Anda di halaman 1dari 17

1.

Cara memegang Kamera Video

Posisi tangan yang tepat dalam memegang kamera adalah satu tangan memegang kamera dan
yang lain mengoperasikan zoom. Tangan tersebut juga menahan agar posisi kamera tidak
bergoyah. Dalam beberapa teknik, penggunaan tripod sangat dianjurkan.

2. Jangan Terlalu Menggunakan Zoom

Penggunaan zoom harus tepat. Sebab menggunakan zoom berarti akan memperlihatkan
goyangan sekcil apapun. Daripada menggunakan zoom, lebih baik mendekat saja ke obyek.

3. Hati-Hati Dengan Suara

Dalam proses shooting sebaiknay selalu menghidupkan mic kamera. Nanti kalau ternyata suara
yang masuk tak dibutuhkan maka tinggal menghilangkannya saat editing. Hanya saja mic
internal memang sensitif sekali, jadi hati-hatilah agar tak mengeluarkan suara yang tak
diperlukan.

4. Pentingnya Peraturan 10 Detik

Peraturan 10 detik maksudnya setiap adegan direkam setidaknya selama 10 detik. Selam itu
hindari gerakan kamera yang tidak diperlukan. Pengambilan gambar dengan durasi minimal 10
detik ini akan memudahkan editor video dalam menentukan mana gambar yang terbaik untuk
diambil.

5. Penggunaan Panning & Tilting Secara Tepat

Sebaiknya penggunaan dua teknik ini dilakukan secukupnya saja atau jika sudah benar-benar
berpengalaman. Mengambil gambar bergerak secara horizontal (Panning) dan secara vertikal
(tilting) harus dilakukan dengan halus dan tetap mempertahankan aturan 10 detik.

6. Selalu Cek Fokus, Exposure and White Balance (keseimbangan warna)

Tigal hal pokok ini harus selalu Anda cek keseimbangannya. Sebagus apapun angle kameranya
tetapi jika fokusnya terganggu maka akan kurang bagus juga hasilnya.

7. Selalu Ambil Cutaways

Cutaways merupakan gambar pengisi yang masih berkaitan dengan obyek atau tema gambar
yang dishooting. Tujuannya selain agar tampilan gambar tidak monoton pada obyek juga agar
video lebih informatif.

8. Hindari Melawan Cahaya Kuat

Hindari menghadap ke arah sumber cahaya yang kuat, tetapi kameraman harus membelakangi
cahaya tersebut. Kalaupun harus melawan cahaya, maka harus didukung dengan pencahayaan
yang memadai dan hanya berlaku pada obyek jarak dekat.

9. Gunakan Tripod Untuk Menahan Goyangan

Sebuah tripod akan sangat berguna untuk mengambil gambar dengan jelas dan tenang.
Kebanyakan video yang diproduksi sendiri menghasilkan gambar yang bergoyang dan tidak
nyaman di mata. Semua itu tak perlu terjadi jika Anda menggunakan Tripod saat shooting.

1
10. Jangan Malas Bergerak Mencari Angle Paling Pas

Seorang kameraman yang baik harus rajin bergerak dan berpindah mencari sudut pengambilan
terbaik. Dengan memiliki gambar dari berbagai sudut maka akan banyak pilihan yang terbaik.
Hanya saja perlu dicatat, seperti poin sebelumnya, agar tidak mengambil gambar saat kamera
masih aktif merekam.

11. Buatlah Sekuen

Membuat sekuen sebelum melakukan pengambilan gamabr sangatlah penting terutama bagi
pemula. Dengan merencanakan runtutan kombinasi cara dan tipe pengambilan gambar maka
Anda akan lebih mudah bekerja mengikuti alur yang telah Anda buat sebelumnya.

Dari 11 tips menjadi kameraman yang baik dan benar ini setidaknya Anda tahu bahwa
menggarap sebuah video berkualitas sangatlah berat. Namun kabar baiknya ada jasa video Mas
Bos Mulitmedia yang telah menyiapkan kameraman berpengalaman. Silakan hubungi untuk
menghadirkan video marketing terbaik Anda.

BEBERAPA ARTI DARI CAMERAMEN

Jenis kamera yang digunakan dalam film sangat beragam jenisnya, namun secara garis
besar kamera terbagi tiga yaitu :
1. Kamera foto (still photography)
Kamera foto menghasilkan gambar-gambar yang tidak bergerak ( still single pic-ture).
Bahanbaku penyimpanan gambar berasal dari pita selluloid, sehingga sete-lahmelakukan
perekaman harus diproses lagi dengan pemrosesan secara kimiawi. Contoh :kamera analog,
kamera digital.

2. Kamera film (cinema photography)


Kamera film memiliki bahan yang sama dengan kamera foto namun hasil yang di-dapat berbeda,
kamera film menghasilkan gambar yang bergerak atau biasa dise-butstill motion. Contoh :
kamera 8 mm, 16 mm, 35 mm.

3. Kamera video (video photography)


Untuk kamera vide sendiri memiliki persamaan dengan kamera film karena mengha-
silkan gambar bergerak (still motion), namun yang membedakan yaitu bahan baku-nya yang
berupa kaset video yang setelah pengambilan gambar hasilnya dapat langsung dilihat
karena terjadinya gambar secara optis dan elektronis. Contoh : kamera Betacam, MiniDV,
HDCam. Teknik-teknik yang terdapat pada pengambilan gambar sangat bervariasi, sehingga
saat kitamenonton suatu film tampak macam-macam sudut pandang pengambilan gambar
yang merupakan hal penting dalam film.

