Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI DEWASA DENGAN CHF

Disusun oleh :
dr. Anizatun Nuskiyati

Pembimbing :
dr. Eddy Susatyo, Sp.PD
dr. Swastika Juni Suryandari

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PERIODE 21 NOVEMBER 2017- 21 NOVEMBER 2018
RSUD DR. R. SOETRASNO REMBANG

1
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Anizatun Nuskiyati


Judul : Laporan Kasus Seorang Laki-laki Dewasa dengan CHF
Bagian : Program Internship Dokter Indonesia
Pembimbing : dr. Eddy Susatyo,Sp.PD
dr. Swastika Juni Suryandari

Rembang, Maret 2018


Pembimbing Pembimbing

dr. Eddy Susatyo, Sp.PD dr. Swastika Juni S

Penulis

dr. Anizatun Nuskiyati

2
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn S
Umur : 52 Th.
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sumberagung 2/1 Pancur Rembang
Agama : Islam
Ruang : HND
No. CM : 195587
Tanggal Masuk : 28 Februari 2018

B. DATA DASAR
1. Anamnesis (Alloanamnesis)
Alloanamnesis dengan penderita tanggal 1 Maret 2018 pukul 12.00 WIB.
Keluhan Utama : Sesak
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
± 1 tahun SMRS os mengeluh sesak napas, sesak dipengaruhi
aktifitas bila berjalan ± 50 m, sesak tidak dipengaruhi posisi dan cuaca.
Nyeri dada (-), dada berdebar-debar (+) timbul bersamaan dengan
sesak napas setelah beraktifitas, batuk (-), dahak (-), demam (-), mual
(-), muntah (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan.
± 3 bulan SMRS os mengeluh sesak napas ketika beraktifitas
berjalan jauh ± 10 meter, sesak berkurang bila os istirahat, os juga
sering terbangun di malam hari karena sesak dan sesak berkurang
bila os duduk, sesak dipengaruhi cuaca (-), batuk (-), dahak (-), demam
(-). Os juga mengeluh kedua kakinya bengkak, mual (-), muntah (-),
nyeri ulu hati (-), sembab pada kelopak mata di pagi hari (-), BAB dan
BAK tidak ada keluhan.
± 2 hari SMRS os mengeluh sesak napas hebat, sesak dipengaruhi
posisi (os lebih nyaman jika duduk), sesak tidak dipengaruhi

3
aktifitas dan cuaca. Batuk (-), dahak (-) demam (-). Os juga mengeluh
kedua kakinya bengkak, mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), sembab
pada mata (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan. Kemudian os berobat ke
PKM Pamotan lalu di rujuk ke RSUD dr.Soetrasno Rembang.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat sakit yang sama : (-)
 Riwayat penyakit jantung : (-)
 Riwayat Sakit Ginjal : (-)
 Riwayat Hipertensi : (+)
 Riwayat Kencing Manis : (-)
 Riwayat pengobatan batuk lama : (-)
 Riwayat Asma : (-)
 Riwayat Cuci darah : (-)
 Riwayat Merokok : (+)
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat Penyakit Jantung : (-)
 Riwayat Hipertensi : (-)
 Riwayat DM : (-)
 Riwayat sakit Ginjal : (-)

d. Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita adalah tukang ngarit. Sebelum sakit pasien bekerja sebagai
pegawai toko. Biaya kesehatan pasien di tanggung oleh BPJS PBI
Kesan sosial ekonomi : kurang .
e. Riwayat Pengobatan
Penderita memiliki riwayat hipertensi dan jarang sekali memeriksakan
dirinya ke dokter ataupun ke rumah sakit, dan berobatnya pun tidak rutin.
f. Riwayat Gizi
Berat Badan : ± 58 kg
Tinggi badan : ±160 cm
Usia : 52 tahun
BMI : 22.56 Kg/M2

2. Pemeriksaan Fisik

4
Tanggal 1 Maret pukul 12.00 WIB (di HND RSUD Rembang)
Status Present
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 52 tahun
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis, GCS M : 6 E :4 V : 5
Tanda vital : TD : 150/90 mmHg
HR = 81 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
: RR = 29 x/menit, reguler
: Suhu = 37 C (aksila)
: SPO2 : 100%

