Kepribadian yang memiliki pikiran, persepsi, dan kepercayaan yang 'aneh' seperti percaya dengan UFO
yang akan menculik manusia bumi dan hal-hal supranatural lainnya.

B. Kluster B = 'Berisik'
1. Antisosial
Definisi
Kepribadian melanggar peraturan, berperilaku seperti preman.
Antisosial BUKAN dalam artian tidak ingin berinteraksi, yang mana merupakan gangguan kepribadian skizoid
Hati-hati tertukar definisi dengan gangguan kepribadian skizoid!!!

2. Ambang
Definisi
Kepribadian impulsif, hubungan tidak stabil, mudah menilai seseorang baik atau jahat.

3. Histrionik
Definisi
Kepribadian "drama queen/king" lebay , suka menjadi pusat perhatian, heboh, dan berlebihan dalam
pakaian, ucapan, dan tindakan.

4. Narsisistik
Definisi
Kepribadian melebihkan diri sendiri, suka dipuji, dan sering merendahkan orang lain. Pernyataannya dan
dirinya harus selalu yang paling benar, tidak menerima kritik.

C. Kluster C = 'Cemas'
1. Cemas menghindar (Avoidant)
Definisi
Kepribadian pemalu, merasa tidak layak dan tidak kompeten untuk bergabung dengan kelompok lain.
Ingin bergabung namun takut ditolak (bandingkan dengan skizoid yang memang tidak ingin, bukan karena
merasa tidak layak)

2. Dependen
Definisi
Kepribadian merasa perlu orang lain terus menerus, tidak dapat bergantung pada diri sendiri, tidak dapat
mengambil keputusan untuk diri sendiri

3. Obsesif kompulsif (Anankastik)


Definisi
Kepribadian yang penuh keteraturan dan sikap perfeksionis yang berlebihan. Gangguan kepribadian
obsesif kompulsif berbeda dengan gangguan obsesif kompulsif .

Gangguan Seksual
Macam-Macam Gangguan Seksual
1. Transseksual
Definisi
Seseorang yang menginginkan dan/atau sudah menjalani transisi dari laki-laki menjadi perempuan atau
perempuan menjadi laki-laki. Dapat melalui transisi fisik berupa terapi hormonal atau operasi kelamin.

12
BUKU MATERI CBT
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

2. Transgender
Definisi
Seseorang yang secara sementara atau permanen mengidentifikasi dirinya sebagai lawan dari jenis
kelamin yang diperolehnya pada saat lahir.

3. Transvestisme
Definisi
Kepuasan seksual dengan menggunakan pakaian lawan jenis. Contoh: laki-laki sering menggunakan
pakaian dalam istrinya, tetapi sehari-hari tetap menganggap dirinya laki-laki dan berpakaian secara laki-laki.

4. Ekshibisonis
Definisi
Perilaku menunjukkan alat kelamin kepada orang lain, kepuasan diperoleh saat melihat orang lain
ketakutan atau berteriak.

5. Voyeurisme
Definisi
Kepuasan didapatkan dari perilaku mengintip (bukan melihat secara langsung).

6. Sadisme
Definisi
Kepuasan didapatkan dengan cara menyakiti orang lain.

7. Masokisme
Definisi
Kepuasan didapatkan dengan cara disakiti (atau menyakiti diri sendiri).

Retardasi Mental
Definisi
Penurunan kemampuan kognitif secara umum, dapat diklasifikasikan berdasarkan poin IQ:

Ringan Sedang Berat Sangat berat


50 - 69 35 - 49 20 34 <20

Gangguan Perkembangan dan Tingkah Laku Anak-Anak


A. Autisme
Definisi
Termasuk gangguan perkembangan pervasif (menyeluruh, tidak spesifik di satu bidang saja)

Tanda dan Gejala


Onset sebelum usia 7 tahun, bahkan hampir selalu sebelum usia 3 tahun sudah tampak; ditandai dengan
penarikan diri dari aktivitas sosial, perilaku repetitif, gangguan perkembangan bahasa. Tidak terkait dengan
trauma psikologis, kegagalan orang tua, atau physical abuse.

Variasi

1. syndrome: Lebih banyak terjadi pada laki-laki; mirip autisme; namun perkembangan kognitif
baik dan tidak ada gangguan perkembangan bahasa
2. syndrome: Lebih banyak terjadi pada anak perempuan; berkurangnya kecepatan pertumbuhan
lingkar kepala; kehilangan fungsi yang sebelumnya sudah diperoleh (onset sekitar 5 bulan).

13
PSIKIATRI

3. Childhood disintegrative disorder: 2 tahun pertama perkembangan normal; lalu mulai kehilangan fungsi
bahasa, sosial, dan muncul perilaku stereotipik.

B. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)/ADHD = Attention


Deficit and Hyperactivity Disorder
Definisi
Onset sebelum usia 7 yahun, dan harus tampak di dua situasi yang berbeda (misal: sekolah DAN rumah).
Gambaran klinis harus tidak sesuai dengan perkembangan anak seusianya.

Tipe
Terdapat 2 tipe (atau dapat pula berupa campuran kedua tipenya):
1. Predominan inatensi jika tidak mau mendengarkan, mudah terdistraksi.
2. Predominan hiperaktivitas/impulsif jika bicara terus, menjawab pertanyaan
antre/menunggu giliran.

Tatalaksana
Psikostimulan, seperti metilfenidat 10-60 mg/hari dalam dosis terbagi; psikoterapi, dan konseling orang tua.
Group therapy mungkin bermanfaat.

14
BUKU MATERI CBT
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

NEUROLOGI

Fisiologi
Dermatom
Berikut adalah gambaran ringkas mengenai dermatom serta area yang dipersarafi oleh dermatom ini.

Daerah Dermatom
Klavikula C3-C4
Ibu jari C6
Jari tengah C7
Kelingking C8
Puting payudara (nipple) T4
Processus xiphoideus T7
Umbilikus T10
Kaki medial (ibu jari) L4-L5
Kaki medial (kelingking) L5-S1
Perineum S2-S4

First Aid USMLE, 2016

Nervus Kranialis
Secara anatomi, berikut merupakan tempat keluarnya nervus
kranialis dari batang otak

Dari gambar di samping, secara singkat dapat


disimpulkan bahwa :
CN III, IV keluar dari mesensefalon;
CN V, VI, VII, dan VIII keluar dari pons;
CN IX, X, XI, dan XII keluar dari medula oblongata

Pusat Refleks Ekstremitas


Secara umum, ada empat refleks yang bisa dilakukan pemeriksaan untuk ektremitas atas dan bawah
Biseps Triseps Patella Achilles

C5-C6 C7-C8 L3-L4 S1-S2

15
NEUROLOGI

Nervus kranialis beserta fungsinya


I Olfaktori Sensori penciuman Cara mudah!
II Optikus Sensori penglihatan Gerak bola mata:
III Okulomotor Gerak bola mata, konstriksi pupil,
levator palpebra
IV Trochlear Gerak bola mata
V Trigeminus Otot mastikasi
VI Abdusens Gerak bola mata
VII Fasialis Otot wajah, rasa 2/3 anterior lidah
4 → hidung
VIII Vestibulo Pendengaran dan keseimbangan
6 → telinga
koklearis
IX Glossofaringeus Rasa 1/3 posterior lidah, elevasi Melihat ke inferomedial
menggunakan N. IV
faring, menelan
Melihat ke lateral
X Vagus Menelan, parasimpatis ke organ
menggunakan N. VI
dalam
Melihat ke arah sisanya
XI Aksesorius Rotasi kepala dan angkat bahu
menggunakan N. III
XII Hipoglossus Gerakan otot lidah

Vaskularisasi otak
Berikut adalah gambaran anatomi vaskularisasi otak:

16
BUKU MATERI CBT
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

Secara anatomi dan fungsi, berikut adalah pembagian arteri yang mengasupi area otak manusia
A. Arteri serebri anterior
Memperdarahi serebrum frontal dan medial.
Bila terjadi oklusi menyebabkan terjadinya kelemahan anggota gerak kontralateral, ekstremitas bawah lebih
terpengaruh.

B. Arteri serebri media


Memperdarahi bagian lateral hemisfer.
Bila terjadi oklusi menyebabkan hemiparesis kontralateral, terutama wajah dan ekstremitas atas. Dapat
pula mengakibatkan hemianopia homonim (jika terkena radiatio optica).

C. Arteri serebri posterior


Memperdarahi lobus oksipital.
Bila oklusi, mengakibatkan hemianopia homonim dengan macular sparing.

D. Sirkulasi vertebrobasiler
Memperdarahi pons, bagian superior dan inferior dari cerebellum.
Bila terjadi oklusi mengakibatkan buta kortikal, diplopia, vertigo, nistagmus.

Neurologi Anak
Kejang Demam
Definisi
Bangkitan kejang yang terjadi pada peningkatan suhu tubuh (suhu rektal >38oC), yang disebabkan oleh
proses ekstrakranial. Kejang demam: bukan oleh infeksi SSP, gangguan metabolik, dan tidak pernah ada
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.

Klasifikasi
A. Kejang demam sederhana
Durasi <15 menit; sifat kejang generalisata (seluruh tubuh, bukan fokal); hanya 1 kali dalam 24 jam.
B. Kejang demam kompleks
Durasi >15 menit; sifat kejang fokal (tidak generalisata); terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Usia kejang demam anak biasanya 6 bulan 5 tahun.

*kriteria kejang sering:


berulang 3x/lebih dalam 6 bulan; atau 4x/lebih dalam 1 tahun

17
NEUROLOGI

Pemeriksaan
Jika kecurigaan infeksi SSP harus dikerjakan penunjang → pungsi lumbal
EEG jika kejang fokal

Tatalaksana
Saat kejang berlangsung:
Diazepam rektal (<1 tahun/10 kg: 5 mg; >1 tahun/10 kg: 10 mg), boleh diulang satu kali.
*tambahan: pada konsensus terbaru menggunakan cutoff berat badan anak pada 12 kg.
--
Masih kejang: diazepam IV (0,3 mg/kg) bolus pelan.
--
Masih kejang: fenitoin IV (10-20 mg/kg) bolus dengan kecepatan kurang dari 50 mg/menit
--
Jika kejang berhenti lanjutkan dengan rumatan fenitoin (4-8 mg/kg/hari), 12 jam setelah dosis awal.
--
Kejang tidak berhenti : ICU, dapat digunakan midazolam.

Profilaksis dipertimbangkan:
a) Profilaksis intermiten (dengan diazepam, 0,3 mg/kgBB/kali, 3x sehari, selama 48 jam) jika kejang pada
suhu tubuh tidak tinggi, berulang sering*
b) Profilaksis kontinu (dengan fenobarbital/asam valproat diberikan selama 1 tahun) jika kejang fokal, >15
menit.
c) Kejang demam pada neonatus ditatalaksana menggunakan fenobarbital → first line

Infeksi Sistem Saraf


Ensefalitis
Definisi
Infeksi pada parenkim otak dengan tanda dan gejala berupa demam, kejang, dan khas adanya penurunan
kesadaran. Jika tidak mengenai lapisan meningens, tanda rangsang meningeal umumnya (-) kecuali jika
disertai dengan meningitis pula. Dalam menghadapi soal seperti ini, perhatikan penurunan kesadaran
ataupun keterangan perubahan tingkah laku yang mengarahkan ke ensefalitis.

Etiologi
Etiologi tersering: HSV-1, CMV, EBV, VZV; atau non-viral

Pemeriksaan Penunjang
Analisa cairan serebrospinal, dapat dilanjutkan pemeriksaan PCR. CT-scan dengan kontras dapat
dipertimbangkan.

Tatalaksana
Asiklovir rutin diberikan karena insidens ensefalitis herpes simpeks yang tinggi. Suportif lain: fenitoin untuk
pencegahan kejang.

Meningitis
Definisi
Inflamasi lapisan meningens, akibat infeksi dengan tanda dan gejala khas berupa demam tinggi, kaku kuduk
dan tanda rangsang meningeal (+). Dapat disertai lesi petekial, sakit kepala, fotofobia.

Etiologi
Meningococcus, pneumococcus, H. Influenae, CMV, atau imunokompromais (kriptokokus, TB)

18
BUKU MATERI CBT
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

Pemeriksaan Penunjang
Pungsi lumbal (lihat kotak di bawah)

Analisa cairan serebrospinal:


1. Bakteri - keruh, leukosit tinggi, dominan neutrofil, protein tinggi, glukosa rendah
2. Virus - jernih, leukosit rendah, dominan limfosit, protein normal, glukosa normal
3. TB - xanthokrom, leukosit variabel, dominan limfosit, protein meningkat, glukosa rendah

Tatalaksana
Tergantung etiologi, antibiotik; antiviral; anti-tuberkulosis

Gambaran perbandingan cairan serebrospinal pada beberapa kondisi meningitis adalah sebagai berikut:

Tetanus
Definisi
Infeksi dan penyakit oleh eksotoksin C. tetani mengakibatkan rangsangan spatis.

Tanda dan gejala


Opistotonus, trismus, disfagia, kaku leher, fleksi lengan, ekstensi tungkai, hingga disfungsi otonom. Spasme
dapat timbul dengan rangsang atau spontan. Pemeriksaan sederhana (bedside) → Tes spatula (+)

Tatalaksana
Pencegahan dengan vaksin tetanus toksoid (TT) dan anti-tetanus serum (ATS).
Pengobatan dengan ATS, TT, muscle relaxant (diazepam), dan antibiotik (metronidazol 3 x 500 mg dan
amoksisilin atau ampisilin 2 x 1 gram)

19
NEUROLOGI

Algoritma Pemberian Regimen Profilaksis Tetanus

Tentukan apakah luka bersih atau kotor, serta tentukan status imunisasi TT penderita. Luka yang bersih
tidak memerlukan ATS/HTIg. Luka yang kotor mungkin memerlukan ATS/HTIg atau vaksin TT.

Nyeri Kepala
Nyeri kepala primer
Tidak disebabkan oleh proses intrakranial yang spesifik. Singkirkan dulu sakit kepala sekunder (misal, akibat
infeksi SSP). Soal umumnya menyingkirkan tanda infeksi (demam disangkal), dan tanda tumor disangkal (tidak
ada progresi makin parah)

Migraine Tension type (TTH) Cluster


Lokasi Unilateral Bilateral Unilateral

Durasi 4 - 72 jam Bervariasi 1/2 - 3 jam, banyak


serangan
Tampilan pasien Tempat gelap, istirahat; Tetap aktif atau Tetap aktif; laki-laki
perempuan istirahat dan perokok

Nyeri Kepala Tipe Tegang (Tension type headache)


Tanda dan gejala
Nyeri bilateral, rasa seperti tertekan dan diikat, lokasi frontal dan oksipital.

Tatalaksana
NSAID (ibuprofen 2 x 400 mg, aspirin 2 x 160 mg) atau parasetamol 3 x 500 mg-1 gram; antidepresan
trisiklik (amitriptilin) sebagai pencegahan (prevensi)

Migraine
Tanda dan gejala
Nyeri unilateral, rasa berdenyut, lokasi di fronto-temporal dan okular, mual, muntah, fotofobia, fonofobia.
Bisa disertai aura (classic migraine) maupun tanpa aura (common migraine). AURA: episode vasokonstriksi
yang terjadi sebelum vasodilatasi pada migraine

20
BUKU MATERI CBT
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

Pemicu
CHOCOLATE:
Chocolate, Hangover, Orgasme, Cheese, Oral contraceptive, Lelah & letih, Alkohol, Task (tugas berat),
Exercise (aktivitas).

Tatalaksana
Terapi abortif → Preparat ergot 2 mg sublingual atau Preparat triptan 25-100 mg per pemberian, maks
200 mg/hari; NSAID (ibuprofen 2 x 400 mg).
Terapi Preventif → 1st line: propranolol 80 mg/hari, antidepresan trisiklik (amitriptilin 25 mg/hari). 2nd
line: asam valproat, gabapentin, pregabalin.

Cluster
Definisi
Nyeri unilateral, terasa sangat berat seperti ditusuk, mata seperti didorong keluar, lokasi di orbital dan
temporal.

Tanda dan gejala


Lakrimasi, mata merah, rinorea, dan perspirasi (berkeringat) di dahi ipsilateral.

Tatalaksana
Terapi abortif → Oksigen 100% > 10 lpm, triptan 25-100 mg per pemberian, maks 200 mg/hari , atau
ergot 2 mg sublingual
Terapi preventif → calcium channel blocker verapamil/diltiazem

Neuralgia Trigeminal (Tic Doloreaux)


Definisi
Nyeri seperti "tersetrum" di daerah persarafan n. trigeminal (daerah wajah). Etiologi tidak diketahui, pemicu:
sikat gigi, berbicara, makan.

Tatalaksana
Karbamazepin 100 mg 2x1, gabapentin 300 mg/hari, lamotrigin

Neurovaskular
Stroke Iskemik
Definisi
Defisit neurologis akut (contoh: hemiparesis), biasanya kesadaran tidak menurun kecuali daerah iskemik
sangat luas. Terdapat dua tipe stroke iskemik, yakni emboli dan trombus. Emboli: terdapat riwayat gangguan
irama jantung (terutama atrial fibrilasi), muncul mendadak (sudden). Trombus: berkembang tidak secepat
emboli

Pemeriksaan fisik
Lesi khas UMN (hiper-refleksia, refleks patologis).

21
NEUROLOGI

Pemeriksaan Penunjang
CT-scan daerah hipodens di serebrum. Dipakai terutama untuk menyingkirkan perdarahan intraserebral.

Tatalaksana
Trombolitik (dengan rt-PA) untuk pasien yang datang dalam 3-4,5 jam setelah onset dan tidak ada
kontraindikasi. Alternatif: aspirin 320 mg atau klopidogrel 325 mg untuk pasien lain. Antihipertensi tidak
selalu dibutuhkan, kecuali pada TD>220 mmHg. (bandingkan pada keadaan stroke hemoragik).

Pencegahan
Pencegahan primer: modifikasi faktor risiko, berhenti merokok, golongan statin. Antikoagulan jika ada riwayat
penggantian katup jantung.
Pencegahan sekunder: modifikasi faktor risiko, aspirin 80 mg, klopidrogel 75 mg, golongan statin diperlukan.

Stroke Perdarahan
Definisi
Defisit neurologis akut, ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti: penurunan kesadaran akut,
nyeri kepala, mual, muntah menyemprot.

Pemeriksaan fisik
Lesi khas UMN, biasanya disertai hipertensi.

Pemeriksaan Penunjang
CT-Scan daerah hiperdens di serebrum.

Perdarahan akut di basal ganglia

22
BUKU MATERI CBT
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

Tatalaksana
Bedah (untuk evakuasi hematoma), antihipertensi (perlu diturunkan, namun jangan turunkan TD >25% MAP),
diuretik osmotik (mis. manitol).

Perdarahan Subarakhnoid
Definisi
Perdarahan ke dalam ruangan subarakhnoid yang seringkali disebabkan karena pecahnya sebuah
aneurisma (sering: Berry Aneurisma) atau arteriovenosus malformation (AVM).

Tanda dan gejala


paling berat seumur hidup thunderclap headache). Tanda rangsang
meningeal positif.

Pemeriksaan Penunjang
CT Scan hiperdensitas di dalam sulkus dan fisura serebri.

Tatalaksana
Burr hole kraniostomi, evakuasi/irigasi.

Gangguan Keseimbangan
Vertigo
Vertigo terbagi menjadi vertigo perifer (vestibular) dan vertigo sentral (non-vestibular).
A. Vertigo perifer: BPPV, penyakit meniere, neuronitis vestibular, fisiologis (mabuk kendaraan).
B. Vertigo sentral: gangguan vaskular otak (stroke batang otak), stroke serebelum, migren basiler,
neoplasma

Perbedaan vertigo perifer dan sentral disajikan dalam tabel berikut:


Perifer Sentral
Gejala mual muntah Berat Bervariasi (tidak seberat perifer)

Defisit neurologi Jarang Sering

Gejala pendengaran Sering Jarang

Nistagmus Horizontal / rotatoir Vertikal

23
NEUROLOGI

BPPV (Benign Positional Paroxysmal Vertigo)


Definisi
Suatu jenis vertigo perifer yang bersifat degeneratif, idiopatik, etiologi tersering kanalolitiatis dan
kupulolitiasis.

Tanda dan gejala


Pusing berputar, biasanya hebat, disertai mual dan muntah - terjadi karena perubahan posisi kepala (misal:
dari tidur menjadi bangun), terjadi sangat singkat. Dix Hallpike positif (manuver lain: side lying, roll),
perhatikan arah nistagmus.

Tatalaksana
Manuver Epley (kelanjutan dari Dix Hallpike), latihan Brandt-Daroff, farmakologi: betahistin mesylate 6 mg
3x1, antihistamin dimenhidrinat 50 mg 3x1 dan antikolinergik pada saat serangan akut
Betahistin merupakan senyawa analog histamin, dapat meningkatkan sirkulasi di telinga dalam.

Manuver Epley

Meniere Disease
Definisi
Hidrops endolimfe koklea dan vestibulum, mendadak dan hilang timbul.

Tanda dan gejala


Trias: pusing berputar, tuli sensorineural (terutama nada rendah), tinitus; disertai perasaan penuh di telinga

Pemeriksaan penunjang
Audiometri: tuli sensorineural yang reversibel

Tatalaksana
Edukasi diet restriksi garam, diuretik (HCT 2 x 25-100 mg), sedatif (diazepam atau golongan sedatif hipnotik,
misalnya alprazolam), betahistin mesylate 3 x 6 mg
Neurogeriatri
Demensia

24
BUKU MATERI CBT
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

Definisi
Suatu sindroma akibat penyakit/gangguan otak yang bersifat kronis-progresif, dimana terdapat gangguan
fungsi luhur kortikal seperti daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap, berhitung, kemampuan belajar,
berbahasa, dan daya nilai. Umumnya disertai dan diawali pemrosotan dalam pengendalian emosi, perilaku
sosial, atau motivasi hidup. Pemeriksaan radiologi dapat menunjang diagnosis.

Tanda dan gejala demensia meliputi 5A:


1. Anomia → Kesulitan mengingat nama orang, barang, tempat, dan lain lain. Penderita dapat mengetahui
dan/atau mengenali suatu objek, tapi tidak mampu mengingat namanya.
2. Apraxia → Kesulitan melakukan suatu gerakan/tindakan, dapat disebabkan karena penderita sudah tidak
dapat mengenali benda dan fungsinya. Misal: tidak bisa mengancing baju, tidak bisa membuka pintu.
3. Agnosia → Kesulitan mengenali objek, baik orang, suara, bentuk, bau, dan lain lain meskipun penderita
tidak mengalami kerusakan organ indera atau kehilangan memori.
4. Amnesia → Terganggunya daya ingat. Pada kasus ini disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada sel
otak.
5. Afasia → Terganggunya fungsi berbicara.

A. Demensia Alzheimer
Tanda dan gejala
Perjalanan gradual (perlahan-lahan). Atrofi lobus otak, singkirkan kelainan vaskular dan hidrosefalus. Jenis
demensia yang paling umum. Penyebabnya belum diketahui, seringkali dikaitkan dengan kelainan genetika.
Usia merupakan salah satu faktor risiko.

Pemeriksaan
Pada otak penderita demensia Alzheimer ditemukan plak berupa penggumpalan protein beta-amyloid dan
akumulasi dari protein tau yang terfosforilasi(neurofibrillary tangles).

Tatalaksana
Kolinesterase inhibitor (rivastigmin 1.5-6 mg 2x1), donepezil) dan suportif, non-farmakologis (stimulasi
kognisi, latihan memori)

B. Demensia Vaskular
Tanda dan gejala
Adanya riwayat stroke dan penyakit serebrovaskular. Faktor risiko utama usia dan hipertensi. Dapat disertai
dengan defisit neurologi

Tatalaksana
Penanganan penyakit dasar (stroke, hipertensi, diabetes melitus). Sering ditandai dengan penurunan fungsi
kognitif yang "mendadak", seperti step-ladder.

C. Demensia Frontotemporal
Tanda dan gejala
Dikenal juga dengan istilah . Ditandai dengan degenerasi sel otak, terutama di bagian frontal
dan temporal. Gejala yang umum terjadi adalah perubahan perilaku, kepribadian, pengendalian emosi,
hingga kemampuan berbahasa.

D. Demensia dengan Lewy Body


Tanda dan gejala
Demensia dengan perubahan postur dan cara berjalan. Terjadi akibat penumpukan (deposit yang
abnormal) dari protein alpha-synuclein Lewy Body Demensia jenis ini
erat kaitannya dengan penyakit Parkinson. Penderita dapat memiliki juga gejala Parkinson.

25
NEUROLOGI

Parkinson
Definisi
A. Degenerasi neuron dopaminergik di substansia nigra. Bedakan penyakit parkinson (idiopatik) tanpa
penyebab jelas dengan sindroma parkinson (etiologi jelas, misal stroke atau antipsikotik)
B. Parkinson plus: Parkinson + gejala lain (misal: demensia, degenerasi ganglia basal, vaskular)

Tanda dan gejala


TRAP: Tremor (Tremor terutama saat istirahat, frekeunsi lambat), Rigiditas (cog-wheel), Akinesia (lambat
menginisiasi pergerakan, tulisan kecil, arm swing bekrurang), Postural loss; 2 tanda kardinal cukup untuk
diagnosis

Tatalaksana
Levodopa (250-500 mg 2x1) + Benserazid (75-200 mg dosis terbagi), amantadin, MAO-I inhibitor. Untuk yang
dominan tremor <70 tahun (tanpa akinesia/bradikenisa), pilihan utama biasanya antikolinergik (triheksilfenidil)

Epilepsi
Definisi
A. Kecenderungan untuk timbulnya bangkitan epileptik terus menerus.
B. Definisi operasional: Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi (atau 2 bangkitan refleks) dengan jarak
antar-bangkitan pertama dan kedua adalah lebih dari 24 jam. Bangkitan refleks dapat berupa stimulasi
visual dan auditorik.
C. Automatisme merupakan gerakan stereotipik berulang, biasanya menyertai kejang parsial kompleks.
Penurunan kesadaran umumnya berupa tidak memberikan respons terhadap lingkungan

Etiologi
Idiopati: tidak ada lesi struktural di otak. Kriptogenik: simptomatis tapi penyebab belum diketahui.
Simptomatis: misalnya kelainan struktur SSP

Pemeriksaan penunjang
Elektro-ensefalografi (EEG)

Tipe
A. Epilepsi Parsial
Fokal, berasal dari bagian tertentu di korteks serebri. Terbagi menjadi:
1. Sederhana
Tidak ada penurunan kesadaran, dapat berupa gejala sensoris, motoris, otonom, atau psikis

2. Kompleks
Ada penurunan kesadaran, sering diikuti automatisme dan kebingungan pasca-bangkitan

3. Tonik klonik umum sekunder


Kejang parsial yang berlanjut menjadi kejang umum tonik klonik

Tatalaksana
Karbamazepin 200 mg 2x1 (first-line), asam valproat 15 mg/kgbb/hari dalam dosis terbagi.

B. Epilepsi Umum
Berasal dari kedua hemisfer serebri. Terbagi menjadi:
1. Absans / lena (petit mal)
Bengong mendadak, berlangsung sebentar (<15 detik), dapat disertai automatisme atau tidak

2. Mioklonik
Kedutan motorik aritmik, sporadis dan sebentar

26
BUKU MATERI CBT
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

3. Klonik
Kedutan motorik ritmik, lebih teratur dan lebih lama

4. Tonik
Kaku dan rigid, dapat fleksi maupun ekstensi

5. Tonik klonik (grand mal)


Berawal dari peningkatan tonus, diikuti dengan gerakan kelojotan ritmik (klonik)

6. Atonik
Hilangnya postur tubuh secara mendadak (tiba-tiba "jatuh")

Menentukan lokasi epilepsi?


1. Lobus oksipital dominan fenomena visual (garis,
kilatan cahaya)
2. Lobus parietal dominan gangguan sensorik
(kesemutan, baal); dan motor (akibat penyebaran)
3. Lobus frontal dominan gerakan (motorik)
4. Lobus temporal disertai automatisme (lip-
smacking, mengunyah, menelan), gerakan tangan
stereotipik; déjà vu dan jamais vu, gangguan
emosional.

Tatalaksana
Karbamazepin 200 mg 2x1 (first-line), untuk bangkitan absans menggunakan etosuksimid 500 mg dosis
terbagi (lini kedua : asam valproat 15 mg/kgbb/hari dalam dosis terbagi). Alternatif: asam valproat.

Trauma
Cedera Kepala
Klasifikasi bergantung pada GCS, pingsan, dan gambaran CT scan
Minimal Ringan Sedang Berat

GCS 15 GCS 13-15 GCS 9-12 GCS 3-8

Tidak ada pingsan Pingsan <10 mnt Pingsan 10 mnt - 6 jam Pingsan >6 jam

CT normal CT normal CT abnormal CT abnormal

Jenis
A. Komosio (concussion, gegar otak): CT scan normal
B. Kontusio: "memar" otak, hiperdensitas di CT-scan, tidak sehebat perdarahan intraserebral
C. Perdarahan intraserebral: CT scan hiperdensitas mencolok
D. Hematoma epidural: pecahnya a. meningea media; interval lusid; CT scan hiperdens bikonveks. Rentan
terjadi herniasi otak.
E. Hematoma subdural: pecahnya bridging veins; CT scan hiperdens bulan sabit. Dapat bersifat akut
(trauma berat) maupun kronik (misal: trauma ringan, atrofi otak)

27
NEUROLOGI

Perdarahan Subdural Perdarahan Epidural

Tatalaksana
ABCD; konsultasi bedah saraf (misal pada EDH >40 cc dengan midline shift; SDH luas; perdarahan
intraserebral luas; fraktur kranii terbuka; dan edema serebri berat);

Neuropati dan Kelainan Neuromuskular


Carpal Tunnel Syndrome
Definisi
Kompresi N. medianus di terowongan karpal

Tanda dan gejala


Nyeri pergelangan tangan ventral, kebas di telapak tangan bagian radial, terutama jari I-III.
Tinel sign (nyeri/kesemutan saat terowongan karpal diketuk), phalen test (nyeri/kesemutan saat pergelangan
tangan fleksi)

Phalen Test

Tatalaksana
Night splint (bidai malam hari) saat tidur, analgesik, injeksi kortikosteroid triamcinolone acetonide, hingga
pembedahan

Bell's Palsy
Definisi
Paralisis akut nervus VII perifer unilateral.

28
BUKU MATERI CBT
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

Tanda dan gejala


Dahi dan pipi sisi yang terkena tidak dapat digerakkan, kelopak mata sisi sakit tidak bisa menutup
(lagoftalmus), bibir tertarik ke sisi yang sehat

stroke, dahi masih dapat digerakkan melalui persarafan kontralateral (karena lesi UMN).

Tatalaksana
Steroid (prednison 1 mg/kgBB ~ 60 mg dewasa), air mata buatan, plester mata ketika tidur, rehabilitasi

Guillain-Barre Syndrome
Definisi
Demielinisasi saraf perifer, akut dan progresif. Sering didahului ISPA atau gastroenteritis, diikuti
kelemahan ascending (naik), dari distal ke proksimal, dapat mengakibatkan kelumpuhan otot diafragma

Pemeriksaan penunjang
Elektromiografi (EMG) terdapat pelambatan impuls syaraf, pungsi lumbal ditemukan disosiasi citoprotein,

Tatalaksana
Plasmafaresis atau IVIG, suportif (terutama pada pasien dengan ancaman gagal napas).
(IVIG = imunoglobulin intravena)

Miastenia Gravis
Definisi
Penyakit dimana terdapat autoantibodi terhadap reseptor asetilkolin di taut neuromuskular.

Tanda dan gejala


Kelemahan, terutama otot kecil (levator palpebra, misalnya) - ptosis terutama di sore hari ketika lelah.
Wartenberg test. Uji dengan fistostigmin (AChE inhibitor). Dengan injeksi AChE inhibitor (piridostigmin 600
mg/hari) - lama kerja lebih lama dibanding fisostigmin. Inhibitor enzim ini mengakibatkan transmisi kolinergik
dengan asetilkolin ditingkatkan, membantu mengatasi gejala miastenia gravis.

Herniasi Nukleus Pulposus (HNP)


Definisi
Herniasi diskus intervertebralis dan menekan radiks saraf perifer sehingga menimbulkan gejala neurologis.

29
NEUROLOGI

Tanda dan gejala


Nyeri punggung bawah yang menjalar, sering disertai kelemahan otot dan kesemutan. Tes Lasegue positif.

Pemeriksaan penunjang
Foto polos vertebra untuk menyingkirkan kelainan lain, MRI sebagai baku emas.

Tatalaksana
Tirah baring, analgesik (parasetamol, NSAID cont: ibuprofen 400 mg 3x1), relaksan otot (eperisone 150 mg
3x1), hingga pembedahan apabila kasus berat

Kelainan saraf perifer lain


Kelainan N. medianus Ape hand A. medianus: LOAF (lumbrikal, oponens
saraf C6-T1 policis, abduktor policis brevis, fleksor
perifer policis brevis)
N. ulnaris Claw hand (ulnar claw)
lain
C7-T1

N. radialis Wrist and finger drop N. radialis: BEST (brakioradialis,


C5-T1 ekstensor, supinator, triceps)

Pleksus Sering akibat trauma jalan lahir


brakialis pada anak yang makrosomia
atau distosia

30
BUKU MATERI CBT
KELAS CBT ONLINE PADI EDISI PSBB

Ulnar claw: unopposed flexion at Ape hand: ketidakmampuan ibu jari


interphalangeal joints, unopposed extension melakukan oposisi (seperti yang ditemukan
at MCP. Mengenai jari 4 dan jari 5. pada primata)

31
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

INFEKSI

Dengue Hemorrhagic Fever


Definisi
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF / Demam Berdarah Dengue DBD) adalah infeksi virus yang ditransmisikan
nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Terdapat 4 serotipe virus dengue : DENV-1, DENV-2,
DENV-3, dan DENV-4. Penyembuhan infeksi dari salah satu serotipe memberikan imunitas seumur hidup
terhadap serotipe tersebut. Namun, bila terjadi infeksi berulang akibat serotipe lain, akan mengakibatkan
peningkatan risiko terjadinya serangan dengue yang lebih berat dibandingkan kejadian sebelumnya.

Perbedaan DHF dan DF (Dengue Fever/ Demam Dengue-DB)


Pada DF, klinis demam, nyeri kepala, nyeri sendi dan otot, serta dapat terjadi manisfestasi perdarahan, namun
TANPA kebocoran plasma. Dapat terjadi trombositopenia dan peningkatan hematocrit (Hct) sebesar 10-
20%. Kebocoran plasma ditandai dengan minimal salah satu : hemokonsentrasi (Hc
standar / Hc , ascites, efusi pleura, efusi perikardial dan
hypoproteinemia.

Klinis
- Masa inkubasi 3 14 hari (rerata 4-7 hari)
- demam tinggi mendadak, 2-7 hari
- nyeri sendi dan otot
- nyeri retro orbita
- dapat disertai : mual muntah, lemah, nyeri tenggorokan, peteki, gusi berdarah, epistaksis, menoragia,
hematuria, limfadenopathy, hepatomegaly

Pemeriksaan Penunjang
- Darah rutin : Hb, Hct, AT
- Efusi pleura : rontgen thorax LLD (left lateral decubitus)
- Diagnosis pasti
o NS-1 : hari 1-3
o isolasi virus dengue (cell culture)
o deteksi antigen virus dengan RT-PCR
o tes serologis, IgM dan IgG

33
INFEKSI

a. IgM : Positif pada hari 5 -7, jika negatif pada demam <5hari tidak esklusi dengue
b. IgG : Deteksi 100% setelah hari ke 7 demam, direkomendasikan jika IgM Dengue masih negatif setelah
7 hari

Terapi
Kriteria rawat inap :
1. DHF dengan syok, disertai atau tidak dengan perdarahan
2. DHF dengan perdarahan masif dengan atau tanpa syok
3. DHF tanpa perdarahan dengan
▫ Hb, Hct normal dengan AT < 100.000/mm
▫ Hb, Hct yang meningkat dg trombositopenia <150.000/mm3

DHF tanpa syok


1. Bila demam → Paracetamol. Jangan beri NSAID (asetosal, ibuprofen), risiko perdarahan.
2. Berikan infus 3-7 ml/kgBB/jam. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
3. Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai
keadaan stabil.
4. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok terkompensasi
(compensated shock).

DHF dengan Syok


1. Berikan oksigen 2-4 L/menit dengan nasal kanul.
2. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
3. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya (maksimal 30
menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya
perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
5. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan nadi
melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan
tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
6. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah banyak kematian
terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.

Kriteria pulang ranap


1. Tidak demam selama 24 jam tanpa anti piretik.
2. Nafsu makan membaik.
3. Secara klinis tampak perbaikan.
4. Hematocrit stabil.
5. Tiga hari setelah syok teratasi.
6. Jumlah trombosit > 50.000/mm3.
7. Tidak dijumpai distres pernapasan.

34
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Demam Typhoid
Definisi
Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

Etiologi
Disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi), basil gram negatif, berflagel, dan tidak berspora. S. typhi
memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan
antigen Vi.

Patogenesis
Infeksi S.typhi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus kemudian melalui pembuluh limfe
masuk ke peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan
berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada
perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan menyebar ke seluruh tubuh
terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak pada mukosa diatas plaque peyeri. Tukak
tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin
yang dieksresikan oleh basil S. typhi sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan
pada usus.

Gejala Klinis
Masa inkubasi Demam tifoid 10-14 hari, rata-rata 2 minggu. Gejala timbul secara tiba-tiba atau berangsur
angsur.
a. Minggu 1 demam dengan pola anak tangga (stepladder) perlahan bertambah tinggi terutama pada sore
dan malam hari, dapat menggigil disertai gejala GI dominan (anoreksia, lidah kotor, konstipasi, perut
kembung, nyeri abdominal ringan yang difus, hepatosplenomegali), mialgia dan sakit kepala.
b. Minggu 2 ditandai dengan demam mencapai puncak dan stabil, dapat disertai bradikardia relatif, diare.
Pada kasus berat dapat terjadi gangguan kesadaran.
c. Minggu 3 tampilan klinis semakin berat, dengan penurunan kesadaran dan/atau psikosis. Perforasi dapat
terjadi di minggu ini.

Ilustrasi demam dengan pola anak tangga (stepladder). Demam meningkat sedikit setiap harinya, dengan
puncak nya pada sore-malam hari.

Diagnosis
Darah rutin : Leukopenia, trombositopenia, anemia
Gold standard : kultur
o Kultur darah (dalam media empedu) minggu 1-2
o Kultur feses minggu 2-3
o Kultur urin minggu 3-4

35
INFEKSI

Widal (agglutinin O dan H) : dapat positif mulai minggu 2, tegak apabila ada peningkatan titer 4x lipat pada
pemeriksaan dengan interval 5-7 hari atau peningkatan titer O 1/320
Tubex TF : IgM antigen O9 S Typhi, pada hari 4 -5 pertama demam
Thyphidot : Enzyme Immunoassay Test, deteksi IgM dan IgG, pada hari ke 4-5 pertama demam

Penatalaksanaan
- Suportif : antipiretik
- Lini pertama : flurokuinolon (ciprofloxacin 2 x 500mg selama 7 hari) (kontraindikasi hamil, <18 tahun);
amoksisilin/ampisilin, kotrimoksazol
- Lini kedua: kloramfenikol (4 x 500mg 10-14 hari) (kontraindikasi bila leukosit <2000). Kloramfenikol
terpilih pada kasus demam tifoid anak.

Leptospirosis
Definisi
Penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang berbentuk spiral, berflagel, bergulung-gulung tipis, motil, obligat,
dan berkembang pelan secara anaerob.
Manusia terkena bakteri leptospira melalui:
a. Kontak dengan tanah, air, atau makanan yang tercemar air seni hewan yang terinfeksi leptospira, misal
tikus.
b. Kontak dengan darah atau cairan tubuh dari hewan yang terinfeksi.

Tanda dan Gejala


Secara umum : Demam tinggi, mialgia, nyeri otot (terutama m. gastrocnemius), mata merah (conjunctival
suffusion), hepatomegaly, splenomegaly, limfadenopati, gangguan perdarahan berupa peteki, epistaksis,
gusi berdarah; kaku kuduk sebagai tanda meningitis.

Menurut fasenya, bifasik yaitu:


1. Fase leptospiremia atau septikemia
Masa inkubasi : 7-12 hari, rata-rata 10 hari, ditandai adanya demam tinggi remiten (naik turun tapi tidak
pernah mencapai normal), menggigil, sakit kepala, mialgia, ruam kulit, mual, muntah, conjunctival suffusion,
dan tampak lemah. Specimen lab : kultur darah atau cairan serebrospinal penderita. Tes serologi
menunjukkan hasil yang negatif sampai setidaknya 5 hari setelah onset gejala.

2. Fase imun
Ditandai dengan leptospiuria dan timbulnya antibodi IgM dalam serum penderita. Specimen lab : serologi
urin. Demam ringan, nyeri kepala, muntah, meningitis aseptik.

36
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Menurut berat ringannya, dibagi menjadi


a. Ringan (non ikterik)
b. Berat / Weil Disease : ikterik, azotemia, gagal ginjal, serta perdarahan yang timbul dalam waktu 4-6 hari
setelah onset gejala dan dapat mengalami perburukan dalam minggu ke-2.

Pemeriksaan penunjang
Mikroskop lapangan gelap. Serologi anti-leptospira.

Terapi
Leptospirosis ringan: doksisilin PO 2x100 mg.
Leptospirosis berat: penisilin G injeksi 1,5 juta unit IV

Malaria
Definisi
Penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.

Gejala
Trias stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat banyak. Gejala klasik ini
biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal dari daerah non endemis). Selain gejala klasik di atas,
dapat ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot . Gejala
tersebut biasanya terdapat pada orang-orang yang tinggal di daerah endemis (imun).

Malaria berat: malaria serebral (penurunan kesadaran, kejang), anemia berat, gawat napas, gagal ginjal.
Disebabkan oleh P. falciparum.

Pemeriksaan fisik

b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat


c. Sklera ikterik
d. Pembesaran limpa (splenomegali)
e. Pembesaran hati (hepatomegali)

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan dengan mikroskop (umumnya pewarnaan Giemsa)

Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis untuk menentukan:


a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)
b) Spesies dan stadium plasmodium
c) Kepadatan parasit

Ciri ciri :
P. falciparum: trofozit intraeritrosit berbentuk cincin, terletak marginal (accole), titik Maurer pada eritrosit.
Gametosit berbentuk sabit/pisang/sosi. Jarang ditemukan skizon.

