Penyusun
Kelompok 5 (Lima )
- MARIMAR DONGORAN
- SYAIFUL RIZAL
Semester : VI-Eksekutif - Tarbiyah
Dosen Pengempu: Dra.H. Usmaidar, M.Pd
Tim Penyusun
Kelompok 5 (Lima)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
PENUTUP ............................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 58 ayat 1 dan 2 menyatakan
bahwa evaluasi merupakan kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap proses
serta hasil kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh lembaga mandiri secara
berkesinambungan, berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai
pencapaian standar nasional pendidikan. 1
Penilaian berusaha menentukan apakah tujuan pendidikan tercapai atau
tidak, sehingga evaluasi memiliki peran yang tidak kecil dalam pendidikan agama
Islam apabila dilaksanakan dengan baik. Evaluasi yang efektif dan efisien
dilakukan secara kontinu serta menyeluruh diharapkan pendidik dapat
memperoleh gambaran secara utuh tentang prestasi dan kemajuan proses serta
hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik pada mata pelajaran pendidilkan
agama Islam. Sehingga pelajaran PAI merupakan mata pelajaran yang
menekankan evaluasi yang berkesinambungan, mengacu pada tujuan tetapi juga
komprehensif meliputi: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana penyusunan instrumen penilaian Kognitif?
b. Bagaimana penyusunan instrumen penilaian Afektif?
c. Bagaimana penyusunan instrumen penilaian Psikomotorik?
C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui penyusunan instrumen penilaian Kognitif.
b. Untuk mengetahui penyusunan instrumen penilaian Afektif.
c. Untuk mengetahui penyusunan instrumen penilaian Psikomotorik.
1
Depdiknas, Undang-UndangRI Nomor 20 Tahun 2003, (Jakarta: Biro Hukum dan
Organisasi, 2003), 51.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Hasan Langgulung,Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam,( Bandung: PT
Alma’arif, 2002 ), 33
2
membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang
telah dipelajari.
5. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang
dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan
yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang
mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan
tentang nilai suatu gagasan metode produk, atau benda dengan menggunakan
kriteria tertentu.
Bentuk tes kognitif diantaranya:3
1. Tes atau pertanyaan lisan dikelas
2. Pilihan ganda
3. Uraian obyektif
4. Uraian non obyektif atau uraian bebas
5. Jawaban atau isian singkat
6. Partofolio, dan
7. Performance
Dalam evaluasi hasil belajar dikenal beberapa macam test antara lain test
formatif dan test sumatif. Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang
bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback) yang selanjutnya hasil penilaian
tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang
atau sudah dilaksanakan. Penilaian formatif tidak hanya berbentuk tes tertulis dan
hanya dilaksanakan pada setiap akhir pelajaran tetapi dapat pula berbentuk tes
tertulis dan hanya dilaksanakan pada setiap akhir pelajaran tetapi dapat pula
berbentuk pertanyaan-pertanyaan lisan atau tugas-tugas yang diberikan selama
pelajaran berlangsung ataupun sesudah pelajaran selesai.
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data
atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap
bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.
3
Nik Haryanti, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Bandung:
Alfabeta, 2014), 89.
3
Salah satu pedoman guna menentukan tingkat kompetensi item tes adalah
taksonomi tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh Banjamin S. Blomm dkk
(1956).Taksonomi ini secara luas mencakup sistem klasifikasi tujuan pendidikan
dalam tiga kawasan perilaku yaitu kawasan afektif, kognitif dan psikomotor.
Dalam hal test prestasi, maka kawasan kognitif yang akan menjadi pokok
perhatian. Telah dijelaskan didepan bahwa urutan kompetensi pada ranah kognitif
adalah knowlegde, comprehension, application, anaylis, sinthesis dan evaluation.
Taraf kompetensi yang lain tinggi, yang biasanya diikuti pula oleh
meningaktkan taraf kesukaran item, menuntut kemampuan subyek yang lebih
kompleks daripada taraf kemampuan dibawahnya.
Masing-masing tingkat kompetensi dalam ranah kognitif biasanya
dioperasionalkan dalam bentuk kata kerja khusus agar lebih memungkinkan para
penulis soal membentuk item yang sesuai dengan tujuan ukuran test.