Penonton akan merasa jenuh apabila gambar yang disajikanterlihat monoton. Adapun
teknik-teknik yang ada dalam pengambilan gambar yaitu :
1. Sudut pengambilan gambar (Camera Angle)
a. Bird Eye View
Pengambilan gambar dilakukan dari atas dari ketinggian tertentu
sehingga memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan benda-benda lain yang
tampak dibawah sedemikian kecil. Pengambilan gambar biasanya menggunakan helikopter
maupun dari gedung-gedungtinggi.

b. High Angle
Sudut pengambilan gambar tepat diatas objek, pengambilan gambar seperti ini memiliki
arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil.

2
c. Low Angle
Pengambilan gambar diambil dari bawah si objek, sudut pengambilan gambar ini
merupakan kebalikan dari high angle. Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang ini yaitu
keagungan atau kejayaan.

d. Eye Level
Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan
dramatik tertentu yang didapat dari eye level ini, yang ada hanya memperlihatkan pandangan
mata seseorang yang berdiri.

e. Frog Level
Sudut pengambilan gambar ini diambil sejajar dengan permukaan tempat objek berdiri, seolah-
olah memperlihatkan objek menjadi sangat besar.

2. Ukuran gambar (frame size)


a. Extreem Close-up (ECU)
Pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan bagian tertentu pada
tubuh objek. Fungsinya untuk kedetailan suatu objek.

b. Big Close-up (BCU)


Pengambilan gambar hanya sebatas kepala hingga dagu objek. Fungsi untuk
menonjolkan ekpresi yang dikeluarkan oleh objek.

c. Close-up (CU)
Ukuran gambar sebatas hanya dari ujung kepala hingga leher. Fungsi untuk memberi gambaran
jelas terhadap objek.

d. Medium Close-up (MCU)


Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada. Fungsinya untuk mepertegas profil
seseorang sehingga penonton jelas.

e. Mid Shoot (MS)


Pengambilan gambar sebatas kepala hingga pinggang. Fungsinya memperlihatkan sosok
objek secara jelas.
f. Knee Shoot (KS)
Pengambilan gambar sebatas kepala hingga lutut. Fungsinya hampir sama dengan Mid Shot.

g. Full Shoot (FS)


Pengambilan gambar penuh objek dari kepala hingga kaki. Fungsinya memperlihatkan
objek beserta lingkungannya.

h. Long Shoot (LS)


Pengambilan gambar lebih luas dari pada Full Shoot. Fungsinya menunjukkan objek
dengan latar belakangnya.

i. Extreem Long Shoot (ELS)


Pengambilan gambar melebihi Long Shoot, menampilkan lingkungan si objek secara
utuh. Fungsinya menunjukkan bahwa objek tersebut bagian dari lingkungannya.

j. 1 Shoot
Pengambilan gambar satu objek. Fungsinya memperlihatkan seseorang/benda dalam frame.

3
k. 2 Shoot
pengambilan gambar dua objek. Fungsinya memperlihatkan adegan dua orang yang
sedang berkomunikasi.

l. 3 shoot
pengambilan gambar tiga objek. Fungsinya memperlihatkan adegan tiga orang
sedang mengobrol.

m. Group Shoot
Pengambilan gambar sekumpulan objek. Fungsinya memperlihatkan adegan sekelompok
orang dalam melakukan suatu aktifitas.

3. Gerakan kamera (moving camera)


a. Zooming (In/Out)
Gerakan yang dilakukan oleh lensa kamera mendekat maupun menjauhkan objek, gerakan
ini merupakan fasilitas yang disediakan oleh kamera video dan kameramen
hanyamengoperasikannya saja.

b. Panning (Left/Right)
Yang dimaksud dengan gerakkan panning yaitu kamera bergerak dari tengah ke kanan atau dari
tengah ke kiri, namun bukan kameranya yang bergerak tapi tripodnya yang bergerak sesuai
arah yang diinginkan.

c. Tilting (Up/Down)
Gerakan tilting yaitu gerakan ke atas dan ke bawah, masih menggunakan tripod sebagai
alat bantu agar hasil gambar yang didapat memuaskan dan stabil.

d. Dolly (In/Out)
Gerakan yang dilakukan yaitu gerakan maju mundur, hampir sama dengan gerakan
Zooming namun pada dolly yang bergerak adalah tripod yang telah diberi roda dengan cara
mendorong tripod maju ataupun menariknya mundur.

e. Follow
Pengambilan gambar dilakukan dengan cara mengikuti objek dalam bergerak searah.

f. Framing (In/Out)
Framing adalah gerakan yang dilakukan oleh objek untuk memasuki (in) atau keluar
(out) framming shot.

g. Fading (In/Out)
Merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan. Apabila gambar baru
masuk menggantikan gambar yang ada disebut fade in, sedangkan jika gambar yang
adaperlahan-lahan menghilang dan digantikan gambar baru disebut fade out.

h. Crane Shoot.
Merupakan gerakan kamera yang dipasang pada alat bantu mesin beroda dan Bergerak sendiri
bersama kameramen, baik mendekati maupun menjauhi objek.

4. Gerakan objek (moving object)


a.Kamera sejajar objek. Kamera sejajar mengikuti pergerakan objek, baik ke kiri
maupun ke kanan.
b.Walking (In/Out) Objek bergerak mendekati (in) maupun menjauhi (out) kamera.
4
Setelah mengetahui teknik-teknik dalam pengambilan gambar, ada beberapa elemen
penting yang harus ada di dalam gambar. Adapun elemen-elemen tersebut yaitu :
a. Motivasi
b. Informasi
c. Komposisi
d. Suara
e. Sudut Kamera
f. Kontinuitas

Selain teknik-teknik maupun tata cara pengambilan gambar yang harus dimiliki oleh
seorang kameramen yaitu sense of art atau rasa seni, karena gambar yang diambil oleh
kameramenmerupakan karya seni. Setiap orang memungkinkan untuk menguasai teknik-
teknik pengambilan gambar namun apabila tidak memiliki rasa seni atau keindahan maka hasil
yangdidapat pun kurang maksimal. Jadi rasa seni yang tinggi dapat dijadikan modal utama
untuk menjadi kameramen. Gali terus potensi diri, selamat berkarya, bangun perfilman
Indonesiamenjadi lebih maju dan sukses.