Gametosit pisang pada P. falciparum

37
INFEKSI

P. vivax: eritrosit membesar (1,5-2 kali), bentuk amuboid. Titik Schuffner. Gametosit berbentuk bulat.
Ditemukan skizon berisi 12-24 merozoit.

Trofozoit berbentuk ameboid, pembesaran eritrosit, dan titik Schuffner pada P. vivax

P. ovale: hampir sama dengan P. vivax, pembesaran tidak sebesar P. vivax (1-1,25 kali), eritrosit sering
membentuk oval (kadang dengan fimbriae). Skizon berisi 8-12 merozoit.

P. malariae: eritrosit sedikit lebih kecil, bentuk band-form/basket-form. Titik Ziemann. Merozoit dalam skizon
membentuk formasi rosette.

Trofozoit berbentuk band form pada P. malariae

Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test): berdasar pada prinsip deteksi antigen
parasit malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi.

Terapi
P. falciparum ACT* 3 hari + primakuin 1 hari
P. vivax/ovale ACT* 3 hari + primakuin 14 hari
P. malariae ACT* 3 hari
*ACT: artemisinin combination therapy [kombinasi artesunat + amodiakuin atau kombinasi dihidroartemisinin
+ piperakuin (DHP)]

Malaria berat: artesunat IV (atau artemeter IM sebagai dosis awal di Puskesmas, sebelum dirujuk) dan terapi
suportif.

Ibu hamil: primakuin tidak boleh diberikan. Trimester 1: kina + klindamisin (P. falciparum) dan kina saja (P.
vivax, ovale, malariae). Untuk trimester 2 dan 3: ACT saja.

Profilaksis :
A. Doksisiklin 1 x 100 mg/hari, diminum 2 hari sebelum masuk daerah endemis hingga 4 minggu setelah
keluar, kontraindikasi ibu hamil dan anak <8tahun
B. Mefloquine 250 mg, diminum 2 minggu sebelum berangkat sampai 4 minggu setelah keluar, diminum
1x per minggu, cocok untuk trip durasi lama. Boleh untuk ibu hamil dan anak <8tahun. Kontraindikasi:
area resisten, seizure, cardiac conduction disorder, major psychiatric disorder (depresi, anxiety, skizofrenia
dll)
C. Atoquine/proguanil 250/100mg 1 x 1 tab, diminum 1-2hari sebelum berangkat sampai 7 hari setelah
keluar, diminum 1tab/hari, kontraindikasi : bumil, busui, anak <5tahun, severe renal impairment

38
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Parasitologi
Nematoda
Berdasar habitatnya, terdapat nematoda usus dan nematoda jaringan/darah.

a. Nematoda usus
Ascaris lumbricoides / cacing gelang / roundworm (askariasis)
o Telur - infektif - tertelan - di usus halus menetas menjadi larva - dinding pembuluh darah - jantung - paru
- trakea - faring - batuk - tertelan ke esofagus - dewasa di usus halus

Fase infektif : fertilized egg


Fase diagnostik : telur

o Telur: dinding tiga lapis (albuminoid, hialin, dan vitelina)


o Larva menyebabkan gejala eosinofilia (sindroma Loeffler). Infeksi cacing dewasa ringan: mual, nafsu
makan berkurang, diare atau konstipasi. Infeksi berat: malnutrisi, gangguan kognisi anak, ileus obstruktif.

Terapi :
▪ Albendazol (1st line DOC): 400 mg PO dosis tunggal
▪ Mebendazol: 500 mg PO dosis tunggal atau 2 x 100 mg selama 3 hari
▪ Pirantel Pamoat: 10 mg/kg dosis tunggal

Necator americanus & Ancylostoma duodenale / cacing tambang / hookworm


(anchylostomiasis / hookworm disease)

Telur menetas - larva rhabditiform - larva filariform - menembus kulit - kapiler darah - jantung - paru - bronkus -
trakea - laring - batuk - usus halus (dewasa)
39
INFEKSI

Fase infektif : larva filariform


Fase diagnostik : telur

o Ciri : telur berdinding tipis, inti banyak


o Larva menyebabkan ground itch, cacing dewasa menyebabkan anemia defisiensi besi

Terapi
▪ Albendazol (1st line DOC): 400 mg PO dosis tunggal
▪ Mebendazol: 2 x 100 mg selama 3 hari
▪ Pirantel pamoat 10 mg/kg dan sulfas ferosus

Trichuris trichiura / cacing cambuk / whipworm (Trichuriasis)


Telur infektif (bentuk tempayan / gentong) tertelan - larva di usus halus - cacing dewasa hidup di sekum dan
kolon asendens

Fase infektif : telur


(embryonated)
Fase diagnostik : telur
(unembryonated)

Diare sering, diselingi sindroma disentri, anemia, BB turun, hingga prolaps rekti

Terapi :
▪ Albendazol 1 x 400 mg selama 3 hari
▪ Mebendazol 2 x 100 mg selama 3 hari atau 500 mg dosis tunggal

40
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Strongiloides stercoralis / cacing benang / threadworm (strongilodiasis)


Telur menetas - larva rabditiform - larva filariform - menembus kulit - vena - jantung - paru - trakea - laring -
batuk - usus halus - dewasa.
Dapat terjadi fase auto-infeksi dan hiperinfeksi.

Fase infektif : larva filariform


Fase diagnostik : larva
rhabditiform

Gejala : Nyeri epigastrium, mual, muntah, diare, konstipasi saling bergantian.

Terapi :
▪ Albendazol 1 x 400 mg selama 3 hari
▪ Mebendazol 3 x 100 mg selama 2 atau 4 minggu

Enterobiasis / Pinworm / cacing kremi


o Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis.
o Telur infektif tertelan - dewasa di sekum/kolon - cacing betina bertelur di perianal - telur menetas di
perianal - dapat tejadi autoinfeksi kembali
o Telur: asimetris, berdinding pipih di salah satu sisi

Fase infektif : telur (embryonated)


Fase diagnostik : telur / dewasa

o Gatal perianal malam hari. Periksa dengan scotch adhesive tape (uji tempel menggunakan selotip) subuh
sebelum BAB.

41
INFEKSI

Terapi :
o Piperazin 1 x 2,25-3 gram 7 hari
o Pirantel pamoat 10 mg/kgBB (pirantel dan piperazin tidak efektif terhadap stadium telur)
o Mebendazol 100 mg PO (efektif terhadap seluruh stadium cacing)
o Albendazole 400 mg dosis tunggal, diulang dalam 2 minggu

b. Nematoda jaringan / darah


Brugia malayi, Brugia timori, Wucheria bancrofti
o Mikrofilaria dalam darah tepi (malam) dihisap oleh nyamuk - berkembang menjadi makrofilaria - larva
stadium III - nyamuk menggigit manusia - cacing dewasa di saluran limfe
o Cacing dewasa mengakibatkan limfadenitis dan limfangitis retrograd. Mikrofilariasis umumnya tidak
menimbulkan gejala glinis. Limfangitis dan limfedema di genital khas untuk infeksi W. bancrofti.
o Dietilkarbamasin sitrat (DEC), ivermektin
o Vektor: nyamuk Culex quinquefasciatus, Anopheles, atau Aedes.

Loa loa / eye worm / loaiasis


o Banyak di Afrika. Masuk ke manusia lewat gigitan nyamuk Chrysops sp.
o Klinis : angioedema local, terutama pada extremitas (Calabar swelling) dan migrasi subconjuctiva dari
cacing dewasa
o Diagnosis : deteksi mikrofilaria di darah tepi atau adanya cacing migrasi pada mata
o Terapi : Dietilkarbamazine sitrat (DEC)

Trematoda
Cacing daun atau cacing isap, dapat hidup di hepar, usus, paru, dan darah.

Schistosomiasis
o S. japonicum, S. mansoni, S. hematobium
o Telur - telur masuk ke air - mirasidium - keong (hospes perantara) - sporokista I - sporokista II - serkaria -
menembus kulit - skistosomulae - dewasa di dalam pembuluh darah

Fase infektif : serkaria


Fase diagnostik : telur

42
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

o Telur dengan duri:


• S. japonicum → telur dengan duri rudimenter (kecil/sulit tampak)

• S. mansoni → telur dengan duri di lateral

• S. haematobium → telur dengan duri terminal

o Fase akut dengan demam, nyeri kepala, urtikaria. Fase kronik tergatung spesies: S. hematobium: nyeri
berkemih hingga hematuria; S. mansoni dan S. japonicum: nyeri abdomen, diare berdarah, ikterus,
hepatosplenomegali

Terapi
• Prazikuantel (S. hematobium, S.mansoni 40 mg/kg dibagi 2 dosis; S. japonium 60 mg/kg dibagi 3
dosis)

a. Fascioliasis
o Fasciola hepatica, Fasciola gigantica. Manusia adalah host incidental.
o Telur → larva mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea → sporokista → berkembang menjadi larva
(II): redia → larva (III): serkaria yang berekor, kemudian keluar dari tubuh keong → kista yang menempel
pada tumbuhan air (terutama selada air → Nasturqium officinale) kemudian termakan hewan ternak (dapat
tertular ke orang, apabila memakan selada air) > masuk ke tubuh dan menjadi cacing dewasa
menyebabkan Fascioliasis.
o Gejala : Migrasi cacing ke saluran empedu menimbulkan kerusakan pada parenkim hati. Saluran
empedu mengalami peradangan, penebalan dan sumbatan sehingga menimbulkan Sirosis Periportal.
o Diagnosis : telur dalam tinja, cairan duodenum atau cairan empedu.
o Terapi : bithionol, praziquantel, tricabendazole

Cestoda
Golongan cacing pita dengan badan pipih, dorsoventral, memanjang menyerupai pita.
a. Taeniasis
• Taenia solium dan Taenia saginata. Taenia saginata hospes perantaranya berupa sapi, Taenia solium
hospes perantaranya berupa babi.

43
INFEKSI

• Jika telur Taenia sp. tertelan - muncul sitiserkosis di otot, mata, hingga otak → diagnosis pasien
menjadi sistiserkosis.
• Jika daging (sapi/babi) yang mengandung sistiserkus tertelan - cacing dewasa dalam usus → diagnosis
menjadi taeniasis
• Gejala GI: gangguan pencernaan, mual, muntah, diare, konstipasi, rasa tidak nyaman di perut, disertai
gejala konstitusi seperti lelah, anoreksia, pusing, BB turun. Dapat terjadi obstruksi usus.
• Taeniasis: prazikuantel; sistiserkosis: prazikuantel, albendazol, atau pembedahan.

Fase infektif : onkosfer


Fase diagnostik : telur
atau proglotid

• Telur: bulat, dinding tebal, struktur radial, berisi embrio heksaskan atau onkosfer

Protozoa
a. Amebiasis
Entamoeba histolytica
o Kista tertelan - ekskistasi di ileum bawah - trofozoit - memperbanyak diri (membelah diri) - enkistasi
(berubah jadi kisat) - kista dikeluarkan bersama tinja (trofozit dapat ditemukan apabila kista sangat cair).
Dapat bersifat invasif: trofozoit menembus dinding usus dan dapat beredar di sirkulasi darah.
o Gejala muncul berupa rasa tidak nyaman pada abdomen, diare, disentri dan tenesmus. Komplikasi:
abses hepar amuba
o Trofozit di tinja cair atau kista di tinja padat, deteksi antigen spesifik, PCR.

Terapi :
o Metronidazol 3 x 500 750 mg PO selama 5-10 hari
o Tinidazole 1 x 2 gram selama 3 hari (intestinal), selama 3-5 hari (amebic liver disease)

Gambar : Satu nukleus dan beberapa eritrosit (eritrofagositosis)

b. Giardiasis
Giardia lamblia
• Gejala muncul berupa rasa tidak nyaman pada abdomen, diare berlemak (bukan berdarah), berbau
busuk.

Terapi :
o Metronidazole 2 x 500 mg selama 5-7 hari atau 3 x 250 mg selama 5-7 hari

44
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

IMUNOLOGI

Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas adalah keadaan di mana intoleransi sistem imun tubuh terhadap antigen diri (self-
antigen). Menurut Coombs and Gell terbagi menjadi:
a. Tipe I : immediate (segera)
Diperantarai IgE. Contoh: anafilaksis, asma bronkial, atopi, alergi makanan. Respons dalam menit - jam.
Pemeriksaan dengan skin test, IgE total dan spesifik
b. Tipe II : sitotoksik (dependen antibodi).
Diperantarai IgM dan IgG, yang berikatan dengan sel targetnya. Contoh: anemia hemolitik autoimun, PJ
reumatik, miastenia gravis, penyakit Graves*, reaksi transfusi, eritroblastosis fetalis. Pemeriksaan dengan
tes Coombs direk dan indirek
c. Tipe III : kompleks imun
Kompleks antigen antibody terdeposit di berbagai jaringan → respon inflamasi yang dimediasi infiltrasi
massif neutrofil. Contoh: reumatoid artritis, GNAPS, SLE.
d. Tipe IV : delayed
Melibatkan sel T . Contoh: tuberkulosis, tes Mantoux, dermatitis kontak alergi.

*Coombs and Gell juga mengklasifikasikan hipersensitivas tipe V. Penyakit Graves dan miastenia gravis
dimasukkan ke kelompok ini.

Systemic Lupus Erythematosus


Kriteria diagnostik: MD-SOAP-BRAIN. 4 dari 11 gejala dan tanda berikut mengakkan diagnosis SLE.
Malar rash (ruam kupu-kupu)
Discoid rash (lupus eritematosus diskoid)
Serositis (pleuritis, perikarditis)
Oral ulcer (sariawan, tanpa nyeri)
Artritis (berpindah-pindah)
Photosensitivity
Blood (gangguan hematologi, seperti anemia hemolitik autoimun)
Renal impairment (nefritis lupus)
ANA positif
Imunologi (anti-dsDNA positif)
Neurologi (juga disertai gangguan psikiatri)

45
IMUNOLOGI

HIV AIDS
Penyakit akibat virus ssRNA dari family retroviridae. Penularan HIV melalui darah dan cairan tubuh, hubungan
seksual, atau vertikal (ibu - anak). Cairan tubuh yang mengandung virus HIV antara lain : (high) darah, cairan
semen, cairan vagina, semen, precum, breastmilk, brain/spinal fluid; (low) urin, vomit, saliva; (none) air mata,
keringat, feces.

Diagnosis
Dengan konseling sukarela (VCT) maupun diinisiasi petugas kesehatan (PITC), dengan tiga tes serologi,
jika tersedia lakukan tes protein HIV.
a. Tes serologi
- Tes Enzyme Immunoassay (EIA) : Tes ini mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2. Reaksi
antigenantibodi dapat dideteksi dengan perubahan warna.
- Rapid test / test cepat : dapat deteksi antibody terhadap HIV-1 maupun HIV-2
- Tes Western Blot : Tes ini merupakan tes antibodi untuk konfirmasi pada kasus yang
sulit

b. Tes virologis Polymerase Chain Reaction (PCR)


Tes virologis direkomendasikan untuk anak <18 bulan. Tes virologis yang dianjurkan: HIV DNA kualitatif
dari darah lengkap atau Dried Blood Spot (DBS), dan HIV RNA kuantitatif dengan menggunakan plasma
darah.
- HIV DNA kualitatif (EID) : Tes ini mendeteksi keberadaan virus dan tidak bergantung pada
keberadaan antibodi HIV. Tes ini digunakan untuk diagnosis pada bayi.

46
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

- HIV RNA kuantitatif : Tes ini untuk memeriksa jumlah virus di dalam darah, dan dapat digunakan untuk
pemantauan terapi ARV pada dewasa dan diagnosis pada bayi jika HIV DNA tidak tersedia.

Intepretasi hasil
a. Positif : bila A1, A2, A3 reaktif → rujuk ke pengobatan HIV
b. Negative : bila A1 non reaktif / A1 reaktif diulang A1 dan A2 non reaktif / salah satu reaktif tapi
tidak berisiko → bila tidak ada faktor risiko maka dianjurkan gaya hidup sehat, bila berisiko dianjurkan
periksa ulang minimum 3, 6, 12 bulan dari pemeriksaan pertama sampai 1 tahun
c. Intermediate : bila dua hasil reaktif / bila 1 saja reaktif tapi mempunyai faktor risiko → ulangi tes
dengan spesimen lain minimal setelah 2 minggu dari pemeriksaan pertama; bila hasil tetap intermediate
dilanjutkan periksa PCR; bila tidak ada PCR, rapid test diulang 3, 6, 12 bulan dari pemeriksaan pertama.
intermediate if

Tahapan infeksi HIV hingga menjadi AIDS:


1. Infeksi akut (acute retroviral syndrome): 2-6 minggu setelah terinfeksi.
2. Window period: sampai 3 bulan setelah terinfeksi. Pasien sudah dapat menularkan HIV walaupun
antibodi masih negatif.
3. Infeksi HIV asimptomatik (masa laten): tanpa gejala, antibodi sudah positif. Dapat berlangsung sampai
10 tahun setelah infeksi.
4. Infeksi HIV simptomatik (lihat bagian stadium klinis).

47
IMUNOLOGI

Stadium klinis:
- Stadium 1: asimptomatik atau limfadenopati generalisata persisten
- Stadium 2: BB turun <10%, herpes zoster, ulkus oral berulang, dermatitis seboroik, infeksi jamur kulit
- Stadium 3: BB turun >10% ATAU diare kronik >1 bulan ATAU demam >1 bulan, kandidiasis oral, TB
paru
- Stadium 4: HIV wasting syndrome, yakni:
[ BB turun >10% ] DAN setidaknya satu dari [ diare kronik >1 bulan ATAU demam > 1 bulan
PCP, dan TB ekstraparu

Kapan memulai terapi?


Jika CD4 <350 sel/mm3, ada/tidak ada gejala klinis ATAU langsung jika ada gejala klinis berat (stadium
2 dan 3) berapapun CD4-nya.

REGIMEN STANDAR: 2NRTI + 1NNRTI

2 NRTI NNRTI
AZT 3TC NVP
(zidovudin) (lamivudin) (nevirapin)
TDF FTC EFZ
(tenofovir) (emtricitabine) (efavirenz)

Profilaksis Kotrimoksasol terbukti efektif mencegah infeksi Toxoplasma dan Pneumocystis carinii
pneumonia (P. jiroveci - PCP). Diberikan pada pasien:
1. Stadium klinis 2, 3, dan 4 ATAU
2. CD4 <200 sel/mm3

Kondisi tertentu
- TB-HIV: lihat bagian TB
- HBV-HIV: berapapun CD4/stadium klinis, mulai terapi ARV. Paduan ARV dengan tenofovir (TDF) dan
lamivudin (3TC)/emtricitabin (FTC)
- ODHA yang hamil: mulai ARV kapanpun pada semua ibu hamil. Hindari efavirenz (EFV) selama
trimester I.
- HIV pada anak : interpretasi uji serologi sama jika usia >18 bulan. Jika <18 bulan: perlu pemeriksaan
virus HIV karena antibodi ibu dapat menembus sawar plasenta dan dapat menimbukan false positive.

Pemantauan
- Klinis
- Imunologi (CD4+)
- Virologi (HIV RNA).

48
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Imunisasi

49
IMUNOLOGI

Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 : Tentang Penyelenggaraan Imunisasi

Program imunisasi
Imunisasi rutin
Imunisasi tambahan Imunisasi khusus
Imunisasi dasar Imunisasi lanjutan
HepB, poliomielitis, Ulangan imunisasi diberikan pada Melindungi seseorang dan
tuberkulosis, difteri, dasar untuk kelompok umur tertentu masyarakat terhadap penyakit
pertusis, tetanus, mempertahankan yang paling berisiko tertentu: persiapan
Hemophilus influenza tingkat kekebalan. terkena penyakit sesuai keberangkatan calon jemaah
B, campak Sekolah dasar: dengan kajian haji/umroh, persiapan
campak, tetanus, epidemiologis pada perjalanan menuju atau dari
difteri periode waktu tertentu. negara endemis penyakit
Wanita usia subur: tertentu, dan kondisi kejadian
tetanus dan difteri luar biasa/wabah penyakit
tertentu.

Jadwal pemberian imunisasi dasar:


Usia Jenis Interval minimal untuk jenis imunisasi yang sama
0 24 jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HepB-HiB 1, Polio 2 1 bulan
3 bulan DPT-HepB-HiB 2, Polio 3 1 bulan
4 bulan DPT-HepB-HiB 3, Polio 4 1 bulan
9 bulan Campak

Jadwal pemberian imunisasi lanjutan pada anak <2 tahun:


Usia Jenis Interval minimal untuk jenis imunisasi yang sama
18 bulan DPT-HepB-HiB 12 bulan dari DPT-HepB-HiB 3
18 bulan Campak 6 bulan dari campak dosis pertama

50
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Jadwal pemberian imunisasi lanjutan pada anak sekolah dasar:


Sekolah Jenis Bulan pemberian
Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3SD Td November

Imunisasi pilihan: seperti penyakit yang terdapat di rekomendasi vaksinasi IDAI yang tidak tergolong ke
dalam imunisasi program (misal: Rotavirus, selengkapnya pada tabel)

51
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)

Tentang BPJS
Beberapa undang-undang yang berkaitan dengan BPJS:
1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Peserta BPJS
Semua penduduk Indonesia WAJIB menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk
orang asing yang telah bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia dan telah membayar iuran.

Jenis kepesertaan BPJS dibagi menjadi:


1. PBI (Penerima Bantuan Iuran):
• PBI APBN
• PBI APBD (Jamkesda)

2. Bukan PBI (Bukan Penerima Bantuan Iuran):


• PPU (Pekerja Penerima Upah) adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan
menerima gaji atau upah.
Termasuk dalam PPU: PNS (Pegawai Negeri Sipil), Anggota TNI/Polri, Pejabat negara, PPNPN
(Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri), Pegawai swasta/BUMN/BUMD, DPRD, Pekerja yang tidak
termasuk yang telah disebutkan yang menerima upah

Peserta dan anggota keluarga peserta PPU dijamin sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang, termasuk di
dalamnya yaitu peserta, istri/suami yang sah dari peserta, anak kandung, anak tiri, dan/atau anak
angkat yang sah dari peserta (dengan syarat belum memiliki penghasilan sendiri dan belum
berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

• PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah) adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko
sendiri.
Termasuk dalam PBPU adalah pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, yaitu:
Notaris/pengacara/LSM, Dokter praktek swasta/bidan swasta, Pedagang/penyedia jasa,
Petani/peternak, Nelayan, Ojek, Montir, dan Supir.

• Bukan Pekerja (BP)


Termasuk dalam BP: Investor, Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis kemerdekaan, Janda,
duda, dan anak yatim dari veteran atau perintis kemerdekaan, Bukan pekerja yang tidak termasuk
kriteria di atas yang mampu bayar iuran.

Manfaat Penjaminan Pelayanan Kesehatan


Manfaat adalah faedah/benefit jaminan sosial yang menjadi hak peserta dan/atau anggota keluarganya.

1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama


A. Rawat Jalan Tingkat Pertama, meliputi:
• Pelayanan peningkatan dan pencegahan penyakit (promotif dan preventif):

52
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

o Skrining riwayat kesehatan, skrining kesehatan tertentu antara lain DM, Hipertensi, kanker
payudara, dan kanker leher rahim (pemeriksaan IVA dan Papsmear)
o Imunisasi rutin (dasar dan lanjutan) BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B
o Program pengelolaan penyakit kronis (laboratorium dan obat). Laboratorium yang ditanggung
adalah gula darah sewaktu (GDS), gula darah puasa (GDP), gula darah post prandial (GD2PP),
pemeriksaan HBA1C, dan kimia darah. Adapun waktu pemberian pelayanan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
o Keluarga Berencana (suntik KB, pil KB, dan IUD)
• Pelayanan pengobatan (kuratif) oleh dokter umum, dokter gigi yang terdiri dari:
o Pendaftaran dan administrasi
o Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
o Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
o Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
o Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama
• Peserta yang membutuhkan pelayanan di luar wilayah domisili peseta dapat dilayani di FKTP yang
ditunjuk oleh BPJS kesehatan di wilayah tersebut maksimal 3 (tiga) kali kunjungan, dengan kriteria
sebagai berikut:
o Melakukan perjalanan dinas
o Menjalankan tugas pendidikan/pelatihan di luar wilayah domisili
o Cuti dan berada di luar wilayah domisili
o Mengunjungi keluarga di luar wilayah domisili

B. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis terdiri dari:
• Pendaftaran dan administrasi
• Akomodasi rawat inap
• Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
• Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
• Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
• Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama
• Rehabilitasi medik dasar

C. Pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir (neonatal), meliputi pelayanan ibu hamil, pelayanan ibu
nifas dan bayi baru lahir, persalinan pervaginam bukan risiko tinggi dan risiko tinggi di Puskesmas
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatus Esensial Dasar) yang dilakukan oleh bidan atau dokter
D. Pelayanan ambulans rujukan antar fasilitas kesehatan

2. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan


A. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan yaitu pelayanan pengobatan atas indikasi medis di fasilitas kesehatan
tingkat lanjut yang dilakukan oleh dokter spesialis/dokter subspesialis, yang terdiri dari:
• Pendaftaran
• Konsultasi dan pemeriksaan
• Pelayanan laboratorium, radiologi, dan penunjang diagnostik lainnya
• Tindakan medis, baik bedah maupun non bedah
• Pelayanan darah, obat-obatan, dan bahan/alat medis habis pakai
• Rehabilitasi medik

53
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)

• Pelayanan keluarga berencana terbatas pada tubektomi (termasuk tubektomi interval) dengan atau
tanpa persalinan dan vasektomi sesuai ketentuan perundangan yang berlaku
• Alat bantu kesehatan
• Akomodasi rawat sehari (one day care)

B. Rawat Inap Tingkat Lanjutan yaitu pelayanan pengobatan atas indikasi medis di fasilitas kesehatan
tingkat lanjut yang dilakukan oleh dokter spesialis/dokter subspesialis yang terdiri dari:
• Pendaftaran
• Akomodasi rawat inap (ruang rawat biasa dan intensif)
• Konsultasi dan pemeriksaan
• Pelayanan laboratorium , radiologi, dan penunjang diagnostik lainnya
• Tindakan medis, baik bedah maupun non bedah
• Pelayanan darah, obat-obatan, dan bahan/alat medis habis pakai

C. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di fasilitas kesehatan

3. Pelayanan Gawat Darurat


Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya kepada pasien
untuk mencegah kematian, keparahan dan/atau kecacatan, sesuai dengan kemampuan fasilitas
kesehatan.

4. Pelayanan Ambulans
Pelayanan ambulans merupakan pelayanan transportasi pasien rujukan dengan kondisi tertentu antar
fasilitas kesehatan yang disertai dengan upaya atau kegiatan untuk menjaga kestabilan kondisi pasien
dan untuk kepentingan keselamatan pasien.
Pelayanan ambulans hanya diberikan untuk rujukan antar fasilitas kesehatan:
A. Antar fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
B. Dari fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ke fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
C. Antar fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
Pelayanan ambulans hanya dijamin bila rujukan dilakukan pada fasilitas kesehatan yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan atau pada kasus gawat darurat dari fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan.

5. Coordination of Benefit (CoB)


Jika peserta menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi daripada haknya, maka peserta dapat
meningkatkan haknya dengan mengikuti Asuransi Kesehatan Tambahan (AKT), atau membayar sendiri
seluruh selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan. COB hanya untuk pelayanan rawat inap di
RS yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Fasilitas Kesehatan
1. Fasilitas kesehatan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
A. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), meliputi:
• Puskesmas atau yang setara
• Praktek mandiri dokter
• Praktek mandiri dokter gigi
• Klinik pratama atau yang setara, termasuk fasilitas kesehatan tingkat pertama milik TNI/Polri

54
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

• Rumah sakit kelas D Pratama atau yang setara


B. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL), meliputi:
• Klinik utama atau yang setara
• Rumah sakit umum
• Rumah sakit khusus
C. Fasilitas Kesehatan Penunjang, meliputi:
• Laboratorium kesehatan
• Apotek
• Optik

2. Fasilitas Kesehatan tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan


Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) hanya
dapat melayani peserta BPJS pada keadaan kasus gawat darurat.

Prosedur Penjaminan Pelayanan Kesehatan


Beberapa poin penting yang perlu dicatat mengenai prosedur penjaminan pelayanan kesehatan:
1. Peserta dapat langsung ke FKRTL (tanpa rujukan dari FKTP), apabila dalam kondisi gawat darurat atau
memiliki kekhususan permasalahan kesehatan pasien.
2. Terkait rujukan:
• Pasien yang memiliki indikasi medis yang membutuhkan perawatan lebih lanjut di FKRTL harus
mendapatkan rujukan dari FKTP terlebih dahulu → rujukan berjenjang
• Bila sudah di FKRTL dan dinyatakan masih membutuhkan perawatan di FKRTL dan belum dirujuk
balik ke FKTP, maka surat rujukan tidak lagi diperlukan. Pada kasus ini yang diperlukan adalah surat
keterangan masih dalam perawatan yang dibuat oleh dokter yang menangani di FKRTL.
• Rujukan atas permintaan sendiri tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan.
3. Terkait pelayanan gawat darurat:
• Pasien berhak mendapat pelayanan untuk mengatasi kondisi gawat darurat meskipun pada FKTP
maupun FKRTL yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
• Apabila kondisi gawat darurat sudah teratasi dan pasien dalam kondisi dapat dipindahkan, maka
fasilitas kesehatan merujuk pasien ke fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
• Apabila pasien tidak bersedia untuk dirujuk ke Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan, maka biaya pelayanan selanjutnya tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan dan peserta harus
menandatangani surat pernyataan bersedia menanggung biaya pelayanan selanjutnya.
• Pasien dari UGD dapat melanjutkan pelayanan rawat inap di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan dengan ketentuan sebagai berikut:
o Tidak ada sarana transportasi untuk evakuasi pasien
o Sarana transportasi yang tersedia tidak memenuhi syarat untuk evakuasi
o Kondisi pasien yang tidak memungkinkan secara medis untuk dievakuasi, yang dibuktikan
dengan surat keterangan medis dari dokter yang merawat.
4. Terkait pelayanan rawat inap:
• Peserta PBI Jaminan Kesehatan tidak diperkenankan memilih kelas yang lebih tinggi dari haknya
• Dalam hal peserta menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi daripada haknya, maka peserta
dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar
sendiri seluruh selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus
dibayar akibat peningkatan kelas perawatan.
• Rujukan atas permintaan sendiri tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan.

55
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)

5. Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin BPJS Kesehatan antara lain:


• Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan
yang berlaku.
• Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan, kecuali dalam keadaan gawat darurat.
• Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau
cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja.
• Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib
sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas.
• Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri
• Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik
• Pelayanan untuk mengatasi infertilitas
• Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi)
• Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol
• Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri.
• Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan
penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment), pengobatan dan tindakan medis yang
dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen)
• Alat dan obat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu, perbekalan kesehatan rumah tangga.
• Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah
• Pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah (preventable adverse events)
• Pelayanan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan

Hak dan Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan


1. Hak Peserta
• Mendapatkan kartu identitas peserta
• Mendapatkan pelayanan kesehata sesuai dengan ketentuan yang berlaku
• Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur pelayanan kesehatan
• Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis kepada BPJS
Kesehatan
2. Kewajiban Peserta
• Memberi data dirinya dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar
• Membayar iuran secara rutin setiap bulan selambatnya tanggal 10 bulan yang sedang berjalan
• Melaporkan perubahan data diri dan anggota keluarganya
• Menaati semua ketentua dan tata cara pelayanan kesehatan

Iuran dan Denda


1. Terkait Iuran
A. Keanggotaan PBI APBN dan APBD dibayar oleh pemerintah sebesar Rp. 23.000,00/orang/bulan
B. Keanggotaan Pekerja Penerima Upah dibayar oleh pemberi kerja dan pekerja, dengan
persentase:
• APBN/APBD: Pemberi kerja 3% dan Pekerja/pensiunan 2%
• Swasta: Pemberi kerja 4% dan Pekerja 1%

56
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

C. Keanggotaan Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja dibayar oleh yang bersangkutan
atau pihak lain atas nama peserta, dengan rincian:
• Kelas 1 → Rp. 80.000,00/orang/bulan
• Kelas 2 → Rp. 51.000,00/orang/bulan
• Kelas 3 → Rp. 25.000,00/orang/bulan

D. Ketentuan pembayaran iuran:


• Pembayaran iuran paling lambar tenggal 10 bulan yang sedang berjalan
• Penjaminan dihentikan sementara apabila terdapat keterlambatan pembayaran iuran lebih dari 1
bulan sejak tanggal 10
• Penghentian penjaminan sementara berakhir dan peserta aktif kembali apabila:
o Dilakukan pembayaran iuran tertunggak maksimal 12 bulan
o Peserta membayar karena ingin mengakhiri
• Dalam waktu 45 hari setelah aktif kembali, peserta wajib membayar denda untuk setiap
pelayanan rawat inap yang diperolehnya
• Besaran denda adalah 2,5% x jumlah bulan menunggak, dengan ketentuan jumlah bulan
menunggak maksimal 12 bulan dan besar denda maksimal Rp. 30.000.000,00 (tiga puluh juta
rupiah).
• Jika dalam waktu 45 hari sejak status kepesertaannya aktif peserta menjalani rawat inap di
rumah sakit, maka peserta wajib membayar denda yang dimaksud diatas.
• Jika dalam waktu 45 hari sejak status kepesertaannya aktif peserta menjalani rawat jalan, maka
tidak dikenakan denda.

2. Terkait denda (beberapa contoh kasus)


A. Peserta (BPJS Kelas 1) dengan keterlambatan membayar iuran 5 bulan sejak tanggal 10 jatuh tempo
hendak mengaktifkan kembali kepesertaannya:
Maka, peserta wajib membayar iuran bulan yang tertunggak dengan perhitungan = Rp.
80.000,00/bulan x (5 bulan tertunggak + 1 bulan berjalan) = Rp. 480.000,00
B. Sepuluh hari setelah kepesertaan peserta kembali aktif, ia menjalani Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL)
dengan kode grouper -1-02-I), prosedur katup jantung dengan kateterisasi ringan, biaya
sebesar Rp. 55.871.700,00.
Maka, akibat baru mengaktifkan kembali kepesertaannya (dan masih dalam kurun waktu 45 hari
sejak status kepesertaannya aktif kembali) dan dirawat inap, maka pasien harus membayar denda
sesuai perhitungan: 2,5% x Rp. 55.871.000,00 x 5 bulan = Rp. 6.982.962,00
C. Sepuluh hari setelah kepesertaan peserta kembali aktif, ia menjalani Rawat Jalan Tingkat Lanjut
(RJTL)
Maka, peserta tidak dikenakan denda dan semua biayanya ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

Kecelakaan Lalu Lintas


Secara umum, pada kasus kecelakaan lalu lintas, maka biaya perawatan akan menjadi tanggungan dari PT
Jasa Raharja dengan total biaya perawatan maksimum yang ditanggung adalah Rp 20.000.000,00. Apabila
biaya perawatan lebih besar dari nominal tersebut, maka kekurangan biaya akan ditanggung oleh pasien
sesuai dengan jaminan kesehatannya (asuransi swasta, BPJS kesehatan, atau biaya mandiri)
Kecelakaan lalu lintas yang termasuk di dalam tanggungan Jasa Raharja
1. Mereka yang tertabrak kendaraan umum atau pribadi
2. Tabrakan dua atau lebih kendaraan bermotor, kecuali penumpang atau pengemudi kendaraan yang
menyebabkan kecelakaan
3. Korban tabrak lari

57
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)

4. Korban angkutan umum darat, laut, atau udara, termasuk pada kasus kecelakaan tunggal

Kecelakaan lalu lintas yang tidak termasuk di dalam tanggungan Jasa Raharja
1. Kendaraan yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan
2. Kendaraan maupun pejalan kaki yang sengaja menerobos palang pintu kereta api yang sedang
difungsikan
3. Mereka yang terbukti mengalami kecelakaan karena bunuh diri, atau percobaan bunuh diri,
melakukanya secara sengaja, dalam keadaan mabuk atau tidak sadar, maupun tengah melakukan
kejahatan
4. Kecelakaan yang disebabkan karena perlombaan kecepatan, akibat gempa bumi, letusan gunung
berapi, angin puyuh, perang, maupun reaksi inti atom

Pada kasus kecelakaan tunggal, maka penjamin pertama adalah BPJS kesehatan (bila status kepesertaan
aktif)
Pada kasus kecelakaan lalu lintas (melibatkan dua kendaraan atau lebih) yang terjadi ketika korban
sedang berangkat ke tempat kerja, atau pulang ke rumah dari tempat kerja, maka penjamin pertama adalah
BPJS ketenagakerjaan

Tipe Rumah Sakit


Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan
Rumah Sakit Khusus, misalnya RS Kusta, RS Ibu Anak, RS Kanker, RS Jantung dan Pembuluh Darah, RS Jiwa, RS
Ketergantungan Obat, dsb.
Selain itu, Rumah Sakit diklasifikasikan menjadi RS tipe A hingga RS tipe D, berdasarkan
• Pelayanan;
• Sumber daya manusia;
• Peralatan;
• Bangunan dan prasarana

58
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Pembayaran Klaim BPJS Kesehatan Kepada Faskes


Menurut Permenkes No. 52 tahun 2016 tentang Stándar Tarif Pelayanan Kesehatan dijabarkan adanya
empat jenis tarif : tarif kapitasi, tarif non kapitasi, tarif INA-CBGs (Indonesia-Case Based Groups), dan tarif non
INA-CBGs
INA-CBGs
Tarif INA-CBGs adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada faskes rujukan tingkat
lanjutan atas paket layanan yang didasarkan pada pengelompokkan diagnosis penyakit dan prosedur.
Berdasarkan sistem ini, rumah sakit akan mendapatkan pembayaran dari BPJS Kesehatan berdasarkan tarif INA-
CBGs yang merupakan rata-rata biaya yang dihabiskan untuk satu kelompok diagnosis.
Contoh tarif INA-CBGs Regional 1 RS tipe A :
No. Kode INA- Deskripsi Tarif Kelas 3 Tarif Kelas 2 Tarif Kelas 1
CBGs
1. A-4-10-I Septikemia ringan 3.109.200 3.731.100 4.352.900
2. A-4-10-II Septikemia sedang 5.311.800 6.374.200 7.436.500
3. A-4-10-III Septikemia berat 7.502.400 9.002.800 10.503.300

Terlihat di sini bahwa besaran tarif didasarkan pada


• Diagnosis (yang dilambangkan dengan kode INA-CBGs)
• Kelas perawatan (kelas 1-kelas 3)
• Regionalisasi (lokasi rumah sakit → ditentukan oleh BPJS Kesehatan)

59
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)

Menteri Kesehatan No. 52 tahun 2016 tentang Stándar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan

Penetapan sistem INA-CBGs ini mendorong perhitungan tarif pelayanan yang lebih objektif yang didasarkan
atas biaya sebenarnya. Selain itu sistem ini juga meningkatkan mutu dan efisiensi rumah sakit karena
meminimalisir tindakan-tindakan yang tidak perlu dilakukan terhadap pasien (cost effective).

Non INA-CBGs
Tarif Non INA-CBGs merupakan tarif tambahan di luar tarif paket INA-CBGs untuk beberapa ítem pelayanan
tertentu meliputi alat bantú kesehatan, obat kemoterapi, obat penyakit kronis, CAPD, dan PET-scan, dengan
proses pengajuan klaim dilakukan secara terpisah dari tarif INA-CBGs.

Kapitasi
Tarif kapitasi merupakan besaran pembayaran perbulan yang dibayar di muka (di awal bulan) oleh BPJS
Kesehatan terhadap FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar
tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
Yang termasuk dalam Tarif Kapitasi JKN adalah :
• Administrasi pelayanan
• Promotif dan preventif
• Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
• Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non-operatif
• Obat dan bahan medis habis pakai
• Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama
Penetapan besaran tarif FKTP dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara BPJS Kesehatan dengan
Asosiasi FKTP. Stándar tarif kapitasi di FKTP ditetapkan sebagai berikut :
No. Jenis Fasilitas Jumlah Dokter Jumlah Dokter Tarif Kapitasi (per peserta per bulan)
Kesehatan Umum (minimal) Gigi (minimal)
1. Puskesmas - - Rp 3.000,00
- 1 Rp 3.500,00
1 - Rp 4.500,00
1 1 Rp 5.000,00
2 - Rp 5.500,00
2 1 Rp 6.000,00
2. Praktik Dokter Mandiri 1 - Rp 8.000,00
3. Klinik Pratama 2 - Rp 9.000,00
2 1 Rp 10.000,00
4. RS Kelas D Pratama 2 1 Rp 10.000,00
5. Praktik Dokter Gigi - 1 Rp 2.000,00
Mandiri
6. Daerah terpencil dan 1 - Rp 10.000,00
kepulauan (khusus) - - Rp 8.000,00 (hanya ada
bidan/perawat)

Non-Kapitasi
Berdasarkan Permenkes No. 52 tahun 2016, tarif non-kapitasi diberlakukan pada FKTP yang melakukan
pelayanan kesehatan di luar lingkup pelayanan kapitasi, yang meliputi :
• Pelayanan ambulans
• Pelayanan obat program rujuk balik

60
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

• Pemeriksaan penunjang pelayanan rujuk balik


• Pelayanan penapisan (screening) kesehatan tertentu termasuk pelayanan terapi krio untuk kanker
leher rahim
• Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi medis
• Jasa pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan atau dokter, sesuai kompetensi
dan kewenangannya
• Pelayanan keluarga berencana di FKTP

61
RISET DAN BIOSTATISTIK

RISET DAN BIOSTATISTIK

Desain Penelitian
A. Observasional
Ciri khas: tidak ada perlakuan / intervensi, peneliti hanya mengamati.