Test sebagai alat pengukur perkembangan dan kemajuan belajar peserta
didik, apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu : tes hasil belajar bentuk uraian (selanjutnya ditingkat tes uraian)
dan tes hasil belajar bentuk obyektif (selanjutnya disingkat dengan tes obyektif).
Bentuk dari kedua test tersebut di kemudian di susun dan di rencanakan
secara sistematis sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif.
Para ahli penyusun tes maupun pengajar umumnya telah menyepakati
langkah-langkah sebagai berikut:4
1. Menentukan / merumuskan tujuan tes
2. Mengidentifikasi hasil-hasil belajar yang akan diukur dengan tes
3. Menentukan / menandai hasil-hasil belajar yang spesifik yang merupakan
tingkah laku yang dapat diamati dan disesuaikan dengan TIK.
4. Merinci mata pelajaran / bahan pelajaran yang diukur dengan tes.
5. Menyiapkan tabel spesifikasi (blue print)
6. Menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.
Setelah langkah-langkauh diatas dilakukan, maka penulisan item-item soal
test dapat dimulai. Penulisan item dilakukan dengan mempertimbangkan
4
M. Buchori, M.Ed.Teknik-teknik Evaluasi dalam Pendidikan, (Semarang: Jemars,
1983), 34
4
kesukaran dari masing-masing item, sesuai engan tujuan evaluasi test, keadaan
subyek yang akan menjalani tes dan sebagainya.
5
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), 143
5
kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang
sebaiknya ditempuh oleh peserta didik. Informasi ini diperoleh dari hasil
pengukuran.
d. Instrumen nilai dan keyakinan bertujuan untuk mengungkap nilai dan
keyakinan individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan
yang positif dan yang negatif.
e. Instrument moral bertujuan untuk mengungkap moral. Informasi moral
seseorang diperoleh melalui pengamatan akan perbuatan yang ditampilkan
serta melalui laporan diri dengan cara mengisi kuesioner. Informasi hasil
pengamatan bersama dengan hasil laporan diri menjadi informasi penting
tentang moral seseorang.
Setelah tujuan penilaian aspek afektif di tetapkan, maka kegiatan
berikutnya adalah menyusun kisi-kisi (blueprint) instrument. Kisi-kisi intrument
merupakan tabel matriks yang bersisi spesifikasi instrument yang akan ditulis.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menentukan kisi-kisi
adalah menentukan definisi-definisi konseptual yang berasal dari teori-toeri yang
diambil dari buku referensi.Untuk selanjutnya mengembangkan definisi
operasional berdasarkan kompetensi dasar yaitu yang bisa diukur.Setiap definisi
operasional ini dijabarkan menjadi beberapa indikator.Setiap indikator ini menjadi
pedoman dalam menulis instrument.Setiap indikator dapat dijabarkan menjadi dua
atau lebih instrument. 6
2. Menulis instrumen: Aspek efektif yang biasa dinilai adalah aspek sikap, minat,
konsep diri, nilai dan moral. Penilaian aspek afektif dapat dilakukan dengan
menggunakan instrument afektif.
3. Skala instrument, skala instrumen yang sering digunakan dalam proses penilaian
adalah skala likert, skala benda semantic dan skala thurstone.
Skala likert, langkah-langkahnya:
1) Menentukan obyek sikap yang akan dikembangkan;
2) Menyusun kisi-kisi intrumen;
3) Adanya keseimbangan antara pernyataan positif dan pernyataan negatif;
6
Mimin Hariyati, Model dan Teknik Peningkatan pada Tingkat Satuan
Pendidikan,(Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), 23
6
4) Menulis butir-butir pernyataan dengan prinsip-prinsip;
(a) Rumusan pernyataan singkat
(b) Menggunakan kalimat yang sederhana dan tidak banyak interpretasi
(c) Hindari pernyataan kata-kata semua, selalu, tidak pernah dan
sejenisnya.