5
3. Sutradra Film Pendek

Film pendek merupakan salah satu tontonan yang turut diminati masyarakat. Meski berdurasi
lebih sedikit, namun ia memiliki keunggulannya tersendiri sesuai selera penikmatnya.
Tantangan saat menggarap film pendek pun berbeda dibandingkan dengan film panjang.
Dengan waktu yang relatif sedikit, pembuatnya harus memutar otak demi menyajikan tontonan
yang padat. Adapun tantangan dalam pembuatan film pendek adalah bagaimana mereka bisa
memiliki statement yang kuat dan bertutur dengan efektif. Membuat film pendek pun, tak
cuma sekadar mengandalkan pengambilan gambar serta akting yang memukau. Sang kreator
meski menciptakan alur dan latar yang kuat demi membentuk cerita secara garis besar.
Dalam film yang biasanya untuk ditayangkan di Festival Film ini, seorang sutradara harus
memiliki skill mengenai cara membuat film pendek yang bagus demi tercapainya kualitas hasil
film yang memuaskan. Adapun alur kerja seorang sutradara film pendek, pertama adalah
membedah skenario kedalam director’s treatment. Yaitu konsep kreatif sutradara tentang
arahan gaya pengambilan gambar. Setelah itu sutradara mengurai setiap adegan kedalam
sejumlah shot dan membuat shot list. Shot list ini adalah uraian arah pengambilan gambar dari
setiap adegan. Shot list lalu diterjemahkan kedalam storyboard, yaitu sejumlah sketsa yang
menggambarkan aksi para pemeran dalam film nantinya. Sketsa-sketsa yang mirip halaman
komik ini disusun teratur pada papan buletin, dilengkapi dengan dialog yang sesuai waktunya
atau deskripsi adegan.
Director’s treatment, shot list dan storyboard ini menjadi bekal untuk membuat script
breakdown. script breakdown ini adalah rincian tiap adegan dalam skenario menjadi daftar yang
berisi sejumlah informasi tentang segala hal yang dibutuhkan untuk keperluan syuting. Jadi
manfaat script breakdown, yaitu membuat kita jadi tahu tentang: kebutuhan syuting, biaya
syuting dan jadwal syuting. Sutradara lalu menggunakan ini dalam berkomunikasi ke semua
pihak, demi mencapai film yang sesuai visinya.

6
EDITOR FILM

1. Membaca dan menganalisis naskah film.


Untuk bisa menghasilkan film yang berkualitas dengan pesan yang bermakna, maka editor film
perlu membaca dan menganalisis naskah film untuk dapat menggambarkan bagaimana
gambaran mengenai film tersebut. Dengan begitu editor bisa mengetahui bagian – bagian mana
yang perlu menjadi penekanan dan sebagainya agar ketika ditayangkan dapat membekas di
ingatan penonton.

2. Bekerja sama dengan sutradara film.


Untuk semakin menguatkan gambaran film tersebut, tentu saja seorang editor harus bekerja
sama dengan sutradara, karena sutradara yang paham dengan baik mengenai gambaran film
tersebut. Editor harus bisa memahami gambaran yang dimiliki oleh sutradara untuk
menyamakan asumsi. Jangan sampai gambaran yang dimiliki oleh editor dan sutradara berbeda.
Editor juga bisa memberikan masukan – masukan yang mungkin bisa dipertimbangkan oleh
sutradara untuk membuat film semakin menggugah.

3. Mengunjungi lokasi pengambilan film.


Hal ini dikarenakan ekspektasi atau gambaran yang dimiliki oleh seorang editor belum tentu
sama dengan realita di lapangan. Untuk menghasilkan film yang berkualitas, selain alur, juga
ditentukan oleh pembawaan yang ditunjukkan oleh pemain film. Untuk mengetahui sejauh
mana editing perlu dilakukan, dan seperti apa saja editing yang perlu dilakukan maka seorang
editor juga perlu melihat berjalannya proses pengambilan film, bagaimana pemain film
membawakan cerita dan pesan dalam film.

4. Melakukan pemilihan shot.


Dalam proses produksi film, tidak semua adegan yang diambil akan dipilih. Oleh karena itu salah
satu tugas editor adalah memilih shot yang telah diambil ke dalam kategori yang terpakai (OK)
dan yang tidak (NG = Not Good). Biasanya bagian shot yang NG akan disampaikan oleh
sutradara karena ialah yang mengontrol berjalannya shooting di lapangan. Namun, sutradara
hanya menyampaikan dalam report, tidak membuangnya karena itu bukan tugasnya. Oleh
karena itu, berpijak dari report tersebut, editor memilih shot yang akan dipakai.

5. Mengatur dan mengurutkan potongan rekaman.


Setelah memilih potongan – potongan yang akan dipakai, tugas editor selanjutnya adalah
mengatur dan mengurutkan potongan- potongan tersebut hingga menjadi sebuah cerita yang
utuh sesuai dengan gambaran sutradara dan editor yang ini bisa dilihat dari naskah atau
instruksi dari sutradara dan produser. Hal ini perlu dilakukan karena proses pengambilan film
tidak dilakukan urut berdasarkan naskah, tapi biasanya menyesuaikan faktor – faktor tertentu,
seperti cuaca yang mengharuskan saat ituhanya mengambil film bagian indoor, atau
penyewaan tempat sehingga diutamakan mengambil scene di tempat itu terlebihdahulu, dan
sebagainya.

6. Menonton ulang potongan – potongan film yang sudah diurutkan.


Setelah selesai melakukan pengururtan, editor bertugas untuk menonton ulang susunan
tersebut dan melihat adakah yang perlu diperbaiki entah karena transisi adegan yang terlalu
kasar, alur yang meloncat sehingga sulit dipahami dan sebagainya.