A. Pemeriksaan khusus
a. Kesan umum
- Rambut : Warna hitam, agak lurus, tidak mudah rontok
- Kulit : Warna sawo matang, lembab, turgor kulit
normal
b. Mata
- Bola mata : tidak terdapat eksoftalmus
- Konjungtiva : anemia -/-, perdarahan -/-
- Sklera : icterus -/-
- Palpebra : oedema -/-
- Pupil : isokor 3 mm/ 3mm, reflek cahaya langsung
dan tak langsung +/+
- Lensa : katarak -/-
c. Telinga
- Bentuk : Normal
- Lubang : Normal
- Discharge : Tidak ada
- Tanda Radang : Tidak ada
d. Hidung
- Pernafasan cuping hidung (-)

5
- Tidak tampak adanya sekret atau perdarahan
- Tidak ada tanda-tanda Sianosis.
e. Mulut
- Bibir : tidak ada kelainan kongenital, sianosis (-),
oedem (-), kering (+)
- Lidah : ukuran normal, tidak kotor, tidak tremor
- Gigi : tidak ada yang goyang, karies (-)
- Mukosa : hiperemi (-)
f. Leher
- Deviasi trakea : tidak ada
- Kaku kuduk : tidak ada
- Tiroid : tidak ada pembesaran
- JVP : ada peningkatan JVP (5+2) cm H2O,
- KGB : tidak ada pembesaran
g. Thorak
- PULMO
- Pulmo anterior
o Inspeksi : simetris, ketertinggalan gerak (-/-),
nafas teratur dan retraksi (-/-), pergerakan otot bantu
pernafasan (-/-), terdapat luka (-/-)
o Palpasi : nyeri tekan (-), gerakan dada simetris,
tidak ada ketertinggalan gerak, luka (-/-), krepitasi (-/-)
o Perkusi : hemithorax dextra et sinistra sonor
o Auskultasi : vesikuler +/+, Rhonki basah halus +/
+ pada kedua basal paru , Wheezing -/-
 Pulmo posterior
o Inspeksi : nafas teratur dan pergerakan simetris
o Palpasi : gerakan simetris, krepitasi -/-
o Perkusi : sonor +/+
o Auskultasi : vesikuler +/+, Rbh +/+ pada kedua
basal paru, wheezing -/-
- COR :

6
- Inspeksi : Iktus cordis tampak
- Palpasi : Iktus cordis teraba,
tidak kuat angkat, thrill di ICS 3,4,5 (-),
pulsus epigastrik (-), pulsus sternalift (-)
- Perkusi :
Batas-batas jantung
- Kanan bawah : ICS 5 linea sternalis dextra

- Kiri bawah : ICS 5 linea midclavicularis


sinistra 2 cm ke medial
- Pinggang : ICS 3 linea parasternalis
- Atas : ICS 2 linea sternalis sinistra
- Auskultasi : bising jantung I-II regular, S3 (-), S4
(-)

h. Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : Hepar ukuran normal, lien ukuran normal,
supel (+)
o Perkusi : Hipertimpani, shifting dullness (-), acites (-),
pekak sisi (-), pekak alih (-)
i. Ekstremitas :
- Superior : Akral dingin -/-, Oedema -/-, capillary refill
<2 detik
- Inferior : Akral dingin -/-, Oedema +/+, capillary refill
<2 detik, deformitas(-/-), sianosis (-/-).

Superior Inferior
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Oedem -/- +/+
Capillary refill < 2″ < 2″

7
ADP Kuat +/+

LABORAT (28 FEBRUARI 2018)


HEMATOLOGY HASIL KETERANGAN
Hb 14,5
Leukosit 6,74
Eritrosit 4,9
Hematokrit 45,3
Trombosit 220
MCV 92,4
MCH 29,6
MCHC 32
RDW 17 H
MPV 11,2 H
LIMFOSIT % 18,2 L
MONOSIT % 13,6 H
EOSINOFIL % 5,7 H
BASOFIL % 0,3
NEUTROFIL SG % 62,2
KIMIA KLINIK
GDS 90
Natrium 138,3
Kalium 3,98
Chlorida 101,6
Ureum 25
Kreatinin 0,96

