Anda di halaman 1dari 40

-LAPORAN KASUS-

GANGGUANG PSIKOTIK POLIMORFIK


AKUT DENGAN GEJALA SKIZOFRENIA
Oleh :

Ghyna Fakhriah, S.Ked 1830912320072


Nur Mila, S.Ked 1830912320143
Nurul Muthmainnah, S.Ked 1830912320133

Pembimbing :
dr. Yanuar Satrio Sarosa, Sp.KJ

1
PENDAHULUAN
 Gangguan Psikotik Akut adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau
aneh.
 Menninger menyebutkan lima sindrom klasik yang menyertai sebagian besar pola psikotik, yaitu:1
1.Perasaan sedih, bersalah dan tidak mampu yang mendalam
2.Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan
motorik yang berlebihan
3.Regresi ke autism manerisme pembicaraan dan perilaku, isi pikiran yang berwaham, acuh tak acuh
terhadap harapan social.
4.Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecenderengan membela diri atau rasa
kebesaran.
5.Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. M
 Tempat, tanggal lahir : Handil Gayam 14 April 1989
 Usia : 30 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Ds. Handil Gayam Rt.03/02 Handil Gayam Kurau Tanah laut
 Pendidikan : S1
 Pekerjaan : Guru honorer
 Agama : Islam
 Suku : Banjar
 Bangsa : Indonesia
 Status Perkawinan : Menikah
 Tanggal Berobat : 24 Desember 2019
RIWAYAT PSIKIATRI
 ANAMNESIS