7. Melakukan perbaikan.
Setelah melihat ulang dan ternyata ada yang perlu diperbaiki, maka editor bertugas untuk
memperbaiki kekurangan – kekurangan tersebut sehingga film bisa dipahami dan dinimati oleh
penonton nantinya.

7
8. Memotong film sesuai durasi.
Setelah kekurangan dalam film diperbaiki, editor juga diharuskan memotong kembali film agar
sesuai dengan durasi yang telah ditentukan sehingga film tidak terlalu lama sehingga penonton
tidak menjadi bosan menontonnya, danjuga tidak terlalu pendek sehingga pesan tidak
tersampaikan dengan baik.

9. Menyusun ulang potongan film yang sudah disesuaikan dengan durasi.


Hal ini perlu dilakukan agar cerita tetap tersampaikan dengan utuh meskipun beberapa adegan
harus dipotong sebelumnya, sehingga pembaca tetap bisa memahami maksud dari film.

10. Menambahkan pemanis.


Pemanis yang dimaksud di sini adalah hal – hal yang diperlukan untuk ditambahkan ke dalam
film agar film semakin menarik, di antaranya menambahkan efek suara, musik dan visual agar
film semakin lengkap dan mampu menggugah penonton. Dalam tahap ini, editor bekerja sama
dengan orang – orang yang ahli di bidang ini, untuk menentukan suara, musik dan efek visual
seperti apa yang perlu digunakan.

11. Menonton hasil film yang sudah diberikan efek dan melakukan perbaikan seperlunya.
Agar film semakin sempurna atau siap untuk ditayangkan, editor harus menonton ulang hasil
film yang sudah diberikan efek dan memperbaiki jika ada yang kurang tepat dalam peletakan
efek dan semacamnya.

12. Memberikan hasilnya kepada sutradara dan produser film.


Setelah 11 tugas di atas selesai, editor memberikan hasil pekerjaannya kepada sutradara dan
produser film untuk dilihat apakah sudah sesuai dengan gambaran yang mereka miliki dan
apakah ada yang perlu ditambahkan atau dikurangi dilihat dari sudut pandang mereka.

Selain 12 tugas di atas, tugas editor yang selainnya adalah:

1. Membuat revisi sesuai dari permintaan sutradara dan produsen.


2. Menyiapkan hasil akhir setelah di-revisi untuk di-produksi.
3. Menyimpan hasil akhir di tempat yang aman, karena keselamatan hasil akhir menjadi tanggung
jawab editor.

Itulah beberapa tugas editor film yang bisa kami sampaikan. Mungkin saja ada beberapa tugas
yang belum tersampaikan, karena tugas editor juga bisa menyesuaikan jumlah orang yang
bekerja di balik layar. Semakin banyak orangnya, maka tugasnya akan lebih khusus, begitu juga
sebaliknya. Bagaimana? Tertarik menjadi editor film?

Seorang editor perlu tujuan untuk apa dia mengedit. Film seperti apa yang akan ia hasilkan. Dan
apa yang bisa seorang editor lakukan untuk membuat film yang ia edit bisa menjadi film yang
mempunyai kualitas yang tinggi dan enak di tonton. Tujuan ini penting agar di setiap kali ia
mengedit, ia bisa selalu memikirkan perasaan penonton bila film hasil editannya kurang bagus.

2. Niat

Seorang editor perlu niat yang kuat untuk dapat menghasilkan film yang bagus. Ia harus
menancapkan rasa niat yang sangat kuat untuk menghasilkan film yang bagus.

3. Lakukan se-optimal mungkin

8
Kalimat “Sudahlah seadanya saja” harus di buang jauh-jauh oleh seorang editor. Karena kalimat
ini dapat mempengaruhi hasil editannya. Editlah film sekuat tenaga. Keluarkan karya terbaik
agar film yang dihasilkan juga menjadi hasil yang terbaik.

4. Utamakan penonton

Hal ini penting. Jangan sekali-kali editor mementingkan egonya sendiri. Terkadang seorang
editor mempunyai selera yang aneh. Jadi editannya pun juga terlihat aneh bagi penonton.
Seharusnya, lebih mengutamakan selera para penonton. Coba tunjukan preview film sebelum
film tersebut di publikasikan kepada beberapa orang yang mempunyai selera film yang berbeda.
Tunjukan juga kepada para pecinta film agar mereka bisa saran dan masukan bila ada beberapa
bagian film yang terlihat cacat dan aneh.

5. Belajar dari orang yang sukses

Terkadang seorang editor perlu saran dan masukan dari seorang editor yang mempunyai
penglaman yang lebih banyak dan sudah terkenal film hasil editannya bagus. Ini penting agar
seorang editor pemula dapat belajar teknik dalam film editannya. Ada pepatah jika berteman
dengan tukang parfum, pasti kita akan kebagian wanginya. Nah jika berteman dengan editor,
pasti akan mendapat ilmunya juga.

6. Be Perfectionist

Mungkin di Indonesia orang yang perfectionist tidak banyak. Tetapi sifat perfectionist ini perlu
dimilki oleh seorang editor. Jika di bandingkan editan film di Indonesia dan di luar Negeri, film
luar negeri Jaaauh lebih rapih dan bagus dibandingkan editan film Indonesia. Ini di karenakan
apa? Orang luar banyak yang perfectionist. Mereka tidak ingin karyanya di publikasikan
sebelum karya mereka benar-benar terlihat perfect di pandangan mereka. Sifat perfectionist ini
juga dapat mendorong kita agar pantang menyerah untuk mencari cara agar film yang
dihasilkan bisa lebih bagus lagi.

7. Belajar dari pengalaman

Semakin banyak jam terbang seorang editor, maka kualitas editannya pun semakin bertambah
bagus. Apalagi jika mendapat masukan dari berbagai orang. Hal ini bisa mendorong seorang
editor bisa menghasilkan film yang bagus.