Ro Thorax

8
Kesimpulan : Kardiomegali (LV), Gambaran Kongestif Pulmonum, Efusi
Pleura Dupleks
EKG

1. Frekuensi : 100 x/min


2. Irama : sinus
3. Zona transisi : -
4. Axis : extrime right axis deviation

9
5. PR interval : 0,16 ms
6. Gel P :
7. P pulmonal P mitral lead II V1 =tinggi 3 mm, interval = 0,12ms
8. Defleksi terminal V1 negatif lebar : 0,04 ms dalam 1 mm
9. Gel QRS : poor R wave Progession
10. Segmen ST : elevasi : -
11. Depresi :-
12. Lead extremitas : Low Voltage
13. Kesimpulan :
 Biatrial Enlargment
 Poor R wave Progession
 Oedem Extremitas

B. DAFTAR MASALAH
a. Anamnesis :
a) ± 1 tahun SMRS os mengeluh sesak napas, sesak
dipengaruhi aktifitas bila berjalan ± 50 m, dada berdebar-
debar (+) timbul bersamaan dengan sesak napas setelah
beraktifitas.
b) ± 3 bulan SMRS os mengeluh sesak napas ketika
beraktifitas berjalan jauh ± 10 meter, sesak berkurang bila
os istirahat, os juga sering terbangun di malam hari karena
sesak dan sesak berkurang bila os duduk, Os juga
mengeluh kedua kakinya bengkak.
c) ± 2 hari SMRS os mengeluh sesak napas hebat, sesak
dipengaruhi posisi (os lebih nyaman jika duduk), sesak
tidak dipengaruhi aktifitas Os juga mengeluh kedua
kakinya bengkak
b. Pemeriksaan fisik :
a) Bibir kering
b) ada peningkatan JVP (5+2) cm H2O
c) vesikuler +/+, Rhonki basah halus +/+ pada kedua basal
paru
d) Iktus cordis tampak
e) Iktus cordis teraba, tidak kuat angkat
f) Kiri bawah: ICS 5 linea midclavicularis sinistra 2 cm ke
medial

10
g) Oedem ektremitas bawah +/+

C. DIAGNOSA BANDING
 CHF
 CKD
 Pneumonia

D. DIAGNOSA
1. CHF ec HHD
2. Efusi Pleura dupleks ec CHF

E. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologik :
a. Istirahat ½ duduk
b. Diet Jantung II
c. O2 3 L/menit
d. Kateter urin
2. Farmakologik :
a. IVFD RL 10 tpm
b. Inj. Furosemid 1x40mg
c. Omeprazol 2x1
d. Spironolacton 25mg 1x1
e. Bisoprolol 2,5mg 1x1
f. Vitamin Bc 3x1
3. Edukasi : Edukasi diberikan kepada istri dan pasien
a. Kurangi aktifitas fisik
b. Menghindari stress
c. Minum obat teratur
d. Istirahat cukup dengan posisi ½ duduk.
4. Monitor : KU, TTV, Sesak, Urine, dan tanda2 bahaya lainnya.
F. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Echocardiograhy

11
2. Kimia klinik : Kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida,
protein total, albumin, globulin, Na, K.
G. PROGNOSA
Qua ad vitam : dubia
Qua ad sanam : dubia ad malam
Qua ad fungsionam : dubia ad malam
FOLLOW UP
2 Maret 2018
S : Sesak napas
O : Keadaan Umum
Sensorium Compos Mentis
Tekanan Darah 140/80 mmHg
Nadi 98 x/m reguler
Frekuensi Pernapasan 26 x / m
Temperatur 36.8ºC

Keadaan Spesifik
Kepala Palpebra conjungtiva pucat (-), Sklera ikterik (-)

Leher JVP (5+2) cm H2O, Pembesaran KGB (-)

Thorax Cor :
HR : 98x/m reguler, M (-), G(-)
Pulmo :
Vesikuler (+) normal, Ronkhi Basah Halus (+) di
kedua basal paru, Wheezing (-)