Diperoleh dari autoanamnesis dan heteroanamnesis dengan istri


pasien dan pasien pada tanggal 24 Desember 2019 pukul 20.00
WITA di IGD RSJ Sambang Lihum Kalimantan Selatan.
ALASAN UTAMA
Perubahan tingkah laku
KELUHAN TAMBAHAN
Sering diam tidak ada bicara, tidak tidur, tiba-tiba menangis
Riwayat Gangguan Sekarang
Alloanamnesis
Pasien dibawa oleh istri dan ayahnya menggunakan mobil milik
sendiri ke IGD RSJ Sambang Lihum. Saat datang, pasien digandeng
oleh ayahnya, pasien Nampak berjalan lambat, pasien mengenakan
baju kemeja polos berwarna biru tua, celana kain berwarna biru,
dan sandal jepit. Pasien tampak terawat dan wajah sesuai usia. Saat
dilakukan anamnesis, pasien tampak tidak kooperatif kepada
pemeriksa. Pasien duduk dengan tenang dan pasien tidak mau
menjawab pertanyaan saat wawancara berlangsung. Pasien
tampak tidak mau dan tidak mampu menjawab ketika ditanyakan
nama, usia, alamat, dan siapa yang membawanya.
Pasien tidak menjawab saat ditanyakan alasan dirinya dibawa ke
RSJ Sambang Lihum. Pada saat ditanyakan bagaimana perasaanya
pasien tiba-tiba menagis dengan suara yang pelan dan
mengeluarkan air mata, pasien tetap tidak bisa menjawab
pertanyaan. Ekspresi yang diperlihatkan oleh pasien berkurang,
sesuai dengan apa yang dia rasakan.
Riwayat Gangguan Sekarang
HETEROANAMNESIS
Pasien dibawa oleh istri dan ayahnya menggunakan mobil milik sendiri ke IGD RSJ
Sambang Lihum. Saat datang, pasien digandeng oleh ayahnya, pasien Nampak
berjalan lambat, pasien mengenakan baju kemeja polos berwarna biru tua, celana
kain berwarna biru, dan sandal jepit. Pasien tampak terawat dan wajah sesuai usia.
Saat dilakukan anamnesis, pasien tampak tidak kooperatif kepada pemeriksa.
Pasien duduk dengan tenang dan pasien tidak mau menjawab pertanyaan saat
wawancara berlangsung. Pasien tampak tidak mau dan tidak mampu menjawab
ketika ditanyakan nama, usia, alamat, dan siapa yang membawanya.
Pasien tidak menjawab saat ditanyakan alasan dirinya dibawa ke RSJ Sambang
Lihum. Pada saat ditanyakan bagaimana perasaanya pasien tiba-tiba menagis
dengan suara yang pelan dan mengeluarkan air mata, pasien tetap tidak bisa
menjawab pertanyaan. Ekspresi yang diperlihatkan oleh pasien berkurang, sesuai
dengan apa yang dia rasakan.
Riwayat Gangguan Sekarang
HETEROANAMNESIS
Menurut pengakuan istri pasien, pasien dibawa ke IGD RSJ Sambang Lihum karena
mengalami perubahan perilaku. Istri pasien mengatakan bahwa pasien tinggal berempat
bersama dirinya dan kedua orang tua pasien. Menurut istri pasien, pasien terlihat mulai
mengalami perubahan perilaku secara tiba-tiba sejak 10 hari belakangan ini. Perubahan
perilakunya berupa pasien menjadi sering diam tidak ada bicara, tidak bisa tidur dan
mondar-mandir dirumah tanpa alasan yang jelas. Menurut istrinya perubahan ini terjadi
setelah ayahnya gagal dalam pemilihan pilkades tanggal 11 Desember 2019 awalnya
pasien tidak bisa tidur semalam tanpa tau sebabnya, besok harinya pasien bicara kepada
ayahnya tentang pemilihan kemaren bahwa orang yang menang itu curang namun yang
dituduh curang itu ayahnya pasien kemudian pasien megatakan kepada ayahnya untuk tidak
memikirkan itu biar pasien saja. Pasien juga sering mengeluh kepada istrinya bahwa orang-
orang sudah mulai mengawasi keluarganya akibat dituduh curang saat pemilihan. Pasien
mengeluarkan kartu SIM dihp nya dengan alasan ada yang meneror pasien, pasien juga
mengatakan media sosialnya dibajak oleh orang padahal waktu dicek istrinya tidak benar.
Besoknya (malam minggu) pasien mulai terlihat gelisah mondar-mandir tanpa sebab
dirumah, tidak tidur semalaman saat itu pasien mulai jarang berbicara.
Riwayat Gangguan Sekarang
HETEROANAMNESIS
Pasien sudah tidak ada bicara sama sekali sejak 4 hari yang lalu sering tiba-tiba menangis
menurut istrinya pasien menangis jika merasa dirinya di bicarakan oleh orang lain. Pasien
juga mulai sering marah jika sang istri memegang badannya, tetapi tidak sampai memukul
istri. Pasien juga pernah mengambil pisau dan di arahkan kepada dirinya sendiri namun
tidak sempat melukainya karena berhasil diambil. Semenjak itu keluarga pasien mulai
menyimpan barang-barang tajam untuk antisipasi. Setelah itu tidak ada ditemui lagi pasien
mencoba percobaan bunuh diri. Pasien tidak pernah keluyuran jauh keluar rumah tidak jelas,
pasien kebanyakan tinggal dirumah dan sering mindar mandir tidak jelas. Terkadang pasien
terlihat ingin bicara tapi tidak bisa mengungkapkan atau mengeluarkan kata-kata seperti
tertahan.
Riwayat Gangguan Sekarang
HETEROANAMNESIS
Pasien sudah tidak ada bicara sama sekali sejak 4 hari yang lalu sering tiba-tiba menangis
menurut istrinya pasien menangis jika merasa dirinya di bicarakan oleh orang lain. Pasien
juga mulai sering marah jika sang istri memegang badannya, tetapi tidak sampai memukul
istri. Pasien juga pernah mengambil pisau dan di arahkan kepada dirinya sendiri namun
tidak sempat melukainya karena berhasil diambil. Semenjak itu keluarga pasien mulai
menyimpan barang-barang tajam untuk antisipasi. Setelah itu tidak ada ditemui lagi pasien
mencoba percobaan bunuh diri. Pasien tidak pernah keluyuran jauh keluar rumah tidak jelas,
pasien kebanyakan tinggal dirumah dan sering mindar mandir tidak jelas. Terkadang pasien
terlihat ingin bicara tapi tidak bisa mengungkapkan atau mengeluarkan kata-kata seperti
tertahan.
Riwayat Gangguan Sebelumnya :
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Pasien juga tidak mempunyai
riwayat trauma kepala dan kecelakaan.pasien baru kali ini mengalami gangguan kejiwaan
sebelumnya tidak pernah. Keluarga pasien mengaku pasien tidak pernah menggunaka
obat psikotrofika atau obat-obatan rutin yang diminum. Sejak dulu pasien memang
memiliki kepribadian pendiam dan tidak terbuka.