Jenis Penelitian Observasional


1. Laporan Kasus (case report): Laporan lengkap profil suatu penderita, untuk kasus langka atau kasus baru
2. Seri Kasus (case series): gambaran beberapa penderita yang sama
3. Potong lintang (cross sectional): penilaian sewaktu terhadap individu, menilai asosiasi bukan kausalitas.
Penelitian potong lintang TIDAK menghasilkan kesimpulan sebab akibat (kausalitas), melainkan hanya
asosiasi.
Contoh kesimpulan: Merokok berhubungan dengan kanker paru (BUKAN merokok menyebabkan kanker
paru)
Keunggulan: relatif cepat dan murah. Menghitung risiko relatif / relative risk (RR).
4. Kasus kontrol (case control): penilaian retrospektif, umum digunakan pada kasus jarang/langka. Terdiri
dari kasus (dengan penyakit) dan kontrol (tanpa penyakit), lalu ditelusuri ke belakang. Menghitung rasio
odds (OR).
5. Kohort (cohort): penilaian prospektif, diikuti follow-up. Terdiri dari dua kelompok, yakni terpajan vs tidak
terpajan. Ditelusuri ke depan apakah timbul penyakit atau tidak timbul penyakit. Menghitung relative risk
(RR).
Kasus kontrol dan kohort dapat meneliti hubungan sebab akibat, contoh: Merokok menyebabkan
kanker paru

B. Intervensi (Eksperimen)
Ciri khas: Ada intervensi dari peneliti, misal peneliti membagi dua kelompok dan terhadap masing-masing
kelompok diberikan perlakuan yang berbeda.
Dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat yang lebih kuat (karena variabel lebih dikontrol secara ketat)

C. Populasi
Dibedakan menjadi beberapa jenis:
1. Populasi target adalah kumpulan individu yang dibatasi kriteria klinis dan demografis, dan merupakan
tujuan utama di mana hasil penelitian tersebut akan diaplikasikan.
2. Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria tempat dan waktu
3. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi, eksklusi, dan drop-out

Contoh: Penelitian "Efektivitas lampren terhadap tatalaksana eritema nodosum leprosum dewasa"
Maka dapat dikatakan bahwa:
1. Populasi target: penderita MH, dewasa, yang mengalami eritema nodosum leprosum.
2. Populasi terjangkau: populasi target yang datang ke poliklinik MH RSU X selama Januari - Desember
3. Sampel: populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi, tanpa kriteria eksklusi.

Perhitungan Risiko Relatif dan Rasio Odds


Risiko relatif dan rasio odds dihitung dengan menyusun tabel 2x2 tentang penyakit dan faktor risiko.

Penyakit
Positif (Sakit) Negatif (Sehat)

A B
Positif (ADA)
Faktor Sakit dengan FR Sehat dengan FR
Risiko / FR C D
Negatif (TIDAK ADA)
Sakit tanpa FR Sehat tanpa FR

62
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Ingat, penyakit berada di atas, sementara faktor risiko berada di sebelah kiri. Jika Anda menggunakan rumus,
pastikan peletakkan faktor risiko dan penyakit berada di posisi yang tepat, jika tidak, perhitungan Anda akan
keliru.

Risiko Risiko sakit di kelompok dengan faktor risiko adalah


A A + B = kelompok
A+B
Relatif (= C dengan FR
Risiko sakit di kelompok tanpa faktor risiko adalah
relative C+D
Risiko relatif adalah:
risk) C + D = kelompok
A
Risiko sakit di kelompok dengan FR A + B tanpa FR
=
Risiko sakit di kelompok tanpa FR C
C+D

Rasio Odds Odds sakit di kelompok dengan faktor risiko adalah


A
B
(= odds C
Odds sakit di kelompok tanpa faktor risiko adalah
ratio) D
Rasio odds adalah:
A
Odds sakit di kelompok dengan FR A×D
= B=
Odds sakit di kelompok tanpa FR C B×C
D

Uji Diagnostik
Definisi
Pengujian satu alat ukur baru terhadap alat ukur lainnya yang dinyatakan sebagai baku emas
(gold standard)

Baku emas (gold standard)

Positif Negatif

Positif True positive (A) False positive (B)


Alat uji baru

Negatif False negative (C) True negative (D)

Untuk menyamakan persepsi: "sakit" = baku emas + ;" tidak sakit" = baku emas -; "positif" = alat uji baru +;
"negatif" = alat uji baru

Rumus Sensitivitas dan Spesifisitas


Sensitivitas A Dari yang sakit (A+C),
Se =
A+C berapa yang positif (A)

Spesifisitas D Dari yang tidak sakit


Sp =
B+D (B+D), berapa yang
negatif (D)

Keywords : Sensitivitas tinggi, untuk screening/rule out, karena


negatif palsu sangat kecil

63
RISET DAN BIOSTATISTIK

Rumus PPV dan NPV


Nilai Duga Positif A Dari yang positif (A+B),
PPV =
A+B berapa yang sakit (A)
Nilai Duga D Dari yang negatif (C+D),
NPV =
Negatif C+D berapa yang tidak sakit
(D)

Keywords :
PPV = Dari hasil Uji/Lab (+), berapa % benar-benar sakit? – dalam praktik sehari-hari

NPV = Dari hasil Uji/Lab (-), berapa % benar-benar tidak sakit? – dalam praktik sehari-hari

Variabel Penelitian
1. Variabel bebas/independen adalah variabel yang menyebabkan/memengaruhi (merupakan variabel
yang dimanipulasi / menjadi penentu)
2. Variabel terikat/dependen adalah variabel yang dipengaruhi/diteliti sebagai pengaruh dari perbedaan
variabel bebas.
3. Variabel perancu adalah variabel yang memengaruhi baik variabel bebas dan variabel tergantung.

Contoh variabel perancu:


"Jenis kelamin" adalah variabel perancu pada penelitian hubungan antara merokok dan penyakit jantung
koroner, karena jenis kelamin berkaitan dengan merokok (laki-laki lebih sering merokok), dan jenis kelamin
berkaitan dengan penyakit jantung koroner (laki-laki lebih rentan mengalami penyakit jantung koroner)

Skala Pengukuran Variabel


A. Numerik
Terdiri atas variabel:
1. Rasio: tidak bisa nilai minus, misalnya berat badan, tinggi badan
2. Interval: bisa nilai minus, misalnya suhu tubuh

B. Kategorik
Terdiri atas:
1. Nominal: sederajat. Misal: gender, sembuh-tidak sembuh, hidup-mati, golongan darah (A, B, O, AB), status
pernikahan
2. Ordinal: bertingkat. Misal: baik-sedang-burukk, stadium penyakit, kadar kolesterol (dalam normal - tinggi -
sangat tinggi)

Metode Pengambilan Sampel


Konsep
Metode pengambilan sampel dapat bersifat acak (artinya calon sampel memiliki kesempatan yang sama),
maupun tidak acak.

Metode
A. Acak atau Random
1. Acak Sederhana
Simple random samping. Semua memiliki kesempatan yang sama. Syarat: populasi homogen.
Contoh : Mengocok kertas yang sudah diberi angka di dalam kaleng, menggunakan dadu, koin

2. Acak Sistematik
Systematic random sampling. Terdapat sistematika dalam pengambilan sampel. Syarat: populasi homogen.
Contoh: Populasi diberi nomor 1-10.000, lalu sampel adalah populasi bernomor 3, 103, 203, 303, dst.

64
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

3. Acak Stratifikasi
Stratified random sampling. Populasi dibagi menjadi strata/tingkatan. Dari setiap strata, dilakukan
randomisasi.
Contoh: Populasi "di-stratakan" dulu menjadi laki-laki dan perempuan. Dari setiap strata, diambil sampel
secara acak.

4. Kluster Sederhana
Simple cluster sampling. Populasi terbagi menjadi cluster. Dipilih cluster secara acak. Cluster dianalisis secara
utuh.
Contoh: Provinsi X terbagi menjadi 33 kecamatan ("cluster"). Dipilih 10 kecamatan ("cluster") yang akan
dipakai dalam penelitian.

B. Convenient / Accident Sampling


Memilih siapa saja yang kebetulan ada, nyaman dan mudah terjangkau oleh peneliti. Tujuan utama peneliti
bukan membuat sampel yang terpilih menggambarkan populasi yang sebenarnya.

1. Consecutive Sampling
Setiap yang memenuhi kriteria inklusi langsung diikutkan dalam penelitian, hingga jumlah sampel terpenuhi.

2. Purposive / Judgmental Sampling


Pemilihan sampel berdasarkan keputusan peneliti semata, umumnya digunakan untuk uji kualitatif
Contoh: Misal: dapat meneliti kasus ekstrem, di mana peneliti memilih satu subjek dengan karakteristik yang
sangat bertentangan.

3. Snowball Sampling
Subjek dipilih secara berantai, dengan subjek satu memilih subjek yang lain.
Contoh: Penelitian untuk kasus jarang atau kasus yang dinilai "tabu" di masyarakat

Uji Hipotesis
Konsep
Uji hipotesis digunakan jika kita akan menganalisis hubungan dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel
tergantung (analisis BIvariat). Misal: ingin dicari hubungan antara konsumsi ekstrak kulit manggis dengan
penurunan risiko kanker prostat. Dari informasi ini: ada 2 variabel yang ingin dikaitkan, yakni variabel bebas
(konsumsi ekstrak kulit manggis) dan variabel tergantung (risiko kanker prostat).

Untuk mengetahui ASOSIASI (hubungan) antarvariabel, setidaknya terdapat dua macam analisis yang dapat
dipakai, yakni analisis bivariat komparatif dan analisis bivariat korelatif. (Dengan demikian kata ASOSIASI tidak
mengarahkan ke komparatif atau korelatif, melainkan istilah umum)

Analisis bivariat komparatif: artinya COMPARE; pada soal, kita akan menggunakan analisis komparatif jika
PERBANDINGAN PERBEDAAN

Kapan menggunakan korelatif dan kapan menggunakan komparatif? Pertimbangan


ditentukan oleh hubungan antarvariabel. Jika ingin mengaitkan variabel numerik
dengan numerik, maka PASTI menggunakan korelatif. Jika yang lain, masih dapat
menggunakan komparatif maupun korelatif.

65
RISET DAN BIOSTATISTIK

Tabel Uji Hipotesis Komparatif


Variabel tergantung

tidak berpasangan Berpasangan


jenis variabel
Jumlah variabel bebas (contoh: kota vs (contoh: pre vs post-
tergantung
desa) intervensi)

numerik
(contoh: kadar T tidak berpasangan T berpasangan (T
GDS dalam (T unpair) pair)
mg/dL)

kategorik ordinal
(contoh: status
2 kelompok DM dalam tidak
(dikotom) terkontrol Mann Whitney Wilcoxon
terkontrol
(contoh: kota sebagian
vs desa) terkontrol baik)

kateogrik nominal
Chi Square McNemar
(contoh: status
Fisher Cochran
DM dalam DM
(BxK) (PxK)
Variabel bebas: dan TIDAK DM)
berjenis
kategorik
numerik
(contoh: kadar
One Way ANOVA Repeated ANOVA
GDS dalam
mg/dL)
>2 kelompok kategorik ordinal
(contoh: status
(contoh: DM dalam tidak
kelompok terkontrol Kruskal-Wallis Friedman
dokter vs terkontrol
kelompok sebagian
pengusaha vs terkontrol baik)
kelompok
arsistek)
kateogrik nominal
Chi Square McNemar
(contoh: status
Fisher Cochran
DM dalam DM
( B x K) (P x K)
dan TIDAK DM)

66
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Analisis Bivariat Korelatif


Analisis bivariat KORELATIF juga digunakan untuk mencari ASOSIASI (hubungan). Kontras dengan uji
KOMPARATIF, uji KORELATIF akan menghasilkan suatu KOEFISIEN KORELASI (r). CLUE PENTING: jika di soal
ingin mengaitkan numerik dengan numerik, hampir pasti menggunakan uji hipotesis dengan analisis bivariat
korelatif.

Variabel 1 Variabel 2 Uji Hipotesis

Numerik Pearson
Numerik
Ordinal Sperman

Catatan: Masih dimungkinkan untuk melakukan uji korelatif dengan ordinal ordinal, nominal nominal, dan
nominal ordinal. Demi penyederhanaan, tidak dilakukan pembahasan mendalam terhadap hal-hal tersebut.
Contoh: Penelitian ingin mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin (dalam mg/dL) = yang berarti
variabel numerik | dengan kadar CRP (protein reaktif C), dalam satuan unit/L = yang berarti varibel numerik
HAMPIR PASTI digunakan uji analisis bivariat korelatif berupa KORELASI NUMERIK (Pearson).

Regresi
Pernah mendengar istilah persamaan garis saat SMA? y = mx + n (berapa nilai y jika nilai x diketahui?)
Regresi memiliki analogi dengan persamaan garis. Berapa nilai variabel 2 jika nilai variabel 1 diketahui?

diketahui nilai terhadap variabel 1.


Jika di soal mencantumkan atau jika Anda merasa soal ini ingin memprediksi nilai variabel 2
jika diketahui variabel 1, maka kemungkinan besar soal mengarahkan ke regresi.
Jika soal ingin menentukan kuat hubungan varaibel 1 dengan variabel 2, maka kemungkinan besar soal
ini mengarahkan ke korelasi.

Variabel
Uji Hipotesis Contoh
Tergantung

Skor Alvardo
(mengetahui kemungkinan terjadinya
appendisitis akut dari data seperti
leukositosis, nyeri khas, dan lain-lain)
Nominal Regresi logsitik

Perhatikan bahwa leukositosis, nyeri


khas merupakan variabel nominal
(ya/tidak)

Prediksi nilai CRP dengan nilai


Numerik 1 variabel Regresi linear
hemoglobin

Prediksi nilai kreatinin klirens dari data


berat badan, usia, dan kreatinin serum
(rumus Cockroft Gault)
Numerik >1 Regresi Perhatikan bahwa penelitian ingin
variabel multipel mengaitkan variabel 1 (kreatinin klirens
numerik) dengan variabel 2, 3, dan 4
(berat badan numerik; kreatinin serum
numerik; dan usia numerik)

67
RISET DAN BIOSTATISTIK

Bagaimana membedakan regresi dengan korelasi numerik Pearson? Bukankah sama-sama mengaitkan dua
variabel numerik?
Ambil contoh: terdapat suatu peneltian yang ingin meneliti hubungan antara hemoglobin dengan CRP
(keduanya numerik).

A. Pola pikir untuk korelasi numerik Pearson:


Bagaimana korelasi antara kadar hemoglobin dengan CRP? Apakah ada korelasi yang kuat? Sedang? Atau
lemah? Jika hemoglobin meningkat, apakah CRP juga ikut meningkat?

B. Pola pikir untuk Regresi Numerik:


Bagaimana prediksi nilai CRP jika diketahui nilai hemoglobin? Jika nilai Hb 10 g/dl, berapa kira-kira nilai CRP?
Jika Hb 12 g/dl, berapa nilai CRP?

68
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

GASTROENTEROHEPATOLOGI

Diare
Definisi
Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat disertai perubahan konsistensi lebih cair. Berdasarkan
durasi, dibagi menjadi: Akut <7 hari, melanjut (prolonged) 7-14 hari, persisten >14 hari

Klasifikasi
Klasifikasi klinis diare akut anak:

Tanpa dehidrasi Klinis baik

Dehidrasi ringan-sedang Rewel, haus (masih ingin minum), mata


cekung, mukosa kering
Dehidrasi berat Tampak lemas, malas minum, turgor
sangat lambat, ubun-ubun cekung,
mukosa sangat kering

Tatalaksana
5 pilar tatalaksana diare akut anak:
1. Rehidrasi (terapi A, B, atau C)
2. Zink -14 hari
3. Edukasi orang tua pasien tentang tanda dehidrasi, pentingnya hygiene
4. Gizi: lanjutkan pemberian ASI bila masih ASI eksklusif, makanan bergizi rendah serat. Susu bebas laktosa
hanya diberikan pada kasus intoleransi laktosa maupun diare dehidrasi berat
5. Obat lain (antibiotik selektif)

Diare tanpa dehidrasi Rencana Terapi A


Rehidrasi tiap diare

Diare dengan dehidrasi ringan-sedang Rencana Terapi B


Oral 75 cc/kg/3 jam
Alternatif lain: Parenteral
<12 bulan: 70 cc/kg/5 jam
>12 bulan: 70 cc/kg/2,5 jam

Diare dengan dehidrasi berat Rencana Terapi C


Parenteral sesuai usia
<12 bulan: 30 cc/kg/1 jam lanjut 70 cc/kg/5 jam
>12 bulan: 30 cc/kg/30 menit lanjut 70
cc/kg/2,5 jam

69
GASTROENTEROHEPATOLOGI

Diagnosis Banding Diare Cair Akut

Diare cair, kekuningan Rotavirus Rehidrasi, zink 20 mg selama 10


hari
Diare lendir darah (disentri) Shigellosis (disentri basiler) Kuinolon (ciprofloxacin 2 x 500
dengan keram perut, demam mg), Kotrimoksazol 2 x 960 mg
Diare lendir darah, bau busuk Entamoeba hystolytica Metronidazol 3 x 500 mg
(disentri amuba)
Diare berlemak, stetorea Giardia lamblia Metronidazol 2 x 500 mg
Diare seperti cucian beras Vibrio cholera Azitromisin 3 x 500 mg, tetrasiklin
4 x 500 mg, doksisiklin 1 x 300 mg
Diare akibat pemakaian Bakteri anaerob, seperti Metronidazol 3 x 500 mg
antibiotik kronik Clostridium difficile

Disentri
Definisi
Diare berdarah, berlendir, disertai nyeri perut dan dapat disertai demam.

Klasifikasi
Disentri basiler
Disebabkan oleh Shigella sp, akut (3 hari, maksimal 7 hari)

Disentri amuba
Disebabkan oleh Entamoeba hysolytica, onset lebih perlahan-lahan (lebih dari 2 minggu).

Pemeriksaan
Pemeriksaan mikroskopik ditemukan trofozoit dengan eritrosit multipel di dalamnya dan atau kristal
Charcott-Leyden = Amuba. Jika tidak, diperkirakan basiler.

Tatalaksana
Shigellosis (disentri basiler) :
• Kuinolon (ciprofloxacin 2 x 500 mg), Kotrimoksazol 2 x 960 mg
• Entamoeba hystolytica (disentri amuba)
• Metronidazol 3 x 500 mg

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)


Definisi
Refluks asam lambung karena sfingter esofagus bawah tidak menutup secara adekuat. Komplikasi jangka
panjang GERD dapat mengakibatkan esofagitis kronis, Barret's esofagus, hingga karsinoma esofagus
Perlu diperhatikan adakah tanda bahaya: berat badan menurun, hematemesis-melena, disfagia, odinofagia,
dan anemia

Tanda dan gejala


Rasa terbakar di dada, hipersalivasi, mulut terasa asam, nyeri dada (di dekat epigastrium). Diagnosis awal
dapat menggunakan kuesioner GERD-Q. GERD kronik dapat berlanjut menjadi laringo-pharyngeal reflux
(LPR) di mana gejala menjadi suara serak, rasa 'mengganjal' di tenggorokan.

Pemeriksaan
Endoskopi pada pasien dengan tanda bahaya

Tatalaksana
PPI (omeprazol 2 x 20 mg, lansoprazol 2 x 30 mg) atau antagonis reseptor H2 (ranitidin 2 x 150 mg). PPI
adalah pilihan utama. Jika keluhan membaik, dapat ditegakkan diagnosis GERD. Jika merespons terhadap
terapi GERD awal: diagnosis tepat, teruskan PPI sampai minimal 4 minggu. Modifikasi faktor risiko (kurangi BB

70
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

pada obesitas, pola makan, kurangi konsumsi kopi, jangan langsung tidur setelah makan, elevasi kepala saat
tidur).

Dispepsia dan Gastritis


Definisi
Gastritis adalah proses inflamasi mukosa gaster (dan duodenum) akibat faktor proteksi tidak adekuat atau
faktor agresif terlalu banyak. Cari faktor risiko: pola makan, konsumsi NSAID dan alkohol.

Tanda dan gejala


Nyeri ulu hati atau perut atas, nyeri tekan epigastrium. Dapat disertai perdarahan saluran cerna (hematemesis
- melena). Anemia pada kasus kronis.

Ulkus duodenum Nyeri berkurang dengan makanan, sering


terbangun di malam hari

Ulkus gaster Nyeri bertambah dengan makanan

Perlu diperhatikan bahwa dispepsia adalah temuan klinis;


gastritis: ditemukan lesi mukosa;
ulkus: ditemukan ulkus

Tatalaksana
PPI atau antagonis reseptor H2; modifikasi faktor risiko (makan tepat waktu, hindari makanan pedas, kopi, dan
teh), bila dicurigai disertai infeksi H. pylori (ditandai dengan Urea Breath Test +): Triple therapy dengan PAC
(PPI (omeprazole 2 x 20 mg + amoksisilin 2 x 1 gram+ clarithromycin 2 x 500 mg). Bila alergi amoksisilin ganti
dengan metronidazol 2 x 500 mg.

Hernia
Definisi
Keluarnya organ intra-abdomen melalui defek pada peritoneum.

Klasifikasi
Berdasarkan lokasi:
Hernia inguinalis medial = direk, melalui segitiga Hesselbach, tidak dapat
mencapai skrotum

Hernia inguinalis lateral = indirek, melalui kanalis inguinalis, dapat mencapai


skrotum (hernia skrotalis)

Hernia femoralis di bawah ligamen inguinal, lipatan abdominokruris,


melalui kanalis femoralis. Sering pada perempuan.
Sering mengalami strangulasi

Hernia umbilikalis Faktor risiko dewasa: sirosis hepatis dan peningkatan


tekanan vena porta; faktor risiko neonatus: hipotiroid
kongenital

71
GASTROENTEROHEPATOLOGI

Berdasarkan derajat
Hernia reponibilis: dapat masuk kembali
Tatalaksana: operasi elektif
Hernia ireponibilis: tidak dapat masuk kembali
Tatalaksana: operasi elektif
Hernia inkarserata: mulai muncul gejala obstruksi (kembung, muntah)
Tatalaksana: operasi cito
Hernia strangulata: nekrosis usus karena gangguan pembuluh darah, disertai nyeri hebat
Tatalaksana: operasi cito

Tatalaksana
Pembedahan: herniotomi, herniorafi, hernioplasti; cito maupun elektif

Ileus
Klasifikasi
Terbagi menjadi dua:

Ileus Obstruktif
Tanda dan gejala:
Tidak dapat BAB, kembung, muntah, nyeri perut; bising usus meningkat (menghilang jika lama). Pada
pemeriksaan fisik ditemukan metallic sound pada auskultasi, ditemukan darn contour (bentuk usus terlihat
pada perut) dan darn steifung (gerakan usus terlihat pada permukaan perut).

Pemeriksaan penunjang
Foto polos abdomen: Dilatasi usus proksimal - distal cenderung tidak ada udara, Herring bone appearance,
step ladder nyata

Ileus Paralitik
Tanda dan gejala
Tidak dapat BAB, kembung, tanpa nyeri perut; bising usus berkurang atau hilang

Pemeriksaan penunjang
Dilatasi usus sampai ke distal.

Cari penyebab, seperti post-operasi, imbalans elektrolit

Tatalaksana
Pada kondisi ileus, NGT perlu dipasang untuk melakukan tindakan dekompresi dilanjut dengan balans cairan
dan laparatomi eksplorasi terutama pada ileus obtruktif.

Apendisitis Akut
Inisial: nyeri perut periumbilikal, yang bergerak ke kanan bawah (titik McBurney - tanda terjadi peritonitis
lokal), disertai mual-muntah dan demam.

Tanda dan gejala


Nyeri tekan dan nyeri lepas di titik McBurney, tanda Psoas, Obturator, Rovsing, dan Dunphy positif.

Pemeriksaan penunjang
CT Scan, USG, darah perifer lengkap (leukositosis, shift-to-the-left), dapat dilakukan scoring dengan Skor
Alvarado

72
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Tatalaksana
Apendektomi jika belum ada komplikasi. Jika komplikasi hingga peritonitis umum, laparotomi

Peritonitis Umum
Definisi
Radang peritoneum luas, dengan gejala khas nyeri seluruh perut, tanda Blumberg (rebound tenderness,
nyeri terutama saat dilepas). Pada kondisi apendisitis akut, Blumberg sign positif hanya di titik McBurney,
pada kondisi peritonitis umum, positif di hampir seluruh lapang perut

Jenis
Dapat terjadi secara primer: misal peritonitis bakterial spontan pada kasus sirosis hepatis, peritonitis TB
(dengan fenomena papan catur). Sekunder: peritonitis karena perforasi apendiks, perforasi gaster.

Tatalaksana
Laparatomi

Hemorrhoid
Definisi
Hemoroid Eksterna: pelebaran pleksus vena hemorodialis inferior, umumnya nyeri - dilapisi epitel skuamosa
Hemoroid Interna: pelebaran pleksus vena hemoroidalis superior dan media, umumnya tidak nyeri - dilapisi
epitel silindris.
Derajat hemoroid interna:
1 - berdarah menetes
2 - benjolan keluar, dapat masuk spontan
3 - benjolan keluar, masuk dengan bantuan tangan
4 - benjolan tidak dapat dimasukkan

Tatalaksana
Derajat 1, 2: medikamentosa, Sitz-Bath (merendam bokong dengan air hangat); 3-4: operasi.

73
GASTROENTEROHEPATOLOGI

Hepatitis
Inflamasi parenkim hepar, etiologi tersering adalah infeksi virus hepatitis (lebih jarang: autoimun, alkohol,
parasetamol)
Hepatitis A Fekal-oral; infeksi akut (tidak ada kronik) IgM anti-HAV

Hepatitis B Darah dan seksual, dapat akut dan kronik HBsAg, HBeAg, anti-HBc, anti-
(terutama jika infeksi saat perinatal) HBe, anti-HBs

Hepatitis C Darah dan seksual, Sebagian besar kronik HCV RNA, anti-HCV
(etiologi hepatitis kronik tersering)

Interpretasi Serologi Hepatitis B


Dx HbsAg anti-HBs anti-HBc HBeAg anti-HBe

Akut +  IgM + + 

Window   IgM + ? ?

Sembuh  + IgG +  ?

Imunisasi  +   

Kronik +  IgG +/ 

HBeAg menggambarkan replikasi virus dan peningkatan kemungkinan menginfeksi orang lain

Sirosis Hepatis
Definisi
Fibrosis pada parenkim hepar karena proses kronis, dengan etiologi tersering akibat hepatitis kronis (C, B)
dan alkoholisme.

Tanda dan gejala


Stigmata sirosis: ascites, eritema palmar, spider nevi, kaput medusa

74
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Komplikasi
Ruptur varises esofagus (hematemesis melena, diagnosis pasti dengan endoskopi. Ensefalopati hepatikum
terjadi akibat peningkatan amonia darah - gangguan fungsi luhur hingga penurunan kesadaran (koma
hepatikum). Peritonitis bakterial spontan dan hepatoma juga dapat timbul akibat sirosis hepatis

Tatalaksana
Stabilisasi hemodinamik, NGT, obat penurun tekanan vena porta seperti oktreotid (25-50 mcg IV bolus
dilanjut infus 50 mcg/jam) dan somatostatin, definitif berupa ligasi varises dengan bantuan endoskop). Dapat
juga diberikan beta blocker non selective seperti propranolol (3 x 10 mg po) untuk mengendalikan tekanan
vena porta → mencegah kejadian ruptur varises esofagus.
Pada kasus ensefalopati hepatikum: laktulosa (30 mL 3x1), antibiotik (metronidazole 15 mg/kg/pemberian
tiap 8 jam, neomycin)

75
GASTROENTEROHEPATOLOGI

Kolelitiasis dan Kolesistitis


Berikut adalah perbedaan pada setiap penyakit berdasarkan klinis dengan keluhan nyeri pada kuadran kanan
atas
Kolelitiasis Koledokolitiasis Kolesistitis Kolangitis

Kolik + + /+ /+


Tanda   + dapat +
Murphy
(Murphy sign: nyeri tekan kuadran kanan atas abdomen saat penderita melakukan inspirasi dalam)
Demam   +, low grade +, high grade
Ikterus  +  +

Pankreatitis
Definisi
Radang pada pankreas, terbagi:

Pankreatitis Akut
Faktor risiko utama: kolelitiasis, hipertrigliseridemia berat, alkoholisme berat

Tanda dan gejala


Nyeri tekan epigastrium (menembus ke belakang), demam tinggi, muntah, hipotensi

Pemeriksaan penunjang
Amilase dan lipase sangat meningkat.

Tatalaksana
Pasien dipuasakan, NGT, pemberian antibiotik ciprofloxacin 2 x 400 mg IV, metronidazole 15
mg/kgbb/pemberian dan terapi suportif

Pankreatitis Kronik
Kerusakan jangka panjang pankreas, gejala utama berupa gangguan absorpsi (kembung, diare)

Kelainan Kongenital dan Masalah Bedah Gastrointestinal Anak

Morbus Hirschprung
Pasase mekonium terhambat akibat terdapat segmen aganglionik. Khas, saat colok dubur feses
menyemprot. Pemeriksaan baku emas dengan biopsi aganglionik pleksus Meissner dan Auerbach

Stenosis pylorus
Muntah menyemprot berisi bercak kopi, teraba massa epigastrium "zaitun"/olive. Pemeriksaan foto
abdomen didapatkan String sign dan Single bubble sign

Atresia esofagus
Ditandai dengan hipersalivasi, tersedak pada usia neonatus, dapat terdapat riwayat polihidramnion saat
masa kehamilan. Gambaran coiling NGT pada foto toraks

Atresia duodenum
Ditandai dengan muntah bilier di usia awal kehamilan. Gambaran double bubble sign

Hernia diafragmatika
Terdapat sesak napas, bising usus pada auskultasi paru, terdapat gambaran udara usus di rongga toraks

76
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Intususepsi
Ditandai dengan kolik abdomen, diare dengan currant-jelly stool (campuran mukus, epitel mukosa, dan
darah). Pada pemeriksaan didapatkan Target sign, portio-like sign. coiled
spring appearance

Volvulus
Didapatkan distensi abdomen, kembung, muntah, bising usus meningkat. Gambaran coffee-bean
appearance pada foto abdomen.

Gambaran single bubble Gambaran coiling NGT Gambaran double bubble


pada stenosis pilorus pada atresia esofagus pada atresia duodenum

Gambaran udara usus Gambaran coiled spring Gambaran coffee bean


dalam rongga dada pada radiologi intususepsi pada volvulus

Ikterus Neonatorum
Menurut sumbernya, ikterus dapat terbagi menjadi:
Pre-hepatik: misal akibat hemolisis
Hepatik: misal akibat hepatitis neonatal
Post-hepatik: misal akibat obstruksi saluran bilier (atresia bilier)

Klasifikasikan jika Anda menemukan neonatus yang kuning, apakah mungkin fisiologis atau pasti patologis.
Ikterus yang mungkin fisiologis apabila: bayi aterm, onset setelah 24 jam lahir, puncak ikterus hari ke 3-5,
peningkatan didominasi oleh bilirubin indirek, dan membaik dalam 1 minggu.

Ikterus dalam 24 jam pertama kehidupan pasti patologis, seperti akibat sepsis, inkompatibilitas rhesus,
inkompatibilitas ABO, dan G6PD.

77
GASTROENTEROHEPATOLOGI

Ikterus yang bertahan >14 hari: pikirkan sepsis awitan lanjut, hipotiroid kongenital, dan atresia bilier (apalagi
jika disertai tinja dempul)

Risiko kenaikan bilirubin pada neonatus: kerusakan otak (kernikterus)

Breastfeed jaundice
Peningkatan sirkulasi enterohepatik bilirubin akibat intake neonatus yang masih minim (biasa akibat
produksi ASI ibu yang masih sedikit di awal kelahiran neonatus, atau proses menyusui yang belum adekuat),
muncul dalam usia satu minggu pertama. Masih tergolong ikterus yang fisiologis.

Tatalaksana utama adalah tingkatkan asupan ASI

Breastmilk jaundice
Kandungan glukoronil transferase dalam ASI mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik,
umumnya terjadi di atas usia satu minggu. Masih tergolong ikterus yang fisiologis

Atresia bilier
Abnormalitas pembentukan duktus biliaris ekstrahepatik, mengakibatkan kolestasis dan peningkatan
bilirubin direk.
Ditandai dengan urin gelap, tinja dempul, hepatomegali. Dalam jangka panjang akan menyebabkan sirosis
hepatis.

Tatalaksana dengan pembedahan, pada kasus lanjut mungkin memerlukan transplantasi hepar.

Skala Kramer

Kramer I: hanya kepala (taksiran bilirubin total 5- 7 mg/dl)


Kramer II: sampai dada - pusat (taksiran bilirubin total 7 - 10 mg/dl)
Kramer III: sampai pusat - lutut (taksiran bilirubin total 10 - 13 mg/dl)
Kramer IV: sampai ekstremitas, pergelangan (taksiran bilirubin total 13-17 mg/dl)
Kramer V: sampai telapak (taksiran bilirubin total >17 mg/dl)

78
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Tatalaksana
Terapi Sinar dan Transfusi Tukar

Tabel Indikasi Terapi Sinar berdasar Kadar Bilirubin Serum

Indikasi Transfusi Tukar berdasar Kadar Bilirubin Serum

79
METABOLIK - ENDOKRIN

METABOLIK - ENDOKRIN

Diabetes Melitus Tipe 1


Definisi
Gangguan metabolisme glukosa akibat kerusakan sel beta pankreas, baik melalui proses autoimun
maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang, bahkan berhenti.

Kriteria diagnosis
DM tipe 1 jika memenuhi salah satu dari:
⚫ Ditemukannya gejala klinis poliuria, polidipsia, polifagia, nokturia, enuresis, penurunan berat badan, dan
kadar gl
⚫ Kadar
⚫ Kadar gluko -2 TTGO (Tes Tolerasansi Glukosa Oral)
⚫ HbA1c >6.5% (dengan standar NGSP dan DCCT)

Pemeriksaan penunjang
Selain pemeriksaan kadar glukosa plasma, dapat juga dilakukan beberapa pemeriksaan lain yang dapat
menunjang diagnosis DM tipe 1, antara lain:
• C-peptide →
insulin yang diproduksi. Digunakan untuk melihat fungsi sel beta residu. Kadar C-peptide yang rendah
menandakan fungsi sel beta pankreas yang buruk dalam memproduksi insulin. Kadar C-peptide
cenderung rendah pada penderita DM tipe 1 dan cenderung tinggi pada penderita DM tipe 2.
• Penanda antibodi → Islet cell antibody (ICA) dan insulin autoantibody (IAA)

Tatalaksana
Manajemen DM tipe 1 dengan pendekatan terpadu multidisiplin, insulin (dosis anak 0,7 1 unit/kg/hari),
olahraga, pemantauan gula darah mandiri

Diabetes Melitus Tipe 2


Tanda dan gejala
Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya.
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulva pada
wanita.

Faktor risiko
Meliputi: usia >45 tahun, aktivitas fisik kurang, riwayat keluarga (first-degree), ras/etnis, perempuan dengan

dl, wanita dengan sindroma ovarium polikistik (PCOS), riwayat pre-DM,


obesitas berat, akantosis migrikans, dan riwayat penyakit kardiovaskular.

Kriteria diagnosis
DM tipe 2 jika memenuhi salah satu dari:

ATAU

glukosa 75 gram
ATAU

ATAU
ardisasi.

80
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Prediabetes
meliputi:
GDPT (gula darah puasa terganggu): GDP 100-125 mg/dl DAN glukosa plasma 2 jam TTGO <140 mg/dl
TGT (toleransi glukosa terganggu): glukosa plasma 2 jam TTGO 140-199 mg/dl DAN glukosa plasma <100
Kedua-duanya (GDPT dan TGT)

Angka-angka cut-off hasil pemeriksaan laboratorium darah dengan demikian adalah:


Glukosa plasma 2 jam
HbA1c (%) Glukosa darah puasa
setelah TTGO
Diabetes 

Pre-diabetes 5.7 6.4 100 125 140-199

Normal ☺ <5.7 <100 <140

Manajemen Diabetes Melitus


Promosi hidup sehat, meliputi pengenalan penyakit DM, cara pemantauan gula darah, gejala hipoglikemia,
dan lain-lain, kepatuhan untuk intervensi non-farmakologis dan farmakologis, serta target
penatalaksanaannya. Cara pemantauan glukosa darah perlu disampaikan pula.
Terapi nutrisi medis, meliputi kendali karbohidrat, lemak , protein, serat, natrium, dan kalori

Komposisi makanan:
Karbohidrat (45-6% total energi), lemak (20-25% total energi), protein (10-20% total energi),
natrium (<2300 mg/hari), serat, pemanis alternatif diperkenankan dalam jumlah wajar.

Aktivitas jasmani, meliputi aktivitas 30-45 menit selama 3-5 kali per minggu (total 150 menit per minggu)

Terapi farmakologis (lihat tabel di bawah)


Obat Mekanisme Efek samping Perhatian

Sulfonilurea Meningkatkan sekresi Hipoglikemia, kenaikan Hindari pada


(e.g: glibenklamid, insulin BB gangguan fungsi
glimepirid) ginjal

Biguanid Menghambat Mual, muntah Hindari bila


(e.g: Metformin) glukoneogenesis di kreatinin > 1,5 dan
hepar, meningkatkan pada kelainan
sensitivitas insulin ginjal
Alfa-glukosidase Menghambat absorbsi Flatulens Hindari pada
inhibitor glukosa gangguan ginjal /
(acarbose) hati.
Tiazolidinedion Meningkatkan Edema Hindari pada
(pioglitazon) sensitivitas insulin di pasien dengan
reseptor perifer CHF, gangguan
jantung, gangguan
fungsi hati
DPP-4 inhibitor Menghambat enzim Muntah Pengawasan ketat
(sitagliptin) DPP-4 → pada gangguan
memperpanjang kerja fungsi ginjal
GLP-1
Agonis reseptor GLP-1 Agonis reseptor GLP-1 Gastrointestinal Bentuknya injeksi
(liraglutid)

Glinid Insulin sekretagog Sama seperti Serupa dengan


(Nateglinid) sulfonilurea sulfonilurea

81
METABOLIK - ENDOKRIN

SGLT-2 inhibitor Menurunkan reabsorpsi Infeksi saluran kemih Gangguan fungsi


(dapagliflozin) glukosa dari ginjal ginjal

Prinsip tatalaksana adalah dengan melihat apakah DM terkendali atau tidak dengan parameter HbA1c < 7%
(Hb ter-glikosidasi). Jika dalam 2-3 bulan dengan komplians yang baik tidak tercapai target, "naikkan regimen
terapi"

Contoh: monoterapi --> kombinasi 2 macam obat --> kombinasi 3 macam obat (termasuk di antaranya insulin
basal) --> terapi insulin efektif.
Jika dari awal HbA1c >9%, boleh menggunakan kombinasi 2 obat langsung, atau pertimbangkan langsung
penggunaan insulin dengan atau tanpa obat lain.

Penggunaan Insulin
Jenis insulin
a. Rapid-acting: lispro, aspart, glulisin
b. Short-acting: human reguler
c. Intermediate: human NPH
d. Basal insulin: glargin, detemir
e. Campur: 70/30 Humulin (70% NPH, 30% reguler)

Indikasi penggunaan Insulin


Insulin diindikasikan pada kondisi:
a. DM tipe 1 (defisiensi insulin absolut)
b. Kegawatan hiperglikemia (ketoasidosis diabetikum; hiperosmolar non-ketotik)
c. Intoleransi terhadap obat-obatan oral atau injeksi selain insulin
d. DM gestasional / kontrol diabetes melitus pada kehamilan
e. Gangguan fungsi ginjal berat
f. Tidak terkontrol dengan pilihan farmakoterapi selain insulin walau penggunaan sudah secara maksimal

82
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Kriteria Pengendalian DM
Parameter Sasaran
IMT (kg/m2) 18,5 - 23 kg/m2

Tekanan darah sistolik <140 mmHg

Tekanan darah diastolik <90 mmHg

Gula darah preprandial kapiler 80 130 mg/dl

Gula darah 1-2 jam post-prandial kapiler <180 mg/dl

HbA1C <7% (atau inidividual)

Kolesterol LDL <100 (atau <70 mg/dl jika faktor risiko sangat
kuat)

Kolesterol HDL Laki-laki >40 mg/dl; perempuan >50 mg/dl

Trigliserida <150 mg/dl

Masalah khusus yang perlu ditangani sebagai penunjang pengendalian DM adalah kaki diabetes, nefropati
diabetik, infeksi, dan disfungsi ereksi.

Komplikasi DM
Hiperglikemia Akut

Ketoasidosis diabetik:
Keton positif, asidosis metabolik, disertai dengan napas Kussmaul.

Hiperosmolar hiperglikemia / Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS) / HONK (hiperosmolar non-


ketotik):
Keton negatif, gula darah sangat tinggi (umumnya >600 mg/dl) dengan osmolaritas yang sangat
meningkat.

Tatalaksana: Cairan (NaCl 0,9%) terapi awal, diikuti koreksi elektrolit, koreksi asam basa, dan insulin drip.

Hipoglikemia Akut
Tersering akibat penggunaan sulfonilurea, insulin, disertai penurunan nafsu makan.
Ditandai dengan gula darah <70 mg/dL. Hipoglikemia dapat disertai maupun tidak disertai dengan gejala
otonom (pucat, takikardia).
Dapat ditemukan pada kondisi hipoglikemia, meliputi:
• Terdapat gejala hipoglikemia
• Kadar glukosa darah yang rendah
• Gejala berkurang dengan pengobatan

Tatalaksana:
Sadar: air gula 15-20 gram (2-3 sdm) dalam air, adalah terapi utama
Tidak sadar: D20% bolus 50 ml ATAU D40% bolus 25 ml tiap 15 menit hingga kadar gula darah mencapai
target (sambil infus D5% atau D10% 500 cc setiap 8 jam). Observasi gula darah hingga stabil. (PERKENI, 2015)

83
METABOLIK - ENDOKRIN

Komplikasi kronik
Selain penyulit akut, terdapat penyulit kronik diabetes melitus, yakni
Makroangiopati: penyakit jantung koroner, penyakit arteri perifer, dan penyakit pembuluh darah otak
(stroke)
Mikroangiopati: retinopati diabetik, nefropati diabetik, dan neuropati diabetik

Dislipidemia
Target penatalaksanaan biasanya menggunakan parameter LDL.
Pasien dengan risiko tinggi, perlu penurunan LDL < 100 mg/dL (dengan riwayat infark miokard <70
mg/dL). Selain terapi farmakologi, gaya hidup dan terapi diet diperlukan.