8. Tumbuhkan rasa ingin tahu

Terkadang seorang editor bisa bingung bagaimana teknik untuk mengedit film yang ia edit. Kita
bisa mencari informasi cara pengeditannya dari berbagai media. Bisa melalui internet, buku,
atau seorang editor lain.

9. Kuasai dasar pengeditan

Bagi editor yang sudah proffessional dasar pengeditan pasti sudah sangat dikuasai. Jika dasar
pengeditan sudah dikuasai, apapun bentuk editan yang akan dibuat, pasti akan dengan mudah

9
dibuat. Meskipun editan itu belum pernah dibuat sebelumnya, tetapi jika sudah menguasai
dasar pengeditan, dengan menggabungkan teknik dasar tersebut maka akan menghasilkan hasil
editanyang kita cari.

10. Lihat ke atas, jangan ke bawah

Setiap editor mempunyai kempuan yang berbeda. Jika seorang editor ingin film editannya
menjadi semakin bagus, ia harus melihat ke atas. Yaitu melihat orang-orang yang telah sukses
mengedit film yang sangat berkualitas tinggi. Seperti film-film Hollywood. Jangan merasa terlalu
bangga dengan hasil editan yang sekarang berhasil diciptakan. Tapi banggalah jika sudah
berhasil membuat film berkualitas tinggi seperti di film Hollywood. Jika seorang editor sudah
sombong duluan ketika melihat hasil editan orang lain yang tidak lebih bagus darinya, maka
editor ini yang tidak akan maju. Seorang editor yang maju adalah editor yang tetap rendah hati
dan merasa kecil di bandingkan editor yang lain.

DASAR-DASAR EDITING FILM


PENGERTIAN DASAR
Editing adalah proses merangkai gambar demi gambar yang akhirnya kemudian menjadi satu
kesatuan cerita yang utuh dan penonton dapat dengan jelas memahami maksud dari sebuah
program.
Ketika memulai editing hendaknya seorang editor harus memahami ide dari program yang akan
dibuat :
• Tema dasar program
• Plot atau alur cerita, bagaimana cerita berkembang dari awal sampai akhir
• Apa yang kita harapkan dari penonton agar ikut merasakan dan mengalami program yang
disajikan
• Memilih bagian mana yang harus dibuang atau dipakai dalam rangka program itu sendiri
• Pesan utama dari program harus bisa nampak.
Syarat yang penting dalam editing adalah kesinambungan cerita; dengan menyajikan
kesinambungan gambar dan suara sekaligus. Perlu juga diperhatikan irama dari sebuah adegan
/ peristiwa, hubungan antara gambar yang satu dengan gambar berikutnya. Penonton
diharapkan untuk tidak merasakan bahwa program yang dilihatnya adalah merupakan
potongan gambar dan suara yang disambung-sambung namun merupakan rangkaian kejadian.
Editing erat kaitannya dengan hasil pengambilan gambar dari seorang kameraman. Dengan
hasil gambar yang baik maka akan lebih mudah bagi editor untuk merangkai gambar / shot.
JENIS PERPINDAHAN SHOT
1. CUT
Adalah perpindahan langsung dari gambar ke gambar berikutnya secara tajam. Fungsi cut
adalah untuk mempertunjukkan :
• Kesinambungan action Apabila satu kamera tidak dapat mengikuti gerakan obyek dikarenakan
terhalang obyek lain misalnya, kita potong dan ganti dengan jenis shot lain yang melanjutkan
gerakan tersebut.
• Detail dari sebuah obyek Misalkan ada sebuah long shot seorang sedang menulis, kemudian
kita pindah ke close up untuk memperlihatkan apa yang sedang ditulis.
• Progresi atau peningkatan dan penurunan kejadian Cut dari long shot ke close up akan

10
meningkatkan progresi karena penonton dibawa untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas dan
detail, dan demikian juga sebaliknya.
• Perubahan tempat dan waktu Perubahan dari sebuah adegan di dalam ruangan ke luar.
Peristiwa lain yang terjadi bersamaan tapi berada di lain tempat.
• Menciptakan irama kejadian Cut secara cepat akan menaikkan irama kejadian, demikian juga
sebaliknya.
Macam-macam jenis cutting :
• Insert / cut in Adalah sebuah shot yang diselipkan di shot utama yang berfungsi untuk
memperlihatkan detail dari shot utama.
• Intercut / cut away / reaction shot Shot action yang diambil pada saat yang bersamaan
dengan shot utama sebagai reaksi terhadap shot utama.
2. DISSOLVE
Adalah perpindahan shot secara berangsur-angsur; akhir dari shot pertama lama –lama hilang
dan berganti dengan awal dari shot ke dua. Dissolve hanya bisa dilakukan dengan dua sumber
gambar. Pada umumnya digunakan sebagai jembatan penghubung atau transisi dari shot action,
pergantian tempat dan waktu.
3. FADE
Biasanya digunakan pada awal atau akhir adegan.
• Fade from black Gambar muncul dari layar hitam, menunjukkan awal dari adegan.
• Fade to black Gambar menghilang ke layar hitam, menunjukkan akhir adegan.
4. WIPE
Efek dimana sebuah shot disapu oleh shot yang lain, hingga shot pertama nampak keluar dari
layar.
EDITING NON LINEAR
Yang dimaksud dengan editing non linear adalah editing atau pemotongan gambar yang tidak
terikat oleh urutan susunan shot atau gambar yang telah kita masukkan, sehingga
dimungkinkan adanya perubahan urutan tanpa merekam kembali sisa dari shot yang telah
dimasukkan. Saat ini telah banyak sekali beredar hardware editing card yang beredar di pasaran
dengan segala macam spesifikasinya. Dan telah dimungkinkan pula bagi seseorang yang hanya
mempunyai sebuah PC biasa menjadikannya sebagai alat editing non linear.
Prinsip – prinsip editing
• Jangan menyambung gambar dengan cutting, dissolving, wipe tanpa ada alasan yang jelas. •
Jangan menyambung dua shot dari obyek yang sama dengan framing yang sama karena akan
menghasilkan jump cut.
• Jangan menyambung dua jenis shot yang ukurannya terlalu ekstrim, misalkan dari ELS ke CU,
karena hal ini akan menyebabkan penonton kesulitan untuk mengenali obyek yang dimaksud.
• Jangan menyambung shot dari obyek yang sama dengan arah yang berlawanan karena akan
menghasilkan crossing the line, yaitu tidak bertemunya arah pandang dari obyek. Apabila kita
mengambil gambar dua orang yang berhadapan maka akan muncul garis imajiner yang
membatasi obyek, seorang kameraman juga harus mengetahui tentang garis imajiner ini atau
yang sering disebut garis axis.
• Jangan menyambung di tengah shot ketika kamera sedang bergerak. Juga jangan
menyambung shot kamera bergerak dengan kamera berhenti.
Sebenarnya masih banyak prinsip – prinsip editing yang harus kita pelajari , antara lain melalui
latihan dan belajar dari kesalahan.
Sekali lagi perasaan artistik seorang editor sangat dibutuhkan; di mana dia harus memotong