Riwayat Gangguan Psikiatri


Tidak ada riwayat gangguan psikiatri

Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif.

Riwayat penyakit dahulu (medis)


Tidak ada riwayat penyakit medis terdahulu.
Riwayat Kehidupan Pribadi :
a)Riwayat Prenatal
Istri pasien tidak mengetahui dengan jelas riwayat kehamilan, kelahiran, dan prenatal
pasien. Sedangkan menurut ayah pasien, dirinya lahir cukup bulan ditolong oleh bidan
kampong dan pada saat lahir langsung menangis.
b)Riwayat Infanticy/Masa Bayi (0-1,5 tahun) Basic Trust vs Mistrust
Istri pasien tidak begitu mengetahui riwayat perkembangannya pada masa bayi.. Namun
seingat ayah pasien, saat bayi dirinya diberikan ASI hingga usia enam bulan. Pasien
tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan. Pasien mengalami tumbuh
kembang sesuai dengan bayi seusianya.
c)Riwayat Early Childhood/Masa kanak (1,5-3 tahun) Autonomy vs shame and doubt
Ayah pasien tidak begitu mengingat dirinya ketika masa kanak-kanak. Menurutnya,
tumbuh kembang dirinya baik seperti anak seusianya. Tidak ada keterlambatan dalam
tumbuh kembang dan gizi cukup. Pasien juga dapat bermain dengan anak seusianya,
tidak suka menyendiri atau suka memukul teman sebayanya.
d)Riwayat Pre School Age/Masa Prasekolah (3-6 Tahun) Initiative Vs Guilt
Menurut ayah pasien, dirinya merupakan anak yang rajin membantu orang tua dalam
melakukan pekerjaan rumah. Pasien juga senang bermain dengan anak sebayanya di halaman
rumah. Orang tua pasien tidak pernah memukul ataupun berkata kasar kepada pasien.

e)Riwayat School Age/Masa Sekolah (6-12 tahun) Industry vs Inferiority


Pasien mulai memasuki masa sekolah. Di sekolah, pasien dapat belajar dengan baik, pasien
juga dapat mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugasnya sendiri. Pasien memperlakukan
teman sebaya, guru, ataupun orang-orang di sekitar rumahnya dengan baik. Pasien tidak suka
menyendiri, dirinya lebih senang begaul dan bermain dengan teman-temannya.

f)Riwayat Adolescence (12-20 tahun) Identity vs Role diffusion/Identity Confusion


Pada usia ini pasien disekolahkan dipesantren pasien sudah mulai mngenal lawan jenis namun
tidak sampai pacaran. Pasien memang orang yang pediam kadang asik sendiri.
Riwayat Kehidupan Pribadi :

Riwayat Pendidikan
Pasien memulai pendidikan formal sejak TK kemudian SD sampai kuliah lulus S1 pasien tidak
ada riwayat tinggal kelas, prestasi belajar pasien baik pasien mengambil jurusan bahasa inggris
disini.
Riwayat Pekerjaan
Pasien merupakan guru honorer kurang lebih sudah 10 tahun, sejak sakit pekerjaan nya menjadi
terbenkalai nilai rapor tidak terisi dan pasien didatangi oleh kepala sekolah akibat tidak ada
kabar.
Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah pada saat usianya 28 tahun. Pasien menikah atas kehendaknya sendiri
dengan istri yang terpaut usia 6 tahun lebih muda dari dirinya. Menurut istrinya keluarganya
harmonis tidak ada perkelahian kdrt dsb, namun sudah 2 tahun ini belum dikaruniai anak
sehingga pasien mulai marah terhadap istrinya.
Riwayat Kehidupan Pribadi :

