Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 2 Nomor 1, April 2016 31

Pengaruh Lama Waktu Perendaman dan Larutan Dekapsulasi terhadap Penetasan Siste
Artemia sp.
The Effect of Length Bathing Period and Decapsulation Solution Against Hatching Rate of
Artemia sp Cyst.
Aris Widodo, Mulyana, Fia Sri Mumpuni
E-mail: mulyanamarhalymsi@gmail.com

ABSTRACT
The aim of this research is to know the effect of length bathing period and decapsulation solution
against hatching rate of Artemia sp cyst. The treatments are length bathing period and
decapsulation solution factors. The results of research showed there is not significantly different
in length bathing period to all treatments, but there is significantly different in decapsulation
solution to all treatments. The highest hatching rate (78.9 %) is gotten from length bathing period
15 minutes and the mixture of NaOCl + NaOH solution, but the lowest hatching rate (34.1 %) is
gotten from length bathing period 15 minutes and the mixture of NaOCl + CaO solution.
Key Words: Decapsulation, hatching rate, Artemia, length bathing period

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dan larutan dekapsulasi
terhadap tingkat penetasan kista Artemia sp. Sebagai perlakuan adalah lama perendaman dan jenis
larutan dekapsulasi. Hasil penelitian tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata pada
lama perendaman di antara perlakuan, tetapi memperlihatkan perbedaan yang nyata dalam hal
jenis larutan dekapsulasi di antara perlakuan. Tingkat penetasan tertinggi (78,9%) diperoleh pada
lama perendaman 15 menit dan campuran larutan campuran NaOCl + NaOH, sedangkan tingkat
penetasan terendah (34,1%) diperoleh pada lama perendaman 15 menis dan campuran larutan
dekapsulasi NaOCl + CaO.
Kata Kunci: Dekapsulasi, tingkat penetasan, Artemia, lama perendaman

Aris Widodo, Mulyana, Fia Sri Mumpuni. 2016. Pengaruh Lama waktu Perendaman dan Larutan
Dekapsulasi terhadap Penetasan Siste Artemia sp. Jurnal Mina Sains 2(1): 31-38.

diperdagangkan dalam bentuk telur awetan


PENDAHULUAN atau siste di dalam kaleng, dengan harga yang
Latar Belakang cukup mahal dan persediaan di pasaran
Keberhasilan suatu usaha pembenihan terbatas namun manfaatnya cukup besar, untuk
udang atau ikan sangat ditentukan oleh itu diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan
penyediaan pakan alami yang memadai persentase penetasan siste Artemia sp
jumlahnya, tepat ukurannya, dan nilai gizinya (hatching percentage). Persentase penetasan
sesuai dengan kebutuhan larva tersebut, dari merupakan parameter yang digunakan dalam
berbagai jenis pakan alami yang ada Artemia menentukan keberhasilan penetasan siste
sp. sangat berperan penting dalam mendukung Artemia sp. Salah satu usaha tersebut adalah
usaha pembenihan udang dan ikan di melalui proses dekapsulasi.
Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan Berdasarkan hasil penelitian Raharjo
Artemia sp. di Indonesia harus diimpor dari (2004) bahwa larutan dekapsulasi yang baik
berbagai negara produsen. untuk merk dagang Artemia sp. tidak sama,
Udang renik air asin Artemia sp. untuk merk inve larutan dekapsulasi terbaik
termasuk zooplankton yang berfungsi sebagai adalah NaOCl + NaOH, merk Columbia dan
makanan bermutu tinggi bagi berbagai jenis Arcyst menggunakan Ca(OCl)2 + CaO dan
ikan, udang, dan kepiting. Artemia sp.
32 Widodo et al. Pengaruh lama waktu

