Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem pendidikan di Indonesia bertujuan membentuk watak peradaban

bangsa dan berfungsi mengembangkan kemampuan peserta didik agar menjadi

insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia

serta berperan sebagai warga negara yang demokratis, bertanggung jawab, mandiri,

mampu mendukung visi dan misi negara.

Dalam merealisasikan tujuan tersebut, pemerintah telah memberlakukan

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendididkan Nasional

sebagai pedoman dalam pengelolaan pendidikan dan kemudian mengeluarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

yang kemudian diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015

tentang perubahan kedua PP Nomor 19 tahun 2005, digunakan sebagai ukuran

mutu pendidikan dan peningkatan daya saing sumber daya manusia Indonesia.1.

Kedua ketentuan ini merupakan upaya pemerintah untuk memastikan

bahwa sekolah sebagai penyelenggara pendidikan, dapat berjalan dengan baik dan

efektif dalam membangun sistem sosial masyarakat moderen berkemajuan, yang

oleh Meyer bertujuan untuk pengembangan kualitas hidup masyarakat, peningkatan

profesional seorang individu, penciptaan peluang dalam meraih kehidupan yang

sejahtera.2

1
Aminatul Zahroh, Total Quality Manajemen;Capaian Kualitas Melalui Kontrol Mutu
Sekolah, Jurnal Cendikia,Vol.9.Nomor, Surakarta, (2015), hal. 80.
2
Jhon K Meyer, “The Effect of Education as an Institutions”, American Journal of
Sosiology, Vol. 83 No. 1 (2015), hal. 55.
2

Sesuai dengan prinsip penyelenggaran dan azas pemerataan pendidikan,

pemerintah juga telah menetapkan bahwa semua sekolah memiliki kedudukan yang

sama menjadi wadah bagi setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan yang

bermutu, merata, saling berinteraksi dan bekerja sama meningkatkan sumberdaya

manusia secara luas.

Namun dalam praktiknya, membangun pendidikan "bermutu" tidak dapat

lepas dari sekolah bermutu.3 Berkaitan dengan kedua aspek inilah (pendidikan

dan sekolah bermutu), banyak pakar dalam literatur kajian perbaikan dan

efektivitas sekolah (School Effectiveness and School Improvement Reseach)

menemukan berbagai permasalahan yang terjadi di sekolah dan didalam ruang

belajar yang berpengaruh pada outcome dan pencapaian siswa.

Reynolds dan Tedlie mengungkapkan bahwa kajian efektivitas sekolah

berusaha memahami pengaruh sekolah pada perkembangan siswa dan pelaksanaan

kebijakan pendidikan untuk memperbaiki mutu sekolah, khususnya pada sekolah

yang kurang efektif.4 Lebih jauh kajian efektivitas sekolah menurut Creemers,

dimulai dari perbedaan yang terjadi pada outcome siswa di sekolah. Dalam

memperbaiki outcome siswa tersebut, setiap sekolah berupaya untuk menjadi lebih

efektif. Namun menjadi lebih efektif berarti memiliki karakteristik umum tertentu

yang tidak dimiliki oleh sekolah yang kurang efektif.5

3
Furqon, Evaluasi Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan, dalam Prociding Seminar
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Yogjakarta, (2012), hal. 665.
4
David Reynolds dan Charles Tedlie, An Introduction to School Effectiveness Research,
dalam David Reynolds dan Charles Tedlie, The International Handbook of School Effectiveness
Research, Taylor & Francis e-Library, New York, (2003), hal. 3
5
Bert P.M. Creemers, Toward Theory on Educational Effectiveness, makalah yang di
presentasikan pada The Annual Meeting of the International Congress for School Effectiveness and
Improvement, Norrkoping, Swedia, ERICS(1993), hal. 2.
3