Aktivitas Keagamaan
Pasien sudah jarang sholat semenjak mendapat keluhan tersebut, jarang mengaji dan
tidak ikut pengajian

Riwayat Psikososial
hubungan seksual terakhir kurang lebih 2 minggu yang lalu

Riwayat Aktivitas Sosial


Pasien adalah orang yang ramah dan senang bercanda dengan anak-anak maupun orang
sekitar, namun pasien jarang ikut acara social dilingkungan karena mengaku cape setelah
habis kerja , kebanyakan digunakan untuk rebahan dan menggunakan hp.
.
Riwayat Kehidupan Pribadi :
Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah terkait masalah hukum sebelumnya.

Riwayat Waktu Luang


Pasien beraktivitas sehari-hari sebagai guru honorer jika sedang luang pasien sering tidur

Riwayat kehidupan sekarang


Kehidupan pasien sekarang hanya sebatas beraktivitas di dalam rumah dan memiliki interaksi
terbatas (hanya kepada ayahnya). Pasien tinggal bersama istri dan ayah kandung, pasien sering
merasa curiga kepada orang lainkarena mengira ingin berbuat jahat kepada nya.
Riwayat Kehidupan Pribadi :
Riwayat keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri. Hubungan pasien dengan
keluarga sekarang kurang baik karena pasien mengalami perubahan perilaku. Pasien
menjadi sering marah-marah tanpa alasan yang jelas.
Riwayat Kehidupan Pribadi :
Persepsi (tanggapan) pasien tentang dirinya dan kehidupannya
Pasien tidak mempunyai pandangan khusus mengenai kehidupannya
Impian, fantasi, dan nilai-nilai :
Sulit dievaluasi
STATUS MENTAL
DESKRIPSI UMUM
Penampilan
Pasien dibawa oleh istri dan ayahnya menggunakan mobil milik sendiri ke IGD RSJ Sambang Lihum.
Saat datang, pasien digandeng oleh ayahnya, pasien Nampak berjalan lambat, pasien mengenakan
baju kemeja polos berwarna biru tua, celana kain berwarna biru, dan sandal jepit. Pasien tampak
terawat dan wajah sesuai usia. Tak nampaka ada tato ditubuhnya.

Perilaku dan aktivitas psikomotor


Perilaku pasien hipoaktif.

Sikap pasien terhadap pemeriksa


Tidak Kooperatif
STATUS MENTAL
Keadaan afektif (mood), perasaan, ekspresi afektif (hidup emosi) dan empati:
1.Mood : Hipothym
2.Afek : Datar
3.Keserasian : Tidak serasi

Gangguan persepsi
Ada halusinasi A/V/G/G/T/O : (-)
Ilusi : -
Depersonalisasi : -
Derealisasi : -
STATUS MENTAL
Pembicaran
Kuantatif : Mutisme
Kuantitatif : tidak ada

Proses pikir :
a.Bentuk pikiran : Sulit di evaluasi
b.Arus pikiran : Mutisme

Isi pikiran : preokupasi (-)waham (+) Curiga


STATUS MENTAL

1.Kesadaran : compos mentis.