merk Makay menggunakan Ca(OCl)2 + N analitik, tissue, saringan planktonnet, dan


Na2CO3. ember. Sedangkan bahan yang digunakan
Menurut Mudjiman (1989) dekapsulasi dalam penelitian ini adalah ait tawar, air laut,
memiliki beberapa keuntungan: (1) nauplius lugol, NaOCl 10%, NaOH, Ca(OCl)2 60%,
bersih dari cangkang telur dan telur yang tidak CaO Na2S2O3 1%. Adapun hewan yang akan
menetas, (2) telur sekaligus telah diuji menggunakan Artemia sp. merk supreme
dibebashamakan oleh bahan pendekapsulasi, plus.
(3) hasil penetasan lebih baik, (4) tidak
diperlukan penyinaran untuk penetasan, dan Metode Penelitian
(5) telur yang telah didekapsulasi dapat Metode penelitian yang digunakan
langsung digunakan untuk makanan benih adalah metode eksperimen. Pada dasarnya
ikan, udang, dan kepiting. metode ini mengadakan percobaan-percobaan
Proses dekapsulasi akan mempermudah untuk melihat suatu hasil. Hasil yang didapat
Artemia sp. keluar dari cangkang sehingga akan menegaskan bagaimana kedudukan
kelangsungan hidupnya akan meningkat karena hubungan kausal doantara variabel yang
pada proses dekapsulasi terjadi penipisan diselidiki. Sedangkan teknik pengambilan data
cangkang yang memungkinkan nauplius cepat dilakukan dengan observasi langsung.
menetas. Penipisan cangkang akan terjadi
dalam waktu dekapsulasi, akan tetapi lama Persiapan Wadah
waktu optimum yang diperlukan dan jenis Wadah yang terbuat dari toples terlebih
larutan dekapsulasi belum dapat ditentukan dahulu dicuci sampai bersih dan dikeringkan.
secara tepat karena acuan lama waktu selama Wadah tersebut kemudian disusun diatas meja
ini hanya didasarkan pada perubahan warna secara berjajar lalu diisi dengan air laut
siste dan larutan dekapsulasi. Oleh karena itu, sebanyak 2 liter untuk setiap wadahnya dan
perlu dilakukan penelitian masalah lama waktu diberi aerasi serta pencahayaan yang cukup.
perendaman dan larutan dekapsulasi ini. Jumlah wadah yang digunakan sebanyak 36
buah.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk Persiapan Bahan
mengetahui pengaruh lama waktu perendaman Bahan oksidator yang digunakan dalam
dan larutan dekapsulasi terhadap penetasan larutan dekapsulasi adalah menggunakan
siste Artemia sp. senyawa hipoklorit dari NaOCl 10% dan
Ca(OCl)2 60%. Sedangkan bahan yang
Hipotesis digunakan sebagai buffer adalah NaOH dan
Semakin lama perendaman dalam CaO. Adapun bahan yang digunakan untuk
larutan dekapsulasi maka akan meningkatkan menetralkan larutan hipoklorit adalah natrium
penetasan siste Artemia sp. tiosulfat Na2S2O3.
Penelitian ini menggunakan lama
BAHAN DAN METODE waktu dekapsulasi 5,10,15,20 menit dengan
Waktu dan Tempat Penelitian menggunakan larutan 10 mL NaOCl 10% + 0,3
Penelitian ini dilaksanakan pada gram NaOH + 17,34 ml air laut dan 1,67 gram
tanggal 20 Mei s/d 25 Juni 2009 bertempat di Ca (OCl)2 60% + 0,8 gram CaO + 28 ml air
Laboratorium Perikanan, Universitas Djuanda laut. Banyaknya siste yang digunakan
Bogor. sebanyak 2 gram untuk setiap perlakuannya.
Masing-masing perlakuan tersebut diulang
Alat dan Bahan sebanyak 3 kali.
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah mikroskop cahaya, lup, toples, Proses Dekapsulasi
aerator, pipet ukur, pipet tetes, gelas ukur, Siste direndam terlebih dahulu dalam
gelas kimia, kaca preparat, cawan petri, air tawar sekitar 1 jam untuk proses hidrasi dan
refraktometer, pH meter, alat titrasi DO, diaerasi agar siste teraduk merata dapat dilihat
thermometer, hand counter, timbangan pada Lampiran 2. Siste yang telah terhidrasi
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 2 Nomor 1, April 2016 33