Karena itulah, upaya menciptakan sekolah efektif dan bermutu menjadi

begitu penting dalam kebijakan perbaikan pendidikan.6 Bahkan telah menjadi tema

sentral kajian manajemen pendidikan pada lebih dari tiga dekade yang lalu hingga

sekarang.7 Menurut Stoll, kajian tersebut selalu dimulai dari menentukan

karakteristik sekolah efektif dengan melibatkan berbagai faktor seperti input,

output, proses dan konteks sekolah dan kemudian bermuara pada keberhasilan

pencapaian tujuan sekolah yaitu outcome dan perkembangan siswa.8

Dalam kontek Indonesia, Syafaruddin menyatakan bahwa peran pendidikan

yang dikelola secara efektif semakin mendesak untuk diwujudkan. Kajian tersebut

lebih diarahkan pada upaya menciptakan sekolah efektif, karena jika sekolah-

sekolah yang ada dalam sistem pendidikan nasional memiliki efektivitas tinggi,

maka pencapaian standar nasional pendidikan akan dapat diwujudkan.9

Teodorovics juga menggarisbawahi bahwa kajian sekolah efektif selalu

berhubungan dengan pencapaian siswa, kebersamaan tujuan staf dalam kegiatan

akademik, kepemimpinan kepala sekolah, penekanan pada pencapaian akademik,

keaktifan orang tua serta kualitas guru di sekolah.10 Sejalan dengan itu, hasil kajian

Faizal Ghani juga menyebutkan pula bahwa diantara faktor sekolah efektif yang

6
Robert E Klitgaard dan George Hall, Are There Unusually Effective School ?, Rand
Corporation, California, (1973), hal. 3-4.
7
Farhat Saleem (dkk), Determinant of School Effectiveness, A Study at Punjab Level,
International Journal of Humanities and Socials Science, Vol. 2, No. 14, (2012), hal. 234
8 Louise Ann Stoll, Making School Matter; Linking School Effectiveness and School

Improvement in A Canadian School District, disertasi Doktor yang tidak dipublikasikan, Institute
of Education, University of London, London, (1992), hal. 13.
9 Syafaruddin dan Chandra Wijaya (ed), Peningkatan Kontribusi Manajemen Pendidikan,

Prosiding Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sumatera Utara,
2015, hal. 127.
10Jelena Teodorovic, Classroom and School Factors Relate to Student Achievement,

Journal SchoolEffetiveness and School Improvement, Vol. 22. No. 2, (2011), hal. 217.
4

ditemui di Malaysia, berkaitan dengan pencapaian akademik, kepemimpinan yang

efektif, guru yang efektif dan iklim sekolah yang kondusif.11

Terlepas dari berbagai pandangan yang berkaitan dengan upaya perbaikan

sekolah, pemerintah Kabupaten Siak sebagai daerah bekas kerajaan Melayu Siak,

justru lebih memilih peningkatan mutu sekolah dengan berkonsentrasi pada

peningkatan pencapaian dan outcome siswa melalui program tahfiz Al-qur'an. Hal

ini berarti pemerintah kabupaten Siak menempatkan unsur agama dalam kriteria

efektivitas sekolah, sebagaimana juga telah berlaku pada sistem pendidikan Arab

Saudi yang menetapkan menghafal Al-qur'an dan tafsir adalah faktor kunci dalam

pengembangan kurikulum pada sekolah dasar.12 Untuk mewujudkanya tidaklah

berlebihan bila sejak awal Pemerintah Kabupaten Siak telah mendorong berdirinya

lembaga pendidikan bercirikan tahfidz Al-qur'an, baik di madrasah dan pondok

pesantren maupun di sekolah umum dengan memasukan program tahfiz dalam

sistem pembelajaran.