Golongan Contoh Mekanisme Efek samping


Statin Simvastatin (diawali 5- Inhibisi HMG CoA Peningkatan enzim hepar,
20 mg dosis tunggal) reduktase secara rabdomiolisis. Risiko
kompetitif makin tinggi jika
digabungkan dengan
fibrat (terutama
gemfibrozil).
Niasin Vitamin B3 Menghambat lipolisis, Flushing, hiperglikemi,
(250 mg/hari) VLDL sirkulasi << hiperurisemia
Resin asam Kolestiramin (4 Menghambat reabsorbsi flatulens
empedu gram/12 jam) asam empedu
Inhibitor reseptor Ezetimibe Menghambat absorbsi Jarang, meningkatkan
kolesterol (10 mg/hari) kolesterol di usus halus enzim hepar
Fibrat Gemfibrozil (600 mg Meningkatkan lipoprotein Meningkatkan enzim
2x1), Fenofibrat (lebih lipase → trigliserid << hepar
terpilih)

Sindroma Metabolik
Tiga atau lebih kriteria terpenuhi diperlukan untuk menegakkan diagnosis sindroma metabolik
• Lingkar pinggang pada pria, pada wanita
• Gula darah puasa 100 mg/dl
• Tekanan darah 130 ATAU 85 mmHg
• HDL <40 mg/dl pria, <50 mg/dl wanita
• Trigliserida 150 mg/dl

Gangguan Tiroid: Hipertiroid


Definisi
Peningkatan kadar homon tiroksin (T3, T4)

Etiologi
Penyakit Graves, tiroiditis (fase akut), adenoma toksik, tumor pensekresi TSH

Tanda dan gejala


Klinis berupa berat badan cenderung menurun, palpitasi, tremor, tidak tahan udara panas, dapat disertai
gangguan irama jantung atrial fibrilasi.

Pemeriksaan
FT3 dan FT4 ↑, TSH ↓ (kecuali tumor pensekresi TSH)

Tatalaksana
Methimazole 15-30 mg/hari, PTU 300 mg/hari dalam dosis terbagi, Beta-bloker (propranolol 40 mg/12 jam)

84
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Hipotiroid
Etiologi
Sebagian besar tiroiditis Hashimoto (setelah fase hipertiroid), defisiensi iodin, atau masalah sentral
(kegagalan hipofisis).
Hipotiroid kongenital mengakibatkan retardasi mental dan gangguan pertumbuhan (kretinisme). Pemeriksaan
penyaring di usia 2 hari.

Tanda dan gejala


Berat badan cenderung meningkat, edema (miksedema), tidak tahan dingin, konstipasi

Pemeriksaan
Tiroiditis Hashimoto: autoimun,
fT3 dan fT4 ↓ , TSH ↑ (kecuali masalah sentral)
disertai dengan peningkatan
kadar antibodi anti-tiroid
Tatalaksana
peroksidase (anti-TPO)
Levotiroksin 12,5-25 mcg/hari

Gizi Buruk pada Anak


Marasmus
Kondisi malnutrisi yang diakibatkan oleh kurangnya intake sumber energi secara umum (termasuk
karbohidrat, lemak, dan protein).
Anak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, iga gambang, perut cekung,
bokong kendur dan keriput

Kwashiorkor
Kondisi malnutrisi yang diakibatkan oleh kurangnya intake protein, namun dengan intake energi yang
sebenarnya cukup (hanya defisiensi protein).
Wajah bulat dan sembab, rambut tipis, kusam, warna seperti jagung dan tidak sakit ketika dicabut, kedua
punggung kaki edema, bercak kehitaman di tungkai atau bokokng (crazy pavement dermatosis)

Marasmus Kwashiorkor
Merup
campuran dari keduanya. Seringkali ditandai dengan BB/TB < -3 SD disertai edema yang tidak mencolok.

Gambaran Kwashiorkor Gambaran Marasmus

85
METABOLIK - ENDOKRIN

Tatalaksana

a. Fase stabilisasi dengan F75, 80-100 kkal/kg/hari


b. Fase transisi dengan F100, 100-150 kkal/kg/hari
c. Fase rehabilitasi dengan F135, 150-220 kkal/kg/hari
d. Fase tindak lanjut bila BB/TB lebih besar atau sama dengan standar deviasi / Z-score (-2)

Defisiensi Vitamin
Vit Alias dan Peran Jika defisiensi... Catatan

A Retinol Buta senja, kulit Jika kelebihan:


Visual, diferensiasi epitel kering Teratogenik
(labiopalatoskisis),
kontraindikasi kehamilan

B1 Tiamin Beri Beri (Ber1) Defisiensi pada malnutrisi


Kofaktor dalam enzim metabolisme Wernicke-Korsakoff dan alkoholisme
syndrome,
polineuritis
B2 Riboflavin Inflamasi bibir,
Kofaktor redoks scaling dan fisura
(cheilosis)

B3 Niasin Glositis, pellagra Kelebihan: kemerahan


Kofaktor redoks (Diare, dermatitis, pada wajah (obat niasin
demensia) pada tabel di atas)
B6 Piridoksin Neuropati perifer Akibat INH dan
Komponen transaminasi kontrasepsi oral

86
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

B9 Folat Anemia makrositik Sering pada alkoholisme


Terlibat dalam sintesis DNA/RNA (megaloblastik) dan kehamilan TIDAK
ada gangguan neurologi
B12 Kobalamin Anemia makrositik, Hanya ada di produk
Terlibat dalam enzim kofaktor kelainan neurologi hewani
(parestesia, Tes Schilling untuk
degenerasi) mengetahui defisiensi

C Asam askorbat Skorbut (gusi


Penyerapan besi, kofaktor bengkak, mudah
berdarah, gangguan
penyembuhan luka),
menurunkan imun
tubuh
D Ergokasiferol/kolekalsiferol (D2/D3) Rikets (anak), Kelebihan: hiperkalsemia,
Meningkatkan penyerapan kalsium dan osteomalasia hiperkalsuria
fosfat (dewasa), tetanus
hipokalsemia

E Antioksidan Gangguan eritrosit E = eritrosit!


(anemia hemolitik)

K Protein pembekuan darah Perdarahan Koagulasi, sintesis faktor


(pemanjangan PT) II, VIII, IX, X, protein C,
dan protein S

Antidotum

Intoksikasi / Kondisi Antidotum


Kokain (dan psikostimulan) Benzodiazepin
Opioid Nalokson

Benzodiazepin Flumazenil

Parasetamol (asetaminofen) N-asetilsistein

Sianida Tiosulfat

Organofosfat (pembasmi serangga) Atropin

Atropin Fisostigmin

Jengkol Natrium bikarbonat

Methemoglobinemia Metilen blue

87
HEMATOLOGI

HEMATOLOGI
Anemia
Definisi
Per definisi adalah penurunan kadar sel darah merah dalam darah (<13,5 g/dl laki-laki, <12 g/dl
perempuan).

Tanda dan gejala


Cepat lelah, angina, takikardia, pucat. Tanda lain sesuai diagnosis (misal: kuning pada anemia hemolitik,
koilonikia pada defisiensi besi)

Pemeriksaan
Periksa morfologi sel darah merah (gambaran darah tepi) atau hitung parameter MCV, MCH, dan MCHC
untuk mengklasifikasikan anemia menjadi tiga macam, yakni:

A. Anemia Mikrositik Hipokrom


Ditandai dengan MCV rendah (<80 fL). Diagnosis banding yang harus dipikirkan:
a. Anemia defisiensi besi
• Pemeriksaan: Feritin menurun, TIBC meningkat, serum besi menurun, gambaran sel pensil
• Tatalaksana: Suplementasi besi 600 mg/hari, transfusi PRC bila Hb<7 atau <10 dengan klinis berat.
Pilihan suplementasi besi:
o Ferro sulfat 20% besi elemental (325 mg mengandung 65 mg besi elemental)
o Ferro glukonat mengandung 12% besi elemental (325 mg mengandung 39 mg besi elemental)
o Suplementasi besi dapat terbagi dalam 3 kali sehari

b. Anemia karena inflamasi kronik


• Pemeriksaan: Feritin cenderung meningkat, TIBC menurun. Terkait inflamasi kronik, seperti penyakit
TB, autoimun.
• Tatalaksana: Atasi penyakit dasar

c. Thalassemia
• Pemeriksaan: Anak, ikterik, organomegali, facies Cooley, gambaran sel darah merah. Lakukan
elektroforesis Hb.
• Klasifikasi Thalassemia:
- Thalassemia alfa
o Thalassemia alfa mayor → Hydrops fetalis (FATAL).
o Thalassemia alfa minor → Asimptomatik, abnormal pada apus darah tepi, HbF meningkat, HbA2
normal.
- Thalassemia beta
o Thalassemia beta mayor (Cooley anemia) → Transfusion dependant (perlu rutin transfusi darah),
splenomegali, gangguan pertumbuhan, deformitas tulang.
o Thalassemia beta minor → Anemia ringan, peningkatan HbF dan/atau HbA2.
• Tatalaksana: Transfusi darah jangka panjang, kelasi besi (deferoksamin) untuk menghindari iron
overload (hemosiderosis)

B. Anemia Normositik
Ditandai dengan MCV normal (80 - 100 fL). Diagnosis yang harus dipikirkan:
a. Anemia karena perdarahan (akut)
Tatalaksana: Atasi penyakit dasar
b. Anemia aplastik
Pemeriksaan: Pansitopenia, tanpa organomegali. Analisis sumsum tulang
c. Anemia hemolitik Autoimun (warm atau cold)
Terjadi akibat mikroangiopati; maupun akibat infeksi. Tidak semua anemia hemolitik disebabkan
autoimun. Terbagi menjadi dua macam: WARM AIHA (terkait IgG); dan COLD AIHA (terkait dengan IgM)

88
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Anemia Hemolitik Autoimun:


a. Tanda dan gejala: ikterus, dengan gambaran normositik normokrom.
b. Pemeriksaan : Coombs Test (baik direk/DAT maupun indirek)
c. Tatalaksana: Kortikosteroid (untuk WARM AIHA), splenektomi jika tidak respons terhadap kortikosteroid;
penghindaran terhadap pajanan dingin (untuk COLD AIHA)

Perdarahan kronis dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi karena cadangan besi yang terus hilang.
Hati-hati bila menemukan kasus perdarahan, pastikan dahulu akut ATAU kronis, karena apabila akut →
normositik normokrom, sedangkan apabila kronis → dapat menjadi mikrositik hipokrom.
Contoh: perdarahan saluran cerna kronis, menorrhagia.

C. Anemia Makrositik
Ditandai dengan MCV tinggi (>100 fL). Diagnosis yang harus dipikirkan:
a. Anemia defisiensi folat. Tatalaksana: Suplementasi folat
b. Anemia defisiensi B12. Tatalaksana: Suplementasi B12
c. Lainnya alkoholisme, gangguan hormon tiroid
Anemia megaloblastik sering ditandai dengan neutrofil hipersegmentasi

Trombositopenia
Definisi
Per definisi, ketika hitung trombosit <150.000 sel/µL. Penyebab:

Produksi turun Anemia aplastik, leukemia (infiltrasi


sumsum tulang)

Peningkatan penghancuran Terkait imun: ITP (immune


thrombocytopenic purpura): murni hanya
trombositopenia saja, diagnosis eksklusi
jika tidak ditemukan etiologi lain.
Memerlukan steroid, hingga splenektomi
jika tidak respons terhadap
medikamentosa.

infeksi (misal: dengue),

tidak terkait imun: mikro-angiopati (DIC)

Leukemia
Definisi
Keganasan sel darah ditandai dengan proliferasi klonal.
Terbagi menjadi dua:
a. Akut: diferensiasi tidak berhasil, sehingga terjadi peningkatan sel blast (+) (hitung jenis sel blast >20%)
b. Kronik: diferensiasi berhasil, sel blast (-)

Pembeda leukemia akut dan kronik bukan dari segi waktu, melainkan dari kemampuan diferensiasi (ditandai
dengan hitung sel blast di darah perifer).

89
HEMATOLOGI

Klasifikasi
Terbagi menjadi jenis sel progenitor-nya, apakah galur mieliod atau limfositik. Dari dua informasi ini, dapat
dibuat pembagian leukemia menjadi sebagai berikut:

Akut Kronik

Mieloid Leukemia mieloid akut Leukemia mieloid kronik (CML)


(AML) Khas: Terdapat kromosom Philadelpia,
Khas: Pada orang dewasa, peningkatan basofilia
ditemukan Auer Rods

Limfositik Leukemia lifmositik akut Leukemia limfositik kronik (CLL)


(ALL): Ditemukan blast cell Khas: Sel Smudge
>20%, anak-anak

Idiopatic (immune-mediated trombocytopenic purpura) / ITP


Definisi
Destruksi platelet akibat adanya anti-platelet antibody (IgG)

Klasifikasi
Dapat bersifat:
a. Akut (<3 bulan), sering disertai dengan infeksi virus sebagai faktor pemicunya;
b. Kronik (>3 bulan) umumnya pada dewasa dan kurang merespons pengobatan. Muncul gambaran klinis
berupa petekie multipel, dapat disertai perdarahan.

Pemeriksaan
Trombositopenia dengan pemanjangan bleeding time; jika tidak ada kelainan lain PT dan aPTT normal.

Tatalaksana
Kortikosteroid atau IV imunoglobulin. Transfusi platelet bermanfaat jika sangat rendah (namun dapat
dihancurkan kembali, sehingga kurang efektif)

Hemofilia
Definisi
Defisiensi faktor VIII (hemofilia A) atau IX (hemofilia B). Prevalensi hemofilia A lebih banyak dibandingkan
hemofilia B

Tanda dan gejala


Perdarahan sulit berhenti, perdarahan spontan di sendi (hemartrosis). Dialami oleh anak laki-laki. Ciri khas
perdarahan karena faktor koagulasi adalah delayed-bleeding (sempat berhenti, kemudian berdarah kembali)

Pemeriksaan
PT normal, aPTT memanjang (aPTT saja tidak dapat membedakan hemofilia A atau B)

Tatalaksana
Hemofilia A dengan konsentrat faktor VIII, jika tidak ada gunakan krioprespitat
Hemofilia B dengan konsentrat faktor IX, jika tidak ada gunakan fresh frozen plasma (FFP)

90
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

von Willebrand Disease (VWD)


Defisiensi faktor von Willebrand → berfungsi sebagai carrier dari faktor VIII dan berperan dalam agregasi
trombosit.
Pada VWD, ditemukan PT normal, aPTT dapat normal/memanjang, BT normal/memanjang, dan trombosit
normal/menurun.

Thalassemia
Definisi
Gangguan sintesis protein rantai (alfa/beta)
menyusun sebagian besar Hb manusia
saat usia 6 bulan. Susunan normal: alfa 2
Klasifikasi
+ beta 2
a. Thalassemia alfa: defek sintesis rantai alfa
• Thalassemia alfa mayor → Hydrops fetalis (FATAL).
• Thalassemia alfa minor → Asimptomatik, abnormal pada apus darah tepi, HbF meningkat, HbA2
normal.
b. Thalassemia beta: defek sintesis rantai beta
• Thalassemia beta mayor (Cooley anemia) → Transfusion dependant (perlu rutin transfusi darah),
splenomegali, gangguan pertumbuhan, deformitas tulang.
• Thalassemia beta minor → Anemia ringan, peningkatan HbF dan/atau HbA2.

Tanda dan gejala


Gangguan tumbuh kembang, anemia hemolitik, facies Cooley, hematopoiesis ekstramedular

Tatalaksana
Transfusi PRC, dengan target PRC umumnya 12 g/dl, risiko overload besi (hemosiderosis) pada transfusi
berulang sehingga perlu diberi agen kelasi besi (deferasiroks, deferoksamin).

91
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

DERMATOVENEREOLOGI

Efloresensi Kulit
Disebut juga lesi kulit yang tampak jelas untuk mata dan memungkinkan untuk dipalpasi saat pemeriksaan.
Efloresensi dibagi 2 → lesi primer dan lesi sekunder.

Lesi primer : tampakan lesi saat awal penyakit, disebabkan langsung oleh proses patologis tersebut
Makula Kelainan kulit berbatas tegas berupa
perubahan warna semata / bitnik < 0,5 cm
Contoh : fleckles, flat nevi
Patch > 0,5 cm
contoh : vitiligo

Papul Penonjolan di atas permukaan kulit,


superficial, konsistensi padat, batas tegas,
ukuran <0,5 cm
Contoh : kutil, elevated nevi
Plaque >0,5cm akibat perluasan papul /
gabungan papul
Contoh : liken simplek kronis
Vesikel Gelembung berisi cairan serous, beratap,
diameter <0,5 cm
Contoh : herpes zoster, fase awal varicella

Bulla Vesikel berukuran >0,5cm. Bila berisi pus


→ bula puruenta
Contoh : pemphigus, luka bakar derajat 2

Pustul Vesikel yang terisi cairan purulentc/ pus


Contoh : acne, impetigo

Nodul Lesi solid, palpable di atas, selevel, atau


di bawah permukaan kulit (hingga dermis
/ subctan) ±1cm
Contoh : xantoma, lipoma
Tumor > 1cm / nodul
Urtika Edema setempat, timbul mendadak, dan
perlahan menghilang

Lesi sekunder : tampakan lesi sesuai progresi lesi primer, atau berubah akibat pengaruh eksternal
Erosi Kehilangan jaringan, tidak melebihi
stratum basale, terlihat serum

93
DERMATOVENEREOLOGI

Ekskoriasi Kehilangan jaringan, sampai stratum


papilare, terlihat darah yang keluar selain
serum.

Ulkus Kehilangan jaringan melebihi stratum


papilare, memiliki dasar, dinding, dan
tepi

Fisura Diskontinuitas kulit, terbelah tanpa


kehilangan jaringan

Skuama Lapisan stratum koreum yang terlepas


dari kulit, dapat bersifat halus dan kasar
Contoh : psoriasis

Krusta Cairan badan yang mengering di atas


permukaan kulit, dapat bercampur
dengan jaringan nekrotik maupun benda
asing
Kista Ruangan berdinding terbentuk secara
patologis, berkapsul, berisi cairan, sel,
mapun sisa sel

Abses Pus di jaringan, berbatas tegas, dengan


dinding, disertai tanda inflamasi akut

Likenefikasi Penebalan kulit dan relief yang semakin


jelas

SUSUNAN LESI
Linear Tersusun menyerupai garis
Anular Menyerupai cincin (lingkaran)
Arsiner Menyerupai busur
Polisiklik Bentuk asiner yang saling bergabung
Konfluens Beberapa lesi yang menyatu
Korimbiformis Satu lesi induk, dikelilingi lesi satelit yang lebih kecil

UKURAN
Milier Seikuran jarum pentul
Lentikuler Seukuran biji jagung
Gutata Seukuran tetesan air
Numular Sekuran uang logam
Plakat Seukuran telapak tangan dewasa

94
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

DISTRIBUSI
Regional Lesi terbatas, hanya di satu tempat misalnya pada tinea barbae
Soliter Hanya satu lesi
Diskret Tersebar satu per satu, umumnya luas
Universalis Hampir seluruh tubuh (90-100%)
Generalisata Tersebar pada sebagian besar badan
Serpiginosa Proses yang menjalar ke satu jurusan, diikuti oleh penyembuhan bagian yang
ditinggalkan, misal pada Creeping Eruption

Infeksi Bakterial Kulit


Impetigo
Impetigo adalah infeksi bakteri superfisial, umumnya akibat Streptococcus (impetigo krustosa) atau
Staphylococcus (impetigo bulosa). Sangat menular,sering ditemukan pada anak usia prasekolah dan usia
sekolah.

Patofisiologi
Exfoliative toxins A&B dari Staphylococcus aureus yang melekat pada desmoglein 1 menyebabkan bula
intraepidermal → impetigo bulosa.

Impetigo krustosa / non bullosa


Ditandai oleh vesikel berdinding tipis yang cepat menjadi pustular dan pecah kemudian menjadi krusta
kuning kecoklatan. Predileksi pada wajah, leher, dan ekstremitas. Pada sebagian besar kasus, lesi asimtomatik
tetapi dapat juga disertai gatal ringan. Biasa dijumpai autoinokulasi dengan penyebaran ke area sekitarnya.
Pada kasus berat, didapatkan gejala konstitusional seperti demam, malaise, dan limfadenopati regional.

Impetigo bullosa / cacar monyet


Bullae superfisial yang pecah dalam 1-2 hari dan kolaps. Sering terjadi pada bayi baru lahir, meskipun juga
dapat terjadi pada semua umur. Gejala konstitusional pada awalnya tidak ada, tetapi kemudian dapat terjadi
demam ataupun temperatur subnormal. Tempat predileksi adalah area yang lembab, area intertriginosa
seperti lipatan leher dan aksila. Ditandai oleh perubahan cepat vesikel menjadi bula berdinding lunak dengan
Nikolsky sign negatif. Bula pecah menghasilkan tampakan lesi kolaret.

Pemeriksaan penunjang:
• Pewarnaan Gram: Kokus Gram positif berkelompok
• Kultur bakteri

95
DERMATOVENEREOLOGI

Terapi ANTIBIOTIK dan higiene kulit


Topical Sistemik
1st line Mupirocin 2x1 Amoxicillin 25mg/KgBB dibagi dalam 3 dosis;
Asam fusidat 2x1 3x500 mg
Bacitracin 3x1
Kloramfenikol 3x1
2nd line (bila alergi Azithromycin 1x500mg, kemudian dilanjutkan 1x250mg
penisilin) selama 4 hari
Clindamycin 15mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis
Eritromycin 4x250-500mg selama 5-7hari

Ektima
Ulkus superfisial disebabkan stafilokokus atau streptokokus. Manifestasi klinis diawali dengan vesikel atau
vesikulopustul, yang meluas dan dalam beberapa hari ditutupi oleh krusta tebal. Bila krusta diangkat dijumpai
ulkus superfisial berbentuk lekukan dangkal dan tepi meninggi (punched out lesion). Lesi lambat sembuh dan
antibiotik yang diberikan dapat mencapai beberapa minggu.

Pemeriksaan Penunjang
- Pengecatan Gram: Kokus Gram positif berkelompok
- Kultur bakteri: Staphylococcus aureus dan group A Streptococcus.

Tatalaksana:
- Kompres basah terbuka untuk mengangkat krusta
- Ektima non komplikata → antibiotik topikal: mupirocin topikal atau fucidic acid 2x1, bacitracin 3x1
- Berat atau refrakter → antibiotik sistemik: cephalexin 4x250mg atau 2x500mg; doksisiklin 1x200mg atau
2x100mg; amoxicillin 3x500mg; cotrimoxazole 2x1tab

Folikulitis, Furunkel dan Karbunkel


Infeksi follikular oleh S. aureus. Folikulitis : inflamasi pada folikel rambut. Furunkel: inflamasi folikel rambut
dan jaringan disekitarnya, diawali dengan radang folikel rambut, membesar menjadi nodul eritematosa (=
"bisul"). Karbunkel: furunkel yang konfluens (berkumpul menjadi satu). Furunkulosis: keadaan banyak
furunkel, tersebar diskret. Faktor predisposisi meliputi hiperhidrosis, obesitas, seborrhea, anemia, malnutrisi,
dan immunodefisiensi.

96
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Folikulitis
Radang folikel rambut, dengan papul/pustul yang di tengahnya terdapat rambut.
Nyeri tidak terlalu hebat, tidak disertai demam.

Furunkel
Predileksi wajah, aksilla, pantat, dan perineum. Furunkulosis relatif jarang
ditemukan pada awal kanak kanak tetapi insidensinya meningkat pada dewasa,
terutama yang tinggal di lingkungan padat dengan higiene yang buruk.
Dapat disertai demam.

Karbunkel
Merupakan furunkel yang bergabung dengan tempat drainase yang multipel.
Berkembang lebih lambat daripada furunkel dan menyebabkan suppurasi
dalam, sering disertai demam dan nyeri. Sering didapatkan terutama di leher
belakang, punggung, paha, dan biasanya terjadi pada kelompok usia yang
lebih tua daripada furunkel.

Terapi
Antibiotik topickal (mupirosin 2x1, basitrasin 3x1, kloramfenikol 3x1). Pada kondisi berat dapat ditambah
antibiotik sistemik. Untuk furunkel dan karbunkel terapi ditambah incise dan kuretase isi.

Erisipelas dan Selulitis


Erisipelas:
Infeksi jaringan subkutis superfisial melibatkan saluran limfatik dermal
superfisial, eritema dengan batas tegas. Infeksi ini biasanya terjadi
pada wajah, lengan dan tungkai dan pada infeksi berulang sering
didapatkan limfedema kronik. Penyebab tersering erisipelas adalah
S. pyogenes dan streptokokus -hemolitik grup A.
Onset sering didahului beberapa jam sebelumnya oleh gejala
prodromal: malaise, demam, menggigil, nyeri kepala, muntah, nyeri
sendi, dan myalgia. Lesi ditandai oleh patch eritematosa berbatas
tegas serta indurasi, nyeri, dan limfadenopati regional. Diagnosis
banding meliputi penyakit infeksi dan noninfeksi seperti dermatitis
kontak; erisipelas pada wajah dapat menyerupai lupus eritematosus ataupun lepra tipe tuberkuloid akut,
keterlibatan pada telinga dapat menyerupai polikondritis yang kambuhan.

Selulitis:
Peradangan suppuratif terutama melibatkan dermis dan jaringan subkutis. Memiliki batas tidak tegas, lebih
dalam dibandingkan erisipelas. Paling sering dijumpai di ekstremitas bawah dan mungkin didahului oleh
trauma kulit, ulserasi, dermatitis atau infeksi jamur, tetapi sering tanpa kondisi predisposisi atau tempat masuk
(site of entry).

Manifestasi sistemik (demam, menggigil, nyeri kepala, takikardi, hipotensi, dan delirium) dapat mendahului
timbulnya keluhan pada kulit, meskipun beberapa pasien tidak mempunyai gejala. Penyebab tersering adalah
S. pyogenes dan S. aureus. Gejala utama: eritema lokal yang kemudian meluas dan nyeri, sering disertai
dengan limfangitis dan limfadenopati regional. Komplikasi yang dapat terjadi meliputi gangrene, abses
metastasis dan sepsis. Komplikasi ini jarang pada dewasa imunokompeten, namun risikonya meningkat pada
anak-anak dan dewasa imunokompromais.

Terapi
Non farmakologis :
• Hidrasi
• Kompres dingin
• Elevasi dan istirahatkan → mengurangi edema lokal, inflamasi, dan nyeri
• Saline wet dressing → pada lesi ulseratif dan nekrotik, diganti tiap 2-12 jam tergantung keparahan
• Selulitis : bila terdapat abses → drainase

97
DERMATOVENEREOLOGI

Farmakologis :
• Simptomatik
• Antibiotik : 1st line golongan penisilin, bila alergi gunakan golongan makrolide

Infeksi Jamur Kulit


Infeksi jamur dibagi menjadi : superfisial, subkutan/deep, dan sistemik. Infeksi jamur superfisial dibagi
menjadi dermatofitosis (tinea) dan non dermatofitosis. Perbedaan keduanya adalah dermatofitosis melibatkan
keratin pada stratum korneum, rambut, dan kuku. Sementara non dermatofitosis hanya menyerang lapisan
kulit terluar, dan dapat menyerang keratin.

Dermatofitosis / Tinea
a. Disebabkan Trichophyton sp., Epidermophyton sp., Microsporum sp.
b. Klinis : patch / papul eritem dengan skuama halus, berbentuk anular atau semilunas, tepi aktif, terdapat
central healing, dan gatal terutama bila berkeringat
c. Diagnostik :
• Wood Lamp: Blue-green fluorescence
• Direct Microscopy: KOH 10-30% → hifa panjang, sekat yang prominen (jelas)

d. Jenis : Kapitis di kepala, pedis (telapak kaki, jari-jari kaki), unguium (lempeng kuku), kruris
(selangkangan), korporis (lokasi badan selain yang disebutkan di atas).
e. Terapi : Tinea kapitis: griseofulvin oral (1x500mg 4-6minggu); tinea korporis/kruris: golongan azol
topical, jika luas/gagal griseofluvin oral (1x500mg 2-4minggu); tinea unguium: itrakonazol oral (kuku
tangan 2x200mg 1minggu, kuku kaki dgn atau tanpa kuku tangan 1x200mg 12minggu), terbinafin oral
(kuku tangan 1x250mg 6 minggu; kuku kaki 12minggu) .

Non dermatofitosis
a. Candidiasis: Disebabkan oleh Candida sp. Yang menyerang kulit dan mucous membrane.
• Klinis : makula atau plakat eritematosa (merah terang), dapat ditemukan maserasi dengan
pseudomembran, di sekitarnya dikelilingi lesi satelit.
• Predisposisi : DM, imunokompromis, Long-term antibiotic or steroid tx,
• Predileksi : area lipatan seperti selangkangan, aksila, dan inframamae, mukosa oral/vaginal, pada bayi
di daerah popok
• Lab : mikroskopis → KOH : pseudohifa dengan blastospora; kultur
• Terapi : Hindari predisposisi, gentian violet untuk daerah mukosa, krim azol, atau azol oral (gentian
violet tidak efektif untuk candida)
b. Pityriasis Versicolor: Disebabkan oleh Pityrosporum ovale (Malassezia furfur).
• Sering ditemukan pada dewasa muda dengan faktor predisposisi lembab dan produksi sebum tingi
• Klinis : makula hipopimentasi (dapat hiperpigmentasi) dengan skuama halus (powdery scale), kronis.
• Lab : KOH 10-30% → hifa pendek, spora bergerombol (gambaran "spaghetti and meatball
appearance")
• Terapi : Topikal shampoo (selenium sulfida), azol, atau jika lesi sangat luas berikan azol oral.

Terapi Antifungal
Golongan azol: ketoconazole, miconazole, fluconazole

Miconazole
Topical : tinea cruris, corporis & cutaneous candidiasis 2x2 ue 2 minggu; tinea versicolor 1x1 ue 2 minggu;
tinea pedis 2x2 ue 4 minggu
Oral : candidiasis orofaring 1x50mg buccal tab 14 hari

Ketoconazole
Topical cream : tinea corporis, tinea cruris 1x1ue 2 minggu; tinea pedis 6 minggu; tinea versicolor 1x1 ue 2
minggu

98
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Shampoo : ketombe tiap 3-4 hari up to 8 minggu; dermatitis seboroik 2x/minggu selama 4 minggu
Oral : 1x200-400 mg

Infeksi Virus Kulit

Varicella (cacar air)


Disebabkan oleh virus varicella zoster, subfamilia human herpesvirus (DNA virus). Menyebar melalui direct
contact ataupun droplet.
a. Patosifiologi: Virus masuk lewat sistem respirasi → koloni di traktus respiratori atas → replikasi → setelah
seminggu, muncul viremia sekunder yang ditandai dengan munculnya lesi kulit. Varicella menular pada
hari 1-2 sebelum rash muncul sampai semua lesi menjadi krusta, sekitar 5-hari setelah timbulnya lesi.
b. Manifestasi Klinis: Low grade fever yang 1-2 hari kemudian diikuti timbulnya lesi kulit. Lesi awalnya
muncul pada wajah dan badan berupa makula merah → papul → vesikel dew drop on rose petal →
pustule → krusta. Diagnosis dibuat berdasarkan tampakan ruam multiform (dalam satu waktu terdapat
banyak jenis lesi, seperti vesikel dew drop on rose petal, papul, dsb). Tes Tzanck positif. Lesi awal varicella
di wajah, lalu menyebar ke badan dan ekstremitas.
c. Dapat disertai gejala lain seperti gatal, malaise, nyeri kepala, batuk pilek, tidak nafsu makan dan nyeri
tenggorokan
d. Vesikel dapat muncul pada membrane mukosa dan pecah menjadi ulkus aftosa dangkal
e. Lab: Tzanck smear → positif, tampak multi nucleated giant cell
f. Terapi:
Simptomatik → antipiretik, bedak salisil atau losio kalamin untuk mengurangi gatal
Acyclovir 5 x 800 mg PO, anak 4 x 20 mg/kgBB/dosis selama 5 hari, maksimal 800 mg/dosis

Herpes Zoster
a. Patofisiologi: reaktivasi dari virus varicella zoster yang dorman. Sebelumnya pernah terkena varicella.
Lesi bersifat dermatomal (mengenai dermatom tertentu), vesikulopapular, reaktivasi disebabkan oleh
pemicu seperti imunitas tubuh yang menurun.
b. Terapi : Acyclovir 5 x 800 mg PO selama 7-10 hari, dapat mengurangi insidens neuralgia post-herpetik

Herpes Simpleks (HSV)


Infeksi HSV tipe 1 (di orofacial) dan HSV tipe 2 (genital)

Patofisiologi
Bersifat neurovirulence (mampu menginvasi dan replikasi di sistem saraf). Pada infeksi orofacial, paling sering
melibatkan ganglia trigeminal. Pada infeksi genital, melibatkan ganglia sacral S2-S5. Dapat terjadi reaktivasi
yang diinduksi berbagai stimulus seperti demam, trauma, psikologis. Lesi reaktivasi muncul sesuai area
ganglia yang terlibat.

Manifestasi klinis
Gejala prodomal (demam), lalu timbul vesikel cepat pecah, disertai rasa terbakar

Terapi : Asiklovir oral 5 x 200 mg PO selama 7 hari

Veruca Vulgaris
Disebut juga kutil. Merupakan hyperplasia dari epidermis. Disebabkan oleh
infeksi HPV (tipe 1 - 4). Predileksi di permukaan ekstensor ekstremitas. Papul
berwarna kulit sampai keabuan dengan permukaan verukosa. Papul ini dapat
dijumpai pada kulit, mukosa dan kuku. Apabila permukaannya rata, disebut
dengan veruka Plana. Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang
goresan (fenomena Koebner)

Terapi : Bedah kaustik, beku (nitrogen), skalpel, atau zat keratolitik (salisilat konsentrasi tinggi), tinctura
podofilin

99
DERMATOVENEREOLOGI

Moluskum Contagiosum
- Infeksi Poxvirus yang menginfeksi sel epidermal. Transimisi dengan direct contact.
- Papul multiple dome shaped dengan morfologi terdapat "delle" (lekukan) di tengah papul
(umbilicated), jika dipijat dapat mengeluarkan massa putih seperti nasi (badan moluscum)
- Enukleasi isi, alternatif dengan kauter dan bedah beku

Infestasi Parasit Kulit


Skabies
- Infestasi Sarcoptes scabiei dengan manifestasi tanda kardinal: gatal malam hari, ditemukan
terowongan, ditemukan tungau, dan terjadi pada orang berkelompok. Lesi berupa papul, vesikel
eritematosa. Diagnosa ditegakkan dengan minima 2 dari 4 tanda cardinal.
- Predileksi pada bagian tubuh dengan stratum korneum lunak → lipatan jari jari tangan, lipat ketiak, genital
externa
- Lab atau Pemeriksaan Penunjang : Burrow ink test
- Tatalaksana: Permetrin 5% sekali pakai, diulang minggu depan. Jangan diberikan pada anak < 2 bulan;
Alternatif lain tatalaksana skabies: sulfur presipitatum 6% (gunakan selama 3 hari berturut-turut)

Pedikulosis Kapitis dan Pedikulosis pubis


- Pediculosis kapitis disebabkan Pediculus humanus dengan gejala gatal di kulit kepala. Ditemukan telur
yang melekat erat pada rambut atau kulit kepala.
- Gameksan 1%, oleskan dan diamkan 12 jam, malathion 0,5% / 1% spray, permethrin 1% dibiarkan selama
2 jam.
- Pedikulosis pubis disebabkan Phytrus pubis. Pada inspeksi ditemukan bercak-bercak yang berwarna
abu-abu atau kebiruan yang disebut makula serulae pada daerah pubis dan sekitarnya. Kutu dapat dilihat
dengan mata telanjang dan juga bisa didapatkan pembengkakan kelenjar getah bening. Tatalaksana:
cukur rambut kelamin, gameksan 1% atau emulsi benzil benzoat 25% yang dioleskan dan didiamkan
selama 24 jam. Pengobatan diulangi 4 hari kemudian, jika belum sembuh

Cutaneus Larva Migrans (Creeping eruption)


- Invasi larva cacing Ancylostoma braziliense atau caninum yang mengakibatkan lesi linear, berkelok-
kelok.
- Manifestasi klinis : Gatal dan panas pada tempat infeksi. Pada awal infeksi, lesi berbentuk papul eritem
tersusun linear atau berkelok - kelok yang terus menjalar memanjang seperti benang dengan kecepatan
2cm per hari. Keluhan dirasakan muncul sekitar empat hari setelah terpajan.
- Faktor Risiko: Orang yang berjalan tanpa alas kaki, atau sering berkontak dengan tanah atau pasir.
- Predileksi:Telapak kaki, bokong, genital dan tangan.
- Terapi:
o Tiabendazol 50mg/kgBB/hari, 2x sehari, selama 2 hari; atau
o Albendazol 400 mg sekali sehari, selama 3 hari
o Etil klorida dapat mengurangi gatal dan panas, tapi tidak membunuh larva
o Bila terjadi infeksi sekunder → terapi dengan tatalaksana pioderma

Kelainan Kulit lain


Pitiriasis Rosea
- "Inflamasi" ringan, belum jelas penyebabnya
- Manifestasi klinis: Awalnya muncul bercak induk / Herald Patch di lengan atas atau badan (soliter, oval,
anular dengan skuama di sekitarnya) kadang disertai rasa gatal, lalu 4-10 hari kemudian disertai lesi
kulit lebih kecil yang tersusun sejajar lipatan kulit membentuk pola pohon cemara terbalik.
- Predileksi: Badan, lengan atas proksimal, dan paha atas
- Swasirna dalam 2 minggu, simptomatis (antihistamin oral, kortikosteroid potensi ringan-sedang, losio
kalamin, atau urea sebagai pelembab kulit)

100
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Dermatitis Kontak Iritan dan Alergi


- Dermatitis kontak alergi : mekanisme hipersentivitas tipe IV akibat bahan "sehari-hari"
- Dermatitis kontak iritan : bahan iritatif (akan menimbulkan gejala di hampir semua orang)
- Dapat bersifat akut (lesi basah/madidans, eritema, edema, papul), sub-akut (lesi mulai mengering),
hingga kronik (likenifikasi, ekskoriasi, fisura)
- Patch test / uji tempel
o Pada DKI → alergen ditempel → 24 jam kemudian dibuka → eritem
o Pada DKA → alergen ditempel → 24 jam kemudian dibuka → tidak eritem → beberapa hari kemudian
baru muncuk eritem (delayed respond)
- Hindari pajanan, topikal: jika lesi basah kompres (larutan PK 1:10.000), jika lesi kering berikan
kortikosteroid topikal (sedang - kuat)

Dermatitis Atopi
- Penyakit kulit kronik-residif, terutama onset pada anak. Kulit kering, disertai kerentantan faktor internal
dan eksternal, terkait interaksi IgE yang berekasi terhadap alergen lingkungan (makanan, inhalan)
- Terdapat tiga fase:
o Bayi/infantil: lesi simetris pipi, kepala, ekstensor ekstremitas
o Anak: simetris di fleksura ekstremitas, fosa kubiti, fosa poplitea
o Remaja/dewasa: simetris di leher, badan, ekstensor tungkai bawah
- Terapi : Topikal: kortikosteroid potensi ringan-sedang (hidrokortison, mometason), pelembab (gliserin,
propilen, urea), sistemik seperti antihistamin sedatif (atau non-sedatif pada dewasa)

Dermatitis Seboroik
- Meningkatnya produksi sebum di daerah kulit kepala dan predileksi kelenjar sebasea (wajah). Dapat
terkait faktor psikologis, imunokompromais. Pada bayi jika skuama melekat pada kepala: cradle cap.
- Bentuk ringan: pitiriasis sika (ketombe)
- Atasi faktor predisposisi (psikologis), kortikosteroid ringan-sedang, sulfur presipitatum, antijamur
golongan -azol baik topikal maupun oral.

Acne Vulgaris
- Peradangan unit piloseabsea, terutama terkait hormonal dan infeksi bakterial. predileksi wajah.
- Efloresensi tergantung jenisnya: komedo hitam (terbuka), putih (tertutup), papul, pustul, nodus, hingga
jaringan parut. Perbedaan dengan acne yang lain adalah pada acne vulgaris terdapat komedo.
- Edukasi, makanan rendah lemak, isotretinoin topikal, antibiotik topikal, antibiotik oral (tetrasiklin
2x250-500mg, doksisiklin 2x100mg, klindamisin 75-300mg/hari dalam dosis terbagi), dan isotretinoin oral

Psoriasis Vulgaris
- Peradangan kronis dengan manifestasi plak eritematosa, dengan skuama tebal berwarna putih perak
seperti mika. Tanda khas: fenomena tetes lilin (jika digores tampak seperti lilin), tanda Auspitz (bintik-
bintik perdarahan jika lesi di gores), fenomena Koebner (kulit yang trauma dapat mengalami erupsi lesi
psoriasis)
- Kortikosteroid topikal poten-superpoten (kecuali lipatan, steroid lemah-sedang), pelembab kulit,
kalsipotriol (analog vitamin D3 analog), tazaroten. JIka lesi sangat luas memerlukan fototerapi (PUVA)
dan/atau sistemik (seperti metotreksat, siklosporin, antibodi monoklonal)

Milliaria
- Kristalina: vesikel kecil, tidak ada keluhan
- Rubra: papul eritematosa, gatal dan relatif pedih
- Profunda: jarang, papul keras tanpa tanda radang
- Terapi : Edukasi agar kulit tetap kering, suportif: antihistamin untuk mengurangi gatal, lotio calamine

Alergi dan Urtikaria


- Reaksi imunologis (hipersensitivitas tipe I).