ditiriskan terlebih dahulu, kemudian Parameter yang Diamati


dimasukkan kedalam larutan dekapsulasi Parameter yang diamati dalam
sesuai dengan perlakuan masing-masing 5, 10, penelitian ini meliputi:
15, dan 20 menit. Sambil dilakukan
pengadukan, suhu dekapsulasi tidak boleh Pengukuran Kualitas Air
lebih dari 40 0C karena dapat mematikan Kualitas air sebagai parameter
embrio, setelah itu siste dicuci dengan air penunjang, di ukur pada awal dan akhir
bersih dalam saringan planktonet 120 mikron penelitian yang meliputi: salinitas, pH, dan
kemudian dinetralkan dengan larutan natrium oksigen terlarut.
tiosulfat ½ menit dan dicuci kembali sampai
baunya hilang (Lampiran 3). Siste dari hasil Perhitungan Persentase Penetasan
dekapsulasi dimasukkan ke dalam wadah Untuk mengitung persentase
penetasan selama 24 jam yang telah diisi air penetasan/Hatching Percentage (HP) dapat
laut dan diaerasi. menggunakan rumus sebagai berikut
(Mudjiman 1989) :
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan Jumlah nauplius
adalah Rancangan Acak Lengkap Pola HP = x 100%
Faktorial. Model persamaan liniernya sebagai Jumlah siste yang menetas
berikut: Yijk = µ + Ai + Bj (AB)ij + εk (ij)
Yijk = Nilai respon yang diamati Perhitungan jumlah nauplius dilakukan
µ = Nilai tengah umum pada akhir proses penetasan, yaitu 24 jam dari
Ai =Pengaruh taraf ke-i dari faktor ke A awal proses penetasan. Caranya yaitu dengan
Bj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor ke B mengambil artemia dengan menggunakan pipet
(AB)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i dari ukur sebanyak 1 mL, dalam proses
faktor A dan taraf ke-j dari faktor B pengambilan aerasi tetap harus hidup agar
εk (ij) = Pengaruh sisa galad percobaan taraf artemia tetap teraduk secara merata, kemudian
ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari diteteskan dalam cawan petri dan dihitung
faktor B pada ulangan yang ke-k secara langsung jumlah naupliusnya memakai
handcounter. Tambahkan larutan lugol
Satu satuan percobaan satu wadah kedalam cawan petri untuk mempermudah
penetasan siste Artemia sp. yang diisi dengan dalam penghitungan, sedangkan untuk
air laut sebanyak 2 liter dengan jumlah siste menghitung jumlah siste yang ditetaskan yaitu
Artemia sp. sebanyak 2 gram. Perlakuan yang dengan cara menimbang 1 mg siste
diberikan adalah lama waktu perendaman dan nmenggunakan timbangan analitik dan
larutan dekapsulasi. Perlakuan yang diberikan dihitung jumlah sistenya.
yaitu:
Faktor 1. Larutan dekapsulasi terdiri dari 3 Analisis Data
macam yaitu: Rancangan yang digunakan pada
1. Perlakuan A: Kontrol menggunakan air penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
laut. Faktorial, data dianalisis menggunakan
2. Perlakuan B: 10 ml NaOCl 10 % + 0,3 analisis of varian (ANOVA) dan apabila ada
gram NaOH + 17,34 ml air laut. perbedaan yang yang nyata (p< 0,05) antar
3. Perlakuan C: 1,67 gram Ca(OCl)2 60 % perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda
+ 0,8 gram CaO + 28 ml air laut. Nyata Jujur (Tukey) dan apakah ada interaksi
terhadap perlakuan yang diberikan.
Faktor 2. Lama waktu dekapsulasi, yang terdiri
dari 4 perlakuan yaitu: 5 menit, 10 menit, 15
menit, dan 20 menit. Setiap perlakuan masing-
masing diulang sebanyak 3 kali.
34 Widodo et al. Pengaruh lama waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap penetasan siste Artemia sp diperoleh


data penetasan siste sebagaimana terlihat pada
Hasil
Tabel 1, dimana jumlah siste artemia dalam
Penetasan siste Artemia sp.
penelitian ini sebanyak 293.000 butir/gram.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
pengaruh lama waktu dan larutan dekapsulasi

Tabel 1 Persentase penetasan siste Artemia sp.