Langkah ini dapat difahami, sebab bila ditilik dari akar sejarahnya Siak Sri

Indrapura di masa kesultanan Siak merupakan pusat pemerintahan dan pendidikan

berbasis pendidikan agama yang menjadikan Al-qur’an sebagai pedoman hidup,

baik pada tatanan nilai, norma maupun budaya.13 Akar geneologis sejarah

pendidikan Islam pun menunjukan bahwa pembelajaran Al-qur’an merupakan mata

rantai pendidikan Islam yang tetap bertahan ke zaman ini. Implikasinya,

pembelajaran Al-qur’an di segala aspeknya, seperti kaidah membaca (tajwīd),

11
Muhammad Faizal A. Ghani , Developmentof Effective School Model for Malaysian
School, Midle-East Journal of Scientific Reseach, Vo;. 19, No. 10, (2014), hal. 1344-1345.
12
Saeed Musaid H Alzahrani, Linda Hammersley-Fletcher, Geof Bright, Identifying
Characteristicsof a Good School in British and Saudi Arabiaa Education System, Journal of
Education and Practices, Vol. 7 , No. 27, (2016), hal. 138
13
Wilaela, Sultanah Latifah School di Kerajaan Siak, Jurnal Sosial Budaya, Vol.11, No.1,
Januari - Juni 2014, hal.
5

penghafalan (taḥfīẓ), penguasaan isi (tadrīs), tafsir, telah tampil sebagai wajah

umum yang mudah ditemukan di berbagai institusi pendidikan Islam.14

Perlu diketahui bahwa lembaga pendidikan bercirikan tahfiz Al-qur’an

adalah lembaga yang melaksanakan Program Tahfiz Al-qur’an melalui metode

tertentu, baik terhadap sebahagian maupun keseluruhan Al-qur’an. Tujuannya

adalah mencetak para ḥāfiẓ (penghafal; jmk. ḥuffāẓ) yang rāsikh fī al-‘ilm (yang

lekat lagi mendalam ilmunya).15 Walapun Program ini bersifat tambahan (ekstra

kurikuler) serta dilaksanakan di luar jam belajar formal, namun kebijakan dan

sokongan yang serius dari pihak pemerintah dan sekolah telah menjadikannya salah

satu pencapaian akademik tersendiri yang dapat mengharumkan nama sekolah.16

Perhatian dan dukungan seperti tersebut di atas turut memicu lajunya

pertumbuhan lembaga pendidikan yang menerapkan Program Tahfiz al-Qur’an,

terutama sejak 5 tahun terakhir. Menariknya, pertumbuhan tersebut tidak hanya

terkonsentrasi pada sekolah-sekolah ke-Islam-an, melainkan juga pada sekolah-

sekolah umum. Kenyataan ini ditunjukkan oleh data dari Kantor Kementerian

Agama Kabupaten Siak pada tahun 2018 yang menyebutkan adanya 28 lembaga

pendidikan madrasah, pondok pesantren, sekolah umum dan rumah tahfiz yang

tersebar di 14 kecamatan wilayah kabupaten Siak yang menyelenggarakan Program

tersebut.17

14
Mariam Alawi Ahmed Alhashmi, “A Theory of Islamic Education for Primary and
Secondary Levels: Implications for Curriculum Development”, disertasi doktoral yang tidak
dipublikasikan, The British University Dubai (2016), hal. 44.
15
Abdul Hafiz bin Haji Abdullah dan Hasimah binti Haji Muda, Kaedah Hafazan Al-
Qur’an yang Sistematik dan Praktikal dalam Melahirkan Para Huffaz yang Rasikh, dalam Ahmad
Sunawari (eds.), Islam: Past, Present and Future, Department of Theology and Philosophy,
Faculty of Islamic Study, University Kebangsaan Malaysia, (2004), hal. 94.
16
Yudhi Fachrudin, Pembinaan Tahfizh Al-Qur'an di Pesantren Daarul Qur'an
Tangerang, Jurnal Kordinat, Vol.XVI, No.2 ,(2017), hal. 327-328.
17
Kantor Kementerian Agama Kab. Siak, Seksi Pendidikan Islam, Data Sekolah,
Madrasah dan Pondok Pesantren yang Melaksanakan Program Tahfdz Qur'an Tahun 2018.
6

Sebagai ilustrasi dapat ditunjukan oleh Tabel 1 berikut ini:

Tabel. 1
Jumlah Lembaga Pendidikan yang Menerapkan Program Tahfiz al-Qur’an
Kabupaten Siak pada Tahun 2018
JML
N
LEMBAGA SD MI SMP MTS SMA MA JML SISWA/
O
SANTRI
1 Sekolah Umum 4 - 3 - 3 - 10 446
Madrasah dan
2 - 7 - 5 - 6 18 868
Ponpes
Jumlah 4 7 3 5 3 6 28 1.314
Sumber: Kantor Kementerian Agama Kabupaten Siak tahun 2018.