2. Orientasi : Sulit di evaluasi pada waktu, tempat, dan orang.
3. Daya ingat : Sulit di evaluasi
4. Konsentrasi : Buruk
5. Perhatian : Buruk
6. Kemampuan membaca dan menulis : Sulit di evaluasi
7. Kemampuan visuospasial : Sulit di evaluasi
8. Pikiran abstrak :Sulit di evaluasi
9. Kapasitas intelegensia : Sulit di evaluasi
10. Bakat kreatif : Kurang baik
11. Kemampuan menolong diri : Buruk
STATUS MENTAL

Pasien tidak bisa mengendalikan

Norma sosial, uji daya nilai serta penilaian realitas pasien Sulit di evaluasi

Tilikan : 1

Tidak dapat dipercaya


PEMERIKSAAN FISIK

1.Keadaan umum : Baik


2.Kesadaran : Compos Mentis
3.Tanda vital
- Tekanan darah: 140/90 mmHg - Frekuensi nadi: 104x / menit
- Frekuensi napas: 20 x / menit - Suhu: 36,66°C
4.Bentuk badan : Kesan dalam batas normal
5.Sistem kardiovaskular : Tidak ada kelainan
6.Sistem muskuloskeletasl : Tidak ada kelainan
7.Sistem gastrointestinal : Tidak ada kelainan
8.Sistem urogenital : Tidak ada kelainan
9.Gangguan khusus : Tidak ada kelainan
STATUS NEUROLOGIS
Nervus I-XII : dalam batas normal
Rangsang meningeal : (-)
Refleks fisiologis : dalam batas normal
Refleks patologis : (-)
Diagnosis Multiaksial
1.Aksis I : F.23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia dd
F.20.3 Skizofrenia tak terinci.
2.Aksis II : Ciri kepribadian pendiam dan tertutup tidak memiliki masalah dalam pergaulan
3.Aksis III : None
4.Aksis IV : Masalah dengan “primary support group” (Ayah kalah
pemilihan pilkades)
5.Aksis V : GAF scale 60-51, gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
1.Hendaya perawatan diri sedang : Pasien jarang mandi, terkadang hanya 1 kali sehari.
2.Hendaya fungsi pekerjaan sedang : Pasien mengalami penurunan aktivitas sebagai ibu rumah
tangga. Hasil cucian baju dan piring tidak begitu bersih. Pasien jarang mau membersihkan
halaman rumah.
3.Hendaya sosial sedang : Pasien jarang bersosialisasi dengan orang sekitar terlebih
tetangganya karena waham curiga yang dimiliki olehnya.
PROGNOSIS
 Diagnosis penyakit : dubia ad malam
 Ciri kepribadian : dubia ad bonam
 Diagnosis stressor : dubia ad malam
 Gangguan sistemik : dubia ad bonam
 Perjalanan penyakit : dubia ad bonam
 Usia saat menderita : dubia ad malam
 Pendidikan : dubia ad malam
 Lingkungan sosial : dubia ad bonam
 Pengobatan psikiatri : dubia ad bonam
 Kesimpulan : dubia ad bonam
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
1. Pasien Laki-laki usia 27 tahun datang dengan gangguan tingkah laku seperti
mengamuk, menghancurkan barang-barang, menghancurkan kaca rumah dan mebuang
baju baju tanpa sebab yang jelas, riwayat putus obat, dan susah tidur.

2. Pasien memiliki halusinasi auditorik

3. Fungsi kognitif pada pasien masih baik, namun pengendalian impuls buruk. Pasien
tidak mempunyai riwayat trauma kepala. Orientasi waktu, tempat, orang dan situasi
baik.

4. Di keluarga pasien ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien yaitu tante
dari pihak ibu
RENCANA TERAPI
Psikofarmaka : Trihexyphenidil 2 mg 2x1 (k/p jika muncul gejala EPS)
Risperidone 2 mg 2 x 1
Obs RBD/2 jam
Psikoterapi :
a. Psikoterapi suportif, untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan) pasien terhadap
stress.
b. Psikoterapi reedukatif, untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap penyakitnya,
meningkatkan pengetahuan keluarga untuk mendukung kesembuhan pasien, dan
mengembangkan kemampuan pasien untuk menunjang kesembuhan.
c. Psikoterapi rekonstruktif, untuk dicapainya tilikan akan konflik-konflik nirsadar dengan
usaha untuk mencapai perubahan struktur luas kepribadian.
Edukasi :
a.Memberikan edukasi pada keluarga tentang pentingnya mengetahui gejala dan tanda
akan terjadinya kekambuhan, minta keluarga untuk tetap dekat dengan pasien, tidak
melarang kegiatan pasien, dan membuat pasien tertekan, serta tetap tinggal berdekatan
dengan pasien
b.Memberikan edukasi tentang pentingnya minum obat secara rutin, dan membuat deretan
kegiatan pasien yang tentunya bermanfaat dan disukai oleh pasien