11
gambar dan suara pada titik yang tepat agar penonton merasakan bahwa semuanya adalah
satu kesatuan.

Seorang penyunting gambar dalam melakukan pekerjaannya akan selalu dihadapkan pada dua
hal : pertama, durasi gambar versi edit yang dibatasi dan durasi proses edit yang juga dibatasi,
yaitu oleh deadline, dimana hasil pekerjaan editor harus siap untuk ditayangkan. Bebarapa
dasar teknik editing

1. 1. Cut
Perpindahan antara gambar yang satu dengan gambar yang lain secara mendadak atau tanpa
intrupsi, oleh karena itu perlu diperhatikan komposisi serta kontinuitasnya dari gambar yang
akan digabungkan atau dihubungkan. Cut dimaksudkan untuk memberikan penjelasan dan
pengembangan dari suatu kejadian. Penjelasan berati mempertunjukan kepada penonton suatu
kejadian yang sejelas-jelasnya.
Misalnya : Long Shot orang yang sedang membaca buku untuk membantu penonton untuk
melihat buku apa yang sedang dibaca, ditampilkan judul buku dengan pengambilan secara Close
Up. Pengembangan berarti mempertajam situasi kejadian. Misalnya Long Shot seorang yang
sedang ditodong dengan pistol, kemudian shot berikutnya adalah Medium Shot yaitu
memperlihatkan penodong dengan pistol atau Medium Close Up wajah orang yang sedang
ditodong.
1. Fungsi Cut adalah untuk menunjukan :
2. Kesinambungan action, apabila suatu kamera tidak mampu mengikuti suatu action karena
halangan objek lain, misalnya : kita potong shot tersebut dan diganti dengan shot yang lain
yang menerusjan shot tersebut.
3. Detail objek, misalnya dari Long Shot ke Medium Close Up.
4. Perubahan tempat dan waktu, Cut dari indoor (interior) ke outdoor (exterior), misalnya :
menunjukan dalam rumah kemudian ke jalan.
5. Peningkatan atau penurunan kejadian, Cut to Close Up menunjukan peningkatan,
sedangkan Cut to Long Shot menunjukan penurunan.
1. Jenis penyambungan Cut :
2. Jump Cut, suatu pergantian shot dimana kesinambungan waktunya terputus karena
lompatan dari shot yang lain berbeda waktunya.
3. Cut In, insert suatu yang disisipkan pada shot utama dengan maksud untuk
mewujudkan detai dari shot utama.
4. Cut Away, Intercut, Reaction Cut, shot action yang menunjukan atau menggambarkan
reaksi terhadap shot utama atau shot lain yang bisa dimasukan sebagai selingan.
Selain harus memahami kontinuitas gambar, seorang editor juga harus memahami kontinuitas
arah, yaitu pada saat menghubungkan dua buah shot setiap pergerakan harus dijaga agar
menuju kesuatu arah yang sama. Kalau hal ini tidak dilakukan, maka akan melanggar suatu
peraturan dasar dalam dunia pertelevisian, yaitu melewati garis imaginasi.
Untuk bisa memadukan gambar dengan baik, editor harus selalu memperhatikan
gambar (visual) pada saat melakukan “Cut”, yaitu :
1. Dalam melakukan cutting dari satu shot ke shot yang lain, penonton harus tidak
merasakan terjadinya perpindahan antar gambar.

12
2. Cut untuk memperlihatkan kepada penonton apa yang ingin dilihatnya,
sehingga cutting harus dilakukan dengan sangat cermat, hati-hati dan pada saat yang
tepat.
3. Dalam cutting keputusan pertama yang harus dilakukan adalah untuk
menentukan “ Apakah perlu untuk dilakukan Cutting”.
4. pastikan bahwa shot berikut yang akan di cut mengandung sesuatu yang baru didalamnya
(jangan CU à CU orang yang sama).
5. Jangan cut dari VLS (Very Long Shot) ke sebuah BCU (Big Close Up) objek yang sama,
karena penonton akan bingung tentang apa yang ingin ditonjolkan.
6. pada saat melakukan cutting dari VLS ke MS (Medium Shot) atau MS ke CU hendaklah
dirubah sudut pengambilan gambarnya (sudut kameranya). Apabila Shooting di dalam
studio dengan multi kamera, hal ini seharusnya tidak terjadi.
Selain harus memperhatikan gambar pada saat melakukan cut, editor juga harus memahami
kapan waktunya harus melakukan cutting, sehingga tidak mengganggu konsentrasi penonton.
1. Cutting on Action
1. Cutting antara dua buah shot yang mengandung sebuah subjek yang sama, dipilih
pada saat terdapat pergerakan (duduk, berdiri, dll)
2. Reaction shot yaitu salah satu shot yang mempunyai motivasi untuk melakukan cut
3. Cutting pada titik Interest