Seiring pertumbuhannya, mutu pendidikan di lembaga tahfidz saat ini justru

menjadi perhatian yang serius. Seperti hasil kajian Abdul Hafiz (dkk) menemukan

bahwa disamping pertumbuhan lembaga tahfiz yang meningkat, banyak pula para

siswa yang gagal karena tidak mampu menuntaskan hafalanya. 18 Sejalan dengan

itu, pelaksanaan program tahfiz di Kabupaten Siak juga belum menunjukkan hasil

yang gemilang. Observasi awal yang penulis lakukan mendapati bahwa target

hafalan yang ditetapkan di 28 lembaga pendidikan tersebut, yang secara

keseluruhan diikuti oleh 1.314 orang siswa, bervariasi antara satu sama lain, yaitu:

a) Tingkat SD/MI (6 tahun) 1-3 juz;

b) Tingkat SMP/MTs (3 tahun) 4-5 juz; dan

c) Tingkat SMA/MA (3 tahun) 6-10 juz atau lebih.

Dari hitungan jumlah siswa yang hafiz sesuai dengan target terendah pada

sekolah atau madrasah di akhir tahun 2018, dapat ditunjukkan oleh Tabel 2 di

bawah ini, diketahui bahwa siswa tingkat SD/MI yang hafiz 1-3 juz hanya

berjumlah 279 dari 512 orang siswa, siswa SMP/MTs sederajat yang hafiz 4-5 juz

18
Abdul Hafiz bin H. Abdullah (dkk), Sistem Pembelajaran dan Kaedah Hafazan Al-
Qur'an yang Effektif: Satu Kajian di Kuala Lumpur dan Terengganu, Pusat Pengajian Islam dan
Pembangunan Sosial, Universiti Teknologi Malaysia, Johor,(2005), hal. 3.
7

sebanyak 132 dari 456 orang siswa, dan siswa SMA/MA yang hafal 6 -10 juz

hanya 112 dari 346 orang siswa.

Tabel. 2
Pencapaian Hafalan al-Qur’an Siswa/Santri Lembaga Tahfiz al-Qur’an
Menurut Target dan Basis Pendidikan Kabupaten Siak Tahun 2018
SEKOLAH MADRA JML TOTAL
NO TARGET PONPES %
UMUM SAH HAFIZ SISWA
1 1-3 Juz 71 org 83 org 125 org 279 org 512 org 54%
2 4-5 Juz 52 org 41 org 39 org 132 org 456 org 28%
3 6-10 Juz 38 org 27 org 47 org 112 org 346 org 32%
Jumlah 175 160 223 548 1.314 42%
% 31,0% 29,0% 40,0% 100%- - -
Sumber : Data olahan hasil observasi penulis.

Dalam konteks keberhasilan pencapaian siswa pula, secara mengejutkan

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang hafiz pada sekolah umum

lebih banyak (31%) dibandingkan dengan siswa madrasah (29%), sedangkan pada

pondok pesantren yang jumlah lembaganya lebih banyak dari sekolah umum dan

madrasah hanya sebesar 40%, suatu jumlah yang lebih banyak dari keduanya tetapi

masih tetap di bawah 50%.