Usul Pemeriksaan Penunjang: tidak ada


PEMBAHASAN
Gangguan jiwa menurut PPDGJ II yang merujuk PPDGJ III adalah sindrom / pola perilaku /
psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan
dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment / disability) di dalam satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu
adalah disfungsi dalam segi perilaku, psikologik, atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-
mata terletak di dalam hubungan antara orang itu dengan masyarakat.
Secara umum seserang dikatakan gangguan jiwa jika :
1.Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa sindrom atau pola perilaku psikologik
2.Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress) seperti rasa nyeri, rasa tidak
nyaman, rasa tidak tentram, rasa terganggu dan lain-lain
3.Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas (disability) dalam kehidupan sehari-hari yang
biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan,
kebersihan diri dan lain-lain)
Gangguan jiwa dibagi menjadi 2 yaitu gangguan psikotik dan non psikotik. Pada gangguan
jiwa psikotik juga ditemukan adanya hendaya / disfungsi pada kemampuan menilai realita,
fungsi mental dan fungsi kehidupan sehari-hari.

Gangguan psikotik dibagi menjadi 2, yaitu gangguan psikotik organik dan gangguan
psikotik non organik (fungsional). Gangguan psikotik organik adalah suatu gangguan jiwa
dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality) hal ini dapat diketahui dengan
terganggunya pada hidup perasaan (mood dan afek), prosis berpikir, psikomotorik dan
kemauan, sedemukian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi. Gangguan
psikotik organik ada gangguan mental organik serta gangguan mental & perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif. Gangguan mental organik salah satunya adalah demensia, delirium,
gangguan mental; kepribadian; perilaku akibat kerusakan dan disfungsi otak.
PENEMUAN BERMAKNA
Fakta Teori
AnamnesisPasien laki-laki, usia 30 tahun Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala
Keluhan : Sering diam tidak ada bicara, tidak tidur, tiba- Skizofrenia.
tiba menangisKeluhan dirasakan tiba-tiba sejak 10 hari Pedoman Diagnosis :
SMRS Keluhan tersebut memberat sejak 4 hari SMRS, Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan
pasien setiap malam gelisah, berjalan-jalan dan tidak ada urutan prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama
tidur. Serta pasien tiba-tiba menangis jika mendengar terpilih dari gangguan ini.
dirinya sedang dibicarakan.Keluhan ini muncul setelah Urutan diagnosis yang digunakan :
pengumuman PILKADES, dimana ayahnya mengikuti Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang
pemilihan tersebut, namun ayahnya mengalami kekalahan, sama dengan jangka waktu gejala-gejala psikotik
semenjak itu pasien mengaku sering di teror melalui media menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa
sosialnya dan dari pembicaraan orang-orang bahwa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak
menuduh ayah pasien melakukan kecurangan. Setelah itu termasuk periode prodromal yang gejalanya sering
pasien berkata kepada ayahnya bahwa jangan memikirkan tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan
mengenai kekalahan ini, biar saja saya (pasien) yang seluruh kelompok.
memikirkannya Pasien juga sering marah kepada istrinya
jika disentuh oleh istrinya. Menurut sang istri hal tersebut
mungkin karena setelah 2 tahun menikah pasien tidak
memiliki anak.
Fakta Teori
Dan tantenya kemarin baru saja Adanya sindrom yang khas berupa polimorfik atau
melahirkan anak kembar.Pasien beraneka-ragam dan berubah cepat, atau schizophrenia-
pernah ingin melakukan percobaan like´ atau gejala skizofrenik yang khas. Adanya stres
bunuh diri dengan menggunakan akut yang berkaitan, kesulitan atau problem yang
pisau, namun tidak sempat digunakan berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai
karena iparnya melihat dan langsung sumber stres dalam konteks ini Tanpa diketahui berapa
mengambil pisau tersebut lama gangguan akan berlangsung. Tidak ada gangguan
dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode
manik (F30.-) atau Episode depresif (F32.-), walaupun
perubahan emosional dan gejala-gejala afektif
individual dapat menonjol dari waktu kewaktu.
Fakta Teori
Riwayat Penyakit Dahulu Kriteria diagnostik Gangguan Psikotik
Riw. trauma (-), kejang (-)Riwayat konsumsi Polimorfik Akut dengan Gejala
alkohol dan Napza (-) Riw. merokok (-)dirawat di Skizofrenia (F.23.1):Memenuhi kriteria
Rumah Sakit Jiwa (-) (a), (b), dan (c) di atas yang khas untuk
Status Psikiatri gangguan psikotik polimorfik akut
Kesan umum terawat.Kontak verbal (-), kontak (F23.0);Disertai gejala-gejala yang
visual (-)Kesadaran baikOrientasi tempat, waktu memenuhi kriteria untuk diagnosis
dan orang baik, perhatian (sde)Mood hipotymAfek skizofrenia (F.20.-) yang harus sudah ada
datarGangguan persepsi (Halusinasi (sde) ilusi untuk sebagian besar waktu sejak
(sde))Pembicaraan (mutisme)Bentuk pikiran munculnya gambaran klinis psikotik itu
(sde)Arus pikiran (blocking)Isi Pikiran (waham secara jelas;Apabila gejala-gejala
curiga)Tilikan : 1Taraf (Tidak dapat dipercaya) skizofrenia menetap untuk lebih dari 1
bulan maka diagnosis harus diubah
menjadi skizofrenia (F. 20.-) Skizofrenia
Berdasarkan data dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan status psikiatri yang didapatkan, pasien
ini didiagnosis sebagai Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia (F.23.1)
dan di diagnosis banding dengan skizofrenia tak terinci (F.20.3).