101
DERMATOVENEREOLOGI

- Manifestasi klinis : edema batas tegas, kemerahan, bagian tengah dapat lebih pucat, mendadak dan
menghilang perlahan-lahan, gatal. Ice-cube test dapat positif.
- Lab : Uji cukit kulit (skin prick test) dan IgE RAST.
- Dapat bersifat akut (<4 minggu) atau kronik (>6 minggu)
- Dermatitis kontak alergi: uji tempel
- Urtikaria: uji cukit
- Terapi : antihistamin

Liken Simpleks Kronis / Neurodermatitis sirkumskripta


- Plakat kulit yang likenifikasi dengan relief kulit yang sangat jelas, sangat gatal, terdiri dari lingkaran
setan (gatal - garuk - likenifikasi). Lokasi di daerah yang mudah terjangkau (leher, genital, permukaan
ekstensor kaki)
- Steroid topikal potensi tinggi, penggunaan di malam hari

Lepra / Morbus Hansen


- Penyakit menular, menahun akibat Mycobacterium leprae.
- Tanda utama kusta: kelainan kulit yang mati rasa; penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi; dan
adanya basil tahan asam (BTA) pada pemeriksaan slit skin smear
-
PAUSIBASILAR (PB)* MULTIBASILAR (MB)
Bercak Kulit 5 atau kurang >5
Penebalan Saraf 1 saraf, baal lebih dominan Lebih dari 1 saraf
Distribusi Unilateral, bilateral Simetris
asimetris
Permukaan bercak Kering dan relatif kasar Halus dan mengkilap
Ciri lain Madarosis, hidung pelana,
facies leonina
BTA Negatif (umumnya) Positif
Tatalaksana (dosis Rif 600 mg/bl Rif 600 mg/bl
dewasa) DDS 100 mg/hr DDS 100 mg/hr
Cfz 300 mg/bl + 50 mg/hr

- Terdapat pula reaksi kusta yang terbagi menjadi dua, yakni:


- Reaksi tipe 1: disebut sebagai reaksi reversal, terjadi pada pasien PB dan MB, segera setelah
pengobatan dimulai. Bercak kulit lama menjadi lebih aktif.
- Reaksi tipe 2: disebut sebagai eritema nodosum leprosum (ENL). Hanya pada kusta tipe MB dan terjadi
lama setelah pengobatan dimulai. Klinis berupa nodus kemerahan, lunak dengan nyeri tekan.
- Reaksi kusta ditatalaksana dengan kortikosteroid prednison.
- *MH tipe PB dengan 1 lesi: berikan dosis tunggal ROM (Rifampisin 600 mg / Ofloksasin 400 mg /
Minosiklin 100 mg)

Tumor Kulit Ganas


1. Karsinoma sel basal / basal cell carcinoma (BCC) / basalioma
Nodular: nodus berkilat, translusen seperti lilin, telangiektasia, mengkilat (pearly appearance) dan dapat
menjadi ulkus
2. Karsinoma sel squamous / SCC
Nodul keras, permukaan dapat kasar dan berbenjol-benjol. Tumbuh relatif cepat. Dapat membentuk
ulkus.
3. Melanoma maligna
ABCD: asimetri, border (batas) yang ireguler, color (variasi warna dari lesi), dan diameter >6 mm. Lesi awal
sering berupa nevus.

102
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Terapi Dermatologi
Bentuk Vehikulum
a. Kompres: untuk absoprsi eksudat atau pus
b. Bedak: efek mendinginkan, mengurangi gesekan, dapat menyerap cairan. Tidak untuk lesi basah
c. Salap/unguentum: lengket, penetrasi sangat baik, untuk dermatosis yang tebal (misal: liken simpleks
kronikus). Bukan untuk daerah berambut
d. Krim: tidak terlalu lengket, dapat menyebar dengan mudah, penetrasi tidak sebaik salep. Diperkenankan
untuk daerah berambut.

Jenis Bahan Aktif


a. Asam asetat bersifat antiseptik
b. Asam benzoat bersifat antiseptik dan fungisidal
c. Asam salisilat: tergantung konsentrasi; 1-2% keratoplasi, 3-20% keratolitik. Dapat juga digunakan sebagai
kompres (konsentrasi rendah)
d. Benzil benzoat: skabisid dan pedukulosid (20-25%)
e. Kamfora 1-2%: antipruritus
f. Tretinoin/vitamin A: memperbaiki keratinisasi jaringan, sintesis DNA. Indikasi untuk kelainan dengan
sumbatan folikular, seperti acne vulgaris

Potensi Kortikosteroid
I (superpoten) II - III (poten) IV - VI (medium) VII (lemah)
Betametason Triamsinolon asetonid Mometason furoat Hidrokortison 1-
dipropionat 0,1% salap 0,1% krim 2,5% krim
0,05% salap Betametason Desonide 0,05% krim
dipropionat 0,05%
krim

103
DERMATOVENEREOLOGI

Infeksi Menular Seksual


Duh Tubuh Pria
Uretritis
Gonorrhea
a. Disebabkan oleh Neisseria gonorrhea, masa inkubasi 2-7 hari
b. Manifestasi klinis : Keluhan kencing bernanah / ada sekret pada ujung penis, rasa panas pada ujung
kelamin dengan/tanpa gejala nyeri saat berkemih
c. Lab : Bakteri diplokokus gram negatif, seperti biji kopi dari sampel sekret uretra
2. Non gonorrhoea
a. Disebabkan oleh Chlamydia sp. harus dipikirkan sebagai penyebab uretritis jika pada pemeriksaan
mikroskopis tidak ditemukan kuman gonokokus.

Duh Tubuh Wanita


Trikomoniasis
Disebabkan oleh Trichomonas Sp. Dengan manifesitasi klinis duh tubuh dengan warna hijau berbau busuk,
saat pemeriksaan dalam tampak gambaran strawberry cervix.

Kandidiasis Vulvovaginal
Disebabkan oleh Candida sp. dengan manifestasi klinis duh tubuh khas berwarna putih kental seperti
susu/keju, gatal yang hebat, sehingga dapat muncul lesi garukan/ekskoriasi. Cari faktor risiko seperti DM.

Bakterial Vaginosis
Disebabkan oleh Gardnella vaginalis dan bakteri lain. Cenderung menahun, dengan
sekret putih keabuan, berbau tidak enak. Pada whiff test (meneteskan sekret
dengan KOH) tercium bau amis (fishy-like odor).

Ulkus Genital dan Bubo Inguinalis

Sifilis
Disebabkan oleh Treponemma palidum. Ulkus soliter tidak nyeri, dasar relatif bersih.
Terbagi menjadi beberapa fase perjalanan, yakni:
a. Primer : Ulkus genitalia eksterna, soliter, perabaan keras (ulkus "durum") tidak nyeri
b. Sekunder : Ruam multipel pada kulit, mukosa, dan organ tubuh lain (cek telapak tangan dan kaki pasien)
c. Lanjut : Guma, neurosifilis, sifilis kardiovaskuler

Pemeriksaan laboratoris dengan Mikroskop lapangan gelap, serologi (VDRL/RPR, TPHA/FTA-ABS)

Chancroid
Disebabkan oleh Hemophilus ducreyi. Tampak ulkus multipel nyeri, dasar kotor. Pemeriksaan Gram: basil
kecil gram negatif, berderet seperti rantai. Dapat pula diwarnai dengan pewarnaan Wright dan Unna-
Pappanheim

Herpes Genital
Lihat bagian infeksi virus kulit

Bubo inguinalis
Pembesaran kelenjar getah bening setempat di daerah pangkal paha disertai rasa sangat nyeri, dan fluktuasi
kelenjar. Sering disebabkan oleh limfogranuloma venereum dan chancroid. Meskipun chancroid erat
hubungannya dengan ulkus genital, namun dapat menyebabkan pembesaran kelenjar
getah bening.
Bubo yang berfluktuasi sebaiknya diaspirasi lewat kulit sehat didekatnya. Jangan diincisi dan drainase karena
penyembuhan akan lebih lama.

104
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Tabel Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual


Berdasarkan Diagnose Lini Pertama Lini Kedua Catatan
Pedoman Uretritis Sefiksim 400 mg PO, Kanamisin 2 IM = intramuskular
Penatalaksan Gonorrhea dosis tunggal g IM, dosis PO = per oral
aan IMS tunggal
Nasional Seftriakson
Pedoman 250 mg
Nasional IM, dosis
Tatalaksana tunggal
IMS, 2015 Uretritis Azitromisin 1 g PO, Eritromisin
Non- dosis tunggal dihapuskan dari
Gonorrhea Doksisiklin 2 x 100 mg pedoman IMS
PO, 7 hari 2015

Trikomoniasis Metronidazol 2 g PO, Metronidazol Metronidazol aman


dosis tunggal 2 x 500 digunakan pada
mg PO, 7 kehamilan
hari

Vaginosis Metronidazol 2 g PO, Metronidazol


bakterial dosis tunggal 2 x 500
mg PO, 7
hari
Klindamisin
2 x 300
mg PO, 7
hari
Kandidiasis Mikonazol/klotrimazol Nistatin Pada ibu hamil,
Vulvovaginal 1x200 mg 100.000 IU penggunaan
intravagina, 3 hari intravagin sediaan
Klotrimazol 1x500 mg a, 7 hari intravagina relatif
intravagina, dosis Flukonazol aman
tunggal 1x150 mg
PO, dosis
tunggal
Itrakonazol
1x200 mg
PO, dosis
tunggal
Sifilis Benzatin Penisilin Doksisiklin dan
benzilpenizilin 2,4 prokain eritromisin jika
MU IM, dosis 600.000 U alergi terhadap
tunggal IM, 10 hari golongan penisilin
Dosisiklin 2 x
100 mg
PO, 30
hari
Eritromisin 4
x 500 mg
PO, 30
hari
Ulkus mole Siprofloksasin 2 x 500 Seftriakson
(chancroid) mg PO, 3 hari 250 mg
Eritromisin 4 x 500 mg IM, dosis
PO, 7 hari tunggal
Azitromisin 1 g PO,
dosis tunggal

105
DERMATOVENEREOLOGI

Herpes genital Asiklovir 5x200 mg Valasiklovir


episode PO, 7 hari 2x500 mg
pertama Asiklovir 3x400 mg 7 hari
PO, 7 hari
Herpes genital Asiklovir 5x200 mg
rekuren PO, 5 hari
Asiklovir 3x400 mg
PO, 5 hari
Limfogranuloma Doksisiklin 2 x 100 mg
venereum PO, 14 hari
Eritromisin 4 x 500 mg
PO, 14 hari

106
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

MUSKULOSKELETAL

Osteoarthritis
Definisi
Proses degeneratif sendi, dengan klinis nyeri di saat sendi digunakan (misalnya: berjalan), onset perlahan,
tanpa tanda inflamasi yang jelas.

Tanda dan gejala


Sendi yang terkena dapat besar dan kecil, umumnya banyak (dengan predieksi pinggang lutut, vertebra,
CMC/carpal-metacarpal joint) 1, DIP, dan PIP). Nodus Bouchard dan Nodus Heberden

Pemeriksaan
Osteofit, destruksi rawan sendi, penyempitan/hilangnya celah sendi.
Laboratorium tidak ada kelainan yang signifikan.

Tatalaksana
Suplemen sendi (glukosamin 500 mg 3x1, kondroitin sulfat 500 mg 3x1). Step up untuk atasi nyeri:
parasetamol, NSAID (Natrium diklofenak 25-50 mg 2x1), hingga tramadol (50-100 mg 4-6x1) untuk atasi nyeri.

Rheumatoid Artritis
Definisi
Proses autoimun yang mengenai sendi.

Tanda dan gejala


Nyeri saat bangun pagi >60 menit, proses inflamasi yang jelas. Nyeri membaik dengan aktivitas. Sendi yang
terkena adalah sendi kecil, predileksi MCP dan PIP, pergelangan tangan, kaki, dan pergelangan kaki. Dapat
ditemukan deviasi ulnar, swan neck deformity, dan boutonierre deformity.

Pemeriksaan
Osteopenia, erosi. Laboratorium: faktor reumatoid (RF) dan anti CCP positif

107
MUSKULOSKELETAL

Tatalaksana
Inisial: NSAID (Natrium diklofenak 25-50 mg 2x1) . Definitif: DMARD (metotreksat)

Artritis Gout
Definisi
Nyeri yang hilang-timbul dan sering mendadak bengkak disertai tanda inflamasi akut, disertai dengan
penumpukan tofus.

Tanda dan gejala


Sendi yang terkena: monoartikular, sendi kecil maupun besar dengan predileksi MTP 1 (podagra) kaki,
pergelangan kaki, hingga lutut. Dapat ditemukan tofus, bursitis olekranon, dan batu ginjal (batu urat).

Pemeriksaan
Erosi sendi. Laboratorium: peningkatan asam urat , temuan kristal urat (pada analisis cairan sendi) - tidak rutin
dikerjakan

Tatalaksana
Akut: NSAID (Natrium diklofenak 25-50 mg 2x1, kolkisin (1,2 mg saat kondisi akut ditambah 0,6 mg 1 jam
berikutnya). Preventif dengan alopurinol (lini pertama) dan probenesid (lini kedua). Serangan gout akut dapat
terjadi meskipun kadar asam urat dalam darah normal.

Fraktur
Fraktur Le-Fort
Le-Fort I
Fraktur maksila horizontal (Guerin), memisahkan gigi bawah dari wajah bagian atas. Garis fraktur berjalan
sepanjang maksila bawah samai dengan bawah rongga hidung.

Le-Fort II
Fraktur piramid, dengan gigi sebagai dasar dan sutura nasofrontalis sebagai puncak. Garis fraktur dimulai
dari sutura nasofrontalis, berjalan ke prosesus frontalis maksila, lalu ke tulang lakrimal dan dasar orbita,
dinding anterior sinus maksilaris, ke bawah os zygoma, hingga mencapai lempeng pterigoid.

Le-Fort III
Fraktur transversal, craniofacial dysnjunction. Garis fraktur dari sutura nasofrontalis, memanjang ke belakang
melewati dinding medial orbita (os ethmoidalis). Di bagian posterior orbita, garis fraktur melewati fisura orbita
inferior, lalu memanjang ke depan mencapai dinding lateral orbita (os zygoma)

Fraktur Colles
Fraktur radius distal dengan dislokasi pergelangan tangan ke arah dorsal (dinner fork deformity).
Sering disebabkan jatuh dengan telapak tangan menahan badan (telapak tangan bertemu lantai).

Fraktur Smith
Fraktur radius distal dengan dislokasi pergelangan tangan ke arah ventral/volar (reverse Colles fracture).
Sering disebabkan jatuh dengan punggung tangan menahan badan (punggung tangan bertemu lantai).

108
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Fraktur Colles vs Fraktur Smith

Fraktur Galleazi
Fraktur radius disertai dengan dislokasi sendi radio-ulnar distal

Fraktur Monteggia
Fraktur ulna proksimal disertai dengan dislokasi kaput radius

Trauma Lahir Neonatus


Pembengkakan Ekstrakanial
Karakteristik Melintasi Kehilangan Tatalaksana
pembengkakan garis sutura darah akut

Kaput suksadaneum Lunak Ya Tidak Observasi

Sefalhematoma Padat, tegang Tidak Tidak Observasi

Hematoma Padat, berair Ya Ya Vitamin K,


subgaleal stabilisasi
hemodinamik

Kaput suksadaneum dan hematoma subgaleal melewati garis sutura, sedangkan sefalhematoma tidak
melewati garis sutura

109
MUSKULOSKELETAL

Algoritma ATLS
Primary Survey Selalu ingat ABCD
Tatalaksana jalan napas:
A Airway & C-Spine Triple airway manuver,
PROBLEM = Trauma maksilofasial, Trauma Leher, Head tilt chin lift jaw trust.
Trauma Laring Lakukan jaw trust bila
Menilai adanya sumbatan jalan napas. Snoring pasien curiga cedera
(sumbatan karena lidah terjatuh), Gurgling (cairan) servikal. Pertimbangkan
Melakukan patensi jalan napas OPA, NPA.
Proteksi spine dengan collar neck dan spinal board
Definitif airway jika GCS
B Breathing 8
PROBLEM = Open pneumotoraks, Tension
pneumotoraks, Hematotoraks masif, Flail chest, Ventilasi dan oksigenasi
Kontusio Paru, Tamponade Jantung.
Look (RR>30x/menit, Simetrisitas toraks, jejas, JVP Open pneumotoraks →
meningkat) Listen (auskultasi suara napas daerah occlusive dressing
normal vs cedera), Feel (perkusi daerah normal vs (valve), WSD
cedera) Tension pneumotoraks →
Lakukan manajemen breathing dekompresi jarum, WSD
Hematotoraks → WSD,
C Circulation with hemorrhage control resusitasi bedah
PROBLEM = syok dengan perdarahan terlihat Tamponade jantung →
maupun yang tidak terlihat perikardiosentesis
Menilai warna kulit, pulsasi, tekanan darah. Akral
dingin + takikardi = syok Tatalaksana cairan untuk
Lakukan akses 2 IV line secara cepat pasien syok
Perdarahan terlihat →
D Disability balut tekan dan elevasi
Menilai tanda lateralisasi → Pupil dan motorik Sumber perdarahan tidak
Menilai GCS atau AVPU terlihat → thorak,
abdomen, pelvis, tulang
panjang, retroperitoneal.
E Exposure → resusitasi bedah
Buka semua pakaian yang basah → kering
LOG ROLL
Secondary Survey Dilakukan setelah pasien sudah stabil ABC untuk mengetahui mekanisme
cedera, dan penanganan lebih lanjut

ANAMNESIS → AMPLE. Allergies, Medications, Past Medical history, Last Meal,


Events Surrounding Injury
Pemeriksaan Fisik → Head to Toe
Pemeriksaan Lain → Radiologis, Lab

110
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Klasifikasi Perdarahan ATLS

111
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

OFTALMOLOGI

Masalah Konjungtiva
Secara khas ditandai dengan mata merah tanpa penurunan visus, tampak injeksi konjungtiva.

Klasifikasi
1. Viral
a. Tanda dan gejala: Sekret jernih, dapat ditemukan folikel pada palpebra, mudah menular.
b. Tatalaksana: Simptomatik (artificial tears, NaCl+KCl prn), kortikosteroid (Dexamethasone 0,1% tetes
mata tiap 1 jam) jika diperlukan - awas pemberian kortikosteroid hanya dibenerkan atas indikasi yang
jelas dan harus dibatasi (sedapat mungkind alam pengawasan dokter spesialis mata)
2. Bakterial
a. Tanda dan gejala: Sekret purulen, sering terjadi perlengketan.
b. Tatalaksana: Topikal: antibiotik (kloramfenikol salep mata 1% tiap 4 jam)
atau antibiotik lain
3. Alergi
a. Tanda dan gejala: Dominan mata gatal, sekret cair, dapat ditemukan
papila.
b. Tatalaksana: Antihistamin oral (cetirizine 10 mg 1x1), mast-cell stabilizer
(Natrium kromoglikat 200 mg 4x1) Gambaran cobblestone
4. Vernal appearance pada
a. Tanda dan gejala: Cobblestone-appearance (kerato)konjungtivitis vernal
b. Tatalaksana: Antihistamin oral (cetirizine 10 mg 1x1), mast-cell stabilizer
(Natrium kromoglikat 200 mg 4x1)
5. Trakoma
a. Infeksi akibat Chlamydia trachomatis, dapat mengakibatkan sikatriks dan
entropion.
b. Tatalaksana: Antibiotik (azitromisin oral 1 x 500 mg, salep mata tetrasiklin
1% 4 x 1)

Trakoma dan entropion


Pterigium
Definisi
Jaringan fibrofaskular berbentuk segitiga, putih, dapat menimbulkan gejala iritatif pada mata, astigmat,
hingga gangguan penglihatan.

Stage Klinis
0 Pinguekula
I Jaringan pterigium belum mencapai limbus
II Jaringan pterigium tepat di limbus
III Jaringan pterigium diantara limbus dan batas
pupil
IV Jaringan pterigium mencapai batas pupil

113
OFTALMOLOGI

Pinguekula
Definisi
Deposit subepitel berwarna putih kekuningan, berada di limbus bagian temporal dan nasal, umumnya tidak
mencapai kornea

Hordeolum
Definisi
Infeksi oleh Staphylococcus aureus. Hordeolum internum mengenai kelenjar
meibom; hordeolum eksternum mengenai kelenjar Zeis dan/atau Moll

Tanda dan gejala


Gambaran nodul yang eritema, nyeri. Internal di balik kelopak mata; eksternal di
kelopak mata.

Tatalaksana
Kompres hangat, antibiotik topikal (kloramfenikol salep mata 1% tiap 4 jam), insisi/drainase jika pengobatan
konservatif tidak berhasil

Kalazion
Definisi
Peradangan granulomatosa, mengakibatkan timbul nodul tidak nyeri.

Tatalaksana
Umumnya memerlukan insisi, kecuali ukuran yang sangat besar dapat dilakukan
eksisi

Blefaritis
Definisi
Inflamasi dari kelopak mata, dapat disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus

Tanda dan gejala


Kelopak mata yang membengkak dan merah

Tatalaksana
Kompres hangat, antibiotik topikal (kloramfenikol salep mata 1% tiap 4 jam) dan sistemik ( amoxicillin 3 x 500
mg), kortikosteroid kadang diperlukan

114
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Keratitis

Skema perbedaan
injeksi konjungtiva
dan silier

Mata merah dengan penurunan visus, tampak injeksi silier, disertai dengan nyeri dan fotofobia.
Bakterial Tanda dan gejala
Lesi dengan efek epitel disertai infiltrat dan edema.

Tatalaksana
Antibiotik topikal (kloramfenikol salep mata 1% tiap 4 jam, tobramycin
14mg/mL, amikacin 20 mg/mL), sikloplegia (Cyclopentolate 1% sekali sehari),
kortikosteroid (dexamethasone eye drops 1%)
Herpes simpleks Tanda dan gejala
Lesi dendritik

Tatalaksana
Antiviral topikal (salep mata acyclovir 5% tiap 4 jam), sikloplegia
(Cyclopentolate 1% sekali sehari), kortikosteroid (dexamethasone eye drops
1%)
Herpes zoster Tanda dan gejala
Didahului lesi herpes zoster di wajah unilateral (dermatomal)

Tatalaksana
Antiviral topikal (salep mata acyclovir 5% tiap 4 jam) dan oral (acyclovir 800 mg
4x1), sikloplegia (Cyclopentolate 1% sekali sehari), kortikosteroid

Fungal Tanda dan gejala


Riwayat trauma dengan tumbuhan, lesi hipopion dan lesi satelit.

Tatalaksana
Antifungal topikal (tetes mata Amphotericin B 0,15% tiap 2 jam), jangan
diberikan kortikosteroid
Amuba Tanda dan gejala
Disebabkan oleh Acanthamoeba sp., riwayat menggunakan lensa kontak
saat berenang.

Tatalaksana
Amubisida, chlorhexidine 0,1% tetes mata tiap 1 jam dan kortikosteroid

115
OFTALMOLOGI

Ulkus Kornea
Definisi
Tampilan klinis menyerupai keratitis, dengan tes fluorosein positif (disertai dengan gambaran defek epitel)

Pemeriksaan
Dengan fluorosein

Tatalaksana
Sesuai dengan etiologi (bakterial, jamur, viral)

Trauma
Trauma Kimia Asam
Bersifat koagulatif, dengan penetrasi tidak terlalu dalam

Basa
Bersifat likuefaktif (mencairkan jaringan), penetrasi dapat sangat dalam dan berbahaya.

Tatalaksana
Irigasi dengan NaCl 0,9% selama 15-30 menit, minimal 2 liter cairan dengan target
pH 7,3, anestesi topikal mata (misal: tetrakain 0,1%), kortikosteroid (dexamethasone 0,1%
tetes mata), sikloplegia (Cyclopentolate 1% sekali sehari) , dan antibiotik topikal
(kloramfenikol 0,1% tetes/salep mata) . Selanjutnya perlu dilakukan rujukan ke dokter
spesialis mata
Perdarahan Definisi
Subkonjungtiva Terkumpulnya darah di konjungtiva, umumnya
akibat trauma.

Tatalaksana
Swasirna (self-limiting), kompres dingin dan
artificial tears dapat dipertimbangkan webeye.ophth.uiowa.edu

116
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Hifema Terkumpulnya darah di kamera okuli anterior (bilik mata depan), umumnya akibat trauma.

Tatalaksana
Tirah baring, pencegahan glaukoma dengan anti-glaukoma (acetazolamide 500 mg dan
tetes mata timolol atau latanoprost), dan rujukan ke dokter spesialis mata.

Kelainan Refraksi

Miopia
Bayangan jatuh di depan retina, bisa diakibatkan bola mata terlalu panjang (miopia aksial), indeks refraksi
terlalu kuat, atau kornea yang terlalu cekung (miopia kurvatura)

Tanda dan gejala


Anak sering memicingkan mata, duduk di depan kelas, prestasi belajar dapat menurun

Derajat
1. Ringan sampai -3.0 D
2. Sedang sampai -6.0 D
3. Berat sampai -9.0 D
4. Sangat berat jika lebih dari -9.0 D

Tatalaksana
Lensa negatif terlemah untuk mencegah peranan akomodasi (rileks maksimal agar tercapai koreksi 6/6)

Hipermetropia
Bayangan jatuh di belakang retina, bisa diakibatkan bola mata terlalu pendek (hipermeteropia aksial),
indeks refraksi terlalu lemah, atau kornea yang kurang cekung (hipermeteropia kurvatura)

Tanda dan gejala


Mata sering menjadi lelah karena berakomodasi terus-menerus, gangguan dalam membaca

Tatalaksana
Lensa positif terkuat. Mengapa koreksi dengan lensa positif terkuat? Karena ada hipermeteropia fakultatif
yang dapat diperbaiki dengan bantuan kemampuan akomodasi mata.

117
OFTALMOLOGI

Astigmatisma
Mata "silindris" akibat pembiasan sinar tidak sama pada semua bidang.

Jenis astigmatisma:
Miopia simpleks Koreksi hanya dengan lensa silindris negatif saja.
Contoh: C -1.50D x180o

Miopia kompositus -Koreksi dengan lensa sferis dan silindris negatif.


-Koreksi dengan lensa sferis negatif dan silindris positif,
dengan syarat Sferis>Silindris .
Contoh: S -2.00 D C -1.00D x180o
Hipermeteropia simpleks Koreksi hanya dengan lensa silindris positif saja.

Contoh: C +1.50D x180o

Hipermeteropia kompositus -Koreksi dengan lensa silindris dan sferis positif.


-Koreksi dengan lensa sferis positif dan silindris negatif,
dengan syarat Sferis>Silindris

Contoh: S +2.00 D C +1.00D x180o

Mikstus -Koreksi dengan lensa sferis negatif dan silindris positif,


dengan syarat Silindris>Sferis
-Koreksi dengan lensa sferis positif dan silindris negatif,
dengan syarat Silindris>Sferis

Contoh: S +1.00 D, C -2.00 D x180o

Lensa silindris (dan kadang diperlukan sferis) tergantung jenis astigmatisma, seperti penjelasan di atas. Lensa
silindris adalah lensa yang pembiasannya hanya berlangsung di salah satu aksis saja, tidak seperti lensa sferis
yang mengoreksi penglihatan di semua aksis.

Presbiopia
Daya akomodasi mulai melemah akibat usia. Koreksi dengan lensa positif, dan perkiraan kekuatan lensa
sesuai dengan usia. Umumnya memerlukan lensa progresif.

40-44 thn 45-49 thn 50-54 thn 55-59 thn

+1.0 D +1.5 D +2.0 D +2.5 D +3.0 D

Glaukoma
Glaukoma Sudut Terbuka
Definisi
Kerusakan nervus optikus akibat peningkatan tekanan intraokular menahun akibat gangguan saluran keluar
aqueous humor (trabekula).

Tanda dan gejala


Cenderung asimptomatik pada tahap awal, pada tahap lanjutan terjadi penyempitan lapangan pandang
(tunnel vision).
Tonometri: TIO meningkat atau dapat pula normal (glaukoma normotensi), dengan rasio cup-disk (CDR) >0,5,
pemeriksaan dengan kampimetri: lapangan pandang menyempit

118
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Perbandingan CDR pada papil nervus optikus yang normal dan glaukoma kronik

Tatalaksana
Timolol topikal. Definitif: trabekuloplasti (tomi)

Glaukoma Sudut Tertutup (Akut)


Definisi
Peningkatan tekanan intraokular secara mendadak, umumnya akibat sudut bilik mata depan tertutup
mendadak (akibat oklusi trabekula dari iris)

Tanda dan gejala


Mata merah mendadak, visus turun, nyeri hebat (dan sering dinyatakan "berdenyut" di mata), sering disertai
mual dan muntah. Tonometri: TIO >21 mmHg, disertai injeksi, edema kornea, pupil dilatasi non-reaktif (mid-
dilatasi)

Tatalaksana
Asetazolamid PO 500 mg/IV awal, pilokarpin, timolol, latanoprost dan steroid tetes mata. Definitif dengan
iridotomi perifer.

Uveitis
Definisi
Inflamasi pada lapisan uvea (iris, badan siliar, dan koroid). Umumnya terkait penyakit autoimun.
Terbagi menjadi uveitis anterior (iritis) dan uveitis posterior (koroiditis).

1. Uveitis anterior
Penurunan tajam penglihatan, fotofobia, injeksi silier, bilik mata depan penuh sel radang, keratik presipitat
2. Uveitis posterior
Tidak nyeri, penurunan tajam penglihatan, floaters.

Tatalaksana
Cari faktor pencetus, kortikosteroid (oral atau topikal), anti-glaukoma Asetazolamid PO 500 mg/IV awal,
pilokarpin, timolol, latanoprost(sering diikuti dengan peningkatan tekanan intraokular), sikloplegi
Cyclopentolate 0,1% 1x1

Ablasio Retina
Definisi
Terlepasnya lapisan retina, mengakibatkan mata tenang dengan visus turun mendadak. Faktor risiko dapat
berupa miopia berat-sangat berat dan adanya kelainan penyerta pada mata seperti retinopati diabetik

119
OFTALMOLOGI

Retinopati Diabetik
Mata tenang, dengan visus turun perlahan-lahan. Riwayat DM (+). Terbagi menjadi:
1. Non-proliferatif (NPDR)
Mikroaneurisma, perdarahan intraretina (dot and blot), flame hemorrhage, maupun cotton wool spot
(soft exudate)
2. Pre-proliferatif
Seperti non-proliferatif ditambah dengan soft & hard exudate
3. Proliferatif dini
Gejala pada pre-proliferatif + neovaskularisasi
4. Proliferatif lanjut
Gejala pada proliferatif dini disertai dengan perdarahan vitreous hingga ablasio retina

Tatalaksana
Kendalikan faktor risiko, laser fotokoagulasi

Gambaran foto fundus pada kasus retinopati diabetik

Retinopati Hipertensi
Mata tenang, dengan visus turun perlahan-lahan, dengan riwayat darah tinggi.

Pemeriksaan
Gambaran pembuluh darah copper wire dan AV nicking akibat pembuluh darah yang mengalami
pengerasan (sklerosis) pada penderita hipertensi kronik.

Tatalaksana
Kendalikan faktor risiko, umumnya tidak ada penatalaksanaan khusus pada bidang oftalmologi kecuali
terdapat komplikasi.

120
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Katarak
Katarak Pemeriksaan
(Senilis) Mata tenang, visus turun perlahan, sering disertai gejala awal berupa penglihatan
yang sering silau. Terkait dengan pertambahan usia.

Klasifikasi katarak:

Jenis Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Sebagian Seluruh Lensa jatuh

Tes shadow Positif Negatif Pseudopositif

Visus >6/60 <6/60 <6/60

Tatalaksana
Bedah katarak dengan berbagai metode (seperti ekstraksi katarak ekstrakapsular,
intrakapsular, atau fakoemulsifikasi)
Jenis Katarak Katarak traumatik
Lain Akibat trauma tumpul, dengan opasitas khas berbentuk bintang (stellata)

Katarak kongenital
Akibat infeksi intrauterin (misal rubella), tampilan leukoria, dapat mengakibatkan
ambliopia

Katarak terkait diabetik dan penggunaan kortikosteroid jangka panjang

Ambliopia
Definisi
"Mata malas", yakni supresi sistem saraf pusat terhadap (umumnya) salah satu mata yang anisometropia
(perbedaan refraksi satu mata dengan mata yang lainnya terlalu jauh), atau akibat strabismus.

Tanda dan gejala


Visus turun pada salah satu mata, dan bagaimanapun juga tidak dapat dikoreksi menjadi visus normal

Tatalaksana
Supresi mata yang sehat dan "paksa" agar mata yang malas melihat kembali. Prognosis semakin dini semakin
bagus, sering kali sudah ireversibel.

Neuro-Oftalmologi
Refleks Pupil
Peran dari nervus II sebagai reseptor dan nervus III sebagai efektor

Nervus optikus (II)


Mentransmisikan informasi visual (brightness, contrast, color) dari retina ke otak.

Nervus okulomotor (III)


Sebagai motorik dan parasimpatis. Fungsi kontriksi pupil (miosis) oleh m. constrictor pupil dan fungsi
akomodasi lensa oleh M. siliaris.

121
OFTALMOLOGI

Terdapat dua refleks:


1. Refleks pupil direk (langsung)
Peran dari nervus II dan nervus III sisi yang sama. Pemeriksa mengamati reaksi pupil mata yang sedang
disenter.
2. Refleks pupil indirek (tak langsung)
Peran dari nervus II dan nervus III sisi yang berbeda. Pemeriksa mengamati reaksi pupil mata yang tidak
sedang disenter.

Refleks pupil direk mata kanan, jarasnya adalah N. II kanan (reseptor) -> midbrain -> N. III kanan (efektor).
Refleks pupil indirek mata kanan, jarasnya adalah N. II kiri (reseptor) -> midbrain -> N. III kanan (efektor).

Contoh kasus: jika terdapat lesi pada nervus II dan III kanan, maka:
1. Reflek direk: mata kanan (-) dan mata kiri (+).
2. Reflek indirek: mata kanan (-) dan mata kiri (-)

Lapang pandang
Fisiologi
Cahaya → retina → nervus optikus → chiasma optikum → traktus optikum → corpus geniculatum lateralis →
radiatio obtika → korteks lobus oksipital

Retina
Terdiri dari 2 serabut saraf yaitu temporal dan nasal. Serabut saraf dari temporal retina berfungsi melihat
bagian lapang pandang nasal, dan sebaliknya.

Nervus optikus
Berisi serabut saraf temporal dan nasal retina dari mata yang sama.

Chiasma optikus
Tempat bersilangnya serabut saraf nasal retina dari kedua mata. Sedangkan serabut saraf temporal retina
tidak bersilangan. Fokus lihat gambar B poin 2 terjadi lesi di chiasma optikum. Sisi gelap artinya lapang
pandang tersebut terganggu, kelainan ini disebut bitemporal hemianopsia. Terjadi karena lesi kedua serabut

122
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

saraf dari nasal retina yang bersilangan di chiasma sehingga kedua lapang pandang sisi temporal (lateral)
terganggu.

Traktus optikus
Traktus optikus kanan berisi serabut nasal retina dari mata kiri dan serabut temporal retina dari mata kanan.
Lesi di traktus optikus kanan menyebabkan hemianopsia hominim kiri (kontralateral). Gambar B poin 3

Radiatio optika
Terdiri dari 2. Temporal loop dan parietal loop. Berasal dari serabut saraf dari traktus optikus yang terbagi
dua di corpus geniculatum. Kelainan pada radiatio optika disebut quadrinopsia homonim kontralateral

Korteks oksipital
Pusat penglihatan. Terjadi bayangan binokular. Lesi korteksi khas dengan hemianopsia homonim
kontralateral dengan makular sparing

Satu mata melihat 2 lapang pandang kanan dan kiri


Tips mengingat
Bila terkena di
Nervus optikus.
CBT. -Bi-
Di belakang kiasma optikum, gangguan lapang pandang selalu homonim dan kontralateral dari
lesinya, misal: lesi di traktus optikus kanan, menyebabkan hemianopia homonim kiri.

123
TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK

TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK

Otitis Media Akut


Definisi
Radang pada telinga tengah. Tersering disebabkan oleh Streptococus pneumonia dan Hemophilus
influenzae. Penyebab demam pada anak yang sangat sering.

Stadium
Perjalanan terbagi menjadi berbagai fase:
Oklusi Retraksi membran timpani
Hiperemis Membran timpani menjadi hiperemis
Supurasi Membran timpani menonjol (bulging), disertai demam tinggi
dan nyeri hebat
Perforasi Sekret mengalir keluar, tampak perforasi, nyeri dan demam
membaik
Resolusi Sekret mengering, perforasi mulai menutup. Dapat berlanjut
menjadi >>OMSK

Tatalaksana
Tatalaksana bergantung stadium:
1. Dekongestan (misal: efedrin): untuk stadium oklusi dan hiperemis
2. Antibiotik: amoksisilin 3 x 500mg 5-7 hari, alternatif amoksisilin + klavulanat 2 x 875/125mg, sefalosporin
(cefixime 2 x 200, cefadroxil 2 x 500, cephalexin 4 x 250mg atau 1-4 gram/hari dosis terbagi. Hampir
semua stadium klinis memerlukan antibiotik (isu kontroversial pada fase oklusi)
3. Miringotomi: pada fase supurasi
4. Ear toilet H2O2 3% jika sudah terjadi perforasi

Otitis Media Supuratif Kronik


Definisi
Kelanjutan dari OMA yang tidak mengalami penyembuhan secara sempurna, akibat infeksi berulang atau
penatalaksanaan yang kurang adekuat.

Tanda dan gejala


Keluar sekret >6 minggu (baik hilang-timbul maupun terus menerus), dengan gambaran membran timpani
perforasi dan penurunan pendengaran. Biasanya tidak nyeri.

Tipe maligna (bahaya) Tipe benigna (aman)

Perforasi di attic / perifer, Perforasi sentral, komplikasi


kolesteatoma, risiko mastoiditis, minimal
paresis n.VII

Tatalaksana
A. OMSK tipe maligna (bahaya): operasi eradikasi kolesteatoma, timpanoplasti dan miringoplasti
B. OMSK tipe benigna (aman): antibiotik topikal (misal: neomisin + polimiksin) dan ear toilet H2O2 3%

Otitis Media Efusi


Definisi
Transudasi ("rembes") cairan serosa (non-infeksi) di telinga tengah, akibat kelanjutan OMA, disfungsi tuba,
alergi, hingga barotrauma.

124
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Tanda dan gejala


Sensasi "kemasukan air", tidak ada nyeri dan demam. Membran timpani suram, tidak hiperemis, mobilitas
terganggu (tes Toynbee dan Valsava).

Tatalaksana
Swasirna (self-limiting) dalam 2-3 bulan, jika tidak ada perbaikan pertimbangkan miringotomi dan
pemasangan pipa Grommet.

Otitis Eksterna
Definisi
Infeksi telinga luar (liang telinga) akibat bakteri, virus, atau jamur.

Tanda dan gejala


Nyeri tekan tragus, nyeri saat membuka mulut, dapat disertai sekret berbau dan penurunan pendengaran

Klasifikasi
1. Otitis Eksterna Sirkumskripta
a. Klinis: Furunkel ("bisul") di liang telinga (1/3 liang telinga luar), penyebab tersering S. aureus.
b. Tatalaksana: Salep polimixin B - bacitracin 1-3x/hari, atau antiseptik (as asetat dalam 2-5% alcohol)
2. Otitis Eksterna Difusa
a. Klinis: Infeksi di 2/3 liang telinga dalam. Penyebab tersering adalah Pseudomonas sp.
b. Tatalaksana: Tampon antibiotik / tetes antibiotic (Cipro-hydrocortison otic 3-4 x 3gtt; neomisin-polimixin B-
hydrocortisone 3-4 x 4gtt), bila perlu antibiotik sistemik ciprofloxacin 2 x 500 mg
3. Otitis Eksterna Maligna
a. Klinis: Infeksi liang telinga (luas), dapat berkomplikasi paresis n. VII hingga destruksi tulang
temporal. Penyebab tersering Pseudomonas sp.
b. Tatalaksana: Pikirkan DM dan imunokompromais pada pasien dengan otitis eksterna maligna

Serumen
Definisi
Sumbatan serumen mengakibatkan klinis berupa tuli konduktif.

Tatalaksana
Seruminolitik (karbogliserin) sebagai pelunak serumen, lalu ekstraksi serumen

Presbiakusis
Salah satu penyebab tuli sensorineural, di mana terjadi penurunan pendengaran akibat usia. Gejala: cocktail
party deafness dan dapat disertai fenomena recruitment. Tuli sensorineural akibat presbiakusis biasa pada
frekuensi tinggi >2.000 Hz.

Noice-Induced Hearing Loss (NIHL)


Definisi
Tuli sensorineural akibat pajanan bising terus-menerus.

Khas
Khas: takik (notch) pada frekuensi 4.000 Hz
Ambang <85 dB, sebaliknya waktu dikali 2 setiap kurang 3 dB; contoh: 82 dB 16 jam

Batas pajanan yang diperkenankan:


85 dB 88 dB 91 dB ... + 3 dB dst...

8 jam 4 jam 2 jam ... x 1/2 waktu

125
TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK

Epistaksis
Definisi

1. Epistaksis anterior
Perdarahan dari pleksus Kiesselbach, A. Ethmoidalis anterior. Umumnya akibat trauma ringan (seperti
mengorek hidung)

2. Epistaksis posterior
Perdarahan dari A. Ethmoidalis posterior, A. Sphenopalatina. Perdarahan lebih hebat, dapat menetes ke
nasofaring, dan jarang berhenti sendiri. Cari faktor risiko terutama hipertensi, gangguan koagulasi, tumor,
dan infeksi.

Tatalaksana
1. Epistaksis anterior
a. Tekan cuping hidung 10-15 menit;
b. Kaustik dengan AgNO3 25-30%
c. Jika sumber perdarahan terlihat; tampon anterior (+vaselin, salep antibiotik, dan epinefrin selama 2
hari)
2. Epistaksis posterior
a. Tampon posterior (Bellocq) selama 3 hari.
b. Tampon anterior juga sebaiknya dipasang.

Vaskularisasi Regio Nasal

Rinitis Alergi
Definisi
Inflamasi mukosa hidung yang diperantarai oleh IgE dan histamin. Dipicu oleh alergen inhalasi (paling sering).

Klasifikasi
Dapat terbagi menjadi:
1. Intermiten - <4 hari/minggu
2. Persisten -

1. Ringan - tidak ada gangguan aktivitas, olahraga, dan saat beristirahat


2. Sedang-berat - ada gangguan

Tanda dan gejala


Bersin berulang, rinorea, hidung gatal (dominan), dapat diikuti dengan konjungtivitis alergi, hiposmia, dan
post-nasal drip. Gejala pagi hari dominan. Allergic shiner (stasis vena bawah mata), crease (garis hidung), dan
salute (gerakan menggosok-gosok hidung), mukosa edema, pucat/livide tampak sekret cair.
126
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Pemeriksaan
Uji cukit kulit (skin prick test), IgE RAST, hitung eosinofil dan IgE total (kurang spesifik)

Tatalaksana
Hindari pencetus, antihistamin (clorpheniramine 3-4 x 4 mg, cetirizine 1 x 10 mg, loratadine 1 x 10 mg atau 2 x
5 mg) , steroid intranasal (budesonide 1 x 1 spray atau 64 mcg/nostril max 4 spray; fluticasone 1 x 1 spray atau
100 mcg/nostril) jika berat.

Rinitis Vasomotor
Definisi
Inflamasi mukosa hidung non-alergi, diperantarai oleh saraf parasimpatis yang hiperaktif

Tanda dan gejala


Keluhan menyerupai rinitis alergi, namun dominan hidung tersumbat bergantian kiri-kanan, jarang disertai
konjungtivitis, memburuk terutama pagi hari. Pemicu non-spesifik seperti udara dingin, bau-bauan, dan
kelembapan udara.

Pemeriksaan
Uji cukit kulit (skin prick test) negatif, IgE RAST negatif, IgE dan eosinofil darah tidak meningkat.