Larutan Lama Waktu Dekapsulasi

5 Menit 10 Menit 15 Menit 20 Menit


54.9% 56.6% 61.4% 60.7%
A 63.8% 64.5% 66.25 67.9%
Air Laut 54.6% 54.9% 54.9% 60.4%
Rataan 57.76% 58.66% 60.83% 63.00%
69.2% 78.1% 69.9% 61.4%
B 77.1% 68.9% 88.0% 68.9%
NaOCl + NaOH 61.7% 61.4% 78.8% 92.8%
Rataan 69.33% 69.46% 78.90% 74.36%
61.0% 32.4% 53.2% 56.35
C 48.8% 53.95 21.5% 57.6%
Ca(OCl)2 + CaO 66.2% 43.6% 27.6% 41.2%
Rataan 58.6% 43.30% 34.10% 51.70%

Tingkat penetasan tertinggi terdapat interaksi antar perlakuan tidak berbeda nyata
pada lama waktu 15 menit dengan jenis larutan atau tidak signifikan dan untuk mengetahui
NaOCl + NaOH sebanyak 78.9%, sedangkan dari masing-masing perlakuan, maka dilakukan
penetasan terendah ada pada perlakuan lama uji Tukey (BNJ).
waktu 15 menit dengan jenis larutan Ca(OCl)2
+ CaO dan pada perlakuan yang menggunakan Kualitas Air
air laut tingkat penetasan siste Artemia sp. Kualitas air selama pelaksanaan
relatif sama pada setiap perlakuan lama penelitian diperoleh data, salinitas sebesar 32
waktunya. Setelah dilakukan uji statistik, maka ppt, suhu berkisar 27-28 0C, pH dengan kisaran
dapat dilihat pada F hitung dan pada F tabel 7-8 dan oksigen terlarut 4- 6 ppm. Nilai angka
menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu tersebut masih dalam kisaran yang normal bagi
tidak berbeda nyata (Fhit < 0,05), sebaliknya kehidupan Artemia sp. Data parameter kualitas
penggunaan larutan dekapsulasi berbeda nyata air dapat dilihat pada Tabel 2.
(Fhit > 0,05) pada selang kepercayaan 95%,

Tabel 2 Kisaran nilai parameter kualitas air


Larutan
Parameter
Air Laut NaOCl + NaOH Ca(OCl)2 + CaO
Salinitas (ppt) 32 32 32
0
Suhu ( C) 27-28 27-28 27-28
pH 7.4-7.5 7.8-8.0 7.8-8.0
DO (ppm) 5.19-5.89 4.10-4.62 4.06-4.50
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 2 Nomor 1, April 2016 35

Pembahasan hemoglobin). Karena hematin itulah, maka


Lama Waktu Dekapsulasi siste Artemia sp. jadi berwarna coklat, dengan
Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi adanya proses dekapsulasi, senyawa
Artemia sp. tanpa dekapsulasi cangkangnya lipoprotein tersebut dapat dilarutkan oleh
lebih tebal dan lebih kuat dibandingkan dengan bahan-bahan oksidator yaitu senyawa
siste yang telah didekapsulasi. Selain itu hipoklorit, baik berupa kaporit maupun klorin.
bentuknya juga lebih besar dan warnanya lebih Seperti yang terlihat pada Gambar 1, kondisi
gelap. Menurut Mudjiman (1989) hal ini dapat siste setelah didekapsulasi bentuknya lebih
disebabkan karena cangkang siste yang keras kecil, warnanya lebih terang, cangkangnya
itu terdiri dari senyawa lipoprotein yang lebih lebih tipis, cenderung tenggelam, dan
banyak mengandung hematin (semacam cenderung lebih lengket.

Gambar 1 Siste Artemia sp. yang belum dan sudah didekapsulasi

Proses dekapsulasi tidak siste harus terendam dalam air yang


mempengaruhi embrio yang ada didalam salinitasnya rendah selama kurang lebih 1 jam.
cangkang karena masih terlindungi oleh Proses hiperosmotik menyebabkan siste
selaput embrio yang tipis. Menurut Mudjiman mengembung. Setelah siste mengembung dan
(1989), cangkang siste Artemia sp. terbagi metabolisme berjalan terus, maka mulailah
menjadi dua bagian yaitu korion yang dibagian cangkang sistenya pecah (emergence 1 atau E-
luar dan kutikula embrionik yang di bagian 1). Terjadinya pemecahan cangkang siste yang
dalam. keras itu dibantu oleh enzim penetasan. Akibat
Korion adalah lapisan yang kuat dan adanya enzim ini, maka embrio yang masih
keras sehingga embrio banyak menghabiskan terbungkus didalam selaput penetasan telah
energinya untuk memecahkan cangkang keluar dari cangkangnya tetapi masih
tersebut. Sekitar 30% energinya untuk menempel pada ujung cangkang. Sampai di
memecahkan cangkang yang keras (korion). sini dinamakan tingkat payung (emergence 2
Dengan adanya proses dekapsulasi lapisan atau E-2). Embrio yang telah keluar dari
korion akan terkikis habis, sehingga embrio cangkangnya tetapi masih terbungkus di dalam
tidak susah payah untuk memecahkan selaput penetasannya itu tumbuh terus,
cangkangnya. sehingga akhirnya keluar dari selaputnya, pada
Penetasan siste Artemia sp. tanpa saat ini siste sudah benar-benar menetas dan
dekapsulasi harus melalui tahapan yang disebut sebagai tingkat nauplius (Mudjiman
panjang terliat pada Gambar 2. Mula-mula 1989).
36 Widodo et al. Pengaruh lama waktu