Pasien ini mendapatkan terapi Risperidone 2mg 2x1, Trihexyphenidyl 2mg 2x1 (k/p). Karena
pasien memiliki riwayat untuk bunuh diri maka pasien di observasi riwayat bunuh dirinya per 2
jam dan masuk ke ruang Kelas Pria serta ditunggu oleh keluarganya.
Pasien ini mendapatkan terapi Risperidone 2mg 2x1. Risperidone merupakan obat antipsikosis
atipikal. Obat antipsikosis atipikal bekerja pada Serotonin-dopamine antagonist (SDA)
mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi antar serotonin dan dopamin pada keempat jalur
dopamin di otak. Hal ini yang menyebabkan efek samping ekstrapiramidal sindrom (EPS) lebih
rendah dan sangat efektif untuk mengatasi gejala negatif.
Dalam klinis praktis, anti-psikotik atipikal memiliki empat keuntungan, yaitu :
1.Efek samping EPS jauh lebih kecil dibandingkan anti-psikosis golongan tipikal, umumnya
pada dosis terapi sangat jarang terjadi EPS.
2.Dapat mengurangi gejala negatif dari skizofrenia.
3.Menurunkan gejala afektif dari skizofrenia dan sering digunakan untuk pengobatan depresi
dan gangguan bipolar yang resisten.
4.Menurunkan gejala kognitif pada pasien skizofrenia dan penyakit Alzheimer.
Keuntungan yang didapatkan dari pemakaian anti-psikotik atipikal selain efek samping yang
minimal, juga dapat memperbaiki gejala negatif, kognitif dan mood, sehingga mengurangi
ketidaknyamanan dan ketidakpatuhan pasien akibat pemakaian obat antipsikotik. Pemakaian
anti-psikotik atipikal dapat meningkatkan angka remisi dan meningkatkan kualitas hidup
penderita skizofrenia karena dapat mengembalikan fungsinya dalam masyarakat.
Antipsikosis Mg.Eg Dosis Sedasi Otonomik Ekstrapiramidal