Tatalaksana
Hindari pencetus, dekongestan oral/topikal, pertimbangkan neurektomi N. Vidianus jika gejala tidak ada
perbaikan.

Rinitis Medikamentosa
Definisi
Gangguan respons vasomotor akibat riwayat penggunaan vasokonstriktor (dekongestan) topikal jangka
panjang

Tanda dan gejala


Hidung tersumbat, sekret berair, konka edema/hipertrofi

Tatalaksana
Hentikan vasokonstriktor topikal, dapat diatasi dengan mengganti dengan dekongestan oral sesaat
(pseudoefedrin 3 x 60 mg) disertai kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek.

Sinusitis
Definisi
Inflamasi sinus paranasal akibat infeksi, terutama viral dan bakterial - diperberat jika ada gangguan klirens
mukosiliar. Penyebab tersering: S. pneumonia, H. influenzae, dan M. catarrhalis.

Klasifikasi
1. Sinusitis akut jika <4 minggu
2. Sinusitis kronis jika >3 bulan
3. Di antaranya kedua waktu tersebut sinusitis subakut. Sinusitis kronik dapat berkembang dari sinusitis akut
yang tidak ditatalaksana secara sempurna, atau kemungkinan kelainan anatomis harus selalu dipikirkan.

Tanda dan gejala


Nyeri wajah, sekret hidung purulen, sering turun ke tenggorok (post-nasal drip), dapat disertai demam. Cari
faktor risiko: ISPA, polip, infeksi tonsil/gigi, hipertrofi adenoid, kelainan anatomi.

Pemeriksaan
Baku emas: CT-scan; pemeriksaan radiologi awal dapat berupa foto polos sinus posisi Waters
(perselubungan, air-fluid level, dan penebalan mukosa sinus)

127
TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK

Tatalaksana
1. Akut: simptomatis (dekongestan: pseudoefedrin 3 x 60 mg, analgesic: parasetamol 3 x 500 mg, ibuprofen
3 x 400 mg, dsb), antibiotik jika bakterial (amoksisilin 3 x 500 mg, amoksisilin + klavulanat 2 x 875/125 mg)
2. Kronik umumnya tidak responsif terhadap antibiotik, mungkin diperlukan bedah sinus endoskopi
fungsional (FESS)

Tonsilitis
Definisi
Radang tonsil (faringeal/adenoid, palatinal), akibat tersering adalah infeksi viral dan bakterial.

Klasifikasi
1. Akut
a. Common cold sering sebagai pemicu,
b. Nyeri tenggorok, detritus (kumpulan leukosit mati), demam, nyeri menelan, pembesaran KGB, hingga
otalgia
2. Kronis
a. Pelebaran kripta, dapat terisi detritus, napas berbau.
b. Tonsilitis kronis berkembang dari tonsilitis akut yang tidak diatasi dengan baik.

Tatalaksana
Tergantung kecurigaan etiologi;
1. Viral simptomatik
2. Bakterial: dengan antibiotik (amoxicillin 3 x 500mg; amoxicillin - clavulanat 2 x 875/125 mg; azithromycin 1
x 500mg 5 hari; clarithromycin 2 x 250 mg 10 hari; erythromycin 4 x 500 mg; levofloxacin 1 x 500 mg 7hari)
+ simptomatik.
3. Tonsilitis kronis: indikasi tonsilektomi jika serangan >3x/tahun, sumbatan jalan napas, rinosinusitis kronis.

Tonsilitis Difteri
Varian khusus akibat infeksi Corynebacterium diphteriae (gram positif, basil), tanpa riwayat imunisasi DPT
pada anak-anak.

Tanda dan gejala


Demam, nyeri tenggorok, disfagia, sesak napas. Ditemukan pseudomembran abu-abu, mudah berdarah
apabila "dikerok". Pembesaran KGB besar dapat mengakibatkan bull neck's appearance.

Tatalaksana
1. Anti-difteri serum 20.000-100.000 unit (ADS)
2. Antibiotik: penisilin 50.000 unit/kgBB secara IM setiap hari selama 7 hari (anak) 300.000-600.000 unit IM
(dewasa), jika alergi: eritromisin 40-50 mg/kg/hari PO terbagi interval 6 jam atau intravena dengan dosis
maksimal 2 g/hari selama 14 hari
3. Suportif
4. Vaksinasi setelah pasien sembuh (infeksi difteri tidak menimbulkan kekebalan selanjutnya)

Abses Peritonsil (Abses Quinsy)


Komplikasi dari tonsilitis akut yang tidak diatasi dengan baik.

Tanda dan gejala


Demam, nyeri tenggorok, disfagia, "hot potato voice" (suara seperti 'kumur-kumur'), uvula terdorong ke sisi
kontralateral

Tatalaksana
1. Antibiotik: gol. penisilin (amoxicillin 3 x 500 mg, amoxicillin/clavulanat 2 x 875/125 mg), cephalosporin
(cefadroxil 2 x 500 mg, cephalexin 2 x 500 mg, cefixime 2 x 200 mg), klindamisin 4 x 150-450 mg selama 7-
10 hari
2. Insisi/drainase abses

128
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Benda Asing (Korpus Alienum)


Benda asing hidung terutama ditemukan pada anak-anak. Gejala berupa keluarnya sekret berbau busuk
unilateral pada umumnya, serta ditemukan benda asing tersebut pada rinoskopi anterior

Tatalaksana
Ekstraksi benda asing, simptomatis

Tumor THT
Angiofibroma nasofaring belia (Juvenile Angiofibroma)

Tatalaksana
Tumor jinak pembuluh darah nasofaring, dengan kemampuan mendestruksi tulang sekitarnya. Ditemukan
terutama pada laki-laki usia anak/remaja.

Tanda dan gejala


Hidung tersumbat progresif, epistaksis masif berulang. Rinoskopi posterior: massa kenyal, keabuan-merah
muda, sangat mudah berdarah

Pemeriksaan
CT scan dan arteriografi

Tatalaksana
Operasi, dapat diikuti terapi adjuvan berupa hormonal atau radioterapi.

Karsinoma nasofaring
Terkait erat dengan infeksi virus EBV (Ebstein-Barr), konsumsi makanan berpengawet (nitrosamin), iritasi
bahan kimia, hingga faktor genetik. Lokasi utama di fossa Rosenmüller.

Tanda dan gejala


Gejala dapat berkembang dari awal hingga lanjut, berupa:
1. Gejala awal: epistaksis ringan / ingus bercampur darah, sumbatan hidung ringan, rasa tidak nyaman di
telinga, otalgia
2. Gejala lanjut: sampai sumbatan hidung berat, diplopia akibat paresis N. III, IV, atau VI, neuralgia
trigeminalis, hingga destruksi tulang tengkorak. Metastasis ke KGB leher pada fase lebih lanjut lagi.

Pemeriksaan
Biopsi nasofaring, serologi IgA anti-EA dan IgA anti-VCA, ditunjang dengan CT scan

Tatalaksana
Radioterapi, dapat ditunjang dengan kemoterapi

Anatomi regio nasal - daerah nasofaring dan fossa rosenmuller

129
TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK

Pemeriksaan di Bidang THT

Tes Penala
Pemeriksaan dengan garpu tala berbagai frekuensi.

1. Rinne: membandingkan hantaran udara vs hantaran tulang


2. Weber: meletakkan garpu tala di tengah, mencari lateralisasi
3. Schwabach: membandingkan hantaran tulang pasien vs pemeriksa

Tuli Konduktif Sensorineural

Rinne negatif positif

Weber lateralisasi ke telinga sakit lateralisasi ke telinga sehat

Schwabach memanjang (dibanding memendek (dibanding


pemeriksa) pemeriksa)

Contoh: jika di soal masalah pasien adalah telinga kanan, dan saat tes Weber lateralisasi ke telinga kanan,
maka diagnosis menjadi tuli konduktif telinga kanan (lihat tabel)

Audiometri
Pemeriksaan diagnostik yang memastikan tuli sensorineural atau tuli konduktif.

Threshold/ambang dihitung dengan ambang dengar di rata-rata frekuensi 500 Hz, 1.000 Hz, dan 2.000
Hz

Hasi audiometri menggambarkan proses hantaran tulang (bone conduction / BC) dengan garis putus-putus,
serta hantaran udara (air conduction / AC) dengan garis penuh

1. Gambaran tuli konduktif jika ambang BC <25 dB dan AC >25 dB (ada gap di antara AC dan BC)
2. Gambaran tuli sensorineural jika ambang BC (dan AC) >25 dB (tanpa adanya gap antara AC dan BC)
3. Gambaran tuli campuran jika ambang AC dan BC keduanya >25 dB, disertai dengan gap (AC lebih
buruk lagi dibanding BC)

Contoh gambaran tuli konduktif pada audiometri

130
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

RESPIROLOGI

TB Paru Dewasa

demam meriang >1 bulan, malaise, nafsu makan turun, berat badan turun, keringat malam tanpa
kegiatan fisik.

Demam (umumnya sub-febris, demam tidak terlalu tinggi, maupun keringat malam), frekuensi napas
meningkat, berat badan turun, suara napas bronkial/amforik/ronki basah/suara napas melemah (umumnya di
apeks paru).

Jika pasien mengalami TB paru dan ekstraparu, diklasifikasikan sebagai TB paru. TB ekstraparu: termasuk di
antaranya limfadenitis TB, pleuritis TB, dan efusi pleura TB.

Definisi Pasien TB
Berdasarkan klasifikasi WHO 2013:
1. Pasien TB yang terkonfirmasi bakteriologis (baik dengan mikroskop, biakan, maupun tes cepat GeneXpert)
2. Pasien TB yang terdiagnosis klinis karena tidak memenuhi kriteria diagnosis bakteriologis namun
didiagnosis TB oleh dokter, diberikan OAT oleh dokter ATAU TB ekstraparu yang terkonfirmasi secara
klinis maupun laboratorium dan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.

Pasien terduga TB namun belum ada hasil pemeriksaan bakteriologis ditetapkan sebagai TERDUGA TB,
bukan TB klinis. Pasien yang tadinya TERDUGA TB namun kemudian dilakukan pemeriksaan bakteriologis dan
hasilnya positif tergolong sebagai TB TERKONFIRMASI BAKTERIOLOGIS

Variasi Kasus
1. Kasus baru
Belum pernah berobat ATAU pernah menelan obat <4 minggu (1 bulan, 28 hari).
Jika pasien pernah menelan obat >4 minggu, maka dapat digolongkan sebagai PASIEN YANG PERNAH
DIOBATI TB, dengan subklasifikasi:
2. Kambuh
Pernah dinyatakan sembuh, lalu BTA kembali positif / klinis positif kembali (kambuh atau reinfeksi)
3. Diobati kembali setelah gagal
Pernah diobati, dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir
4. Diobati kembali setelah putus obat
Lost to follow up: pernah diobati, lalu tidak minum obat lagi (dulu disebut default). *kriteria loss to follow
up bila pasien TB dengan OAT terputus dalam waktu dua bulan berturut-turut atau lebih.
5. Lain-lain
Riwayat pengobatan sebelumnya tidak jelas atau tidak diketahui

Jika pasien minum obat, misalnya 3 minggu, lalu berhenti, pasien ini masih termasuk kasus baru - tidak
mempertimbangkan hasil pemeriksan. Jika riwayat pengobatan sebelumnya tidak jelas, maka tergolong
pasien dengan riwayat pengobatan tidak diketahui.

Tatalaksana
Kategori 1 : 2(RHZE)/4(RH)3. Diberikan untuk pasien TB paru kasus Jika menggunakan KDT
baru, yang terkonfirmasi secara bakteriologis, klinis, maupun (kombinasi dosis tetap):
ekstraparu. 30 - 37 kg: 2 tab
38 - 54 kg: 3 tab
Kategori 2 : 2(RHZE)S/RHZE/5(RH)3E3. Diberikan untuk pasien BTA 55 - 70 kg: 4 tab
positif yang pernah diobati sebelumnya, lalu: kambuh; gagal dengan >70 kg: 5 tab
OAT kategori 1; atau diobati kembali setelah putus obat (lost to follow
up) Pemberian streptomisin
untuk usia >60 tahun

131
RESPIROLOGI

atau BB <50 kg adalah


Dosis (mg/kg/hari) <40 kg 40-60 kg >60 kg maksimal 500 mg/hari

Evaluasi sputum
R 8 - 12 (10) 300 mg 450 mg 600 mg
dilakukan setelah akhir
fase intensif, 1 bulan
H 4 - 6 (5) 150 mg 300 mg 450 mg
sebelum regimen selesai,
dan saat regimen selesai
Z 20 - 30 (25) 750 mg 1.000 mg 1.500 mg
Karakteristik OAT:
Bakterisidal (bunuh MTb
E 15 - 20 (15) 750 mg 1.000 mg 1.500 mg pada awal pengobatan):
INH, etambutol,
rifampisin
S 12 - 18 (15) Sesuai BB 750 mg 1.000 mg Sterilisasi (bunuh MTb
yang tumbuh cepat dan
kuman persisten):
Efek samping OAT: rifampisin, pirazinamid
• Isoniazid: neuropati perifer, atasi dengan pemberian vitamin B6 Mencegah resistensi
100 mg/hari - sifat: bakterisidal OAT: isoniazid, rifampisin
• Rifampisin: mewarnai urin menjadi merah, memengaruhi
efektivitas KB hormonal, interaksi dengan obat anti-diabetik, Pirazinamid hanya
gangguan menstruasi, flu-like syndrome, trombositopenia, ruam diberikan dua bulan
kulit, sesak napas, dan anemia hemolitik - sifat: bakterisidal karena efek sterilisasi
• Pirazinamid: paling hepatotoksik, dapat meningkatkan kadar asam hanya pada 2 bulan
urat - sifat: bakterisidal pertama dan tidak
• Etambutol: buta warna dan gangguan penglihatan - hati-hati pada manfaat dalam
anak - sifat: bakteriostatik pemberian jangka
• Streptomisin: ototoksik, nefrotoksik, gangguan keseimbangan, panjang.
syok anafilaksis, anemia, agranulositosis, trombositopenia - sifat:
bakterisidal

Kasus TB Ekstra paru


Regimen sama dengan TB paru, dengan durasi 6 bulan (untuk limfadenitis TB, pleuritis TB, perikarditis TB, TB
milier, genitourinaria, TB peritoena;/abdomen) Untuk TB tulang/sendi selama 6-9 bulan; untuk TB saraf pusat
(misal: meningitis TB) diperlukan 9-12 bulan.
KORTIKOSTEROID Diberikan pada TB saraf pusat, perikarditis TB, dan pleuritis TB berat. Steroid berupa
prednison 1 mg/kgBB.

Pemantauan Terapi Tuberkulosis


Pemantauan terapi dilakukan dengan pemeriksaan ulang BTA. Minimal dilakukan pemeriksaan sebanyak
dua kali (S - P), dan dinyatakan positif jika setidaknya salah satu di antaranya positif. Dahak, sewaktu, pagi.
Evaluasi radiologi: 1 minggu sebelum fase intensif selesai; dan minggu terakhir pengobatan (bulan 6 atau
bulan 8).

Jika pasien sedang dalam pengobatan OAT kategori 1, lalu:


Pemeriksaan BTA akhir BTA negatif segera mulai tahap lanjutan, ulang BTA bulan
fase intensif (2 bulan) ke-5 dan akhir pengobatan

132
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

BTA positif mulai tahap lanjutan, TANPA SISIPAN, periksa


ulang satu bulan kemudian (bulan ketiga) -
pertimbangkan uji resistensi obat. Jika
didapati resistensi rifampisin = golongkan TB
MDR. Jika tidak, lanjutkan pengobatan.

bulan ke-5 atau lebih BTA negatif lanjutkan pengobatan sampai selesai, periksa
(selesai pada bulan ke-6) BTA di akhir pengobatan (bulan ke-6).

BTA positif GAGAL - lakukan uji resistensi.

Jika pasien sedang dalam pengobatan OAT kategori 2, lalu


pemeriksaan BTA akhir BTA negatif segera mulai tahap lanjutan, ulang BTA satu
fase intensif (3 bulan) bulan sebelum akhir pengobatan

BTA positif TERDUGA MDR


Uji resistensi, bila resisten rifampisin: MDR;
bila sensitif rifampisin: lanjut OAT, periksa
bulan ke-5

bulan ke-5 atau lebih BTA negatif lanjutkan pengobatan sampai selesai, periksa
(selesai pada bulan ke-8) BTA di akhir pengobatan (bulan ke-8)

BTA positif TERDUGA MDR


Gagal terapi - rujuk ke pusat TB MDR

TB dan Hepatitis
OAT pada TB + hepatitis akut / klinis ikterik perlu DITUNDA hingga klinis perbaikan / hepatitis sembuh.

Hepatitis kronis: periksa faal hati sebelum pengobatan, jika SGOT/SGPT >3x normal, paduan yang
mengandung obat hepatotoksik perlu dihindari.
1. Tanpa obat hepatotoksi:, regimen 18-24 SE + satu obat fluorokuinolon selain siprofloksasin
2. 1 Obat hepatotoksik: 2 HES / 10 HE
3. 2 Obat hepatotoksik: 2 RHSE / 6 HR atau 9 RHE

Hepatitis Imbas Obat (Drug-Induced Hepatitis)


TB dengan gejala/tanda hepatitis akut: tunda OAT hingga kondisi akut perbaikan. Hanya jika diperlukan,
berikan S + E selama 3 bulan pertama menyembuh, lanjutkan 6 RH. Hepatitis kronis: cek faal hati sebelum
OAT. Bila uji fungsi hati >3x/normal, paduan OAT dimodifikasi.

TB MDR dan XDR dan klasifikasi lainnya


⚫ MDR-TB: multi-drug resistant TB; resisten setidaknya pada rifampisin dan INH
⚫ XDR-TB: extensive drug resistant TB: MDR-TB + resistensi setidaknya pada 3 dari 6 obat TB lini kedua
⚫ RR: resisten rifampisin: resistensi terhadap rifampisin dengan atau tanpa resistensi OAT lain yang dideteki
dengan metode genotipe atau fenotip
⚫ TDR: total drug resistance (resistensi total terhadap OAT lini 1 dan 2)
⚫ Monoresisten: salah satu OAT lini pertama saja
⚫ Poliresisten: >1 jenis OAT lini pertama selain INH dan R secara bersamaan

TB dalam Kehamilan dan Menyusui


Tidak ada perbedaan regimen terapi TB pada kehamilan dan menyusui. Semua OAT dapat dikatakan aman
untuk kehamilan, kecuali golongan aminoglikosida (streptomisin)

133
RESPIROLOGI

Untuk menyusui, OAT aman. Perhatikan risiko penularan bayi dan pertimbangkan INH profilaksis pada anak
(lihat bab TB anak).
Aminoglikosida menembus sawar plasenta
Berikan VIT K 10 mg/hari bila R digunakan selama trimester 3 menjelang partus

TB dan Diabetes Melitus


Tidak berbeda, kecuali jika gula darah sangat tidak terkendali, terapi TB dapat diperpanjang sampai 9 bulan
Rifampisin dapat mengurangi efektivitas obat antidiabetik golongan sulfonilurea, seperti glibenklamid dosis
perlu disesuaikan.
Hati-hati efek samping neuritis optik akibat etambutol pada penyandang DM Diabetes melitus dapat
menurunkan respons imun tubuh sehingga lebih sulit mengendalikan perjalanan penyakit TB

Koinfeksi TB dengan HIV


Tatalaksana dimulai dengan OAT, lalu setelah 2-8 minggu (segera setelah toleransi) berikan ARV. ARV
yang terpilih menggunakan NNRTI berupa EFZ (efavirenz). ARV diberikan tanpa mempertimbangkan hitung
CD4+

TB Laten
TB laten adalah kondisi adanya infeksi kuman MTb tanpa menimbulkan gejala dan tanda sakit tuberkulosis,
tidak ada kelianan pada radiologi toraks, tidak ada bukti bakteriologis. Uji imunologis menunjukkan hasil
positif.
Uji imunologis meliputi tuberkuloin atau IGRA (interferon gamma release assay). TB laten berisiko mengalami
TB aktif dalam 5 tahun.

134
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

TB Paru pada Anak


Gejala klinis TB pada anak pada umumnya luas, namun ada pula gejala yang bersifat khas, serta bakteri
sulit ditemukan pada pemeriksaan BTA. Atas pertimbangan ini, digunakan sistem skoring TB Anak.
Lihat lampiran di bawah poin ini tentang bagan alur diagnosis TB paru anak

Jika dapat dilakukan pemeriksaan mikrobiologi (BTA, atau TCM/Tes cepat molekular) dan hasil positif, anak
didiagnosis TB dan diterapi TB.

Jika pemeriksaan BTA / TCM negatif ATAU tidak dapat dilakukan pemeriksaan tersebut, dan TERDAPAT
fa

135
RESPIROLOGI

dengan uji tuberkulin positif, diagnosis TB dan terapi TB. <6 dengan uji tuberkulin negatif atau tidak ada
kontak erat, observasi gejala selama 2-4 minggu, dan bila menetap evaluasi ulang.

Skoring TB digunakan untuk alur diagnosis TB pada anak yang memiliki gejala klinis.
Pada anak yang tidak memiliki gejala namun kontak dengan penderita TB, pendekatan klinis umumnya
dengan alur investigasi kontak, bukan dengan sistem skoring.

Gejala yang khas untuk TB anak:


◼ Batuk 2 minggu
◼ Demam 2 minggu
◼ BB turun atau tidak naik 2 bulan
◼ Malaise 2 minggu
yang menetap walau dengan pengobatan yang optimal.

136
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Tabel Skor TB Anak

Investigasi Kontak
Cara menemukan pasien TB secara aktif, termasuk pada anak. Anak menjadi prioritas untuk alasan lebih
berisiko mengalami infeksi dan sakit TB, jika sakit TB komplikasi berat lebih mudah terjadi, dan infeksi laten
pada anak dapat menjadi kasus TB di masa dewasanya.
Dilakukan kepada kelompok berisiko: yakni pasien dengan kontak erat dengan pasien TB.

137
RESPIROLOGI

Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak, 2016

Jika anak menunjukkan gejala TB, tidak menggunakan tabel ini melainkan dengan alur diagnosis TB yang
disinggung di atas.
Kontak dengan pasien TB dewasa membuat anak rentan; alias adanya TB dewasa membuat anak perlu
dilakukan investigasi.
Sebaliknya, temuan TB pada anak juga perlu investigasi kontak orang dewasa yang tinggal serumah / dekat
dengan anak yang bersangkutan.

Terapi
Terapi TB anak menggunakan regimen TB anak. Minimal 3 macam obat digunakan untuk mencegah resistensi
Jika diagnosis TB tegak (lihat kriteria diagnosis di atas), maka terapi dapat menggunakan regimen 2RHZ/4RH.
Etambutol dapat diberikan pada kasus TB anak yang berat, atau TB anak BTA positif pada anak

Profilaksis TB Anak
Anak kontak TB + namun tanpa gejala TB, sesuai dengan alur investigasi kontak TB anak dapat memerlukan
profilaksis isoniazid (INH).
◼ Usia 5 tahun: berikan INH
◼ Usia >5 tahun HIV positif: berikan INH
◼ Usia >5 tahun HIV negatif: observasi
50-60% anak yang tinggal dengan pasien dewasa TB positif akan mengalami infeksi TB. 10% di antaranya
akan menjadi sakit TB.

INH 10 mg/kgBB/hari (maksimal 300 mg/hari) selama enam bulan (lepas daripada outcome kasus
indeks / siapa yang memanjankan mengalami kesembuhan / kambuh / lainnya)

Pneumonia
Definisi
Peradangan/inflamasi parenkim paru, terutama terkait kasus infeksi (bakteri dan virus). Keluhan klinis berupa
demam, sesak napas, batuk berdahak mukoid/purulen (dapat batuk kering), nyeri dada. Pada orang dewasa
dan imunokompeten, pneumonia sebagaian besar bersifat pneumonia lobaris (bandingkan dengan
bronkopneumonia)

138
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Tanda dan gejala


Takikardia, takipneu, sianosis, napas cuping hidung, retraksi interkostalis, palpasi: fremitus meningkat, perkusi
redup, suara napas saat auskultasi bronkial / bronkovesikuler, disertai ronki basah (kasar)

Pemeriksaan
Foto toraks: infiltrat /konsolidasi, air bronchogram. Pemeriksaan sputum (Gram), leukositosis

Tatalaksana
Kutipan Rawat jalan Pasien yang sebelumnya sehat atau tanpa
Petunjuk terapi riwayat pemakaian antibiotik 3 bulan
empiris untuk sebelumnya:
pneumonia
komunitas Beta laktam atau (beta laktam ditambah anti-
menurut PDPI beta laktamase)
ATAU
Makrolid baru (azitromisin, klaritromisin)

Pasien dengan komorbid atau mempunyai


riwayat pemakaian antibiotik 3 bulan
sebelumnya:

Fluorokuinolon respirasi (levofloksasin 750 mg,


moksifloksasin)
ATAU
Beta laktam ditambah anti-beta laktamase
ATAU
Beta laktam ditambah makrolid

Rawat inap non- Fluorokuinolon respirasi: levofloksasin 750 mg,


ICU moksifloksasin
ATAU
Beta laktam ditambah makrolid

Ruang rawat Tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas:


intensif Beta laktam (sefotaksim, seftriakson atau ampisilin
sulbaktam) ditambah makrolid baru atau
fluorokuinoon respirasi intravena

Bronkopneumonia
Definisi
Salah satu varian pneumonia, di mana konsolidasi tersebar ('patchy') dibandingkan mengenai satu lobus
tertentu. Terutama terjadi pada bayi-anak (dan orang tua, imunokompromais).
WHO membagi menjadi 3 kriteria:
A. Bukan pneumonia
Tidak ada napas cepat dan sesak (hanya batuk, demam). Simptomatis saja.
B. Pneumonia
Ada napas cepat, sesak tidak ada. Antibiotik oral.
C. Pneumonia berat
Ada napas cepat dan sesak (sesak ditandai dengan retraksi dan napas cuping hidung). Rawat inap dan
antibiotik parenteral

139
RESPIROLOGI

Kriteria napas cepat:


1 - 5 tahun >40x/menit
>5 tahun >30x/menit

Tatalaksana
Sesuai kriteria WHO. Pilihan antibiotik oral: amoksisilin 45 mg/kgbb/hari atau kotrimoksazol 8-12
mg/kgbb/hari. Antibiotik parenteral: beta-laktam (ampisilin 25 mg/kgbb/hari) atau kloramfenikol 25
mg/kgbb.

Bronkiolitis
Definisi
Infeksi respiratory synctivial virus (RSV) mengakibatkan episode mengi pada anak (umumnya <2 tahun,
didahului ISPA atas seperti batuk, pilek), demam sub-febris, dan sesak napas.

Tanda dan gejala


Demam, sesak, ekspirasi memanjang, retraksi, wheezing sering disertai ronki basah halus, perkusi hipersonor

Pemeriksaan
Foto toraks: dapat normal hingga kesan hiperinflasi paru

Tatalaksana
Oksigen, suportif (antipiretik jika demam, cairan dan kalori cukup), antibiotik ( amoksisilin 45 mg/kgbb/hari
atau kotrimoksazol 8-12 mg/kgbb/hari. Antibiotik parenteral: beta-laktam sefotaksim) jika dicuriga infeksi
sekunder, bronkodilator (salbutamol inhalasi) namun bukan pilihan utama.
Bedakan dengan kasus croup (laringotrakeobronkitis), di mana klinis berupa batuk seperti menggongong
dengan riwayat infeksi sebelumnya. Tatalaksana dengan kortikosteroid.

Asma Bronkial
Definisi
Penyakit paru tipe obstruktif akibat hiper-reaktivitas bronkus dengan kelainan utama inflamasi kronik saluran
napas

Tanda dan gejala


Sesak napas episodik, batuk berdahak kronik, mengi, dengan faktor pemicu, dengan riwayat atopi pada
keluarga atau pasien. Ekspirasi memanjang, mengi ekspirasi, retraksi dan penggunaan otot bantu napas pada
serangan berat

Pemeriksaan
APE (arus puncak ekspirasi), terutama saat sesak napas. Spirometri lebih baik lagi.

Tatalaksana
Kendalikan faktor lingkungan (pemicu),

Terdapat dua macam terapi medikamentosa:


a. Pelega/reliever: salbutamol, ipratropium bromida. Bila tidak membaik dapat diberikan steroid maupun
aminofilin IV.
b. Pengontrol/controller: steroid inhalasi, antagonis leukotrien (montelukast, zileuton).

140
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Pelega/reliever: agonis beta-2 kerja singkat, seperti salbutamol yang dapat digunakan tidak
lebih dari 4 kali sehari
• Asma intermiten: pelega saja
• Asma persisten ringan: tambahkan pengontrol glukokortikoid inhalasi dosis rendah
• Asma persisten sedang: tambahkan pengontrol glukokortikoid inhalasi dosis sedang
• Asma persisten berat: tambahkan pengontrol glukokortikoid inhalasi dosis tinggi + obat
lain seperti teofilin lepas lambat, antagonis leukotrien, atau glukokortikoid oral

Klasifikasi Serangan Akut Asma


1. Serangan ringan: Bicara kalimat utuh, sesak saat berjalan
2. Serangan sedang: Antara ringan dan berat
3. Serangan berat: Bicara kata demi kata, terputus-putus, cenderung duduk + penggunaan otot bantu
napas
4. Status asmatikus:Ancaman gagal napas, kondisi klinis berat. Perlu perawatan di ICU.

Klasifikasi derajat Asma


Derajat asma Gejala Gejala malam Tes faal paru*

Intermiten <1x/minggu, tanpa


"Bulanan" gejala di luar serangan, bulan VEP1
serangan singkat prediksi/terbaik
Variabilitas APE <20%

Persisten ringan >1x/minggu namun >2 kali per


"Mingguan" tidak setiap hari, bulan VEP1
serangan dapat prediksi/terbaik
mengganggu aktivitas Variabilitas APE 20-30%
dan tidur

Persisten sedang Gejala setiap hari, >1 kali per APE 60-80%
"Harian" mengganggu aktivitas minggu VEP1 -80% nilai
dan tidur, perlu prediksi/terbaik
bronkodilator setiap Variabilitas >30%
hari
Persisten berat Gejala terus menerus Sering
"Kontinu" kambuh, aktivitas fisik VEP1
sangat terbatas prediksi/terbaik
Variabilitas >30%

Bila spirometri tersedia, lebih baik menggunakan penilaian VEP1 (volume ekspirasi paksa dalam satu detik)
APE (arus puncak ekspirasi) diukur menggunakan alat peak-flow meter.

Klasifikasi Derajat Asma (Anak)


Intermiten Episode gejala asma <6x/tahun atau jarak antar gejala 6 minggu

Persisten ringan Episode gejala asma >1x/bulan; <1x/minggu

Persisten sedang Episode gejala asma >1x/minggu; namun tidak setiap hari

Persisten berat Episode gejala asma terhadi hampir tiap hari

141
RESPIROLOGI

Penyakit Paru Obstruktif Kronis


Definisi
Limitasi aliran udara, berlangsung secara kronik dan progresif akibat proes inflamasi saluran napas akibat
paparan terhadap partikel/gas dalam jangka panjang. Faktor risiko terutama adalah merokok

Tanda dan gejala


Batuk berdahak, sesak napas kronis (dapat semakin berat pada eksaserbasi akut), riwayat merokok lama.
Ditemukan mengi dan ekspirasi memanjang, barrel chest.

Pemeriksaan
Spriometri menunjukkan VEP1 < 80% prediksi, foto polos gambaran emfisematosa (lusen, batas paru turun
mendatar, jantung pendulum)

Tatalaksana
Saat fase akut: oksigen, bronkodilator (ipratropium, salbutamol), steroid inhalasi, oksigen, dan antibiotik
(sebagian kasus eksaserbasi akibat infeksi). Jangka panjang: edukasi untuk stop merokok.

Bronkitis kronis
dan emfisema

Perbandingan antara Asma dengan PPOK


Asma Bronkial PPOK

Reversibel Ya ±
Sekresi mukus ± >>>
Faktor risiko Riwayat atopi Merokok
Usia Relatif muda dewasa Usia tua
muda
Dominasi sel Eosinofil, sel mast, CD4+ Neutrofil, CD8+

Pneumotoraks
Tanda dan gejala
Sesak napas mendadak, dapat/tanpa disertai riwayat trauma (pneumotoraks spontan - tanpa trauma vs
pneumotoraks traumatik - dengan trauma). Takipneu, perkusi hipersonor, suara napas pada auskultasi
menurun.

142
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Pemeriksaan
Foto toraks: tampak daerah lusen, dengan pleural line
Tatalaksana
Pemasangan WSD (chest tube) di sela iga ke-5 linea aksilaris anterior.

Tension Pneumotoraks
Memerlukan intervensi segera. Udara yang masuk ke rongga pleura "terjebak", semakin terakumulasi
sehingga mediastinum terdorong ke kontralateral, vena besar tertekan, dan terjadi instabilitas hemodinamik
(tanda vital buruk).

Tanda dan gejala


Sesak napas berat, takikardia, hemodinamik tidak stabil, vena leher mengalami distensi, trakea deviasi ke sisi
kontralateral

Tatalaksana
Needle decompression (tusuk dengan jarum besar) di sela iga-2 linea midklavikula, lalu lanjutkan dengan
pemasangan WSD (chest tube)

Efusi Pleura
Definisi
Cairan terakumulasi di dalam rongga pleura, dapat diakibatkan TB, infeksi seperti pneumonia, keganasan,
maupun kasus non-paru seperti gagal jantung dan demam berdarah dengue.

Tanda dan gejala


Nyeri dada saat bernapas, khas pleuritik (saat menarik napas). Pleural friction rub, fremitus melemah, perkusi
redup, dan auskultasi suara napas menurun.

Pemeriksaan
Foto polos: sudut kostofrenikus tumpul, jika jumlah sedikit mintakan foto lateral. Bila jumlah banyak dapat
membentuk meniscus sign.
Jika efusi bersifat purulen, disebut sebagai empiema. Jika cairan bercampur darah dikenal dengan istilah
efusi pleura hemoragik

Tatalaksana
Pungsi pleura, cairan dikultur dan tes resistensi. Pengobatan berdasarkan hasil kultur dan resistensi. jika
berulang, pikirkan untuk pleurodesis (obliterasi ruang potensial pleura)

Penyakit Membran Hialin (Hyaline Membrane Disease, HMD)


Penyebab utama adalah prematuritas. Tanda kesulitan napas pada neonatus prematur perlu dipikirkan
kondisi ini.

Pemeriksaan
Foto polos: gambaran retikulogranuler

Tatalaksana
Dicegah dengan pemberian kortikosteroid sebelum lahir. Jika sudah mengalami kondisi ini memerlukan
surfaktan eksternal yang diberikan secara intra-trakeal. Nama lain RDS (respiratory distress syndrome)

143
RESPIROLOGI

Resusitasi Neonatus

PPV = positive pressure ventilation (atau VTP = ventilasi tekanan positif)


CPAP = continous positive airway pressure, digunakan untuk memberikan bantuan napas kepada neonatus
yang bernapas spontan namun dengan kesulitan (atau sianosis yang bertahan)

144
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Transient Takipneu of Newborn (TTN)


Khas
Distres napas neonatus, riwayat bayi SC, lain-lain normal

Pemeriksaan
Foto polos: gambaran normal, analisis gas darah normal

Tatalaksana
Observasi, umumnya perbaikan dalam 72 jam

Sepsis Neonatorum
Faktor risiko
Umumnya terkait maternal (ketuban pecah dini, infeksi intrauterin)

Jenis

Pemeriksaan
Marker sepsis: leukositosis (atau leukopenia), rasio neutrofil imatur / total (I-T ratio), CRP, dan kultur darah

Tatalaksana
Antibiotik empirik: ampisilin + gentamisin, suportif terhadap pernapasan.
Sepsis neonatorum memiliki manifestasi yang sangat luas, tersering adalah distres napas.

145
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Five Star Doctor


1. Care Provider
Penanganan menyeluruh meliputi masalah fisik, mental, dan sosial; preventif, kuratif, dan rehabiltatif.
Membeikan pelayanan dengan standar terbaik (highest quality)
2. Decision Maker
Mempertimbangkan cost-effectiveness dan benefit vs risk; memutuskan penggunaan teknologi penunjang
secara efektif
3. Communicator
Promosi individu, keluarga, komunitas menuju gaya hidup yang sehat. Memberdayakan masyarakat menjai
partner dalam promosi kesehatan
4. Community Leader
Mampu menempatkan diri sehingga mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, mampu menemukan
kebutuhan kesehatan bersama masyarakat dan individu, serta mampu menjalankan program sesuai
kebutuhan masyarakat
5. Manager
Bekerjasama secara harmonis dengan individu, organisasi, dan bidang non-medis untuk kebutuhan pasien
dan komunitas, melakukan perencaan dan manajemen pelayanan kesehatan, serta memanfaatkan data
kesehatan secara tepat

Level of Prevention
A. Primer
NO DISESASE PRESENT: Reduksi faktor risiko sebelum muncul penyakit. Meliputi health promotion dan
specific protection.
Contoh: Edukasi dan promosi gaya hidup sehat, program kesehatan lingkungan, imunisasi
B. Sekunder
DISEASE HAS OCCURED: Gejala muncul dan penyakit sudah terjadi, tetapi pasien belum mengetahui.
Meliputi early diagnosis and prompt treatment.
Contoh: Mamografi untuk deteksi dini Ca, pengobatan hipertensi pada pasien tanpa komplikasi,
tatalaksana demam berdarah dengue
C. Tersier
DISEASE HAS ADVANCED: Penanganan untuk menurunkan progresivitas penyakit, mencegah komplikasi
dan meningkatkan kualitas hidup. Meliputi disability limitation dan rehabilitation
Contoh: Rehabilitasi pada penyakit jantung simptomatik kronik, rehabilitasi pernapasan pada pasien PPOK

Sasaran Promosi Kesehatan


A. Sasaran Primer: sasaran langsung dari promosi kesehatan
B. Sasaran Sekunder: tokoh yang dihormati/disegani oleh sasaran primer
C. Sasaran Tersier: pembuat keputusan, penentu kebijakan
Contoh: Primer: ibu hamil, Sekunder: kepala desa / tokoh agama, Tersier: Dinas Kesehatan

Stages of Terminal Illness


1. Denial: fase penyangkalan pasien tehadap kondisi penyakit
2. Anger: kemarahan pasien
3. Bargaining: tawar menawar, pasien "mau melakukan apa saja" asal dapat sembuh
4. Depression: pasien jatuh dalam keadaan kesedihan
5. Acceptance: penerimaan terhadap kondisi dirinya secara seutuhnya

146
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Penghalang Komunikasi
Komunikasi dapat berlangsung secara tidak efektif apabila terhalang karena barrier berikut:
PHYSICAL Lingkungan yang terlalu ramai di bangsal sehingga Penghalang yang
BARRIER memengaruhi fokus pasien terhadap penjelasan dokter. sifatnya fisik
Tempat duduk dokter terlalu jauh dengan pasien

CULTURAL Dokter yang berasal dari daerah yang relatif Perbedaan budaya
BARRIER menggunakan bahasa halus berhadapan dengan pasien dalam hal
yang memiliki budaya berkata "ceplas-ceplos" penyampaian dan cara
berkomunikasi

LANGUAGE / Pengadaan bakti sosial di Jawa Barat dilakukan oleh Perbedaan jenis
SEMANTIC tenaga medis dan paramedis yang tidak memahami bahasa, tata bahasa,
BARRIER bahasa Sunda dialek, serta
Dokter yang menggunakan istilah "Pak, keadaan jargon/istilah medis
paraplegia yang Bapak alami merupakan gejala pada
Caisson Disease yang dikenal dengan penyakit
decompression syndrome"

PERCEPTUAL Pasien hendak bertanya kepada dokter dengan berkata, Dugaan/persepsi


BARRIER "Dokter, saya ingin bertanya.", lalu Dokter memalingkan pasien yang belum
perhatian dan menatap pasien, yang dipersepsikan tentu sama dan benar
pasien bahwa Dokter "galak" dan pasien tidak jadi
bertanya.

INTERPERSONAL Pasien yang enggan menceritakan keluhannya kepada Ketidakmampuan


BARRIER dokter dengan lengkap secara pribadi untuk
Ketiadaan/kurangnya rasa ingin tahu dokter dalam mengetahui dan
menggali riwayat penyakit pasien menangkap informasi
secara jelas

GENDER BARRIER Pasien perempuan yang memiliki keluhan benjolan pada Perbedaan jenis
payudara menolak diperiksa oleh dokter laki-laki kelamin dapat
memengaruhi interkasi
dokter-pasien

EMOTIONAL / Pasien dengan karsinoma kolon stadium akhir, berada Keterlibatan emosi
PSYCHOLOGICAL dalam fase denial dan sulit menerima apa yang pemberi maupun
BARRIER disampaikan oleh dokter. penerima informasi
Dokter yang baru pertama kali berhadapan dengan
pasien secara langsung "gugup" dan "cemas" sehingga
tidak dapat melakukan berkomunikasi dan melakukan
pemeriksaan dengan baik

Komunikasi Efektif
a. Pertanyaan yang diajukan dapat berupa pertanyaan terbuka atau pertanyaan tertutup
b. Dokter mendengar secara aktif, dengan memberikan umpan balik, refleksi isi, refleksi perasaan, dan
merangkum.
c. Dalam memberikan informasi, dokter menggunakan bahasa sederhana, jujur, benar, serta lengkap
d. Dokter tidak memotong pembicaraan, tidak mencela, tidak melakukan asumsi, tidak melakukan evaluasi,
tidak melecehkan (baik secara verbal maupun non-verbal).

