Anda di halaman 1dari 9

Tugas Ujian Stase Neurologi

Nama Mahasiswa :

1. Nurul Muth Mainnah (1830912320133)


2. Rusmia Yuniarti NIM (1830912320010)

Penguji : dr. H. Among Wibowo, M.Kes, Sp.S

1. Nervus Cranialis

Ada 12 saraf kranial yang meninggalkan otak melalui foramina dan fissura di tengkorak.
Semua saraf ini didistribusikan ke kepala dan leher kecuali saraf kranial kesepuluh, yang
mempersarafi struktur-struktur yang berada di toraks dan abdomen. Saraf-saraf otak tersebut
sebagai berikut: olfactorius (n.I), opticus (n.II), oculomotorius (n.III),
trochlearis (n.IV), trigeminus (n.V), abducens (n.VI), facialis (n.VII),
vestibulocochlearis (n.VIII), glossopharyngeus (n.IX), vagus (n.X), accessorius (n.XI), dan
hypoglossus (n.XII). Sepuluh dari 12 pasang nervus kranialis (N.III - XII) keluar dari batang otak
dan terutama berperan untuk persarafan kepala dan leher (Snell, 2002).
Nervus olfactorius, nervus opticus, dan nervus vestibulocochlearis merupakan saraf sensorik
murni. Nervus oculomotorius, nervus trochlearis, nervus abducens, nervus accessorius, dan
hypoglossus adalah saraf motorik murni. Nervus trigeminus, nervus facialis, nervus
glossopharyngeus, dan nervus vagus merupakan saraf campuran motorik dan sensorik (Snell,
2002).Nervus kranialis memiliki nuklei motorik dan/ atau sensorik di dalam otak dan serabut-
serabut saraf perifer keluar dari otak serta meninggalkan tengkorak menuju organ sensorik atau
efektor (Snell, 2002). Adapun serabut-serabut saraf kranial dikelompokkan menjadi beberapa
jenis:

a. Serabut aferen somatik, yang menghantarkan impuls rasa nyeri, suhu, raba, tekanan, dan
sensasi propioseptif melalui reseptor-reseptornya di kulit, sendi, otot, dan sebagainya.
b. Serabut aferen otonom (viseral), yang menghantarkan impuls (nyeri) dari organ visera.
c. Serabut aferen khusus (SAK), yang terdiri atas SAK somatik yang menghantarkan impuls
dari reseptor khusus (mata, telinga) dan SAK viseral yang menghantarkan impuls kecap
dan bau.
d. Serabut eferen somatik umum, yang mempersarafi otot-otot rangka (III, IV, VI, XII).
e. Serabut eferen viseral, yang mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar
(parasimpatis/ simpatis)
f. Serabut eferen brankhio-metrik khusus yang mempersarafi otot-otot derivat arkus
brankhialis (n.V untuk arkus 1, n.VII untuk arkus 2, n. IX untuk arkus 3, n. X dan n. XI
untuk arkus selanjutnya).

Berbagai komponen saraf otak, fungsi, serta celah di cranium yang dilewati oleh saraf-
saraf tersebut untuk meninggalkan cavum crania diringkas sebagai berikut:

Saraf-Saraf Kranial (Nervi Craniales)


No Nama Komponen Fungsi Tempat keluar di otak
I Olfactorius Sensorik (SVA) Penghidu Celah-celah di lamina
cribrosa ossis
ethmoidalis
II Opticus Sensorik (SSA) Penglihatan Canalis opticus
III Oculomotorius Motorik (GSE, GVE) Mengangkat kelopak mata Fissura orbitalis superior
atas, menggerakkan bola mata
ke atas, bawah, dan medial;
konstriksi pupil; akomodasi
mata
IV Trochlearis Motorik (GSE) Membantu menggerakkan Fissura orbitalis superior
bola mata ke bawah dan
lateral
V Trigeminus
Divisi ophtalmicus Sensorik (GSA) Kornea, kulit dahi, kulit Fissura orbitalis superior
kepala, kelopak mata, dan
hidung; juga membran
mukosa sinus parasanal dan
rongga hidung
Divisi maxillaris Sensorik (GSA) Kulit wajah di atas maxilla; Foramen rotundum
gigi geligi rahang atas;
membrane mukosa hidung,
sinus dan lempeng maxilla
Divisi mandibularis Motorik (SVE) Otot-otot pengunyah, M. Foramen ovale
mylohyoideus, m. digastricus
venter anterior, m. tensor veli
palatini, dan m. tensor
tympanicum.
Sensorik (GSA) Kulit pipi; kulit di atas
mandibula dan sisi kepala,
gigi geligi rahang bawah dan
articulation temporo
mandibularis; membrane
mukosa mulut dan bagian
anterior lidah
VI Abducens Motorik (GSE) M. rectus lateralis Fissura orbitalis superior
menggerakkan mata ke lateral
VII Facialis Motorik (SVE) Otot-otot wajah dan kulit Meatus acusticus interna,
kepala, m. stapedius, m. canalis facialis, foramen
digastricus venter posterior, sylomastoideus
dan m. stylohyoideus.
Sensorik (SVA) Pengecapan dari dua-pertiga
bagian anterior lidah, dari
dasar mulut dan palatum.
Sekretomotorik Kelenjar ludah submandibula
parasimpatis (GVE) dan sublingual, kelenjar
lakrimalis, dan kelenjar
hidung dan palatum.