5) Sistem penskoran yang digunakan untuk skor tertinggi diberi nilai 5 dan
skor terendah di beri nilai 1.7
Tabel 2.1
Contoh Instrument Skala Likert:
Skala
No Pernyataan
STS TS N S SS
1 Belajar PAI sangat
bermanfaat
2 Belajar PAI sangat sulit
3 Tidak semua orang harus
belajar PAI
4 Belajar PAI sangat
menyenangkan
5 Belajar PAI harus dibuat
mudah
Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
4. Sistem penskoran, dalam sistem penskoran ditentukan terlebih dahulu skala
instrumen yang digunakan. Untuk selanjutnya dilakukan analisis terhadap peserta
didik dan tingkat rombongan belajar dengan cara menentukan kumulatif dan
sampingan baku skor. Setelah dianalisis, ditafsirkan untuk mengetahui minat
peserta didik dan minat rombongan belajar terhadap suatu mata ajar. Hasil analisis
dan penafsiran ditindak lanjuti oleh guru dengan cara mengadakan perbaikan
seperti perbaikan metode pembelajaran, media belajar, alat peraga dan lain
sebagainya.
7
Saifudin Azwar, Test Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Pretasi Belajar,
(Yogyaakrta: Liberty, 1987), 12
7
5. Telaah instrumen, telaah instrumen dilakukan oleh teman sejawat. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui keterbacaan, substansi yang ditanyakan serta bahasa
yang digunakan jangan sampai bisa.
6. Merakit instrumen, setelah instrument ditelaah kemudian diperbaiki, untuk
selanjutnya instrumen dirakit dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a)
menentukan tata letak instrumen, instrument disusun semenarik mungkin
sehingga responden tertarik untuk membaca dan mengisinya, (b) mengurutkan
pertanyaan atau pernyataan instrument sesuai dengan tingkah kemudahan dalam
menjawabnya, (c) pedoman pengisian instrumen.
7. Uji coba instrumen, setelah dirakit, instrumen diujicobakan kepada responden
sesuai dengan tujuan penilaian itu sendiri. Responden yang dimaksud bisa peserta
didik guru dan orang tua wali peserta didik. Pada saat uji coba instrumen di
lapangan perlu dicatat saran-saran dari responden.
8. Analisis hasil uji coba, hasil uji coba dianalisis yang meliputi variasi jawaban
dari setiap butir pertanyaan atau pernyataan. Analisis uji coba diharapkan
memberi informasi yang berupa variasi jawaban, indeks beda dan indeks
keandalan instrument (reliabilitas).
9. Perbaikan instrumen, perbaikan ini dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan
atau pernyataan yang tidak baik, berdasarkan analisis hasil uji coba. Bisa saja
hasil telaah instrumen baik, namun hasil uji coba empirik tidak baik. Oleh karena
itu instrumen harus di perbaiki.
10. Kegiatan pengukuran, kegiatan ini harus dilakukan dengan situasi dan kondisi
yang mendukung responden, sehingga instrumen kuesioner dapat diisi dengan
baik dan benar sesuai dengan pedoman pengisian instrumen.
11. Penafsiran hasil pengukuran, hal ini dilakukan dengan menggunakan distribusi
normal dengan menggunakan dua kategori, diantaranya sikap positif dan sikap
negatif Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ini:8
Tabel 2.3
Kategori sikap/minat peserta didik
No Skor Rerata Kelas Kategori Sikap/Minat
8
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajran, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2000), 26
8
1 Sama atau lebih besar dari 40 Sangat positif
2 30-39 Positif
3 20-29 Negatif
4 Kurang dari 20 Sangat negatif
Keterangan:
- Skor rata-rata kelas yaitu jumlah skor semua peserta didik dibagi jumlah
peserta didik.
- Kategori sikap/minat sangat positif/positif, jika di atas batas bawah skor
- Kategori sikap/minat sangat negatif/negatif, jika kurang dari skor batas bawah.
9
Saifudin, Test Prestasi Fungsi..., 59
9
proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik atau sesudah proses
berlangsung yaitu dilakukan sesudah peserta didik selesai bekerja.