147
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Siklus Hidup Keluarga


1. Pasangan baru menikah, tanpa anak
2. Keluarga dengan bayi (anak tertua berusia 0-30 bulan)
3. Keluarga dengan anak prasekolah (anak tertua berusia 30 bulan - 5 tahun)
4. Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berusia 6 - 12 tahun)
5. Keluarga dengan remaja (anak tertua berusia 13-20 tahun)
6. Keluarga dengan dewasa muda (anak pertama mulai meninggalkan rumah hingga anak terakhir)
7. Keluarga paruh-baya (tidak ada anak tinggal serumah, hingga masa penisun)
8. Aging family members (masa pensiun hingga kematian)

Diagnosis Komunitas
1. Identifikasi masalah pada suatu komunitas.
2. Tentukan prioritas masalah.
3. Analisis penyebab masalah.
4. Memilih/menentukan alternatif solusi pemecahan masalah
5. Implementasi solusi
6. Follow-up

Efektivitas Jalan Keluar


Efektivitas suatu jalan keluar bergantung pada seberapa besar masalahnya (magnitude), seberapa penting
jalan keluar tersebut (important), dan seberapa mudah diatasi masalah tersebut (vulnerable)

Efisiensi Jalan Keluar


Efektif belum tentuk dapat dilakukan jika tidak efisien. Efisiensi Prioritas (P) ditetapkan
mempertimbangkan faktor biaya (cost) yang diperlukan. Untuk setelah menentukan
beberapa jalan keluar yang efektivitasnya sebanding, makin besar efektivitas dan efisiensi
biaya yang diperlukan, makin tidak efisien jalan keluar tersebut. M×I×V
P=
C

Bahaya potensial
FISIK Radiasi, temperatur, bunyi (bising), listrik

KIMIA Zat kimia, baik padat, cair, dan gas yang dapat menimbulkan efek

BIOLOGI Agen biologis, seperti hewan, darah, jamur, gigitan serangga

PSIKOSOSIAL Lingkungan kerja dengan "bully-ing", beban kerja yang terlalu


tinggi, tidak ada rekan kerja

ERGONOMI Posisi tubuh yang menimbulkan stresor, seperti tinggi bangku,


gerakan berulang

Kedokteran keluarga
Nilai yang dianut dalam kedokteran keluarga (family medicine) adalah:
A. Pendekatan holistik, yang artinya tidak hanya fisik melainkan psikologis dan sosial
B. Pendekatan komprehensif, yang artinya meliputi kegiatan promotif, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif
C. Berpusat pada pasien (patient-centered)
D. Mencakup seluruh usia
E. Mengutamakan kedokteran pencegahan dibandingkan pengobatan (kuratif)

148
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Tipe Keluarga
A. Keluarga inti (nuclear family): ayah + ibu + anak kandung
B. Keluarga orang tua tunggal (single parent family): ayah ATAU ibu + anak kandung
C. Blended family: melibatkan ayah / ibu tiri
D. Extended family: meliputi paman/tante, kakek/nenek

Hubungan Dokter-Pasien
Kendali Dokter

Rendah Tinggi
Kendali Pasien

Rendah DEFAULT PATERNALISTIK

Tinggi KONSUMERISTIK MUTUALISME

Paternalistik artinya berpusat pada dokter


Konsumeristik artinya berpusat pada pasien
Default artinya dokter - pasien "tidak peduli"
Mutualisme adalah hubungan yang paling baik

Jenis rujukan
A. Jenis Rujukan Antar-Dokter
• Interval: wewenang kepada satu dokter konsultan dalam jangka waktu tertentu, tanpa campur tangan
dokter primer dalam jangka waktu tersebut
• Split: wewenang kepada beberapa dokter konsultan dalam jangka waktu tertentu, tanpa campur
tangan dokter primer dalam jangka waktu tersebut
• Collateral: wewenang dan tanggung jawab diserahkan ke pada dokter lain khusus untuk masalah
tertentu (dokter primer tetap campur tangan)
• Cross: wewenang dialihkan sepenuhnya ke dokter lain (alih rawat)

Perhatikan keterangan "dalam jangka waktu tertentu" yang menandakan bahwa pasien akan dikembalikan ke
dokter primer setelah masalah yang dikonsultasikan telah selesai.

B. Jenis Rujukan Antar-Instansi


• Rujukan horizontal: antar-instansi yang setara. Cont: ke sesama puskesmas
• Rujukan vertikal: antar-instansi yang tidak setara. Cont: puskesmas ke RS

Posyandu
Program wajib: KB/KIA, gizi, imunisasi, penanggulangan diare
Program
Kader Posyandu, Cakupan
Jenis Tambahan dan
Penyelenggaraan Program Wajib
Dana Sehat

Pratama (Merah) <5


<50% Tidak ada
Madya (Kuning)

Purnama (Hijau) Ada, <50%


>50%
Mandiri (Biru) Ada, >50%

149
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Statistik Vital

Insidens jumlah kasus baru dalam suatu kurun waktu


jumlah 𝐩𝐨𝐩𝐮𝐥𝐚𝐬𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐬𝐢𝐤𝐨 (pertengahan kurun waktu)

Populasi yang berisiko terkena kasus penyakit tersebut.

Prevalens jumlah kasus (baru dan lama) dalam suatu kurun waktu
jumlah 𝐩𝐨𝐩𝐮𝐥𝐚𝐬𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐬𝐢𝐤𝐨

Terdapat dua macam prevalens, yakni


Point prevalens (di satu waktu, sehingga populasi berisiko di waktu tersebut) serta
Period prevalens (dalam interval waktu, sehingga populasi berisiko rerata atau tengah
interval tersebut)
Contoh: jika kasus adalah kanker payudara, populasi yang berisiko adalah wanita, usia
>40 tahun misalnya

Disease jumlah kasus baru


Attack Rate jumlah 𝐩𝐨𝐩𝐮𝐥𝐚𝐬𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐬𝐢𝐤𝐨

Perbedaan utama dengan insidens umumnya meliputi wilayah yang lebih kecil dan
kondisi yang spesifik (seperti kasus keracunan makanan), dan durasi yang singkat
(seperti periode inkubasi dalam kasus keracunan makanan)
Per definisi menyerupai insidens, namun sering digunakan untuk kasus akut , seperti food-
specific attack rate

Angka jumlah kematian ibu (lihat catatan)


Kematian Ibu 100.000 bayi lahir hidup
Kematian ibu yang dimaksud adalah terkait kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas (42
hari setelah persalinan)

Angka jumlah kematian neonatus (< 28 hari)


Kematian 1.000 bayi lahir hidup
Neonatus

Angka jumlah kematian bayi (< 1 tahun)


Kematian Bayi 1.000 bayi lahir hidup

Angka jumlah kematian balita (< 5 tahun)


Kematian 1.000 bayi lahir hidup
Balita

Endemi, Epidemi, Kejadian Luar Biasa, Wabah


Endemi
Kejadian penyakit yang berlangung secara menetap, sudah dapat diprediksi sebelumnya
Terdapat istilah hiperendemis di mana angka kejadian penyakit di daerah endemis yang sangat tinggi

Epidemi
Kejadian penyakit yang baru, meningkat, atau tidak dapat diprediksi sebelumnya

Pandemi
Epidemi yang menyebar secara luas, ke negara lain, benua, bahkan seluruh dunia

150
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Sporadis
Kejadian jarang yang terjadi dalam periode waktu yang tidak teratur

Kejadian Luar Biasa


Suatu kasus digolongkan kejadian luar biasa apabila timbulnya suatu penyakit menular yang memenuhi
setidaknya satu dari kriteria di bawah ini:
A. Sebelumnya tidak dikenal atau tidak ada
B. Kejadian ATAU kematian meningkat terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu* berturut-turut
C. Kejadian ATAU kematian meningkat 2 (dua) kali lipat dibanding kurun waktu* sebelumnya
D. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikkan 2 (dua) kali lipat dibanding penderita
baru di bulan / rata-rata bulan sebelumnya

Wabah
Kejadian luar biasa dengan jumlah kasus yang lebih besar, daerah terdampak yang lebih luas, waktu yang
lebih lama, serta dampak yang ditimbulkan lebih berat.

Program Imunisasi Tambahan Pemerintah


Backlog fighting Merupakan upaya aktif di tingkat Puskesmas
untuk melengkapi Imunisasi dasar pada anak
yang berumur di bawah tiga tahun. Kegiatan
ini diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa
yang selama dua tahun berturut-turut tidak
mencapai UCI.
Crash Program Wilayah yang memerlukan itnervensi secara PD3I = Penyakit (yang)
cepat untuk mencegah KLB, misalnya: angka dapat dicegah dengan
kematian bayi akibat PD3I tinggi, imunisasi
infrastruktur kurang 3 tahun berturut-turut
tidak UCI
Pekan Imunisasi Nasional Imunisasi massal serentak, dalam waktu
singkat memutuskan mata rantai
penyebaran penyakit, meningkatkan herd
immunity tanpa memandang status
imunisasi sebelumnya
Catch up campaign Imunisasi tambahan massal serentak pada
(kampanye) kelompok umur dan wilayah tertentu dalam
memutus transmisi penularan agen penyebab
PD3I. Biasa dilaksanakan pada awal kebijakan
pemberian imunisasi, seperti imunisasi baru
Sub-PIN Serupa dengan PIN, tetapi wilayah terbatas

Imunisasi dalam Imunisasi dalam penanganan KLB, sesuai


penanggulangan KLB dengan situasi epidemiologis masing-masing
(Outbreak response
immunization/ORI)

151
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

KARDIOVASKULAR

Bunyi Jantung Normal


S1 suara jantung yang terjadi di fase sistol, akibat penutupan katup mitral dan tricuspid
S2 suara jantung yang terjadi di fase diastol, akibat penutupan katup aorta dan pulmonal (pada keadaan
fisiologis, terdapat sedikit jeda antara penutupan katup aorta dan pulmonal, yang dikenal dengan istilah
physiological splitting of S2).
Ingat, bunyi jantung normal terjadi karena penutupan katup bukan karena pembukaan katup.

Bising Jantung Abnormal


Selama S1 dan S2 Setelah S1 (ejection Selama S2 dan S1 Setelah S2 (late diastolic
(pansistolik) systolic murmur) (diastolic murmur) murmur)

Jika terdengar di katup Jika terdengar di Jika terdengar di Jika terdengar di katup
mitral: regurgitasi mitral katup aorta: stenosis katup aorta: mitral: stenosis mitral
aorta regurgitasi aorta

Jika terdengar di katup Jika terdengar di Jika terdengar di Jika terdengar di katup
trikuspid: regurgitasi katup pulmonal: katup pulmonal: trikuspid: stenosis trikuspid
trikuspid stenosis pulmonal regurgitasi pulmonal

Pembuluh Darah Koroner

Left Main V1 - V6, I, aVL

LCX V5 - V6, I, aVL

LAD V1 - V4

Right Coronary II, III, aVF, posterior

EKG
Rekaman aktivitas elektrikal jantung dapat menunjang diagnosis pada banyak sekali kasus kardiovaskular.
Interpretasinya memerlukan sistematika agar tidak ada yang terlewatkan.

Langkah 0: Kertas EKG


Perhatikan identitas pasien, tanggal EKG diperoleh, dan kecepatan dan voltase mesin

Kecepatan normal kertas EKG berjalan: 25 mm/detik. 1 detik adalah 5 kotak besar (garis merah tebal). 1 kotak
besar adalah 5 kotak kecil (garis merah tipis). Sedangkan 1 kotak kecil adalah 1 mm.

Dengan demikian: 1 detik = 25 mm = 25 kotak kecil = 5 kotak besar. 1 kotak besar = 0,2 detik. 1 kotak kecil =
0,04 detik.

Secara vertikal, secara default 1 mV = 10 mm. Oleh karena itu 1 kotak kecil = 1 mm = 0,1 mV.

153
KARDIOVASKULAR

Langkah 1: Tentukan Irama - Irama normal: sinus, dengan syarat:


1. Gelombang P diikuti QRS
2. Laju QRS 60 100 x/menit (lihat langkah 2)
3. Interval R R teratur
4. P di sadapan II positif, di aVR negatif

Perhatikan bahwa gelombang U hampir tidak ditemukan pada kondisi fisiologis.


Gelombang P: depolarisasi atrium
Gelombang QRS: depolarisasi ventrikel (dan repolarisasi atrium)
Gelombang T: repolarisasi ventrikel

154
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Langkah 2 : Tentukan Laju QRS


Normalnya: laju QRS 60-100x/menit. >100x/menit: takikardia; <60x/menit: bradikardia

Contoh di atas: antara R-R terdapat kurang dari 5 kotak besar - namun lebih dari 4 kotak besar. Dengan
demikian range laju jantung kira-kira: 300 / 5 sampai 300 / 4 = 60 - 75 x/menit.
300 dibagi jumlah kotak sedang di antara R R
atau
1500 dibagi jumlah kotak kecil di antara R - R
Jika irama jantung iregular, tentukan jumlah QRS di dalam 6 detik (30 kotak besar), lalu kalikan 10.

Langkah 3: Tentukan aksis QRS


Secara sederhana, aksis QRS menggambarkan apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri atau kanan.
Normalnya: aksis ada di zona kanan bawah (antara -30o sampai +90o)

Cara menentukan aksis:


Perhatikan sadapan I dan aVF. Di II, dominan positif (defleksi ke atas); sedangkan di avF, dominan negatif
(defleksi ke bawah).
Pada contoh di samping, dengan menggunakan kuadran di atas, zona aksis ada di daerah kuadran kanan atas
- menandakan terjadinya LAD (left axis deviation).

155
KARDIOVASKULAR

Langkah 4: Nilai GEL P


Gelombang P menggambarkan depolarisasi atrium, sehingga baik menggambarkan kelainan atrium.
Perhatikan apakah terdapat P mitral atau P pulmonal.

Apabila terjadi:
1. Right atrial hyperthropy: maka tampak bentuk P pulmonal
2. Left atrial hyperthropy: maka tampak bentuk P mitral

Langkah 5: Nilai Interval PR

Nilai normal: PR berkisar antara 0,12 - 0,20 detik

Pemanjangan interval PR dapat ditemukan pada kondisi seperti AV blok tipe I. Sementara pemendekan
interval PR terjadi pada kondisi sindroma pra-eksitasi, seperti sindroma Wolff-Parkinson-White (WPW).

Langkah 6: Nilai Morfologi QRS


Normalnya, QRS dikatakan sempit: yakni 0,05 - 0,11 (kira-kira berapa kotak kecilkah ini??)

Contoh gelombang QRS yang lebar (sekitar 5 kotak: 0,20 detik) - melebarnya QRS dapat
menggambarkan konduksi ke ventrikel tidak normal. Pada gambar ini, pasien mengalami RBBB (right bundle
branch block).

Perhatikan bentuk gelombang QRS, apakah terdapat abnormalitas seperti Q patologis, hipertrofi ventrikel
kanan dan kiri (lihat langkah 3 - menentukan aksis QRS), dan lebar-sempitnya QRS.

156
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Langkah 7: Nilai Segmen ST


Segmen ST normalnya isoelektrik. Elevasi atau depresi segmen ST dapat menggambarkan infark miokardium.

Contoh gambaran EKG ST elevasi pada kondisi infark miokardium akut.

Perhatikan bahwa gambaran EKG yang khas untuk infark miokardium akut memerlukan gambaran di lead
yang terkait (lihat di bagian acute coronary syndrome).

Sebagai contoh, pada gambar ini, ST elevasi konsisten ditemukan pada V1 sampai V6, konsisten dengan
infark miokard anterior ekstensif.
Terdapat kondisi lain yang mengakibatkan gangguan segmen ST, misalnya pada perikarditis (ST elevasi
persisten di hampir seluruh lead), dan LV-strain (akibat terjadi pembesaran ventrikel kiri secara abnormal)

157
KARDIOVASKULAR

Langkah 8: lain-lain
Interval QT, gelombang U, dan lain-lain perlu dinilai.
EKG serial diperlukan pada beberapa kasus karena EKG awal belum tentu menunjukkan kelainan.

Contoh Gambaran EKG


Perlu diingat pada gambaran EKG yang tidak normal, bahwa gelombang QRS yang melebar (>120 ms)
menandakan masalah terletak pada ventrikel jantung, sedangkan gelombang QRS yang sempit menandakan
masalah terletak pada struktur di atas ventrikel (supraventrikular SA node, atrium, AV node-)

Fibrilasi Atrium (AFib / AF)

Gelombang P tidak jelas, QRS tidak teratur. Sering pada kondisi hipertiroid.

Flutter Atrium (AFlu)

P jelas, jarak R-R teratur. Dalam contoh di samping: 4 gelombang P untuk tiap QRS (4:1)

Takikardia Supraventrikel (SVT)

QRS teratur dan sempit, P tidak jelas.

Fibrilasi Ventrikel (VF)

Ventrikel "bergetar", praktis tidak mampu memompa darah - terjadi henti jantung

Asistol

Jantung berhenti dan tidak ada aktivitas listrik. Dx banding: lead tidak terpasang dengan benar!

158
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Hipertensi
Klasifikasi JNC VII untuk Hipertensi:

Normal TD <120/80

Pre-hipertensi TD 120-139/80-89

Hipertensi stage I TD

Hipertensi stage II TD

Farmakologi Anti-hipertensi :
1. ACE inhibitor (cth: captopril 12,5-25 mg 2x1) : menurunkan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron
(RAAS). Pilihan utama pada HT yang disertai dengan DM untuk mencegah terjadinya mikroalbuminuria
dan komplikasi gagal ginjal kronik.
Efek samping : batuk kering akibat peningkatan bradikinin → bisa diganti dengan ARB (cth: valsartan).
Kontraindikasi : ibu hamil, stenosis arteri renal bilateral.
2. Tiazid (contoh: hidroklorotiazid/HCT 5-10 mg/hari) → Efek samping: hipokalemia, hiperurisemia.
Kontraindikasi relatif pada gout, dislipidemia, dan DM.
3. Beta bloker (propranolol 80 mg 2x1): hambatan reseptor beta-1 jantung → Efek samping :
bronkospasme. Kontraindikasi pada asma dan AV Blok. Beta bloker selektif jantung : bisoprolol, karvedilol,
atenolol.
4. Metildopa ( 250 mg 2-3x/hari) bekerja secara sentral → obat hipertensi terpilih pada ibu hamil. Alternatif
pada kondisi ibu hamil: nifedipin.
5. Calcium channel bloker → golongan dihidropiridin (nifedipin) : Efek samping: edema, flushing karena
bersifat vaskuloselektif. Golongan non-dihidropiridin (verapamil, diltiazem). Efek samping: bradikardi
karena dapat bekerja langsung di jantung.

Krisis Hipertensi
Krisis hipertensi : saat TD > 180/120, terbagi menjadi:
Hipertensi emergensi Ada kerusakan organ (otak, retina, jantung, ginjal) secara
objektif → turunkan tekanan darah segera dengan anti-
hipertensi intravena (nikardipin, nitroprussid, nitrogliserin,
labetalol).
Target penurunan TD adalah 25% MAP (mean arterial
pressure)
Hipertensi urgensi Tidak ada kerusakan organ → turunkan tekanan darah
dengan antihipertensi oral (calcium channel blocker, ACE-
inhibitor, klonidin).

Cara menghitung MAP (mean arterial pressure)


MAP: (sistolik + 2 x diastolik) / 3
Contoh: TD 120/90, maka MAP = (120 + 2 x 90) / 3 = 100 mmHg

Sindroma Koroner Akut


Kebutuhan oksigen miokardium > suplai oksigen oleh pembuluh koroner akibat adanya sumbatan di
pembuluh darah koroner. Terjadi secara akut akibat terjadinya ruptur plak.
Klasifikasi Gejala tipikal EKG Enzim Jantung

Unstable angina Nyeri dada pertama kali, ST depresi, T Normal


(UAP) memberat, jumlah inversi, atau EKG
serangan meningkat tidak spesifik

159
KARDIOVASKULAR

NSTEMI Nyeri dada substernal ST depresi, T Meningkat


menjalar, keringat dingin, inversi, atau EKG
muntah tidak spesifik

STEMI Nyeri dada substernal ST elevasi, LBBB Meningkat


menjalar, keringat dingin, baru
muntah, durasi dan
severitas nyeri lebih lama
dan intens

Angina stabil tidak termasuk dalam ACS. Angina stabil muncul saat beraktivitas, frekuensi dan berat nyeri
relatif tetap sama, membaik dengan istirahat / pemberian nitrat sublingual. Umumnya EKG tidak menunjukkan
kelainan yang bermakna. Perlu pemeriksaan lebih lanjut seperti treadmill (stress test), bahkan pemeriksaan
invasif (seperti angiografi) untuk menentukan penatalaksanaan selanjutnya.

Enzim yang terkait dengan sindroma koroner akut:


1. Mioglobin : paling pertama meningkat setelah onset (dalam 1 jam), kembali normal dalam 6-12 jam, tidak
spesifik untuk infark miokard (jarang dipilih dalam pemeriksaan)
2. CPK (Creatinin Phospokinase): meningkat dalam 4-8 jam, tidak spesifik
3. CK isoenzim MB (CK-MB) : meningkat dalam 3 jam, spesifik, bertahan < 1 minggu.
4. Troponin T/I : meningkat dalam 3 jam, spesifik, bertahan sampai > 1 minggu, false positive pada
penderita gangguan ginjal berat.

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut


MONACO (bukan merupakan urutan tatalaksana)
• Morfin 1-5 mg IV dapat diulang 10-30 menit, diberikan pada pasien apabila nyeri dada tidak merespon
terhadap nitrat,
• Oksigen pada pasien dengan saturasi <90% atau terdapat distress pernapasan,
• Nitrat/ISDN 5 mg (pemberian nitrat: harus pastikan TD sistolik >100 mmHg, tidak terdapat bradikardi, dan
tidak ada riwayat konsumsi PDE-5 inhibitor (seperti sildenafil) dalam 24 jam terakhir),
• Aspirin (loading dose) 160-320 mg ,
• Clopidogrel 300 mg (sekarang lebih dipilih Ticagrelol 180 mg dari pedoman SKA dari PERKI), dan obat
lain)

Tatalaksana definitif untuk sindroma koroner akut (STEMI) adalah terapi reperfusi, yang dapat dilakukan
dengan 2 metode, yaitu reperfusi mekanik dengan PCI (percutaneous coronary intervention), CABG (by-
pass), dan reperfusi farmakologik dengan agen trombolitik, misalnya Streptokinase 1,5 juta U dalam 100
mL Dextrose 5% dalam waktu 30-60 menit atau rt-PA. Perhatikan kontraindikasi sebelum trombolitik.

160
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Pemilihan jenis terapi reperfusi dapat dilihat pada skema berikut

Modifikasi faktor risiko: hentikan merokok, kendalikan kelainan komorbid (DM, hipertensi, dislipidemia)

Algoritma ACLS: Sindroma Koroner Akut

161
KARDIOVASKULAR

Gagal Jantung
Definisi
Kegagalan fungsi jantung sebagai pompa darah secara efektif ke seluruh jaringan tubuh.

Gagal jantung kiri Kongesti vena paru, gejala dominan di paru (sesak
napas), ortopneu, paroxysmal noctrual dyspneu,
dyspneu on exertion

Gagal jantung Kongesti vena sistemik/perifer - gejala dominan di


kanan perifer seperti ascites, hepatomegali, edema
ekstremitas bawah

Klasifikasi NYHA untuk gagal jantung:

NYHA fc I Tanpa limitasi aktivitas fisik


NYHA fc II Limitasi derajat ringan (gejala muncul saat
aktivitas berat)

NYHA fc III Limitasi bermakna (muncul saat aktivitas


ringan)
NYHA fc IV Muncul saat istirahat

Pemeriksaan
Foto toraks: kardiomegali, dapat timbul gambaran edema paru akut; ekokardiografi: penurunan fraksi
ejeksi (EF), gambaran hipokinetik
Laboratorium: BNP (brain natriuretic peptide) meningkat

Tatalaksana
Non-medikamentosa: restriksi natrium (garam) dan air, olahraga
ACE Inhibitor Memperbaiki gejala dan menurunkan Biasa diberikan pada NYHA II IV
mortalitas

Beta Bloker Memperbaiki gejala dan menurunkan Biasa diberikan pada NYHA II III.
mortalitas Diberikan setelah ACE inhibitor
dan diuretik ditoleransi.

Diuretik Tiazid untuk retensi ringan, furosemid untuk Biasa diberikan pada NYHA II IV
retensi bermakna. Biasanya lebih teprilih dengan retensi cairan
furosemid.

Digoxin Mengurangi gejala, tetapi tidak menurunkan Biasa diberikan pada NYHA III-IV.
mortalitas Efektif bila disertai atrial fibrilasi.
Risiko intoksikasi pada pasien
hipokalemia akibat diuretik.

Spironolakton Menurunkan mortalitas NYHA III-IV


(antagonis Hati-hati peningkatan kalium bila
aldosteron) digunakan bersama ACE inhibitor
diuretik hemat
kalium

162
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Edema Paru Akut


Definisi
Keadaan dekompensasi fungsi ventrikel kiri secara akut

Tanda dan gejala


Sesak napas, tanda kongesti paru akut, seperti ronki basah basal paru, distensi vena-vena leher

Pemeriksaan
Foto toraks: kardiomegali, garis Kerley-B, gambaran bat-wing, kranialisasi

Tatalaksana
Akut: LMNOP - Lasix (furosemid), Morfin, Nitrat, Oksigen, dan Posisi (setengah duduk)

Henti Jantung (Cardiac Arrest)


Tanda dan gejala
Penurunan kesadaran, henti nafas, dan tidak adanya denyut karotis.

Tatalaksana
Pertolongan pertama : panggil bantuan, jika tidak ada nadi, langsung lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
dan bantuan napas dengan perbandingan 30 : 2.
Pada resusitasi jantung paru anak dengan dua penolong, kompresi 15:2 (jika satu penolong tetap 30:2).
Kombinasi tepat antara kompresi dada dengan pemberian nafas meningkatkan harapan kembalinya sirkulasi
normal.

A. Irama yang dapat di-shock (perlu defibrilasi), yakni:


Ventrikel Takikardi, Ventrikel Fibrilasi → defibrilasi 200 J bifasik atau 360 J monofasik

Gambaran EKG ventrikel fibrilasi

163
KARDIOVASKULAR

B. Gambaran EKG yang tidak dapat di-shock (tidak perlu defibrilasi), yakni:
Asistol dan PEA (Pulseless Electrical Activity) lanjut RJP, epinefrin 1 mg.

Gambaran EKG asistol

Atasi kemungkinan penyebab henti jantung : 5H (hipovolemia, hipotermia, hipokalemia/hiperkalemia,


asidosis/hydrogen ion, dan hipoksida), serta 5T (toksin, tamponade jantung, tension pneumothorax,
trombosis koroner, trombosis paru).

Algoritma ACLS: Henti Jantung

164
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Takiaritmia
Definisi
Denyut jantung >100x/menit. Umumnya bergejala jika >150x/menit.
Tatalaksana
Jika bergejala dan menimbulkan tanda tidak stabil (hipotensi, syok, nyeri dada iskemik, gagal jantung akut,
dan penurunan kesadaran), tangani dengan kardioversi terinskronisasi. Jika stabil, tangani dengan obat-
obatan.

Beberapa obat-obatan untuk gambaran EKG tertentu:


SVT (supraventrikular takikardia): manuver vagal, adenosin
Atrial fibrilasi: calcium channel blocker atau beta-blocker
VT (ventrikular takikardia): amiodaron
Adanya tanda tidak stabil menandakan perlunya dilakukan tindakan segera (kardioversi, misalnya)

Algoritma ACLS: Takiaritmia dengan Nadi

165
KARDIOVASKULAR

Bradikardia
Definisi
Denyut jantung <60x/menit (lebih mungkin bergejala jika <50x/menit).

Tatalaksana
Jika bergejala dan menimbulkan tanda tidak stabil: tangani dengan pemberian sulfas atropin (SA) 0,5
mg; dosis maksimal sampai dosis 3 mg.
Jika tidak respons dengan atropin, gunakan epinefrin/dopamin hingga pacu jantung.

Algoritma ACLS: Bradiaritmia dengan Nadi

166
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Penyakit Jantung Bawaan Asianosis (Pintas Kiri - Kanan)


Pasien tidak biru saat presentasi awal, namun seiring berjalannya usia dapat menjai biru (pembalikan pintas
menjadi kanan ke kiri, disebut sebagai sindroma Eisenmenger)
Gambaran khas:
VSD ASD PDA
Murmur pansistolik di linea Fixed-split S2 Murmur kontinu (machinery
sternalis kiri bawah (area katup -like) di infraklavikula.
trikuspid) PDA (paten duktus
arteriosus) merupakan
kelainan kongenial
terbanyak pada bayi yang
lahir prematur maupun
rubella kongenital

Penyakit Jantung Bawaan Sianosis (Pintas Kanan - Kiri)


Pasien langsung sianosis sejak lahir. Disebabkan oleh pintas dari kanan ke kiri.
Tetralogy of Fallot (TOF) Stenosis pulmonal, VSD, overriding aorta, serta hipertrofi ventrikel
kanan
Tet spell/cyanotic spell ("pasien jongkok")
Boot-shaped heart

Boot-shaped heart
Transposition of Great Arteri pulmonalis yang keluar dari ventrikel kiri, sedangkan aorta
Artery (TGA) keluar dari ventrikel kanan.
Oval-shaped heart (seperti telur)

Syok
Definisi
Gangguan pada sirkulasi sistemik yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan

Syok Hipovolemik
Definisi
Syok yang disebabkan karena kehilangan cairan tubuh (misal: muntah, diare, perdarahan)
Merupakan syok karena

167
KARDIOVASKULAR

Tatalaksana
Resusitasi cairan (kristaloid, bolus 20 ml/kg)

Syok Hemoragik
Definisi
Bentuk khusus pada syok hipovolemik, yakni karena kehilangan darah

Tatalaksana
Resusitasi cairan (urutan pemberian : kristaloid → koloid →produk darah berupa PRC (berdasarkan ATLS))

Syok Kardiogenik
Definisi
Syok yang disebabkan kegagalan pompa jantung akibat kelainan kontraktilitas maupun irama jantung

Tatalaksana
fluid challenge (250 cc selama 5-10 menit)

dopamin)
Dopamin jika TD sistol 70-100 mmHg dengan gejala syok
Dobutamin jika TD sistol 70-100 mmHg tanpa gejala syok
Norepinefrin jika TD sistol <70 mmHg

168
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Syok Anafilaksis
Definisi
Syok yang disebabkan oleh vasodilatasi sistemik akibat reaksi anafilaksis (hipersensitivitas tipe 1)
Merupakan syok

Tatalaksana
Tatalaksan utama : injeksi epinefrin (1:1000) 0,3-0,5 mg IM/IV
Tatalaksana suportif : resusitasi cairan, antihistamin (klorfeniramin IM/IV), dan steroid (hidrokortison IM/IV)

Syok Sepsis
Definisi
Reaksi SIRS (severe inflammatory response syndrome) akibat adanya fokus infeksi dalam tubuh. Disebut
kondisi syok sepsis bila membutuhkan bantuan vasopressor untuk mempertahankan MAP >65 mmHg
Terjadi vasodilatasi luas di seluruh pembuluh darah tubuh akibat aktivitas sitokin TNF-α (sitokin yang utama)

Tatalaksana
Pastikan cairan adekuat dan vasokonstriktor (yang terpilih adalah norepinefrin, terutama jika sistolik <70
mmHg).

Syok Neurogenik
Definisi
Trauma spinal dapat mengakibatkan kehilangan tonus simpatis (yang menjaga tonus pembuluh darah)
yang berada pada segmen torakal, sehingga dapat terjadi syok neurogenik. Semakin tinggi level vertebra
yang mengalami trauma, maka kondisi syok akan semakin parah.
Tatalaksana
Pastikan cairan adekuat dan vasokonstriktor (dopamin, norepinefrin, fenilefrin)

Secara teori, syok anafilaksis, sepsis, dan neurogenik merupakan bagian dari syok distributive

Tamponade Jantung
Definisi
Terisinya ruang potensial antara jantung dan perikardium dengan cairan (atau darah = hemoperikardium)

Tanda dan gejala


Trias Beck: hipotensi, distensi vena jugularis, serta suara jantung melemah (muffled heart sound)

Tatalaksana
Tatalaksana awal dengan perikardiosentesis, definitif dengan torakotomi dan perikardiotomi

169
KARDIOVASKULAR

Raynaud Disease (Primary Raynaud Phenomenon)


Definisi
Merupakan suatu keadaan yang disebabkan karena vasokonstriksi (vasospasme) pembuluh darah perifer
sebagai respon atas paparan suhu dingin atau lingkungan hipotermia

Tanda dan Gejala


Nyeri dan mati rasa, terutama pada ujung-ujung jari, penurunan sensorik, perubahan warna kulit sesuai
dengan tahapan penyakit Raynaud (hipoksia/putih → sianosis/biru → reperfusi/merah)

Tatalaksana
Kelola faktor risiko, terutama paparan suhu dingin (misal: memakai sarung tangan, mematikan AC).
Tatalaksana simtomatik misalnya menghangatkan tangan di air hangat, pada kasus yang berat dapat
diberikan medikamentosa yang memiliki efek vasodilator (CCB-dihidropiridine, α-1 blocker, nitrogliserin
topical)

Thromboangiitis Obliterans (Bue disease)


Definisi
Suatu vaskulopati yang disebabkan karena inflamasi endarteritis, terutama pada arteri kecil dan arteri
sedang. Kondisi ini sangat erat kaitannya dengan kebiasaan merokok

Tanda dan Gejala


Gejala yang timbul adalah klaudikasio (nyeri saat beraktivitas) dan dapat memburuk seiring perjalanan
penyakit sehingga timbul nyeri bahkan saat istirahat. Beberapa tanda lain adalah paresthesia, pucat, dan
pulsasi nadi melemah.

Tatalaksana
Terapi farmakologi secara umum tidak efektif. Abstinensi dari penggunaan tembakau (merokok)
merupakan satu-satunya cara untuk mencegah perburukan gejala. Pada perjalanan penyakit yang sudah
parah dan terjadi nekrosis, terdapat kemungkinan dilakukan amputasi

Penyakit Arteri Perifer (Peripheral Arterial Disease)


Definisi
Insufisiensi perfusi jaringan akibat atherosclerosis pada pembuluh darah arteri.

Tanda dan Gejala


Klaudikasio intermiten merupakan salah satu gejala terpenting dari penyakit ini, dan bisa menjadi satu-
satunya gejala yang tampak. Beberapa tanda lain adalah paresthesia, pucat, dan pulsasi nadi melemah.

Pemeriksaan
Pemeriksaan yang sederhana dapat dilakukan dengan menghitung ABI (Ankle Brachial Index), dengan
interpretasi hasil sebagai berikut

170
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

USG Doppler dapat menggambarkan penurunan aliran darah ke distal

Tatalaksana
Terapi farmakologi pilihan adalah Cilostazol 2x100 mg
Apabila terapi konservatif gagal maka dapat dilakukan terapi revaskularisasi dengan metode angioplasty,
eksisi plak atherosclerosis, atau pembuatan bypass
Pada kasus yang parah dan terjadi gangrene, maka perlu dilakukan debridemen dan bahkan amputasi.

Thrombosis Vena Dalam (Deep Vein Thrombosis)


Definisi
Terbentuknya thrombus (thrombosis) pada vena profunda, dengan predileksi tersering adalah vena pada
tungkai (vena saphena magna).
Faktor risiko → cedera endotel vascular,
hiperkoagulasi, dan stasis vena

Tanda dan Gejala


Bengkak (paling sering ditemui), nyeri (tidak spesifik), hangat, dan eritema.

Pemeriksaan
→ nyeri pada area betis apabila dilakukan gerakan dorsofleksi pada telapak kaki
Peningkatan kadar D-dimer

Komplikasi
Emboli paru → akibat thrombus yang terbentuk terlepas, mengikuti aliran darah balik, dan masuk ke paru-
paru

Tatalaksana
Antikoagulan (heparin, fondaparinux, rivaroxaban), penggunaan stoking kompresi, operasi endovascular
(trombektomi, angioplasty, pemasangan stent)

Limfangitis
Definisi
Inflamasi pada traktus atau saluran limfatik yang disebabkan karena adanya infeksi pada lokasi yang terletak
distal dari saluran limfatik

Tanda dan Gejala


Riwayat trauma atau infeksi kulit terletak pada ujung distal saluran limfatik. Demam, menggigil, malaise, dan
gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit kepala, penurunan nafsu makan. Tampak garis eritema yang
memanjang dari lokasi infeksi (pada ujung distal) dan mengikuti alur saluran limfatik.

Pemeriksaan
Tidak rutin dilakukan. Dapat dilakukan pemeriksaan kultur untuk menentukan etiologi.
171
KARDIOVASKULAR

Tatalaksana
Antibiotik (Dikloksasilin, Seftriakson, Klindamisin)
Terapi suportif: NSAIDs, kompres hangat, insisi-drainase bila telah terjadi abses

Insufisiensi Vena Kronik


Definisi
Inkompetensi katup vena yang menyebabkan terjadinya refluks atau aliran balik darah vena sehingga terjadi
pooling darah vena, biasanya pada tungkai.

Tanda dan Gejala


Gejala yang umum dirasakan adalah rasa terbakar, kram, nyeri, dan mudah lelah pada tungkai. Keluhan
membaik bila digunakan untuk berjalan atau dilakukan elevasi. Tampak varises/varicose vein yaitu dilatasi
vena superfisial yang terproyeksi di kulit

Pemeriksaan
USG Doppler dapat menunjukkan adanya backflow dari aliran darah vena

Tatalaksana
Stoking kompresi, venoablasi (ligasi, skleroterapi)

Endokarditis Infektif
Definisi
Infeksi pada lapisan endocardium jantung. Paling sering karena prosedur pengobatan gigi (e.c.
Streptococcus viridans → flora normal rongga mulut) dan kebiasaan penggunaan jarum suntik (e.c.
Staphylococcus aureus → flora normal kulit)

Tanda dan Gejala


→ Fever, Roth spot, Osler nodes, Murmur, Janeway lesion, Anemia, Nail bed hemorrhage,
Emboli
Kriteria penegakkan diagnosis : Kriteria DUKE

172
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Dikatakan positif endocarditis infektif bila memenuhi kriteria :


• 2 kriteria mayor, atau
• 1 kriteria mayor dan 3 kriteria minor, atau
• 5 kriteria mayor

Pemeriksaan
Ekokardiografi untuk melihat vegetasi pada katup mitral atau tricuspid
Kultur darah untuk menentukan etiologi

Tatalaksana
Antibotik empiris (Ampisilin 3x4 g IV atau Kloksasilin 3x4 g IV)

Penyakit Jantung Reumatik


Definisi
Inflamasi pada jantung dan timbulnya jaringan fibrosis pada katup jantung yang merupakan kelanjutan dari
demam rematik (rheumatic fever) akibat respon autoimun terhadap infeksi Streptococcus grup A. Urutan
katup yang paling sering terkena adalah katup mitral, katup aorta, katup tricuspid, dan katup pulmonal.

Tanda dan Gejala


Kriteria JONES, yaitu (kriteria mayor) dan (kriteria minor)
JONES → Joint involvement, O looks like a heart (miokarditis), Nodul subkutan, Eritema marginatum, dan
Sydenham chorea
CAFÉ PAL → CRP increased, arthralgia, fever, prolonged PR interval, anamnesis of rheumatism, dan
leukositosis

Dikatakan positif penyakit jantung reumatik bila :


Kultur tenggorok positif GAHBS atau peningkatan titer ASTO + 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor + 2
kriteria minor

Pemeriksaan
Kultur dari specimen tenggorok untuk melihat adanya GAHBS
Tes ASTO (anti streptolysin O)

Tatalaksana
Mitral valvulotomy, mitral valve replacement, percutaneous balloon valvuloplasty

Diseksi Aorta
Definisi
Terpisahnya lapisan tunika intima aorta dari lapisan luarnya akibat robekan kecil yang diperbesar oleh aliran
darah yang masuk ke dalam robekan tersebut.

Tanda dan Gejala


Nyeri dada seperti disobek atau disayat (khas), sinkop, penurunan kesadaran, sesak napas, demam,
hemoptisis

Pemeriksaan
Rontgen toraks : pelebaran mediastinum (khas namun jarang ditemukan)
CT-scan dengan kontras pada pasien yang stabil

Klasifikasi

173
KARDIOVASKULAR

Tatalaksana
Operasi endovascular (repair)
Medikamentosa : menurunkan tekanan darah (beta bloker) dan analgesic (golongan narkotik dan opioid)

Aneurisma Aorta Abdominal


Definisi
Dilatasi fokal pada arteri atau aorta abdominal dengan ukuran > 3 cm.

Tanda dan Gejala


Rasa tidak nyaman pada area pinggang, punggung bawah, atau perut. Gejala kompresi GIT dapat dirasakan
seperti mudah kenyang, mual, muntah. Pada palpasi terkadang dapat dirasakan adanya massa yang
berdenyut pada area abdomen.

Pemeriksaan
USG terutama digunakan untuk skrining pasien dengan factor risiko
CT-scan digunakan untuk mendapatkan ukuran aneurisma dengan tepat dan perencanaan tatalaksana

Tatalaksana
Repair endovaskular

174
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

BIOETIKA

Kaidah Dasar Bioetik


Beneficence
Prinsip di mana seorang dokter melakukan suatu tindakan untuk kepentingan pasiennya, di mana dokter
memilih terapi yang paling baik dalam standar medis terbaik. Pada umumnya dokter memiliki banyak pilihan
dan tidak terdesak oleh kasus gawat darurat, misalnya.
1. Memberi obat generik
2. Tidak polifarmasi
3. Memberikan edukasi lengkap kepada pasien
4. Pemberian obat nyeri untuk pasien dengan penyakit terminal
5. Menolong anak yang diduga menjadi korban KDRT
6. Membuat rujukan kepada dokter lain yang kompeten

Non-Maleficence
Paling utama yakni dokter mengutamakan prinsip first, do no harm. Dokter tidak melakukan tindakan yang
membuat pasien semakin buruk atau tidak menguntungkan. Interpretasi lain adalah dokter melakukan
tindakan penyelamatan nyawa (life-saving), seperti operasi cito.
1. Menolak aborsi tanpa indikasi medis
2. Tidak melakukan eutanasia
3. Tidak melakukan pemeriksaan laboratorium/radiologi/prosedur yang sebenarnya diperlukan demi
keuntungan pribadi dokter
4. Mengutamakan pasien dalam keadaan gawat

Autonomy
Dokter menghormati harkat dan martabat manusia, terutama dalam hak menentukan nasibnya sendiri. Pasien
(yang kompeten) diberi hak untuk mempertimbangkan dan berpikir secara logis, dan dokter menghargai
keputusan yang dibuat oleh pasien terhadap dirinya sendiri.
1. Melakukan informed consent (termasuk informed refusal)
2. Memberikan pasien hak untuk menentukan dan memutuskan dirinya sendiri (asal dewasa secara hukum
dan sehat)
3. Melibatkan keluarga dalam pengambilan keputusan pasien yang tidak kompeten
4. Menjaga rahasia medis pasien
5. Mengatakan jujur kepada pasien tentang penyakit, karena merupakan hak pasien untuk mendapat
informasi sejelas-jelasnya.