Abdomen Datar, Shifting dullness (-), hepar dan lien sulit


dbn, Nyeri tekan (-), Bising usus (+) normal

Ekstremitas Edema (+) minimal

12
A : CHF e.c HHD + Hipertensi stage I
Efusi pleura
P : - Istirahat ½ duduk
- O2 3L/menit
- Diet Jantung II
- IVFD RL 10 tpm
- Inj. Furosemid
1x40mg
- Omeprazol 2x1
- Spironolacton
25mg 1x1
- Bisoprolol 2,5mg
1x1
- Vitamin Bc 3x1
- Nebulizer :
pulmicort + ventolin/8jam

3 Maret 2018
S : Sesak napas

13
O : Keadaan Umum
Sensorium Compos Mentis
Tekanan Darah 130/80 mmHg
Nadi 86 x/m reguler
Frekuensi Pernapasan 28x / m
Temperatur 36.6ºC

Keadaan Spesifik
Kepala Palpebra conjungtiva pucat (-), Sklera ikterik (-)
Leher JVP (5+2) cm H2O, Pembesaran KGB (-)
Thorax Cor :
HR : 86x/m reguler, M (-), G(-)
Pulmo :
Vesikuler (+) normal, Ronkhi Basah Halus (+) di
kedua basal paru, Wheezing (-)

Abdomen Datar, Shifting dullness (-), hepar dan lien sulit


dbn, Nyeri tekan (-), Bising usus (+) normal

Ekstremitas Edema (+) minimal


A : CHF e.c HHD + Hipertensi stage I

14
P : - Istirahat ½ duduk
- O2 3L/menit
- Diet Jantung II
- IVFD RL 10 tpm
- Inj. Furosemid
1x40mg
- Omeprazol 2x1
- Spironolacton
25mg 1x1
- Bisoprolol 2,5mg
1x1
- Vitamin Bc 3x1
- Nebulizer : pulmicort + ventolin/8jam

4 Maret 2012
S : Sesak napas berkurang

15
O : Keadaan Umum
Sensorium Compos Mentis
Tekanan Darah 120/80 mmHg
Nadi 80 x/m reguler
Frekuensi Pernapasan 26x /m
Temperatur 36.6ºC

Keadaan Spesifik
Kepala Palpebra conjungtiva pucat (-), Sklera ikterik (-)

Leher JVP (5+2) cm H2O, Pembesaran KGB (-)


Thorax Cor :
HR : 80x/m reguler, M(-), G(-)
Pulmo :
Vesikuler (+) normal, Ronkhi Basah Halus (+) di
kedua basal paru, Wheezing (-)

Abdomen Datar, Shifting dullness (-), hepar dan lien sulit


dbn, Nyeri tekan (-), Bising usus (+) normal

Ekstremitas Edema (+) minimal


A : CHF e.c HHD
P : - Istirahat ½ duduk
- O2 3L/menit
- Diet Jantung II
- IVFD RL 10 tpm
- Inj. Furosemid
1x40mg
- Omeprazol 2x1
- Spironolacton
25mg 1x1
- Bisoprolol 2,5mg

16
1x1
- Vitamin Bc 3x1
- Nebulizer : pulmicort + ventolin/12jam

5 Maret 2018
S : Sesak napas (-)
O : Keadaan Umum
Sensorium Compos Mentis
Tekanan Darah 108/70 mmHg
Nadi 84 x/m reguler
Frekuensi Pernapasan 24 x/m
Temperatur 36.6ºC

Keadaan Spesifik
Kepala Palpebra conjungtiva pucat (-), Sklera ikterik (-)

Leher JVP (5+2) cm H2O, Pembesaran KGB (-)


Thorax Cor :
HR : 84x/m reguler, M (-), G(-)
Pulmo :
Vesikuler (+) normal, Ronkhi Basah Halus (+) di
kedua basal paru, Wheezing (-)

Abdomen Datar, Shifting dullness (-), hepar dan lien sulit


dbn, Nyeri tekan (-), Bising usus (+) normal

Ekstremitas
Edema (+) minimal
A : CHF e.c HHD
Edema perbaikan

17
P : - Istirahat ½ duduk
- O2 3L/menit
- Diet Jantung II
- IVFD RL 10 tpm
- Inj. Furosemid
1x40mg
- Omeprazol 2x1
- Spironolacton
25mg 1x1
- Bisoprolol 2,5mg
1x1
- Vitamin Bc 3x1

18
BAB II
PEMBAHASAN
CONGESTIVE HEART FAILURE

1. DEFINISI GAGAL JANTUNG

Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks


dimana seorang pasien harus memiliki tampilan berupa: Gejala
gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat istrahat atau saat
melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi
cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya
bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat
istrahat (Tabel 1 dan 2).