Cutting pada sebuah shot (off kamera) yang berisikan objek yang seakan-akan dilihat oleh shot
aktor sebelumnya

1. Cutting pada “Cue” suara

Suara menjadi motivasi untu melakukan cutting, sehingga penonton (audiens) bisa langsung
melihat dari mana asal suara tersebut

1. 2. Dissolve
Pergantian antara gambar yang satu dengan gambar yang lain secara perlaha-lahan (tanpa
blank). Teknik ini dipergunakan untuk menghaluskan teknik pemindahan gambar sesuai dengan
karakter dan kebutuhan sebuah program yang diproduksi. Penggunaan dissolve ini lebih leluasa
dibandingkan dengan cut.
Pada umumnya dissolve dipergunakan untuk jembatan penghubung dari shot
action, pergantian tempat dan waktu dan menunjukan hubungan yang erat antara dua shot,
misalnya: pergantian dari Long Shot ke Close Up seorang penari yang akan nampak luwes
dengan menggunakan dissolve.
Scene yang nampak melompat sambungannya karena disebabkan perpindahan mendadak dari
pusat perhatian (Centre of Interest) boleh disambungkan dengan dissolve. Panjang
dari dissolve dapat bermacam-macam sesuai dengan tempo dramatik yang cocok. Macam-
macam dissolve :
1. Matched Dissolve
Dimana dua scene yang berkaitan saling bersamaan dalam bentuk gerakan atau isinya dapat
digunakan untuk memberi kesan lebih lunak atau untuk mengamankan laju penuturan dengan
membuat pergantian gambar tidak begitu mendadak. Bentuk yang sama seperti bunga dengan

13
perhiasan, kesamaan gerak seperti roda dan propeller, kesamaan isi seperti nyala ranting
dengan kebakaran hutan adalah kombinasi-kombinasi yang baik. Pembuatan matched
dissolve janganlah terlalu ganjil karena dapat mengganggu perhatian penuturan cerita, kecuali
gambar-gambarnya berasal dari cerita itu sendiri, shot-shot yang sudah cocok janganlah
dipergunakan untuk dissolve.
1. Dissolve yang di Distorsikan
Pembaruan gambar bergoncang, berteriak, bergetar, berputar dari fokus ke out fokus atau
keremangan boleh digunakan untuk menunjukan kejadian pergantian mendadak pada
kesadaran pemain, retropeksi, tidak seimbang secara mental, mabuk atau keadaan tidak normal
lainnya. Dissolve serupa ini sering kali diiringi dengan suara yang mengerikan digunakan untuk
memberi tahuakan munculnya flashback.
Dissolve sebaiknya digunakan untuk menandai flashback atau fastforward, tetapi tidak selalu
untuk menandai ke cerita awal. Cara yang digunakan sekarang lebih sedikit
menggunakan dissolve, yang terpenting adalah penonton memahami apa yang sedang
berlangsung. Dissolve memang tidak diperlukan jika yang diinginkan agar penonton terkejut,
atau untuk memberikan perhatian atau penekanan pada adegan tertentu seperti cerita yang
bergerak kedepan atau kebelakang.
1. Frozen Dissolve
Dissolve membeku dimana frame terakhir dari scene pertama dan frame pertama
dari scene kedua membeku selama dissolve, dimaksudkan untuk menunjukan bahwa waktu
tidak berubah antara scene. Sangat variasi pikturial yang dapat digunakan untuk disambungkan
secara tepat dengan lukisan atau gambar coretan. Gambar video yang bergerak dibekukan dan
di dissolve dengan lukisan.
Untuk mendapatkan hasil dissolve yang maksimal dan tidak mengganggu konsentrasi
penonton, editor harus memahami kapan waktunya harus melakukan dissolve.
1. Dissolve dipergunakan sebagai suatu hubungan yang halus dari suatu action, pergantian
tempat dan waktu.
2. Menyatakan hubungan yang erat antara dua buah gambar
3. Untuk membuat transisi yang halus dan menarik dari long shot ke close up atau dari close
up ke long shot yang tidak mungkin dilakukan dengan cutting
1. 3. Fade
Pergantian antara gambar yang satu dengan gambar yang lainnya dengan melalui
blank, fade dibagi menjadi dua jenis, yaitu fade in dan fade out. Fade In adalah suatu shot atau
visual yang bermula dari keadaan gelap kemudian secara perlahan muncul
gambar (visual) hingga normal. Sedangkan Fade Out adalah dari gambar
terang (normal) berangsur secara perlahan menjadi gelap. Biasanya fade ini digunakan secara
sepasang, fade in diikuti dengan fade out, tetapi ini bukanlah peraturan harga mati.
Satu sequence, beberapa sequence atau satu film lengkap, dapat dirangkum oleh fade.
Fade dapat juga digunakan untuk memisahkan berbagai unit cerita. Sequence yang dipisahkan
oleh fade adalah mirip dengan bab pada buku atau babak pada sandiwara.