Pengaruh lama waktu terhadap pengaruh lama waktu dekapsulasi terhadap


penetasan siste Artemia sp. dapat dilihat panetasan siste Artemia sp. Untuk
pada Tabel 1. Berdasarkan hasil memperjelas pengaruh tersebut dapat
pengamatan penulis, terlihat adanya dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

80

60 AIR LAUT

40 NaOCl + NaOH

20 Ca(OCl)2 + CaO

0
5 MENIT 10 MENIT 15 MENIT 20 MENIT

Gambar 3 Grafik rataan penetasan siste Artemia sp.

Perbedaan lama waktu yang digunakan sedikit. Siste dengan warna pucat sedikit
memberikan hasil persentase penetasan yang mengadung hematin dalam korion sehingga
tidak berbeda. Dari Tabel 1 dapat diketahui tidak terlindung dengan baik kelangsungan
bahwa persentase penetasan tertinggi terjadi hidup embrionya. Hal ini sesuai dengan
pada lama waktu pencucian 15 menit dengan pengamatan bahwa siste Artemia yang
jenis larutan dekapsulasi NaOCl + NaOH yaitu digunakan berwarna coklat muda atau pucat.
sebesar 78,9 %, sedangkan tingkat persentase
terendah terjadi pada lama waktu yang 15 Larutan Dekapsulasi
menit yaitu sebesar 34,1 % dengan jenis Adanya perbedaan larutan yang
larutan yang berbeda Ca(OCl)2 + CaO. Pada digunakan sebagai bahan dekapsulasi
perlakuan dengan menggunakan larutan air memberikan pengaruh pada tingkat persentase
laut tidak terlihat adanya perbedaan pada setiap penetasan. Berdasarkan hasil analisa, bahan
lama waktu dekapsulasi hal tersebut pendekapsulasi yang baik untuk merk artemia
dimungkinkan karena bahan pendekapsulasi supreme plus adalah NaOCl + NaOH, hal ini
yang digunakan tidak mampu menipiskan terjadi karena larutan hipoklorit yang
cangkang Artemia sp. Perbedaan persentasi mengalami peristiwa disosiasi menjadi OCl-
penetasan diakibatkan oleh proses penipisan mampu mengoksidasi C34H32N4O4FeOH
cangkang siste pada saat pencucian. Lama (hematin) sehingga mempengaruhi
waktu pencucian dimungkinkan akan kemampatan dari hematin dan lama-kelamaan
berpengaruh pada embrio karena larutan hematin ini akan larut. Hal ini sesuai dengan
dekapsulasi yang digunakan dapat menembus pendapat Sorgelos et al. (1986) dalam
lapisan embrio, hal tersebut dapat tejadi jika Ekaputra (1991) yang menyatakan dari korion
jumlah kandungan hematin pada siste yang pada siste Artemia sp. dapat dilarutkan dalam
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 2 Nomor 1, April 2016 37