Tabel 1 Tanda dan gejala gagal jantung


Definisi gagal jantung
Gagal jantung merupakan kumpulan gejala klinis pasien dengan tampilan seperti :
Gejala khas gagal jantung : Sesak nafas saat istrahat atau aktifitas, kelelahan, edema
tungkai
DAN
Tanda khas Gagal Jantung : Takikardia, takipnu, ronki paru, efusi pleura, peningkatan
tekanan vena jugularis, edema perifer, hepatomegali.
DAN
Tanda objektf gangguan struktur atau fungsional jantung saat istrahat, kardiomegali,
suara jantung ke tiga, murmur jantung, abnormalitas dalam gambaran ekokardiografi,
kenaikan konsentrasi peptida natriuretik

Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
1
heart failure 2008

2. ETIOLOGI
3. MANIFESTASI KLINIS GAGAL JANTUNG

Gejala Tanda
Tipikal Spesifik
- Sesak nafas - Peningkatan JVP
- Ortopneu - Refluks hepatojugular
- Paroxysmal nocturnal - Suara jantung S3 (gallop)
dyspnoe - Apex jantung bergeser ke
- Toleransi aktifitas yang Lateral
Berkurang - Bising jantung
- Cepat lelah
- Begkak di pergelangan
kaki
Kurang tipikal Kurang tipikal
- Batuk di malam / dini hari - Edema perifer
- Mengi - Krepitasi pulmonal
- Berat badan bertambah > - Sura pekak di basal paru
2 kg/minggu pada perkusi
- Berat badan turun (gagal - Takikardia
jantung stadium lanjut) - Nadi ireguler
- Perasaan kembung/ begah - Nafas cepat
- Nafsu makan menurun - Heaptomegali
- Perasaan bingung - Asites
(terutama pasien usia - Kaheksia
lanjut)
- Depresi
- Berdebar
- Pingsan
Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
2
heart failure 2012
4. KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG
Klasifikasi berdasarkan kelainan Klasifikasi berdasarkan kapsitas
struktural jantung fungsional (NYHA)
Stadium A Kelas I
Memiliki risiko tinggi untuk Tidak terdapat batasan dalam
berkembang menjadi gagal jantung. melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik
Tidak terdapat gangguan struktural atau sehari-hari tidak menimbulkan
fungsional jantung, tidak terdapat tanda kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
atau gejala
Stadium B Kelas II
Telah terbentuk penyakit struktur Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak
jantung yang berhubungan dengan terdapat keluhan saat istrahat, namun
perkembangan gagal jantung, tidak aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan
terdapat tanda atau gejala kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
Stadium C Kelas III
Gagal jantung yang simtomatik Terdapat batasan aktifitas bermakna.
berhubungan dengan penyakit struktural Tidak terdapat keluhan saat istrahat,
jantung yang mendasari tetapi aktfitas fisik ringan
menyebabkan kelelahan, palpitasi atau
sesak
Stadium D Kelas IV
Penyakit jantung struktural lanjut serta Tidak dapat melakukan aktifitasfisik
gejala gagal jantung yang sangat tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
bermakna saat istrahat walaupun sudah istrahat. Keluhan meningkat saat
mendapat terapi medis maksimal melakukan aktifitas
(refrakter)
Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
1
heart failure 2008