VIII Vestibulocochlear
Vestibular Sensorik (SSA) Dari utriculus, sacculus, dan Meatus acusticus
canalis semicircularis- posis internus
dan gerakan kepala
Cochlear Sensorik (SSA) Organ Corti- pendengaran Meatus acusticus
internus
IX Glossopharyngeus Motorik (SVE) M.stylopharingeus- Foramen jugulare
membantu menelan.
Sekretomotorik Kelenjar parotis.
parasimpatis (GVE)
Sensorik (GVA, SVA, Sensasi umum dan pengecap
GSA) dari dua pertiga bagian
posterior lidah dan faring;
sinus carotis (baroreseptor);
corpus carotis (kemoreseptor)
X Vagus Motorik (GVE, SVE) Jantung dan pembuluh darah Foramen jugulare
besar di toraks; laring, trakea,
Sensorik (GVA, SVA, bronkus, dan paru; traktus
GSA) alimentary dari faring ke
fleksura splenicus kolon;
hepar, ginjal, dan pankreas
XI Accessorius Motorik (SVE) Otot-otot palatum molle Foramen jugulare
Radix cranialis (kecuali m. tensor veli
palatini), faring (kecuali m.
stylopharyngeus), dan laring
(kecuali m. cricothyroid) di
cabang-cabang n. vagus
Radiks spinalis Motorik (SVE) M. sternocleidomastoideus Foramen jugulare
dan m. trapezius
XII Hypoglossus Motorik (GSE) Otot-otot lidah (kecuali m. Canalis hypoglossus
palatoglossus) mengatur
bentuk dan pergerakan lidah
Keterangan: GSA: aferen somatik umum, SSA: aferen somatik khusus, GVA: aferen viseral umum, SVA: aferen
visceral khusus, GSE: eferen somatik umum, GVE: eferen viseral umum, SVE: eferen viseral khusus.

2. Tanda Lesi pada UMN dan LMN


3. Kenapa muncul Refleks Patologis?

Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute yang
disebut lengkung refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter (misalnya, denyut jantung,
pernapasan, aktivitas pencernaan, dan pengaturan suhu) dan respons somatis (misalnya, sentakan
akibat suatu stimulus nyeri atau sentakan pada lutut) merupakan kerja refleks.

Unit dasar aktivitas refleks terpadu adalah lengkung refleks. Lengkung refleks ini terdiri
atas alat indra, neuron aferen, satu sinaps atau lebih yang umumnya terdapat di pusat integrasi
sentral, neuron eferen, dan efektor. Pada mamalia, hubungan (sninaps) antara neuron somatik
aferen dan eferen biasanya terdapat di otak atau medulla spinalis. Serat neuron aferen masuk
susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla spinalis atau melalui nervus kranialis,
sedangkan badan selnya akan terdapat di ganglion dorsalis atau di ganglion-ganglion homolog
nervi kranialis. Serat neuron eferen keluar melalui radiks ventralis atau melalui nervus cranial yang
sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla spinalis bersifat sensorik dan radiks ventralis bersifat
motorik dikenal sebagai hukum Bell-Magendie.
Semua lengkung (jalur refleks) terdiri dari komponen yang sama.

1. Reseptor adalah ujung distal dendrit, yang menerima stimulus.


2. Jalur aferen melintas sepanjang sebuah neuron sensorik sampai ke otak atau medulla
spinalis.
3. Bagian pusat adalah sisi sinaps, yang berlangsung dalam substansi abu-abu SSP. Impuls
dapat ditransmisi, diulang rutenya atau dihambat pada bagian ini.
4. Jalur eferen melintas disepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor, yang akan
merespons impuls eferen sehingga menghasilkan aksi yang khas.
5. Efektor dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos, atau kelenjar yang
merespon

Aktivitas di lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, berupa potensial reseptor yang
besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor membangkitkan potensial aksi yang
bersifat gagal atau tuntas disaraf aferen. Jumlah potensial aksi sebanding dengan besarnya
potensial generator. Di sistem saraf pusat terjadi respons bertahap berupa potensial pascasinaps
eksitatorik dan potensial pasca sianaps inhibitorik yang kemudian bangkit di saraf tertaut-taut
sinaps. Respon yang kemudian bangkit di saraf eferen adalah respon yang bersifat gagal atau
tuntas. Bila potensial aksi ini mencapai efektor, akan terbangkit lagi respons bertahap. Di efektor
yang berupa otot polos, responnya akan bergabung untuk kemudian mencetuskan potensial aksi di
otot polos. Tetapi bila efektornya berupa otot rangka, respons bertahap tersebut selalu cukup besar
untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menimbulkan kontraksi otot.

Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di
susunan saraf pusat, dan aktivitas di lengkung reflex merupakan aktivitas yang termodifikasi oleh
berbagai rangsangan yang terkumpul (konvergen) di neuron eferen. Gerak refleks terdiri dari 2
macam, yaitu refleks fisiologis dan refleks patologis.

Refleks patologis adalah refleks – refleks yang tidak dapat di bangkitkan pada orang sehat,
kecuali pada bayi dan anak kecil. Refleks – refleks patologis sebagian besar bersifat refleks dalam
dan sebagian lainnya bersifat refleks superfisial. Reaksi yang di perlihatkan oleh refleks patologis
sebagian besar adalah sama tetapi mempunyai nama bermacam – macam karena di bangkitkan
dengan cara yang berbeda – beda.

Refleks Hoffmann Tromner

Untuk membangkitkan tanda Hoffmann pemeriksa memegang tangan pasien, dorsofleksi


pada pergelangan tangan, sehingga pada kondisi sangat rileks dan jari- jari tangan setengah fleksi.
Jari tengah setengah ekstensi dan baik falang distal atau medial dipegang dengan ibu jari dan
telunjuk pemeriksa. Pemeriksa menjentikkan jari tengah pasien dengan ibu jari lainnya secara
cepat dan kuat dan menimbulkan peningkatan fleksi dari jari tersebut secara tiba-tiba.

Saat tanda Hoffmann muncul, diikuti dengan fleksi dan adduksi ibu jari serta fleksi jari
telunjuk, kadang disertai disertai fleksi jari-jari lainnya. Tanda disebut tidak komplit apabila hanya
ibu jari atau telunjuk yang berespon. Metode sebaliknya tampak pada tes yang sama dijelaskan
oleh Tromner dimana pemeriksa memegang tangan pasien secara rileks pada falang proksimal atau
tengah dengan ibu jari dan telunjuk. Dengan jari tengah tangan lainnya pemeriksa mengetuk
permukaan volar falang distal jari tengah . Respon yang timbul sama dengan tanda Hoffmann dan
kedua tes digunakan. Kadang-kadang keduanya tampak seperti tes Hoffmann tetapi harus
dibedakan.

Kedua respon tersebut biasa disebut tanda traktus kortikospinalis, dan bila positif
mengindikasikan adanya lesi sistem kortikospinal diatas segmen servikal 5 atau 6. Keduanya tidak
selalu patologis, akan tetapi, dapat muncul pada peningkatan tonus otot dan hiperaktifitas reflek
umum yang berhubungan dengan tetanus, tetani, kecemasan, dan kondisi tegang. Tanda Hoffmann
inkomplit dapat ditemukan pada orang sehat. Namun dinyatakan bahwa tanda Hoffmann atau
Tromner komplit, yang sangat aktif, terutama bila unilateral atau bila berhubungan dengan
abnormalitas reflek atau dengan riwayat penyakit sistem saraf, tidak mengindikasikan diagnosis
keterlibatan traktus kortikospinalis.