Justice
Tidak membedakan pelayanan walaupun ada perbedaan budaya, suku, agama dan kepercayaan
1. Dokter yang menyampaikan hasil pemeriksaan medis karena kesehatannya memengaruhi kepentingan
orang banyak (contoh: sopir bus yang mengidap epilepsi, perlu disampaikan ke pihak perusahaan otobus
tersebut); pasien ebola/flu burung yang disampaikan ke dinas kesehatan
2. Pemerintah yang menyebarkan tenaga kesehatan secara merata
3. Tindakan yang memegang prinsnip sama rata, tidak membeda-bedakan pasien dalam status apapun.
"Pasien dalam keadaan yang sama, seharusnya mendapat perlakuan yang sama".
4. Dokter yang menjunjung tinggi hukum dan menghormati hak masyarakat walaupun harus mengorbankan
hak personal pasien tersebut.

Dalam soal UKMPPD, Anda harus cermat melihat aspek mana yang ditekankan pada soal. Secara
sekilas, suatu kasus dapat masuk ke aspek bioetik tertentu padahal sebenarnya ada penekanan yang
berbeda pada soal tersebut.

175
BIOETIKA

Informed Consent dan Informed Refusal

Informed Consent Persetujuan tindakan medis yang diberikan oleh Informed consent
pasien (consent) setelah pasien mendapatkan merupakan "umbrella
informasi tentang jenis tindakan, tujuan, efek term" / istilah besar yang
samping dan komplikasi, alternatif, serta risiko jika mencakup jenis consent
tidak menjalani operasi yang lain

Expressed Consent Informed consent yang dinyatakan secara Expressed consent sering
eksplisit, baik itu dalam bentuk tertulis (written disinonimkan dengan
consent - tanda tangan surat persetujuan ) written consent saja
maupun dalam bentuk lisan (oral consent - "Ya
dok, saya setuju")

Implied Consent Informed consent yang diberikan secara implisit Umumnya untuk tindakan
(tersirat) oleh pasien dengan menarik kesimpulan rutin dan risiko tidak besar,
dari sikap pasien yang menyatakan seperti pasien yang
persetujuan (lihat catatan di presumed consent). mengangguk ketika akan
dilakukan pungsi vena

Presumed Consent Informed consent yang diberikan secara implisit Pasien yang tidak
(tersirat) oleh pasien dengan menarik kesimpulan menyampaikan penolakan
dari sikap pasien yang tidak melakukan dianggap setuju dengan
penolakan. prosedur, karena prosedur
Contoh: pasien yang datang ke IGD karena luka di tersebut merupakan suatu
kaki, lalu lukanya dibersihkan. Dianggap bahwa "general knowledge".
pasien yang datang ke IGD pasti ingin
dibersihkan lukanya. Hal ini karena sudah Catatan: beberapa literatur
dianggap suatu "general knowledge" bahwa menyampaikan bahwa
pasien yang datang ke IGD karena luka, pasien presumed consent adalah
ingin dibersihkan lukanya. bagian dari implied
Dalam hal ini, pasien tidak memberian consent, bahkan
persetujuan secara eksplisit, maupun tidak ada merupakan sinonim dari
sikap setuju seperti mengangguk. Pasien juga implied consent
tidak memberikan penolakan. Dengan demikian,
dianggap pembersihan luka tadi sudah disetujui
oleh pasien melalui presumed consent.

Informed Refusal Penolakan tindakan medis, karena hakikatnya Termasuk untuk tindakan
adalah hak asasi seorang untuk menentukan minor, semua penolakan
apa yang hendak dilakukan terhadap dirinya. harus tertulis.
Penolakan dinyatakan oleh pasien (refusal) Pasien yang tidak ingin
setelah pasien diinformasikan tentang risiko diukur TD harus ditulis
tindakan dan konsekuensi (informed). dalam rekam medis,
Penolakan tindakan medis HARUS BERSIFAT karena jika (suatu hari)
EKSPLISIT TERTULIS (WRITTEN) karena dalam pasien mengalami
hal terjadi efek samping/komplikasi akibat komplikasi, seperti stroke
tindakan medik tersebut (yang dinilai dokter perdarahan dan tidak ada
tersebut perlu dilakukan) tidak dilakukan atas catatan TD di rekam
kehendak pasien, dokter yang wajib melakukan medik, dokter dapat
pembuktian secara hukum. dipersalahkan karena
dianggap lalai tidak
melakukan pengukuran
TD.

176
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

NEFRO-UROLOGI

Gagal Ginjal Akut


Definisi
Perburukan fungsi ginjal secara cepat dan tiba-tiba, ditandai dengan oliguria/anuria peningkaran kreatinin.
Paling sering disebabkan oleh hipovolemik

Kriteria
Kriteria RIFLE untuk klasifikasi gagal ginjal akut

Klirens kreatinin dapat diprediksi dengan mengukur kadar kreatinin serum menggunakan rumus Cockroft
Gault:

Catatan:
(x 0,85 hanya untuk perempuan)

Gagal Ginjal Kronik


Definisi
Penurunan fungsi ginjal menahun serta tanda kerusakan ginjal dalam pemeriksaan penunjang, yang bertahan
lebih dari tiga bulan.

Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronik berdasarkan GFR:
Stage GFR (ml/min/1,73m2) Rencana
1 >90 Tatalaksana komorbiditas
2 60 89 Atasi komplikasi
3 30 59 Atasi komplikasi
4 15 29 Siapkan terapi pengganti ginjal*

5 <15 Terapi pengganti ginjal*

177
NEFRO-UROLOGI

*terapi pengganti ginjal: dapat berupa hemodialisis, CRRT (continuous renal replacement therapy), hingga
transplantasi ginjal.

Analisis Gas Darah

Sindrom Nefrotik
Definisi
Sindroma yang ditandai dengan peningkatan ekskresi protein urin (proteinuria >50 mg/kg//24 jam, atau
dipstik urin +2), hipoalbuminemia (<2,5 g/dL), pitting edema (dapat bersifat anasarka), serta
hiperkolesterolemia (>200 mg/dL)

Pemeriksaan penunjang
Pengukuran protein urin kuantitatif (esbach test), urinalisis, serum albumin, profil lipid.

Tatalaksana
Steroid (Prednison 1 mg/kgbb/hari maksimal 80 mg/hari), jika resisten steroid memerlukan siklofosfamid,
suportif berupa diet tinggi protein.

178
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Sindroma Nefritik
Tanda dan gejala
Hematuria (dominan) dengan kencing berwarna gelap, hipertensi, silinder eritrosit, dapat disertai
proteinuria

Etiologi
Sering disebabkan oleh reaksi autoimun pada infeksi Streptokokus beta-hemolitik grup A (setelah
faringitis, impetigo) - disebut dengan GNAPS (glomerulonefritis akut pasca-streptokokus)

Klasifikasi
Akut → tersering GNAPS, rapidly progressing glomerulonephritis (RPGN)
Kronis → IgA nephropathy ( ), nefritis herediter, Thin basement membrane disease

Tatalaksana
Suportif: diuretic (furosemide 1mg/kgbb/pemberian), anti-hipertensi, antibiotik (amoksisilin 3 x 500
mg selama 7-10 hari atau eritromisin 30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis selama 7-10 hari → ERITROMISIN
HANYA PADA GNAPS)

Infeksi Saluran Kemih


Definisi
Terbagi menjadi:
ISK atas (pielonefritis, prostatitis) vs bawah (uretritis, sistitis) secara anatomis
Secara klinis: non-komplikata (wanita dewasa, tidak hamil, tanpa kelainan penyerta) vs komplikata (kondisi
lain selain non-komplikata)

Etiologi
Etiologi tersering: Eschericia coli, bakteri lain (Klebsiella, Proteus) dari kultur urin. Pemeriksaan awal:
urinalisis (piuria, bakteriuria, hematuria, nitrit, leukosit esterase)

Sistitis
Tanda dan gejala
Disuria, gejala saluran kemih bawah (urgensi, frekuensi), nyeri tekan suprapubik, biasanya tanpa demam /
demam low-grade. Dapat disertai hematuria.

Tatalaksana
Fluorokuinolon pada kasus ISK komplikata dapat diberikan 2 x 500 mg, kotrimoksasol 2 x 960 mg, atau
nitrofurantoin 4 x 50 mg

Pielonefritis
Tanda dan gejala
Demam tinggi, menggigil, nyeri punggung dan nyeri ketok sudut kostofrenikus (CVA), mual, muntah, dan
diare

Tatalaksana
Fluorokuinolon 2 x 500 mg (rawat jalan) atau seftriakson 1 gr/12 jam IV (rawat inap)

Prostatitis
Tanda dan gejala
Akut: demam, nyeri tekan saat pemeriksaan prostat; kronik: menyerupai gejala sistitis, dengan dominan
gejala obstruksi (aliran urin rendah, urin sulit keluar)

Tatalaksana
Flurokuinolon 2 x 500 mg

179
NEFRO-UROLOGI

Pembesaran prostat jinak


Tanda dan gejala
Gejala obstruktif: pancaran miksi lemah, miksi tidak lampias
Gejara iritatif: frekuensi (sering berkemih), nokturia (terbangun malam hari untuk berkemih), dan urgensi
(sulit menahan kemih)

Pemeriksaan
Colok dubur (RT): pembesaran prostat, konsistensi kenyal, tanpa nyeri dan nodus, pool atas umumnya tidak
teraba. Dapat dilakukan BNO-IVP (terdapat indentasi kaudal buli-buli) dan USG prostat

Tatalasana
Alfa-bloker (tamsulosin 400 mcg dosis tunggal/hari, terazosin 2-10 mg dosis tunggal/hari); 5-alfa-reduktase
inhibitor (finasteride 5 mg/hari dosis tunggal, dutasterid), serta pembedahan (TURP, open prostatectomy)

Kanker prostat
Tersering adalah adenokarsinoma prostat

Tanda dan gejala


Gejala obstruktif dan iritatif, dapat menimbulkan gejala metastasis (nyeri tulang, kompresi korda spinalis)

Pemeriksaan
Skrining dengan colok dubur (RT) dan PSA> 4 ng/mL (prostate-specific antigen); diagnostik dengan
ultrasonografi trans-rektal dan biopsi, atau pencitraan dengan bone-scan. Hati-hati dalam
menginterpretasikan PSA. PSA spesifik terhadap prostat, bukan kanker prostat. PSA dapat meningkat pada
banyak kondisi (misal: BPH, setelah colok dubur, prostatitis, hingga kanker prostat).

Nefrolitiasis
Batu di pielum ginjal, nyeri kolik, terutama di pinggang, disertai hematuria

Ureterolitiasis
Batu di ureter, nyeri kolik, menjalar hingga ke skrotum / labia (terutama ureter distal). Pada ureter proksimal
dapat mirip dengan nefrolitiasis.

Vesikolitiasis
Batu di buli, BAK dipengaruhi perubahan posisi, dapat disertai gejala berkemih yang tersendat dan lancar
(terkait perubahan posisi)

Uretrolitiasis
Batu di uretra, nyeri di penis saat berkemih, retensi urin

Pemeriksaan kasus Batu Saluran Kemih


BNO-IVP, USG, CT urografi (non-kontras). Gambaran radiologi tergantung komposisi batu:
Batu radiopak / putih jika komposisi kalsium atau struvit
Batu radiolusen / gelap jika komposisi asam urat / sistin

Tatalaksana
Medikamentosa (alfa blocker) bloker (tamsulosin 400 mcg dosis tunggal/hari, terazosin 2-10 mg dosis
tunggal/hari), anjuran konsumsi air >2 liter/hari, minimal-invasif (ESWL / pemecahan batu dengan gelombang
ultrasound), hingga pembedahan.

180
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Fimosis
Preputium tidak dapat ditarik ke belakang (retraksi), dapat
timbul nyeri/ujung penis menggembung saat miksi

Tatalaksana
Sirkumsisi

Parafimosis
Preputium menjepit batang penis, setelah retraksi
preputium tidak dapat dikembalikan ke posisi semula

Tatalaksana
Kegawatdaruratan: CITO dorsumsisi, dilanjutkan sirkumsisi.

Hipospadia
Orifisium uretra eksternum terletak di sisi ventral (bawah) penis.

Tatalaksana
Rujukan ke urologi untuk rekonstruksi

Epispadia
Orifisum uretra eksternum terletak di sisi dorsum (atas) penis.

Tatalaksana
Rujukan ke urologi untuk rekonstruksi
Kulit preputium kelak akan dipergunakan untuk rekonstruksi,
oleh karena itu sirkumsisi adalah "kontraindikasi" pada kedua kondisi ini

Kriptorkismus (undescensus testis)


Salah satu (atau kedua) testis tidak berada di kantong skrotum, tetapi berada di sepanjang jalur penurunan
testis. Dapat disertai hernia inguinalis indirek.

Tatalaksana
Observasi maksimal 6 bulan pertama kehidupan, jika tidak ada perlu dilakukan pembedahan (orkidopeksi)
terbaik dlakukan pada usia 6-12 bulan kehidupan dengan maksimal usia 24 bulan untuk mencegah resiko
infertilitas.

181
REPRODUKSI

REPRODUKSI

Kehamilan Normal
- WHO ANC Model 2016 → Asuhan antenatal ideal minimal delapan kali: 1 kali pada trimester 1 (sebelum
12 minggu); 2 kali pada trimester 2; 5 kali pada trimester 3.

- Suplementasi zat besi elemental 60 mg (setara 320 mg sulfas ferosus) dan asam folat 400 ; kalsium
1,5-2 g dapat mencegah pre-eklampsia pada ibu yang asupan kalsiumnya rendah
- Vaksin tetanus toksoid (TT) sesuai status imunisasi

Fisiologi Persalinan Normal


Proses persalinan fisiologis terbagi menjadi 4 kala:
- Kala 1, di mana terjadi proses pendataran dan pembukaan serviks. Fase laten bukaan sampai 3 cm
(sekitar 8 jam), fase aktif bukaan 3-10 cm (1 cm/jam - 6 jam)
- Kala 2, di mana terjadi proses kelahiran bayi, dimulai dari pembukaan serviks lengkap hingga keluarnya
bayi. Batas waktu 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida
- Kala 3, di mana terjadi proses kelahiran plasenta. Dimulai sejak lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta.
Batas waktu 30 menit
- Kala 4, fase pemantauan keadaan ibu, dimulai dari kelahiran plasenta hingga 2 jam setelahnya

Hiperemesis Gravidarum
- Muntah-muntah yang terjadi, puncak pada trimester 1 kehamilan, dan timbul gangguan fisiologi dan
manifestasi klinis (seperti turun BB, dehidrasi, ketogenesis). Dipengaruhi hormone hCG. Komplikasi lebih
lanjut: gangguan elektrolit (hiponatremia, hipokalemia) dan ketosis
- Terapi : small frequent feeding, pemberian vitamin B6 (pyridoxine 1x75mg), doksilamin (sediaan jadi satu
dengan piridoksin 1-2x10mg), dimenhidrinat (4-6x50-100mg PRN max 400mg/hari), prometazin (4-6x12.5-
25mg). Jika belum teratasi: memerlukan metoklopramid (3-4x10-15mg), klopromazin (4-6x10-25mg), dan
ondansetron (3-4x4-8mg).

Abortus
Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (pada usia kehamilan <20
minggu atau berat janin <500 gram).

182
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Klasifikasi abortus :
Perdarahan Nyeri Uterus Keadaan Tatalaksana
perut (fundus) serviks
Abortus Sedikit Sedang Sesuai usia Tertutup pertahankan kehamilan, tirah baring,
iminens pantang senggama, pemantauan
serial
Abortus Sedang - Sedang- Sesuai usia Terbuka pengeluaran isi uterus (baik secara
inisipien banyak hebat spontan, maupun penanganan aktif -
dilatasi, kuretase)

Abortus Sedang - Sedang- Sesuai usia Terbuka pengeluaran isi uterus (baik secara
inkomplet banyak hebat spontan, maupun penanganan aktif -
dilatasi, kuretase)

Abortus Sedikit Sedikit Lebih kecil Terbuka / konseling, suportif


komplet tertutup
Missed Tidak ada Tidak Lebih kecil Tertutup evakuasi isi uterus (dilatasi, kuretase)
abortion ada

Mola Hidatidosa
Mola adalah penyakit gestasional trofolbastik. Terdapat mola komplit dan mola partial. Pada mola komplit
sama sekali tidak ditemukan jaringan fetus, sementara pada mola partial data ditemukan jaringan fetus.

Manifestasi klinis :
Mola komplit → uterus lebih besar darpada usia kehamilan, vaginal bleeding akibat jaringan mola berpisah
dengan desidua, hyperemesis akibat kadar hCG yang sangat tinggi
Mola partial → tidak sama dengan mola komplit. Gejala yang timbul biasanya menyerupai abortus inkomplit
atau missed abortion, yaitu vaginal bleeding dan tidak adanya DJJ.

Pemeriksaan penjunjang
a. hCG kuantitative sangat tinggi, yaitu >100.000 mIU/mL
b. USG : tampakan snowstorm appearance (hydropic chorionic villi)

Tatalaksana
a. Evakuasi isi
b. Pemantauan hCG serial

Kehamilan Ektopik Terganggu


KET adalah implantasi hasil konsepsi di luar cavum uteri. Trias klasik KET : nyeri abdomen, amenorea, dan
vaginal bleeding. KET 80% terjadi di ampula, dan paling jarang pada abdomen, ovarium, dan serviks.

Manifestasi klinis
Perdarahan pervaginam, gangguan hemodinamik, nyeri abdomen, nyeri goyang porsio, serviks tertutup,
cavum Douglas menonjol.

Pemeriksaan penunjang
USG abdominal, USG transvaginal sudah kurang disarankan karena invasif

Tatalaksana
Stabilisasi hemodinamik, persiapkan laparotomi

183
REPRODUKSI

Kelainan Genetik
Sindrom down Trisomi 21 Retardasi mental, mongoloid face, simian palmar crease
Sindrom Turner 45 XO Fenotip perempuan, pendek, steril, webbed neck
Sindrom Cri du Delesi kromosom 5 Suara seperti"tangisan kucing"
chat
Sindrom marfan Kelainan jaringan Ekstremitas panjang, aneurisma aorta
ikat
Sindrom 47 XXY Fenotip laki-laki, atrofi testis, ginekomastia
Klinefelter
Sindrom Jacobs 47 XYY Sering dihubungkan dengan perilaku agresif
Fenilketonuria Ketiadaan enzim Retardasi mental, kencing dan keringat berbau menyengat, dapat
yang mengubah menunjukkan gejala albino
fenilalanin menjadi
tirosin (fenilalanin
hidroksilase)

Partograf
Indikasi Partograf
Partograf harus digunakan:
1. Untuk semua ibu dalam kala I fase aktif (fase laten tidak dicatat di partograf tetapi di tempat terpisah
seperti di KMS ibu hamil atau rekam medik)
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (spesialis obgyn, bidan, dokter umum, residen swasta,
rumah sakit, dll)
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan
kelahiran.

Kontraindikasi partograf :
Partograf tidak boleh dipergunakan pada kasus:
1. Wanita pendek (<145 cm)
2. Perdarahan antepartum
3. Preeklampsia eklampsia
4. Persalinan prematur
5. Bekas sectio sesarea
6. Kehamilan ganda
7. Kelainan letak janin
8. Fetal distress
9. Dugaan distosia karena CPD
10. Kehamilan dengan hidramnion
11. Ketuban pecah dini
12. Persalinan dengan induksi

Cara Mengisi Partograf


Yang dinilai pada partograf :
1. DJJ tiap 30 menit
2. Frekuensi dan durasi kontraksi tiap 30 menit
3. Nadi tiap 30 menit
4. Pembukaan serviks tiap 4 jam
5. Penurunan bagian terbawah janin tiap 4 jam
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh tiap 4 jam
7. Urin, aseton dan protein tiap 2-4 jam.

184
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Contoh Partograf

185
REPRODUKSI

186
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

1. DJJ
Normal : 110 160x/menit
Menilai dan mencatat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat
janin). Tiap kotak menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ.
Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.
Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.

2. Warna dan adanya air ketuban


Menilai air ketuban dilakukan bersamaan dengan periksa dalam. Warna air ketuban hanya bisa dinilai jika
selaput ketuban telah pecah. Lambang untuk menggambarkan ketuban atau airnya:
- U : selaput ketuban utuh (belum pecah)
- J : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban jernih
- M : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
- D : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban bercampur darah
- K : selaput ketuban telah pecah dan air ketuban kering (tidak mengalir lagi)

3. Pembukaan
Angka pada kolom kiri 0-10 menggambarkan pembukaan serviks.Menggunakan tanda X pada titik silang
antara angka yang sesuai dengan temuan pertama pembukaan serviks pada fase aktif dengan garis waspada.
Hubungan tanda X dengan garis lurus tidak terputus.

4. Penurunan bagian terbawah janin


-5 pada sisi yang sama dengan angka pembukaan

Contoh:
Jam 17.00 penurunan kepala 3/5
Jam 21.00 penurunan kepala 1/5

5. Garis waspada
Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada, maka waspadai kemungkinan adanya
penyulit persalianan. Jika persalinan telah berada di sebelah kanan garis bertindak yang sejajar dengan garis
waspada maka perlu segera dilakukan tindakan penyelesaian persalianan. Siapkan untuk dirujuk.

6. Penyusupan (molase) tulang kepala


Penyusupan tulang kepala merupakan indikasi penting seberapa jauh janin dapat menyesuaikan dengan
tulang panggul ibu. Semakin besar penyusupan semakin besar kemungkinan disporposi kepal panggul.
Lambang yang digunakan:
- 0: tulang tulang kepala janin terpisah, sutura mudah dipalpasi
- 1: tulang-tulang kepa janin sudah saling bersentuhan
- 2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi masih bisa dipisahkan
- 3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

7. Kontraksi Uterus
Terdapat lima kotak mendatar untuk kontraksi. Pemeriksaan dilakukan setiap 30 menit, raba dan catat jumlah
dan durasi kontaksi dalam 10 menit. Misal jika dalam 10 menit ada 3 kontraksi yang lamanya 20 setik maka
arsirlah angka tiga kebawah dengan warna arsiran yang sesuai untuk menggambarkan kontraksi 20 detik
(arsiran paling muda warnanya).

8. Jam dan waktu


Waktu berada dibagian bawah kolom terdiri atas waktu mulainya fase aktif persalinan dan waktu 187ctual saat
pemeriksaan. Waktu mulainya fase aktif persalinan diberi angka 1-16, setiap kotak: 1 jam yang digunakan
untuk menentukan lamanya proses persalinan telah berlangsung. Waktu 187ctual saat pemeriksaan
merupakan kotak kosong di bawahnya yang harus diisi dengan waktu yang sebenarnya saat kita melakukan
pemeriksaan.

187
REPRODUKSI

9. Obat obatan dan cairan yang diberikan


Catat obat dan cairan yang diberikan di kolom yang sesuai. Untuk oksitosin dicantumkan jumlah tetesan dan
unit yang diberikan.

10. Kondisi Ibu


Catat nadi ibu setiap 30 menit dan beri tanda titik pada kolom yang sesuai. Ukur tekanan darah ibu tiap 10
menit dan beri tanda ↕ pada kolom yang sesuai. Temperatur dinilai setiap dua jam dan catat di tempat yang
sesuai.

11. Volume urin, protein, dan aseton


Lakukan tiap 2 jam jika memungkinkan.

12. Data lain yang darus dilengkapi dari partograf adalah:


Data atau informasi umum
Kala I
Kala II
kalaIII
kala IV
bayi baru lahir
) dan diisi titik yang disediakan

Spektrum Hipertensi dalam Kehamilan


Hipertensi kronik

Hipertensi gestasional
(sebelumnya tidak ada riwayat), tanpa proteinuria, tanpa
gejala berat

Pre-eklampsia

a. Pre-eklampsia 24
jam). Jika tidak ada proteniuria, preeklampsia berdasarkan tekanan darah serta salah satu dari gejala Cr >
1.1 mg/dl, edema paru, peningkatan OT/PT >2x, Trombosit <100.000, nyeri kepala, nyeri epigastirum,
atau gangguan penglihatan, serta gangguan pertumbuhan janin (oligohidramnion, fetal growth
retardation)

b. Pre-eklampsia dengan gejala berat. Diagnosis pre-eklampsia terpenuhi dan didapatkan salah satu

<100.000, nyeri kepala, nyeri epigastirum, atau gangguan penglihatan, serta gangguan pertumbuhan
janin (oligohidramnion, fetal growth retardation)

Hipertensi kronik dengan super-imposed preeclampsia


Onset hipertensi <20 minggu dan >20 minggu muncul gejala baru berupa proteinuria atau gejala pre-
eklampsia berat.

Eklampsia
Kejang umum dengan/tanpa koma, disertai gejala pre-eklampsia (berat pada umumnya)

188
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Gangguan Siklus Haid


Siklus haid normal berkisar 21 - 35 hari (mayoritas di 28 hari)
1. Amenorea primer
Belum terjadinya menstruasi di atas usia 16 tahun dengan tanda seks sekunder ATAU >14 tahun tanpa
tanda seks sekunder
2. Amenorea sekunder
Jika tidak haid dalam 3 bulan terakhir jika siklus haid teratur (atau 9 bulan, jika ada riwayat oligomenonrea)
3. Oligomenorrhea jika siklus haid >35 hari
4. Polimenorrhea jika siklus haid <21 hari
5. Menorrhagia jika lama siklus haid dan jumlah darah haid lebih dari normal
6. Metrorrhagia jika terdapat perdarahan di luar siklus haid

Kanker Serviks
Karsinoma sel skuamosa serviks (tersering), akibat infeksi HPV tipe 16 dan 18 (high risk), dengan
Faktor risiko
faktor risiko banyak pasangan seksual, infeksi menular seksual, koitus pertama usia muda, dan pasangan
seksual dengan risiko tinggi

Skrining: asam asetat (lesi acetowhite)/IVA dan Pap Smear

Gambaran
acetowhite pada
pemeriksaan
inspeksi dengan
asam asetat

Diagnosis: biopsi (kolposkopoi, cervical punch)


Radiologi (rontgen thorax, MRI/CT abdomen) untuk penentuan clinical staging

Tatalaksana
Pencegahan: vaksin HPV sebelum onset koitus pertama, hindari perilaku berisiko. Tatalaksana bergantung
stage (bedah, radiasi, kemoterapi)

189
FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

Tanda Kematian
Tanda pasti kematian:
Rigor mortis (kaku) Cadaveric spasm
Algor mortis (dingin) Dekomposisi
Livor mortis (lebam) Mumifikasi
Adiposera

1. Rigor mortis
Kaku mayat karena kekakuan otot setelah periode pelemasan/relaksasi primer. Mulai tampak 2 jam,
dari luar ke tengah, lengkap setelah 12 jam, dipertahankan 12 jam, menghilang dengan urutan yang
sama.
Bandingkan dengan cadaveric spasm

2. Algor mortis
Penurunan suhu tubuh mayat akibat penghentian produksi panas tubuh.

3. Livor mortis
Bercak/lebam/noda besar merah kebiruan/merah ungu pada lokasi terendah tubuh mayat akibat
penumpukan eritrosit. Mulai tampak 20-30 menit setelah meninggal, menetap setelah 8-12 jam
kematian.

4. Cadaveric spasm
Kekakuan otot segera setelah kematian somatis tanpa relaksasi primer. Disebabkan oleh habisnya ATP
sesaat menjelang kematian.
Bandingkan dengan rigor mortis

5. Dekomposisi
Proses degenerasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk, terutama
Clostridium welchii (nama lain: Clostridium perfringens). Mulai tampak 24 jam setelah mati, dimulai
dengan timbulnya warna kehijauan pada perut kanan bawah karena lokasi caecum paling dekat dengan
permukaan kulit. Selanjutnya, larva lalat dapat muncul 36-48 jam setelah kematian, lalu menetas 24 jam
berikutnya.

6. Mumifikasi
Penguapan cairan dan dehidrasi jaringan. Tidak mengakibatkan pembusukan.

7. Adiposera
Terbentuknya bahan berwarna keputihan, lunak/berminyak, berbau tengik dalam jaringan tubuh setelah
terjadinya kematian.

Cara, Penyebab, dan Mekanisme Kematian


Satu mekanisme kematian dapat disebabkan oleh banyak penyebab kematian, demikian pula satu penyebab
kematian dapat menimbulkan banyak mekanisme kematian.

• Cara kematian: bagaimana penyebab kematian itu datang pada korban. Pada umumnya cara kematian
terbagi menjadi dua, yaitu wajar dan tidak wajar. Cara kematian yang tidak wajar antara lain karena
kecelakaan, bunuh diri, dan pembunuhan.
• Penyebab kematian: perlukaan atau penyakit yang menimbulkan kekacauan fisik sehingga
mengakibatkan kematian. Contoh: luka tembak, luka tusuk, tenggelam, kanker, aterosklerosis.
• Mekanisme kematian: kekacauaan fisiologis/fisik yang dihasilkan oleh penyebab kematian. Contoh:
asfiksia, perdarahan hebat.

Contoh : Cara: bunuh diri (tidak wajar), penyebab: jeratan pada leher, mekanisme: asfiksia
190
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

Visum et Repertum
Terbagi atas VeR hidup dan VeR jenazah
a. VeR Hidup
✓ VeR Definitif jika dibuat seketika, korban tidak memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan
sehingga umumnya tidak menghalangi korban (luka ringan)
✓ VeR sementara jika dibuat untuk sementara waktu karena korban memerlukan perawatan dan
pemeriksaan lanjutan. Kualifikasi luka belum ditulis.
✓ Visum sementara dilanjutkan dengan VeR lanjutan yang dibuat oleh dokter saat luka korban telah
sembuh/pindah rumah sakit/pulang paksa. Kualifikasi luka disimpulkan dan ditulis.
b. VeR Jenazah
Dibuat tehadap korban yang sudah meninggal. Dapat meliputi pemeriksaan luar (PL) jenazah saja atau jika
terdapat permintaan dapat dilakukan pemeriksaan dalam (PD).

Traumatologi Forensik
Derajat Luka
a. Luka ringan
Pasal 352 KUHP
Luka yang tidak menimbulkan penyakit/halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian
b. Luka sedang
Pasal 351(1) dan 353(1) KUHP
Luka yang tidak memenuhi kriteria luka ringan dan luka berat termasuk luka sedang
c. Luka berat
Pasal 90 KUHP
Luka yang memenuhi setidaknya salah satu dari kriteria di bawah ini:
• Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali
• Menimbulkan bahaya maut
• Tidak mampu secara terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan/pekerjaan/pencarian
• Kehilangan salah satu pancaindera
• Mendapat cacat berat
• Menderita sakit lumpuh
• Terganggunya daya pikir selama lebih dari 4 minggu
• Gugur/matinya kandungan seorang perempuan

Luka Tembak
Temuan luka bergantung pada jarak penembakan dilakukan.
• Luka tembak tempel: jejas laras
• Luka tembak sangat dekat (<15 cm): kelim api
• Luka tembak dekat (15-30 cm): kelim jelaga
• Luka tembak dekat (30-60 cm): kelim tato
• Luka tembak jauh >60 cm: kelim kesat dan kelim lecet

Kelim api: daerah hiperemis di tepi lubang


Kelim jelaga: jelaga pada permukaan sekitar lubang
Kelim tato: butir mesiu yang tidak habis terbakar
Kelim kesat: pelumas, jelaga, elemen mesiu
Kelim lecet: kulit ari yang terkelupas di sekitar tepi lubang

Pembunuhan Anak Sendiri = Infantisida


Infantisida atau disebut juga pembunuhan anak sendiri harus memenuhi 4 unsur berikut :
• Pelaku : pelaku merupakan ibu kandung
• Korban : korban merupakan anak kandung
• Motif : takut atau malu bila ketahuan bahwa ia melahirkan seorang anak
• Waktu : tidak lama atau sesaat setelah dilahirkan

191
FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

Perhatikan bahwa untuk menilai unsur tersebut, bayi harus:


• Viabel, artinya usia gestasi >28 minggu, BB >1000 gram, lingkar kepala >32 cm, panjang tumit-kepala
>35 cm, tidak ada cacat bawaan berat
• Lahir hidup (dada mengembang, konsistensi paru seperti spons, permukaan paru seperti marmer, uji
apung paru positif)
• Tanpa adanya tanda perawatan, yakni plasenta masih ada, tali pusat belum dipotong, verniks kaseosa
masih ada, tanpa adanya makanan/susu, tidak ada pakaian yang dikenakan

Jika tanpa tanda lahir hidup, digolongkan sebagai mati dalam kandungan
Jika sudah ada tanda perawatan, maka digolongkan sebagai pembunuhan biasa (hukuman lebih berat)

Pelaku yang terlibat dalam kejahatan infatisida dapat dijerat hukum dengan KUHP pasal 341-343
• Pasal 341:
tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri,
dengan pidana penjara paling lama tujuh
• Seorang ibu yang dengan sengaja akan menjalankan keputusan yang diambilnya sebab takut
ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya itu pada ketika
dilahirkan atau tidak lama kemudian dari pada itu, dihukum karena pembunuhan anak, yang direncanakan
dengan hukuman penjara selama - lamanya sembilan tahun
• Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain yang turut serta
melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan anak dengan rencana

Asfiksia
Definisi
Asfiksia merupakan istilah yang sering digunakan untuk menyatakan berhentinya respirasi yang efektif
(cessation of effective respiration). Asfiksia merupakan keadaan di mana terjadi gangguan dalam proses
pertukaran udara yang dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah berkurang (hipoksia) disertai
peningkatan kadar karbon dioksida (hiperkapnia). Asfiksia mekanik adalah jenis asfiksia yang paling sering
ditemui dalam kasus tindak pidana. Dalam istilah forensic, asfiksia juga sering disebut mati lemas.

Jenis asfiksia mekanik:


1. Penutupan saluran napas bagian atas
a. Suffocation: dapat terjadi jika oksigen di udara kurang memadai. Biasanya terjadi pada ruangan yang
sempit tanpa adanya ventilasi untuk pertukaran udara, misalnya pada kasus reruntuhan tambang, atau
keramaian orang seperti saat demonstrasi atau konser.
b. Smothering (pembekapan: biasanya dilakukan menggunakan benda dengan permukaan yang lembut
seperti bantal atau selimut yang dilipat.
c. Gagging & Choking: keduanya merupakan jenis asfiksia yang terjadi karena obstruksi jalan napas akibat
adanya benda asing. Gejalanya cukup khas, yaitu diawali batuk-batuk, sianosis, dan akhirnya meninggal.

2. Penekanan dinding saluran napas


a. Strangulation (penjeratan): merupakan penekanan benda yang permukaannya relative sempit atau tipis
dan panjang, misalnya tali, ikat pinggang, rantai, stagen, dan sebagainya, melingkari leher dengan
kekuatan jeratan berasal dari kedua tarikan pada ujungnya. Kasus penjeratan kebanyakan merupakan
pembunuhan meskipun terdapat kemungkinan lain seperti kecelakaan (misal: selendang terlilit roda saat
sedang naik motor)
b. Manual strangulation / Throttling (pencekikan): penekanan leher menggunakan tangan sehingga udara
pernapasan tidak dapat lewat. Kasus cekikan hampir selalu disebabkan karena pembunuhan karena pada
kasus percobaan bunuh diri, cekikan akan lepas begitu orang tersebut mulai kehilangan kesadaran

192
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020

c. Hanging (gantung): peristiwa gantung adalah peristiwa di mana seluruh atau sebagian dari berat tubuh
seseorang ditahan di bagian leher oleh sesuatu benda dengan permukaan yang sempit dan panjang
(misal: tali, kain panjang, rantai). Peristiwa gantung dapat disebabkan karena pembunuhan, bunuh diri,
maupun kecelakaan.

3. Penekanan dinding dada (asfiksia traumatic / crush asphyxia)


Terjadi akibat penekanan dinding dada sehingga menyebabkan dinding dada terfiksasi dan mengganggu
proses pernapasan. Misalnya pada saat dinding dada tertindih oleh reruntuhan bangunan, setir mobil, atau
tergencet saat sedang berdesakan.

4. Drowning (tenggelam)
Kematian karena tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas karena masuknya
air ke dalam saluran pernapasan. Istilah tenggelam juga sebaiknya memperhitungkan proses terjadinya
peristiwa, yaitu terbenamnya korban ke dalam air meskipun tidak seluruh tubuh harus masuk ke dalam air.
Asalkan lubang hidung dan mulut berada di bawah air, maka hal ini sudah bisa disebut sebagai tenggelam.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka peristiwa tenggelam tidak hanya terjadi di obyek geografis (laut,
sungai, danau) tetapi bisa juga terjadi di wastafel, bak mandi, atau ember berisi air.

Tahap Asfiksia
1. Dyspnea
Penurunan akdar oksigen dalam darah (hipoksia) akan merangsang pusat pernapasan di medulla
oblongata sehingga frekuensi napas dan laju nadi bertambah cepat, dan mulai tampak tanda sianosis
terutama pada area wajah dan ekstremitas.
2. Konvulsi
Akibat hiperkania, maka timbul rangsang terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi, yang
diawali dengan kejang klonik, kemudian tonik, dan akhirnya timbul kejang opistotonik. Pupil tampak
midriasis, bradikardi, tekanan darah menurun akibat supresi sistem saraf pusat.
3. Apnea
Pusat pernapasan mengalami depresi yang berlebihan, napas sangat lemah bahkan berhenti, kesadaran
menurun. Pada fase ini biasanya terjadi pengeluaran feses, urin, dan sperma (pada pria) akibat relaksasi
sfingter.
4. Stadium akhir
Paralisis total pusat pernapasan, jantung masih berdenyut beberapa saat post-apneu, hingga akhirnya
berhenti total.

Tanda Asfiksia
Pada jenazah yang meninggal akibat asfiksia dapat dijumpai tanda-tanda sebagai berikut
1. Sianosis
Kurangnya oksigen menyebabkan darah lebih encer dan lebih gelap. Warna kulit dan mukosa tampak lebih
gelap. Warna lebam mayat yang terbentuk merah kebiruan gelap, dengan distribusi yang lebih luas akibat
kadar CO2 yang tinggi.
2. Kongesti vena
Pada asfiksia terdapat gambaran khas yaitu kongesti sistemik pada kulit dan organ selain paru-paru,
termasuk dilatasi jantung kanan. Sebagai akibat dari kongesti vena, maka akan tampak pula bitnik-bintik
perdarahan atau disebut juga Tardieu spot. Bintik perdarahan ini mudah diidentifikasi pada jaringan
longgar seperti kelopak mata.
3. Edema
Kerusakan pembuluh darah kapiler sehingga permeablitas meningkat, hingga menyebabkan edema,
terutama pada paru-paru.
Selain tanda umum tersebut, dapat pula dijumpai tanda khusus sebagai berikut:

193
FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

• Pembekapan: terkadang sulit didapatkan tanda-tanda kekerasan. Kalaupun ada kemungkinan luka jenis
luka lecet tekan, atau geser, dan luka memar pada area hidung, pipi, dagu, dan leher akibat perlawanan
korban
• Gagging dan choking: didapatkan adanya bukti benda asing dalam saluran napas
• Penjeratan: jejas berbentuk mendatar, mengitari leher. Bila benda yang digunakan permukaannya keras
dan kasar maka akan tampak luka lecet tekan dan terasa kaku seperti perkamen. Di sekitar jejas jerat juga
sering didapatkan luka lecet akibat kuku tangan korban yang berusaha membuka jeratan (garis Yoshikawa)
• Pencekikan: tampak tanda kekerasan pada area sekitar wajah, resapan darah di bagian dalam leher, fraktur
Os. Hyoid dan kartilago thyroid dan cricoid.
• Penggantungan: jejas berupa lekukan mengitari leher, baik penuh maupun sebagian, dengan di sekitarnya
tampak bendungan. Arah jejas menuju ke atas ke arah simpul. Resapan darah pada kulit leher (tanda
intravital), menunjukkan bahwa korban masih hidup saat dilakukan penggantungan. Fraktur kartilago hyoid
dan cricoid, didapatkan lebam mayat pada bagian tubuh bawah, seperti di telapak tangan, telapak kaki,
dan genital.

Tenggelam
Definisi
Beberapa terminologi terkait mati tenggelam antara lain:
1. Wet drowning
Pada keadaan ini, air masuk ke dalam saluran napas korban setelah korban tenggelam.
2. Dry drowning
Pada keadaan ini, air tidak pernah masuk ke dalam paru-paru akibat adanya spasme laring dan kematian
terjadi sebelum menghirup air
3. Secondary drowning
Terjadi gejala beberapa hari setelah kejadian tenggelam dan korban meninggal akibat komplikasi.
4. Immersion syndrome
Korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air dingin akibat reflex vagal sehingga terjadi cardiac
arrest. Seringkali terjadi pada kasus orang yang mabuk (dalam pengaruh alcohol) terjatuh ke dalam kolam
atau sungai dan langsung meninggal.

Patofisiologi Mati Tenggelam


• Tenggelam di air tawar
Pada keadaan ini terjadi absorbs/aspirasi cairan massif sehingga terjadi hemodilusi karena konsentrasi
elektrolit air tawar lebih rendah dibanding darah. Hal ini dapat memicu terjadinya fibrilasi ventrikel.
• Tenggelam di air asin
Konsentrasi elektrolit air asin lebih tinggi dibanding darah sehingga air akan ditarik keluar dari sirkulasi
pulmonal ke dalam jaringan interstisial paru sehingga terjadi edema pulmo dan hemokonsentrasi.

Pemeriksaan Luar
Pakaian atau mayat basah, dapat bercampur dengan lumpur, tanah, dan benda asing lain yang terdapat di air
Dapat ditemukan pula cutis anserina akibat kontraksi otot erector pili. Kulit telapak tangan dan kaki memberi
gambaran . Tanda intravital pada kasus tenggelam adalah cadaveric spasm yang
terjadi akibat korban berusaha menyelamatkan diri dengan memegang apa saja benda-benda di sekitarnya
seperti rumput laut atau lumut.

Pemeriksaan Dalam
• Saluran napas terdapat buih
• Emphysema aquosum → paru-paru membesar dan pucat.

194
BUKU MATERI CBT
PADI BATCH II 2020


besar, terjadinya karena robeknya partisi interalveolar dan sering terlihat di bawah pleura.
• Pemeriksaan berat jenis dan kadar elektrolit pada darah yang berasla dari bilik jantung kiri dan kanan. BIla
tenggelam di air tawar, berat jenis dan kadar elektrolit. Dalam jantung kiri lebih rendah dari jantung kanan,
sedangkan pada kasus diatom di darah paru, ginjal, dan tulang.
• Benda di air (diatom) di jaringan paru, darah, ginjal, tulang.

195

Anda mungkin juga menyukai