Istilah tambahan

Gagal jantung sering juga diklasifikasikan sebagai gagal


jantung dengan penurunan fungsi sistolik (fraksi ejeksi) atau
dengan gangguan fungsi diastolik (fungsi sistolik atau fraksi
ejeksi normal), yang selanjutnya akan disebut sebagai Heart
Failure with Preserved Ejection Fraction (HFPEF). Selain itu,
myocardial remodeling juga akan berlanjut dan menimbulkan
sindroma klinis gagal jantung.
5. ALGORITMA DIAGNOSIS GAGAL
JANTUNG
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Elektrokardiogram (EKG)

2. Foto Toraks

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga


gagal jantung adalah darah perifer lengkap (hemo-
globin, leukosit, trombosit), elektrolit, kreatinin, laju
filtrasi glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan
urinalisis. Pemeriksaan tambahan laindipertimbangkan
sesuai tampilan klinis.
4. Peptida Natriuretik
5. Troponin I atau T

Pemeriksaan troponin dilakukan pada penderita gagal


jantung jika gambaran klinisnya disertai dugaan
sindroma koroner akut.
6. Ekokardiografi

Istilah ekokardiograf digunakan untuk semua teknik


pencitraan ultrasound jantung termasuk pulsed and
continuous wave Doppler, colour Doppler dan tissue
Doppler imaging (TDI). Konfirmasi diagnosis gagal
jantung dan/atau disfungsi jantung dengan pemeriksaan
ekokardiografi adalah keharusan dan dilakukan
secepatnya pada pasien dengan dugaan gagal jantung.
Pengukuran fungsi ventrikel untuk membedakan antara
pasien disfungsi sistolik dengan pasien dengan fungsi
sistolik normal adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri
(normal > 45 - 50%).
Diagnosis gagal jantung dengan fraksi ejeksi normal
(HFPEF/ heart failure with preserved ejection fraction)

Ekokardiografi mempunyai peran penting dalam mendiagnosis


gagal jantung dengan fraksi ejeksi normal. Diagnosis harus
memenuhi tiga kriteria:

1. Terdapat tanda dan/atau gejala gagal jantung


2. Fungsi sistolik ventrikel kiri normal atau hanya sedikit
terganggu (fraksi ejeksi > 45 - 50%)
3. Terdapat bukti disfungsi diastolik (relaksasi ventrikel kiri
abnormal / kekakuan diastol

7. TERAPI NON FARMAKOLOGI

1. Ketaatan pasien berobat

2. Pemantauan berat badan mandiri

3. Asupan cairan
Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/hari dipertimbangkan
terutama pada pasien dengan gejala berat yang disertai
hiponatremia. Restriksi cairan rutin pada semua pasien
dengan gejala ringan sampai sedang tidak memberikan
keuntungan klinis (kelas rekomendasi IIb, tingkatan bukti
C)
4. Pengurangan berat badan

Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30


kg/m2) dengan gagal jantung dipertimbangkan untuk
mencegah perburukan gagal jantung, mengurangi gejala
dan meningkatkan kualitas hidup (kelas rekomendasi IIa,
tingkatan bukti C)
5. Kehilangan berat badan tanpa rencana

Malnutrisi klinis atau subklinis umum dijumpai pada


gagal jantung berat.Kaheksia jantung (cardiac cachexia)
merupakan prediktor penurunan angka kelangsungan
hidup.Jika selama 6 bulan terakhir berat badan > 6 % dari
berat badan stabil sebelumnya tanpa disertai retensi
cairan, pasien didefinisikan sebagai kaheksia. Status
nutrisi pasien harus dihitung dengan hati-hati (kelas
rekomendasi I, tingkatan bukti C)
6. Latihan fisik

Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien


gagal jantung kronik stabil. Program latihan fisik
memberikan efek yang sama baik dikerjakan di rumah
sakit atau di rumah (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti
A)
7. Aktvitas seksual

8. TATA LAKSANA FARMAKOLOGI

TUJUAN TATA LAKSANA GAGAL JANTUNG

Tujuan diagnosis dan terapi gagal jantung yaitu untuk


mengurangi morbiditas dan mortalitas (Tabel 8). Tindakan
preventif dan pencegahan perburukan penyakit jantung tetap
merupakan bagian penting dalam tata laksana penyakit jantung.
Gambar 2 menyajikan strategi pengobatan mengunakan obat
dan alat pada pasien gagal jantung simtomatik dan disfungsi
sistolik. Sangatlah penting untuk mendeteksi dan
mempertimbangkan pengobatan terhadap kormorbid
kardiovaskular dan non kardiovaskular yang sering dijumpai.