100 150-1600 +++ +++ ++


Chlorpromazine
100 100-900 +++ +++ +
Thioridazine
8 8-48 + + +++
Perphenazine
5 5-60 + + +++
Trifluoperazine
5 5-60 ++ + +++
Fluphenazine
2 2-100 + + ++++
Haloperidol
2 2-6 + + ++
Pimozide
25 25-200 ++++ + -
Clozapine
50 75-100 + + +
Zotepine
200 200-1600 + + +
Sulpiride
2 2-9 + + +
Risperidone
100 100-400 + + +
Quetiapine
10 10-20 + + +
Olanzapine
10 10-20 + + +
Aripiprazole
Jika terjadi efek samping ekstrapiramidal sindrom (EPS) seperti dystonia akut, akatisia, atau
parkinsonisme biasanya terlebih dahulu dilakukan penurunan dosis, apabila tidak dapat ditanggulangi
dapat diberikan obat-obatan antikolinergik berupa trihexypenidyl, benztropine, sulfas atropine, atau

dipenhydramin secara IM atau IV. Jika obat antipsikosis masih diperlukan, dapat diberikan trihexypenidyl
2 mg atau sulfas atropin 0,5-0,75 mg secara IM.3

Tujuan pasien mendapatkan obat trihexyphenidyl adalah untuk mengatasi gangguan gerakan yang tidak
normal dan tidak terkendali akibat efek samping obat antipsikosis. Pasien tidak diberikan trihexypenidyl
yang langsung dikombinasikan dengan antipsikosis karena obat ini tidak berfungsi sebagai antipsikosis
profilaksis. Pasien juga merupakan pasien rawat inap sehingga dapat diobservasi di bangsal secara ketat
terkait efek samping obat yang muncul. Gangguan gerakan ini termasuk kondisi-kondisi seperti tremor
serta gerakan wajah dan tubuh yang tidak terkendali, sering disebut sebagai “extrapyramidal syndrome”
atau EPS. Trihexyphenidyl bermanfaat meningkatkan kendali otot dan mengurangi kekakuan. Saat gejala
berkurang, obat ini akan membuat gerakan tubuh menjadi lebih normal. Trihexyphenidyl bisa digunakan
sendiri atau bersama levodopa untuk mengobati penyakit parkinson. Semua obat berpotensi menyebabkan
efek samping, termasuk trihexyphenidyl. Namun, gejala akibat efek samping umumnya membaik setelah
tubuh menyesuaikan diri. Beberapa efek samping yang umum terjadi antara lain adalah konstipasi, pusing,
sulit buang air kecil, mulut kering, pandangan buram, dan mual.3,4
PENUTUP
Gangguan psikotik merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi yang banyak. Gangguan psikotik
adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan ( sense of realitiy) hal ini dapat diketahui
dengan terganggunya pada hidup perasaan (mood dan afek), proses berpikir, psikomotorik dan kemauan,
sedemukian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi.
Gangguan psikotik dapat dibedakan menjadi dua yaitu gangguan psikotik organic dan psikotik non
organic.

Telah dilaporkan kasus Tn. M berusia 30 tahun dengan keluhan sulit tidur, sering diam dan gelisah sejak
10 hari SMRS, pasien diduga memikirkan masalah ayahnya yang tidak terpilih menjadi kepala desa dan
menerima teror serta dituduh melakukan kecurangan. Pasien juga sering marah jika badannya disentuh
oleh istrinya dan memiliki riwayat ingin bunuh diri. Pasien didiagnosis dengan Gangguan psikotik
polimorfik akut dengan gejala skizofrenia (F.23.1) dan di diagnosis banding dengan skizofrenia tak
terinci (F.20.3) dan mendapatkan pengobatan berupa risperidone, Trihexyphenidil serta observasi
riwayat bunuh diri per 2 jam.
TERIMAKASIH BANYAK
Atas Perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai