6/Oktober/2013
18
Lex Crimen Vol. II/No. 6/Oktober/2013
19
Lex Crimen Vol. II/No. 6/Oktober/2013
20
Lex Crimen Vol. II/No. 6/Oktober/2013
Jaksa dan Hakim cyber sangat Sampai saat ini, kesadaran hukum
dibutuhkan seiring dengan perkembangan masyarakat untuk melakukan pengamanan
tindak pidana teknologi yang semakin dan merespon aktivitas cybererime masih
banyak terjadi di masyarakat yang dirasakan kurang. Hal ini disebabkan antara
akibatnya dapat dirasakan di satu daerah, lain oleh kurangnya pemahaman dan
di luar daerah perbuatan yang dilakukan pengetahuan masyarakat terhadap jenis
bahkan di luar negeri. Sarana atau fasilitas kejahatan cybercrime yang menyebabkan
komputer hampir dimiliki oleh semua upaya penanggulangan cybercrime
kesatuan aparat penegak hukum, namun mengalami kendala, dalam hal ini kendala
masih sebatas untuk keperluan mengetik. yang berkenaan dengan penataan hukum
Alat ini akan sangat membantu manakala dan proses pengawasan masyarakat
dilengkapi dengan akses internet. terhadap setiap aktivitas yang diduga
Kurangnya sarana dan prasarana dalam berkaitan dengan cybercrime.
penegakan hukum cybercrime sangat Melalui pemahaman yang komprehensif
berpengaruh terhadap kinerja aparat mengenai cybercrime, peran masyarakat
penegak hukum dalam menghadapi high- menjadi sangat penting dalam upaya
tech crimes. Aparat penegak hukum perlu pengawasan.
informasi yang dapat diakses melalui
jaringan internet. B. PEMBUKTIAN DALAM PENEGAKAN
HUKUM TINDAK PIDANA TEKNOLOGI
4. Kesadaran Hukum Masyarakat INFORMASI DAN YURISDIKSI HUKUM
Dalam konsep keamanan masyarakat PIDANA DALAM PENANGGULANGANNYA
modern, sistem keamanan bukan lagi 1. Pembuktian Dalam Penegakan Hukum
tanggung jawab penegak hukum semata, Tindak Pidana Teknologi Informasi
namun menjadi tanggung jawab bersama Hukum acara pidana (KUHAP) secara
seluruh elemen masyarakat. Dalam tegas disebutkan beberapa alat-alat bukti
pandangan konsep in masyarakat di yang dapat diajukan oleh para pihak yang
samping sebagai objek juga sebagai subjek. berperkara di muka persidangan.
Sebagai subjek, masyarakat adalah pelaku Berdasarkan Pasal 184 KUHAP,7 alat-alat
aktivitas komunikasi antara yang satu bukti ialah: Keterangan saksi, keterangan
dengan yang lain, serta pengguna jasa ahli, surat, petunjuk, dan keterangan
kegiatan internet dan media lainnya. terdakwa. Dalam perkembangannya,
Sebagai objek, masyarakat dijadikan keberadaan informasi dan data elektronik
sasaran dan korban kejahatan bagi segenap diakui sebagai "alat bukti lain" selain yang
aktivitas kriminalisasi Internet. diatur dalam Pasal 184 KUHAP, Pasal 164
Dilibatkannya masyarakat dalam strategi Herzien Inlancls Reglements (HIR) dart 1903
pencegahan kejahatan mempunyai 2 (dua) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tujuan pokok, menurut Mohammad Kemal (bukti tulisan, bukti dengan saksi,
Dertuawan, adalah untuk:6 persangkaan-persangkaan, pengakuan dan
1. Mengeliminir faktor-faktor kriminogen sumpah).
yang ada dalam masyarakat.
2. Menggerakkan potensi masyarakat a. Alat Bukti Informasi dan Data Elektronik
dalam hal mencegah dan mengurangi Undang-Undang No.8 Tahun 1997
kejahatan. Tentang Dokumen Perusahaan telah mulai
mengatur ke arah pembuktian data
6
Mohammed Kemal Dermawan, Strategi
Pencegahan Kejahatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung
7 Ibid
1994,hal.10. , hal.107.