Gambar 2Strategi pengobatan pada pasien gagal jantung kronik simptomatik (NYHA
fc II-IV). Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
2
chronic heart failure 2012
TERAPI FARKAMOLOGIS PADA GAGAL JANTUNG
DENGAN EF NORMAL ( GAGAL JANTUNG
DIASTOLIK )
Sampai saat ini belum ada terapi yang terbukti secara khusus,
dapat menurunkanmortalitas dan morbiditas pada pasien
dengan gagal jantung diastolik. Diuretik digunakan untuk
mengatasi retensi garam dan cairan serta mengatasi keluhan
sesak nafas. Terapi iskemia miokard dan hipertensi yang
adekuat sangat penting dalam penting dalam tatalaksana
kelainan ini, termasuk tatalaksana pengaturan laju nadi,
terutam pada pasien dengan fibrilasi atrial.

Semua obat yang tidak dianjurkan pemberiannya ataupun yang


harus dihindari pada pasien dengan gagal jantung sistolik, juga
berlaku pada gagal jantung diastolik, terkecuali CCB
dihidropiridin, karena mempunyai efek kontrol laju nadi.

9. GAGAL JANTUNG DAN KOMORBIDITAS

Penanganan komorbiditas ( penyakit penyerta ) merupakan hal


yang sangat penting pada tatalaksana pasien dengan gagal
jantung. Terdapat 4 alasan utama dalam hal ini, yaitu :

1. Penyakit penyerta dapat mempengaruhi pengobatan


gagal jantung itu sendiri
2. Terapi untuk penyakit penyerta dapat memperburuk
gejala dan kondisi gagal jantung (misalnya penggunaan
NSAID)
3. Obat yang digunakan untuk gagal jantung dan yang
digunakan untuk penyakit penyerta dapat saling
berinteraksi ( misalnya penggunaan penyekat β pada
penderita asma berat ), sehingga akan mengurangi
kepatuhan pasien dalam berobat
4. Sebagian besar penyakit penyerta berhubungan dengan
keadaan klinis gagal jantung dan prognosis yang lebih
buruk (misalnya diabetes, hipertensi, dll)

DISFUNGSI GINJAL DAN SINDROMA


KARDIORENAL

Laju fitrasi glomerulus akan menurun pada sebagian besar


pasien gagal janrtung, terutama pada stadium gagal jantung
yang lanjut ( advanced ). Fungsi renal merupakan predictor
independen yang kuat bagi prognosis pasien gagal jantung.
Penghambat renin-angiotensin-aldosteron (ACE/ ARB, MRA)
biasanya akan menyebabkan penurunan ringan laju filtrasi
glomerulus, namun hal ini jangan dijadikan penyebab
penghentian terapi obat-obat tersebut, kecuali terjadi
penurunan yang sangat signifikan. Sebaliknya, bila terjadi
penurunan laju filtrasi glomerulus yang signifikan, makan
harus dipikirkan adanya stenosis arteri renalis.Hipotensi,
hiponatremia dan dehidrasi juga dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal. Hal lain yang juga dapat menurunkan
fungsi ginjal, yang kurang dipahami, adalah hipervolum, gagal
jantung kanan dan kongesti vena ginajl. Sedangkan obat-obatn
yag dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal antara lain
NSAID, beberapa antibiotic (gentamicin, trimethoprim),
digoxin,tiazid.
10. KOMORBIDITAS LAIN

1. Anemia dan defisiensi besi


Anemia, didefiniskan sebagai konsentrasi
hemoglobin < 13 g/dL pada pria dan < 12 g/dL pada
perempuan, merupakan suatu kondisi yang sering
ditemukan pada gagal jantung. Kondisi ini lebih
sering dijumpai pada usia lanjut, perempuan dan
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Anemia
berhubungan dengan status fungsional dan
prognosis yang lebih buruk, serta risiko
rehospitalisasi yang lebih tinggi.Defisiensi besi
dapat menyebabkan disfungsi muscular dan anemia
pada gagal jantung. Beberapa studi menunjukan
terapi dengan stimulan eritropoetin memberikan
perbaikan status fungsional pasien, akan tetapi hal
ini masih dalam penelitian yang lebih lanjut.