14
Fade antara sequence yang berlangsung di tempat yang sama dapat menunjukan berlakunya
waktu, sperti dari satu hari ke hari berikutnya atau sekian minggu atau sekian bulan
kemudian. Fade dapat digunakan untuk menunjukan beralihnya ke setting lain. Fade harus
digunakan secara hemat, karena dapat menimbulkan kesan terpotong-potong atau efek
episodic, yang dapat merusak kelancaran penuturan cerita. Fade hanya boleh digunakan pada
awal dan akhir gambar, kecuali materi subjek yang terpisah-pisah tempatnya.
1. 4. Wipe
Fungsi wipe sebenarnya sama dengan fungsi dissolve. Wipe adalah efek perpindahan gambar
dimana satu frame disapu oleh frame berikutnya sehingga tampak terdorong keluar dari layar
monitor dan digantikan oleh shot berikutnya. Wipe bisa jika digunakan untuk mengawali suatu
adegan.
Pola wipe dapat berkesinambungan atau terpecah menjadi sejumlah bentuk dalam bingkai
umpamanya seperti sejumlah lingkaran yang membesar dan memunculkan scene yang
baru. Wipe adalah transisi secara mekanis. Wipe sering digunakan pada program acara yang ada
kaitannya dengan musik, khususnya video klip atau film musikal, untuk film cerita transisi ini
jarang digunakan.
Namun akhir-akhir ini wipe banyak dipergunakan untuk trailer sebuah film atau iklan televisi.
5. Superimpose
Yang dimaksud dengan superimpose adalah perpaduan antara dua gambar atau lebih ke dalam
satu fame gambar. Citra-citra yang ada di superimpose boleh digunakan dalam penyuntingan
untuk menghubungkan dua gagasan atau lebih. Sejumlah shot-shot yang berbeda-beda dapat
ditempatkan pada layar secara sendiri-sendiri dalam berbagai pola. Layar dapat dibagi menjadi
emapt atau lebih atau citra yang dipusatkan yang dikelilingi oleh sejumlah gambar lainnya.

Elemen dan hal-hal yang perlu diperhatikan didalam dasar-dasar proses editing dalam
perfilman:

-Motivasi : pada saat mengedit perlu ada motivasi yang jelas saat memindahkan, menyatukan,
atau pada saat memakai pergeseran dan juga fade. Motivasi ini dapat juga pada gambar, suara
ataupun gabungan dari gambar dan suara.
– Informasi :sebuah gambar yang mempunyai informasi merupakan tahap dari sebuah dasar-
dasar proses editing dalam perfilman. Setiap kali shot baru memiliki informasi yang baru juga
dan urutan harus ideal supaya gambar menjadi lebih menarik. Sebab semakin banyak pengamat
menghasilkan informasi dan memahami, maka akan lebih menikmati dan seperti yang
terkandung dalam sebuah cerita di dalam adegan. Peran seorang editor agar menghasilkan
gambar yang banyak informasinya dalam suatu program, tetapi tanpa efek mengajari pengamat.
– Komposisi :walaupun editor tidak dapat menciptakan sebuah kerangka gambar, tetapi salah
satu peran editor ialah memilih dan menata shot yang ada dengan kerangka yang menjadi
dapat diterima penonton. Sebab kerangka shot yang jelek merupakan hasil dari sebuah proses
shooting yang jelek.

15
– Suara :merupakan bagian terpenting dalam sebuah dasar-dasar proses editing dalam
perfilman ,suara tidak langsung dari gambar tetapi juga lebih abstrak. Suara bisa juga untuk
membangun keadaan dan emosi yang menjadi suatu daya tarik dapat juga dipakai untuk
menggantikan penonton dalam suatu pertukaran scene maupun cerita.
– Angle kamera :merupakan bagian terpenting dalam sebuah editing, pada dasarnya saat
pergeseran shot yang satu dengan shot yang lainnya selayaknya harus berbeda angle.
Perbedaan angle sebuah objek/subjek ialah kurang dari 45 derajat, sedangkan untuk suatu garis
khayal antara dua objek ialah tidak lebih dari 180 derajat, jika melewati maka akan terjadi
jumping gambar.
– Kontinuitas (continuity action) :Kontinuitas( kesinambungan gambar ) dimana setiap
pergeseran shot yang baru dengan agle dan komposisi yang baru adalah lanjutan dari suatu
shot sebelumnya.
– Arah layar (screen direction) :Objek atau subjek yang selaras dalam setiap shot harus menjaga
arah gerakan yang selaras.
– Garis mata : garis mata subjek yang memandang ke suatu tempat harus sesuai dengan arah
yang dipercayai pengamat.

Istilah-istilah di dalam dasar-dasar proses editing dalam perfilman:


– Capture device : merupakan sebuah alat/hardware yang mengganti suatu video analog ke
dalam video digital.
-Compressors and codec :merupakan software atau program yang memadatkan sebuah
compress atau pemadatan untuk membangun ukuran video agar menjadi lebih kecil.
– Editing : merupakan proses mengganti dan juga menyatukan sebuah klip video, audio track,
grafik dan juga material lainnya menjadi satu paket tayangan yang lebih menarik dan bagus.
– Edit decision list (edl) : merupakan sebuah daftar kesimpulan mengenai hal yang dimasukan
ataupun dikeluarkan dalam sebuah proses editing.
– Encoding : merupakan sebuah proses mengganti sebuah klip video dalam format tersebut.
-Linear editing : merupakan sebuah langkah dalam editing yang mengganti video klip dari tipe
satu ke tipe yang lainnya sesuai dengan apa yang diharapkan.
-Non linear editing :merupakan sebuah editing yang memakai software komputer untuk
mengganti suatu klip video.
– Transisi : merupakan suatu arah atau langkah dalam mengganti/meyatukan satu shot ke shot
lainnya.
– Post production : merupakan sesuatu yang terjadi dalam sebuah klip video atau audio setelah
produksi,klip video atau audio direkam maupun dishooting.
-Post production atau pasca produksi: merupakan kegiatan mengedit video dan audio,
memberikan judul, membangun grafik dan kesan dan juga menyelaraskan atau meneliti warna.
Metode di dalam dasar-dasar proses editing dalam perfilman:
1. Film splicing atau penyatuan film
2. Tape to tape yang bersifat linear

16
3. Digital/komputer yang bersifat non linear
4. Live sebuah Editing

17

Anda mungkin juga menyukai