21
Lex Crimen Vol. II/No. 6/Oktober/2013
22
Lex Crimen Vol. II/No. 6/Oktober/2013
Namun bukti elektronik tidak dapat b. alat bukti lain berupa Informasi
digunakan dalam hal-hal spesifik Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 5 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
ayat (4) UU ITE menyatakan Ketentuan angka 1 dan angka 4 serta Pasal 5 ayat
mengenai Informasi Elektronik dan/atau (1), ayat (2), dan ayat (3).
Dokumen Elektronik sebagaimana Sesungguhnya pandangan yang
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk: mengatakan alat bukti elektronik tidak
a. surat yang menurut Undang-Undang dapat menjadi alat bukti tertulis tidaklah
harus dibuat &lam bentuk tertulis; dan mutlak, karena sangat tidak relevan di
b. surat beserta dokumennya yang jaman teknologi tetap memandang alat
menurut Undang-Undang harus dibuat bukti tertulis hanya yang berbentuk
dalam bentuk akta notaris atau akta konvensional. Disinilah Hakim dituntut
yang dibuat oleh pejabat pembuat untuk berani melakukan tembosan hukum
akta.10 karena dia yang paling berkuasa dalam
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UU ITE, memutuskan suatu perkara dan karena dia
informasi elektronik memiliki kekuatan juga yang dapat memberi suatu vonnis van
hukum sebagai alat bukti yang sah, bila de rechter (keputusan hakim) yang tidak
informasi elektronik ini dibuat dengan langsung dapat didasarkan atas suatu
menggunakan sistem elektronik yang dapat peraturan hukum tertulis atau tidak
dipertanggungjawabkan sesuai dengan tertulis. Dalam hal ini, Hakim harus
perkembangan teknologi informasi. Bahkan membuat suatu peraturan sendiri (eigen
secara tegas, Pasal 6 UU ITE menentukan regeling).12 Tindakan seperti ini, menurut
bahwa "Terhadap semua ketentuan hukum Pasal 14 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
yang mensyaratkan bahwa suatu informasi 1970 tentang kekuasaan kehakiman,
harus berbentuk tertulis atau asli selain dibenarkan karena seorang Hakim tidak
yang diatur dalam Pasal 5 ayat (4), boleh menolak untuk memeriksa, mengadili
persyaratan tersebut telah terpenuhi dan memutuskan suatu perkara dengan
berdasarkan undang-undang ini jika alasan peraturan perundang-undangan
informasi elektronik tersebut terjamin yang tidak menyebutkan, tidak jelas, atau
keutuhannya dan dapat tidak lengkap (asas ius curia novit). Bila
dipertanggungjawabkan, dapat diakses, keputusan Hakim yang memuat eigen
dapat ditampilkan sehingga menerangkan regeling ini dianggap tepat dan dipakai
suatu keadaan". berulang-ulang oleh Hakim-hakim lainnya,
Penegasan terhadap informasi maka keputusan ini akan menjadi sebuah
elektronik dan dokumen elektronik dapat sumber hukum bagi peradilan
13
dijadikan menjadi alat bukti penyidikan, (rechtspraak).
penuntutan dan pemeriksaan di sidang Di Indonesia sendiri terdapat putusan
pengadilan tertulis di dalam Pasal 44 UU ITE pengadilan yaitu putusan
yang isinya sebagai berikut :11 MARI.Nomor.9/KN/1999, yang dalam
a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam putusannya hakim meneritna hasil print
ketentuan Perundang-undangan; dan Out sebagai alat bukti surat. Kemudian
kasus pidana yang diputus di Pengadilan
10 ayat
Pasal 5 (4) Undang-Undang No.11 tahun 2008 Negeri Jakarta Timur mengetengahkan
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
diundangkan pada 28 April 2008, Lembaran Negara
12 dan
No.58. E. Utrecht Moh. Saleh Djindang, Pengantar
11 ayat
Pasal 44 (4) Undang-Undang No. 11 tahun Dalam Hukum Indonesia, cetakan kesebelas,
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, penerbit P.T. Ichtiar Baru dan Penerbit Sinar
diundangkan pada 28 April 2008, Lembaran Negara Harapan, Jakarta, 1989, hal.121.