Beberapa reflek fleksor jari dan tangan lainnya telah dijelaskan dan menunjukkan respon
traktus kortikospinal. Sebagian besar merupakan variasi atau perluasan dari reflek fleksor jari,
yang jarang tampak pada orang normal, atau berespon bersama-sama dengan reflek fleksi
pergelangan tangan. Beberapa berhubungan dengan genggaman yang kuat. Kemungkinan, seperti
tanda Hoffmann, tampak sebagai hiperaktifitas reflek, tetapi bila unilateral atau berhubungan
dengan perubahan reflek lain menunjukkan keterlibatan traktus kortikospinal. Biasanya tidak
digunakan pada pemeriksaaan neurologi rutin karena sulit dimunculkan dan hanya pada kasus-
kasus tertentu.

Refleks Babinski

Lakukan goresan di ujung palu refleks pada telapak kaki pasien. Goresan di mulai pada
tumit menuju ke atas dengan menyusuri bagian lateral telapak kaki, setelah sampai pada pangkal
kelingking, goresan di belokan ke medial sampai akhir pada pangkal jempol kaki. Refleks babinski
positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang di sertai pemekaran jari – jari yang lain.
Berdasarkan jumlah neuronnya refleks somatis dibedakan menjadi refleks monosinaptik dan
polisinaptik.

Reflek Babinski disebut sebagai tanda yang paling penting di neurologi klinis. Babinski
dianggap sebagai salah satu tanda yang paling signifikan, yang mengindikasikan penyakit sistem
kortikospinal di berbagai level dari kortek motorik hingga ke jalur desenden. Reflek ini tidak
ditemukan pada destruksi sistem piramidal pada primata tingkat rendah dan variasi respon plantar
pada primata tingkat menengah, respon ekstensor tampak pada lesi kortikospinal di tingkat yang
lebih tinggi. Beberapa percobaan menyarankan lesi pada kortekmotorik atau kortek piramidal (area
4 Brodmann) dan jalur desenden yang disertai respon ekstensi bersama dengan Chaddock, lesi
pada kortek premotor (area 6 Brodmann) dan jalur desendennya diikuti respon pemekaran jari
bersama dengan tanda Hoffmann, menggenggam kuat dan tanda Rossolimo. Pada lesi di sistem
motorik dan premotorik, terdapat respon ekstensor kuat, bersama dengan pemekaran. Hasil dari
penelitian, tidak dapat disimpulkan, walaupun berguna pada analisis klinis. Seperti disebutkan
pada diskusi sistem kortikospinalis, untuk diagnosis klinis tepat mempertimbangkan sistem
piramid atau kortikospinalis dalam arti diterima secara klinis, dengan asumsi bahwa dalam
kebanyakan kasus penyakit sistem saraf, keterlibatan korteks premotor dan koneksinya juga ada.
Tanda Babinski dapat merupakan indikasi kerusakan jalur kortikospinal, tetapi belum tentu
merupakan suatu interupsi. Bisa saja ditimbulkan oleh adanya penekanan seperti destruksi
aktivitas saraf somatik. Babinski dapat dibangkitkan pada orang tanpa penyakit traktus
kortikospinalis dan pada presentase kecil individu dengan keterlibatan sistem saraf lainnya. Dapat
merupakan tanda sisa dari penyakit sebelumnya.
Kerusakan traktus kortikospinalis lateral pada manusia menimbulkan tanda babinski; fleksi
dorsal jempol kaki dan mekarnya jari-jari kaki lainnya sewaktu bagian lateral telapak kaki digores.
Kecuali pada bayi, respon normal terhadap rangsangan ini adalak fleksor plantar semua jari kaki.
Tanda babinski dianggap merupakan refleks menarik pada fleksor yang secara normal ditahan
oleh sistem kortikospinalis lateral. Tanda ini berguna dalam mencari tempat proses penyakit, tetapi
makna fisiologisnya tidak diketahui.

Referensi
Snell Richard S. 2012. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 5. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Trisnasanti Luh Nyoman Ari. 2016. Textbook Reading:Respon Traktus Kortikospinalis


(Piramidal), Reflek automatisasi Spinal, Reflek Postural dan Righting Reflex (DeJONG’S THE
NEUROLOGIC EXAMINATION). Pendidikan dokter spesialis neurologi Universitas Udayana.
Bali.

Anda mungkin juga menyukai