larutan hipoklorit dengan proses oksidasi. Hal mengandung ultraviolet, (2) suhu di atas 36 0C,
tersebut sesuai dengan hasil penelitian Raharjo (3) pengaruh katalisator beberapa logam
(2004) yang menyatakan bahwa pengaruh seperti Cu, Ni, Co, Cr, dan Fe, dan (4)
larutan dekapsulasi yang berbeda terhadap satu pengaruh katalisator senyawa garam
jenis merk artemia menghasilkan peresentase ammonium dan bahan organik.
penetasan yang tidak sama.
Pengaruh pemberian larutan KESIMPULAN DAN SARAN
dekapsulasi terhadap penetasan siste Artemia
sp. terjadi pada jenis larutan NaOCl + NaOH Kesimpulan
karena penggunaan larutan tersebut mampu 1. Bahan pendekapsulasi terbaik untuk merk
meningkatkan persentase penetasan siste dagang Artemia sp Supreme plus adalah
Artemia sp. hingga 11-18%. Hal ini sejalan campuran larutan NaOCl + NaOH.
dengan Mudjiman (1989) bahwa siste yang 2. Lama/waktu perendaman tidak
bermutu baik apabila ditetaskan dalam air menghasilkan tingkat persentase penetasan
bersalinitas 35 ppt penetasannya sekitar 45 % siste Artemia sp. yang berbeda
sedangkan apabila didekapsulasi terlebih
dahulu, penetasannya dapat mencapai 58 %. Saran
Selain itu, Purwakusuma (2002) juga 1. Untuk meningkatkan persentase penetasan
menyatakan bahwa dengan adanya proses siste Artemia sp. perlu dilakukan
dekapsulasi, persentase penetasan siste dapat dekapsulasi.
meningkat sampai dengan 10%. Peningkatan 2. Lama waktu dekapsulasi disarankan tidak
nilai persentase penetasan siste akibat terpaku pada perubahan warna Artemia sp
pemberian dekapsulasi disebabkan karena melainkan menggunakan standar waktu
embrio tidak susah payah keluar mengeluarkan yang jelas.
energinya untuk memecahkan cangkang
sehingga dapat meningkatkan kelangsungan DAFTAR PUSTAKA
hidupnya. Sekitar 30% energi embrio
digunakan hanya untuk proses penetasan Ekaputra.1991. Pengaruh Perbedaan Lama
cangkang yang keras (korion). Proses Perendaman pada Larutan Dekapsulasi
dekapsulasi mampu menghilangkan korion dengan Konsentrasi Natrium Hipoklorit
tanpa mempengaruhi kelangsungan hidup dari (klorin) yang Berbeda Terhadap
embrio. Persentase Penetasan Siste Artemia sp.
Berbeda dengan penggunan larutan Skripsi. Program Study Budidaya
dekapsulasi Ca(OCl)2 + CaO dari Tabel 1, Perikanan. Fakultas Perikanan.
dapat dilihat bahwa tingkat persentase Universitas Brawijaya. Malang.
penetasan siste relatif sama bahkan menurun
artinya penggunaan larutan ini tidak Mudjiman A. 1989. Udang Renik Air Asin
memberikan pengaruh yang baik, hal tersebut (Artemia salina). Jakarta: Bhatara.
dimungkinkan karena kandungan hematin pada
siste yang digunakan tipis sehingga larutan Purwakusuma.2002. Artemia salina (Brine
dekapsulasi dapat menembus sampai embrio shrimp).Http://www.O-FISH.
sehingga dapat menyebabkan kematian pada
embrio itu sendiri. Raharjo H. 2004. Pengaruh Larutan
Keberhasilan dalam proses dekapsulasi Dekapsulasi dan Pengkayaan Terhadap
terkait dengan kualitas dan kuantitas bahan Penetasan Siste Artemia sp. [Skripsi].
yang digunakan untuk dekapsulasi. Karena Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
sifat dari larutan klorin maupun kaporit akan Kelautan IPB.
berkurang apabila tidak disimpan di tempat
yang aman. Menurut Mudjiman (1989), hal-hal Sorgelos P. 1979. The Brine Shrimp, Artemia
yang dapat menyebabkan turunnya kualitas salina: A Bottleneck in Mariculture.
larutan klorin dalam penyimpanan antara lain FAO. England.
adalah (1) sinar matahari langsung yang
38 Widodo et al. Pengaruh lama waktu

Sorgelos P, Persoone G, Roels O, Jaspers E.


1986. The Brine Shrimp Artemia. Vol.
3. Ekology, Culturing, Use in
Aquaculture. Weterren, Belgium:
Universa Press.

Supriya, Juliati S, Mustamin. 1999. Teknik


Kultur Zooplankton dan Udang Renik.
Seri Budidaya Laut No. 9. Balai
Budidaya Laut Lampung. Lampung.

Anda mungkin juga menyukai