13
No.58. Ibid.
23
Lex Crimen Vol. II/No. 6/Oktober/2013
bukti e-mail (electronic mail) sebagai salah f. Terdapat cara tertentu untuk
satu alat bukti. Setelah mendengar menunjukkan bahwa penandatangan
keterangan ahli bahwa dalam transfer data telah memberikan persetujuan terhadap
melalui e-mail tersebut tidak terjadi informasi elektronik yang
tindakan manipulatif, hakim memvonis ditandatangani.
terdakwa dengan hukuman satu tahun Orang yang menggunakan tanda tangan
penjara karena terbukti telah melakukan elektronik atau terlibat dalamnya
tindakan cabul berupa penyebaran tulisan mempunyai kewajiban untuk
dan gambar.14 mengamankan tanda tangan agar tanda
tersebut tidak dapat dapat disalahgunakan
2. Tanda Tangan Elektronik oleh orang yang tidak berhak. Pengamanan
Salah satu alat yang dapat digunakan tanda tangan elektronik sesuai Pasal 12 (2)
untuk menentukan keaslian atau UU ITE meliputi syarat :16
keabsahan suatu bukti elektronik adalah a. Sistem tidak dapat diakses oleh orang
tanda tangan elektronik. Tanda tangan lain yang tidak berhak;
elektronik harus dapat diakui secara hukum b. Penandatangan harus waspada terhadap
karena penggunaan tanda tangan penggunaan tidak sah dari data
elektronik lebih cocok untuk suatu pembuatan tanda tangan oleh orang
dokumen elektronik. lain;
Agar suatu tanda tangan elektronik c. Penandatangan harus menggunakan
dapat diakui kekuatan hukumnya, maka cara atau instruksi yang dianjurkan oleh
syarat-syarat yang harus dipenuhi sesuai penyelenggara tanda tangan elektronik.
Pasal 11 ayat (1) UU 11 E adalah:15 Penandatangan harus memberitahukan
a. Data pembuatan tanda tangan kepada orang yang mempercayai tanda
elektronik hanya terkait kepada penanda tangan tersebut atau kepada pihak
tangan saja; pendukung layanan tanda tangan
b. Data pembuatan tanda tangan elektronik apabila ia percaya bahwa:
elektronik hanya berada dalam kuasa 1. Data pembuatan tanda tangan telah
penandatangan pada saat dibobol; atau
penandatanganan; 2. Tanda tangan dapat menitnbulkan
c. Perubahan terhadap tanda tangan risiko, sehingga ada kemungkinan
elektronik yang terjadi setelah waktu bobolnya data pembuatan tanda
penandatanganan dapat diketahui; tangan elektronik tersebut.
d. Perubahan terhadap informasi d. Dalam hal sertifikat Elektronik digunakan
elektronik yang berhubungan dengan untuk mendukung tanda tangan
tanda tangan elektronik dapat diketahui elektronik, penanda tangan harus
setelah waktu penandatanganan; memastikan kebenaran dan keutuhan
e. Terdapat cara tertentu yang dipakai semua informasi yang terkait dengan
untuk mengidentifikasi siapa sertifikat elektronik tersebut.
penandatangannya; Menurut Penulis, penggunaan kata "data
pembuatan tanda tangan elektronik"
hendaklah disederhanakan menjadi "tanda
14
Di akses dari tangan elektronik", agar lebih jelas dan
http://www.hukumonline.comiartikel_detail dengan
judul "Data Elektronik sebagai Alat Bukti Masih
Dipertanyakan" pada tanggal 30 Agustus 2008.
15 11 16
Pasal Undang-Undang No.11 tahun 2008 Pasal 12 Undang-Undang No.11 tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
diundangkan pada 28 April 2008, Lembaran Negara diundangkan pada 28 April 2008, Lembaran Negara
No.58. No.58 .