Dalam melakukan penilaian hasil belaajr aspek psikomotor ada dua hal
yang harus dilakukan oleh seorang guru yaitu:10
1. Membuat soal
2. Membuat instrument untuk mengamati jawaban siswa.
Soal untuk menilai hasil belajar peserta didik khususnya aspek psikomotor
dapat berupa soal, lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja dan lembar
eksperimen.Sedangkan instrumen untuk mengamati jawaban peserta didik dapat
berupa lembar observasi, lembar penilaian dan portofolio.
Lembar penilaian adalah lembar yang digunakan untuk menilai kinerja
peserta didik atau untuk menilai kualitas pelaksanaan aspek-aspek psikomotor
atau ketrampilan yang diamati.
Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi
keberadaan suatu benda atau melihat gejala-gejala munculnya aspek-aspek
psikomotor yang sedang diamati. Namun kadang-kadang lembar observasi ini
berbentuk check list karena hanya berupa daftar pernyataan atau pernyataan yang
jawabannya tinggal memberi check list (v) pada jawaban yang sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
Pada umumnya baik lembar observasi maupun lembar penilaian terdiri
atas tiga bagian yaitu persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian.
1. Menyusun Rancangan Penilaian
Sebelum melakukan penilaian seorang guru terlebih dahulu harus
merancang secara tertulis secara rapi sistem penilaian yang akan dilakukan selama
satu semester. Rancangan penilaian ini sifatnya terbuka sehingga peserta didik,
guru yang lain dan kepala sekolah bisa menganalisisnya. Adapun langkah-langkah
penulisan rancangan yang berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
a. Mencermati silabus dan sistem penilaian yang sudah ada.
b. Menyusun sistem penilaian yang berbasis kompetensi berdasarkan silabus dan
sistem penilaian yang telah disusun.
10
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 99
10
c. Menentukan bobot masing-masing jenis tagihan yang diserahkan kepada
sekolah.
d. Menyusun rancangan penilaian yang berbasis kompetensi.
Selanjutnya rancangan penilaian ini diinformasikan kepada peserta didik
pada awal pertemuan (awal semester).Sehingga sistem penilaian yang dilakukan
oleh seorang guru semakin sempurna atau semakin memenuhi prinsip-prinsip
penilaian.
2. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan
dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang
menulis soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama.
3. Menyusun Instrumen Psikomotor
Instrumen psikomotor terdiri dari 2 macam yaitu soal dan lembar yang
digunakan untuk mengamati dan menilai jawaban peserta didik terhadap soal
tersebut.11
a. Penyusunan soal, langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru
dalam menyusun soal psikomotor adalah mencermati kisi-kisi instrumen
psikomotor yang telah dibuat.
b. Penyusunan lembar observasi dan lembar penilaian, hal ini harus mengacu
pada soal. cara menuliskan lembar penilaian atau lembar observasinya adalah
sebagai berikut:
11
Ngalim Purwanto, Prinsip…., 30
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyusunan instrument penilaian kognitif. Pengukuran hasil belajar ranah
kognitif dilakukan dengan tes tertulis. Bentuk tes kognitif diantaranya adalah
tes atau pertanyaan lisan di kelas, pilihan ganda, uraian obyektif, uraian non
obyektif atau uraian bebas, jawaban atau isian singkat, menjodohkan,
portopolio dan performans,
2. Penyusunan instrument penilaian afektif. Hasil belajar keterampilan dapat
diukur melalui (a) pengamatan langsung (observasi) dan penilaian tingkah
laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (b)
sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (c)
beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan
kerjanya. Penilaian ini dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu
pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung
dengan cara mengetes peserta didik,
3. Penyusunan instrument penilaian psikomotorik. Kompetensi siswa dalam
ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa
dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal
yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian
angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa
dan perlu lembar pengamatan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, Undang-UndangRI Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta: Biro Hukum dan
Organisasi, 2003
Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung:
PT Alma’arif, 2002
Haryanti, Nik. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Bandung:
Alfabeta, 2014
Buchori, M. Teknik-teknik Evaluasi dalam Pendidikan, Semarang: Jemars, 1983
Mulyasa, E. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013
Hariyati, Mimin. Model dan Teknik Peningkatan pada Tingkat Satuan
Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007
Azwar, Saifudin. Test Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Pretasi
Belajar, Yogyaakrta: Liberty, 1987
Purwanto, Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajran, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2000
13