2. Penyakit paru obstuktif kronis dan asma


PPOK dan asma dapat mengakibatkan kesulitan
dalam mendiagnosa gagal jantung terutama pada
gagal jantung diastolik.Kondisi ini berhubungan
erat dengan prognosis dan status fungsional yang
lebih buruk.Penyekat β merupakan kontraindikasi
pada asma yang sedang-berat tetapi tidak pada
PPOK.Penyekat β selektif (bisoprolol, metoprolol,
nebivolol) lebih dianjurkan. Kortikosteroid oral
dapat menyebabkan retensi natrium dan cairan dan
akan memperburuk gagal jantung, tetapi hal ini
tidak terjadi pada pemberian secara inhalasi. PPOK
juga menyebabkan perburukan prognosis.
3. Hiperlipidemia
Peningkatan LDL jarang terjadi pada gagal jantung
sistolik. Pasien agagal jantung sistolik lanjut,
biasanya akan mmiliki kadar LDL yang sangat
rendah yang berhubungan dengan prognosis yang
lebih buruk.

4. Hiperurisemia
Hioerurisemia dan gout sering terjadi pada gagal
jantung dan biasanya disebabkan karena pemberian
diuretik yang berlebihan.Hiperurisemia
berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk
pada gagal jantung sistolik.Allupurinol dapat
digunakan untuk pencegahan gout walaupun dengan
tingkat keamanan yang belum jelas.Pada gout yang
simtomatik, pemberian kolkisin lebih baik daripada
NSAID, tetapi pemberiannya pada pasien dengan
gangguan ginjal harus berhati-hati dan dapat
menyebabkan diare.Dapat juga diberikan
kortikosteroid intra-artikular, tetapi pemberian
kortikosteroid secara sistemik tidak dianjurkan
karena dapat menyebakan retensi garam dan cairan.

5. Kanker
Beberapa obat kemoterapi (antrasiklin dan
trastuzumab) dapat menyebabkan atau
memperburuk disfungsi ventrikel kiri dan gagal
jantung.Deksrazon dapat memberikan proteksi
jantung bagi pasien yang menerima terapi
antrasiklin.Evaluasi fraksi ejeksi pra dan paska
kemoterapi merupakan hal yang penting untuk
dikerjakan.Pada pasien kemoterapi yang mengalami
gagal jantung maka kemoterapi harus dihentikan
dan mendapat terapi standar gagal jantung
sebagaimana seharusnya.

6. Disfungsi erektil
Disfungsi erektil harus diterapi sebagaimana
mestinya. Pemberian penghambat fosfordiesterase
V ( sildenafil ) bukan merupakan kontraindikasi,
terkecuali pada pasien yang mendapat nitrat rutin.
Beberapa studi menunjukan bahwa obat itu juga
dapat efek hemodinamik yang menguntungkan bagi
pasien gagl jantung sistolik, namun pada gagal
jantung diastolik, pemberian obat ini harus berhati-
hati, karena beberapa studi menyatakan bahwa obat
ini dapat menyebabkan gangguan pada LVOT ( Left
Ventricle Outflow Tract)
KEPUSTAKAAN :
1. Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, et al. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute
and chronic heart failure 2008. Eur Heart J 2008;29:2388–442.

2. McMurray JJ V, Adamopoulos S, Anker SD, et al. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute
and chronic heart failure 2012: The Task Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic
Heart Failure 2012 of the European Society of Cardiology. Developed in collaboration with the Heart. Eur
Heart J [Internet]
2013;32:e1–641 – e61. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22611136

3. Rydén L, Grant PJ, Anker SD, et al. ESC guidelines on diabetes, pre-diabetes, and cardiovascular diseases
developed in collaboration with the EASD. Eur Heart J 2013;34:3035–87.
4. Piña I. Acute HF: Guidance on Reducing Readmissions [Internet].2013 [cited 2015 Feb 21].

Anda mungkin juga menyukai