24
Lex Crimen Vol. II/No. 6/Oktober/2013
mudah dimengerti karena tidak ada tanda elektronik dapat diringankan oleh saksi ahli
tangan elektronik tanpa data. karena penyelenggara sertifikasi tanda
Ketentuan-ketentuan Pasal 11 tangan elektroniklah yang mempunyai
merupakan syarat-syarat minimal (yang kemampuan teknis dan peralatan teknik
harus diintegrasikan dengan pasal 12) untuk membuktikan kehandalan dan
untuk dipenuhi agar sebuah tanda tangan keamanan prosedur yang mereka gunakan.
elektronik menikmati "asas praduga Pengaturan data elektronik sebagai alat
kehandalan" (presomption de fiabilite) yang bukti walau bagaimanapun telah
memberikan kekuatan hukum dan akibat melakukan pembaharuan mengenai
hukum yang sama dengan tanda tangan substansi hukum, yang ada dalam hukum
manuskrip. Tanda tangan elektronik acara pidana (KUHAP) Indonesia, HIR dan
securisee (diamankan/terkualifikasi) KUH Perdata. Tetapi perluasan alat bukti
seharusnya yang diatur dalam Peraturan tersebut akan terasa sia-sia jika aparat
Pemerintah nantinya dan berhak untuk penegak hukumnya belum siap atau belum
menikmati presomption de fiabilite. Kecuali mampu untuk itu dibutuhkan pengetahuan
dibuktikan lain, keuntungan dari asas ini dari kemampuan aparat penegak hukum
adalah jaminan praduga kehandalan dalam teknologi informasi serta keyakinan
identitas dari pengguna dan integritasnya dan pandangan yang luas hakim dalam
dengan akta yang dilekatinya. menafsirkan hukum sebagai upaya
Ketidakmampuan pengguna untuk penegakan hukum dunia mayantara di
menikmati asas ini, menciptakan kesulitan Indonesia.
kepada mereka dalam membuktikan 2. Yurisdiksi Hukum Pidana Dalam
kehandalan prosedur yang digunakannya. Penanggulangan Cybercrime
Dari sudut kekuatan hukum dan akibat Pengaturan teknologi informasi yang
hukum, jelaslah tipe securisie yang akan diterapkan oleh suatu negara berlaku untuk
mendapatkan nilai pembuktian lebih unggul setiap orang yang melakukan perbuatannya
daripada tanda tangan elektronik baik yang berada di wilayah negara
sederhana. tersebut maupun di luar negara apabila
Selain itu, menurut Penulis, butir (f) perbuatan tersebut memiliki akibat di
pada Pasal 11 ayat (1) sebaiknya dihapus Indonesia. Butuhnya pengaturan yurisdiksi
karena dari sudut pandang teknis, butir (e) ekstrateritorial dikarenakan suatu tindakan
sudah cukup untuk membuktikan bahwa yang merugikan kepentingan orang atau
Penandatangan telah memberikan negara dapat dilakukan di wilayah negara
persetujuamiya dengan menandatangani lain. Oleh karena itu, peraturan mengenai
akta elektronik tersebut dengan tanda cyberlaw harus dapat mencakup perbuatan
tangan elektronik miliknya. Munn, tintuk yang dilakukan di luar wilayah Indonesia
membuktikan apakah persetjjuan tapi merugikan kepentingan orang atau
Penandatangan tersebut datang tanpa negara dalam wilayah Indonesia.
unsur paksaan, digunakanlah fakta-fakta Undang-Undang No.11 tahun 2008
hukum dalam proses peradilanlah, bukan tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
piranti lunak yang digunakan. (UU 11E) telah mengatur masalah yurisdiksi
Sistem beban pembuktian terhadap yang di dalamnya sudah menerapkan asas
tanda tangan elektronik hendaknya universal. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 2
diserahkan kepada penyelenggara UU ITE:
sertifikasi tanda tangan elektronik. Dengan Undang-Undang ini berlaku untuk setiap
demikian, kesulitan hakim dalam hal Orang yang melakukan perbuatan
membuktikan unsur-unsur tersebut hukum sebagaimana diatur dalam
terutama dengan menggunakan alat bukti undang-undang ini, baik yang berada di
25
Lex Crimen Vol. II/No. 6/Oktober/2013
26
Lex Crimen Vol. II/No. 6/Oktober/2013
27
Lex Crimen Vol. II/No. 6/Oktober/2013
28