Kesimpulanya, secara keseluruhan bisa dikatakan bahwa Program Tahfiz al-

Qur’an yang diterapkan di 28 lembaga pendidikan se-kabupaten Siak tersebut

belum menunjukkan tingkat keberhasilan yang seharusnya karena baru mencapai

42% dari target yang diharapkan. Implikasinya terdapat ruang yang masih dapat

diperbaiki untuk meningkatkan efektivitas sekolah dan keberhasilan

madrasah/sekolah bercirikan tahfiz ini agar semua siswa dapat mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

Bila hasrat dan dorongan pemerintah kabupeten Siak ingin diwujudkan

yaitu menjadikan sekolah bercirikan tahfidz Al-qur'an sebagai sekolah efektiv atau

sekolah unggul dengan tingkat keberhasilan pembelajaran tahfidz yang tinggi,

maka menjadi tanggungjawab sekolah untuk berupaya sebaik mungkin


8

meningkatkan kinerja kelembagaanya. Alasanya adalah sekolah efektiv dipercaya

akan lebih membawa keberhasilan bagi siswa karena, sebagaimana disebutkan

Sammons dan Bakkum, sekolah efektiv dapat memberikan tambahan nilai pada

mutu kelembagaan dari segi kompetensi lulusan yang lebih bernilai (adds extra

value) dari yang diperoleh oleh siswa pada sekolah lain yang setingkat.19 Karena

itulah, sesuai dengan Syafaruddin, "saat ini diperlukan sekolah-sekolah efektif yang

memiliki keunggulan",20 dan kajian tentang sekolah efektif di lembaga tahfiz ini

dapat dipandang sesuai dengan konteks pemahaman permasalahan pendidikan

masa kini.

Untuk mengklarifikasi permasalahan diatas, salah satu cara untuk

mengetahuinya adalah melakukan penilaian dan kajian perbandingan faktor-faktor

sekolah efektif pada sekolah umum dan madrasah yang melaksanakan program

tahfidz itu sendiri. Kajian perbandingan tersebut bertujuan untuk mengetahui

apakah sumberdaya sekolah yang terdiri dari sarana sekolah, siswa, guru dan

kepemimpinan kepala sekolah telah memiliki kinerja yang efektif atau apakah

pengelolaan sekolah yang bercirikan tahfiz ini telah efektif atau kurang efektif,

sehingga berpengaruh pada tingkat keberhasilan program tahfiz. Disamping itu

melalui penemuan dari kajian tersebut akan dapat menunjukan berbagai faktor yang

mempengaruhi tingkat efektifitas sebuah sekolah, terutama ditunjukan oleh

pembelajaran, pengajaran dan pencapaian hasil ujian sekolah atau evaluasi hasil

belajar siswa.21

19
Pam Sammon dan Linda Bakkum, Effective School, Equity and Teacher Effectiveness; A
Review to the Literature, Jurnal Profesorado, Vol.15, No.3, (2011), hal. 11.
20
Syafaruddin, Op. Cit, hal. 130
21
Muhamad Faizal A. Ghani, (dkk), "Cabaran Keberkesanan Sekolah: Perspektif Sekolah
Kebangsaan Agama Berprestasi Tinggi", Jurnal Isu Dalam Pendidikan, Vol. 40, (2016), hal. 23
9

Menurut Tola, sekolah efektif merupakan representasi dari kualitas kinerja

sekolah yang merupakan gabungan dari kualitas dan kuantitas sumberdaya sekolah

dalam mencapai tujuan pembelajaran.22 Sedangkan menurut Scheeren sekolah yang

baik dan efektiv adalah sekolah yang berhasil membangun mutu kelembagaan yang

ditunjukan oleh pencapaian tujuan yaitu keberhasilan siswa.23 Kajian Tedlie, Kirby

dan Stringfield membenarkan pandangan tersebut dengan melakukan kajian

perbandingan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sekolah itu merupakan

sekolah efektif atau dapat menunjukan bentuk pengelolaan sekolah yang kurang

efektif.24

Sejalan dengan Tedlie (dkk) pada penelitian ini penulis ingin mengkaji

lemahnya pencapaian siswa dalam tahfiz Al-qur'an dengan melihat karakteristik

efektivitas sekolah yang melaksanakanya yaitu di SMP dan MTS berdasarkan teori

yang dibangun oleh Shahril Marzuki, karena dapat memberikan gambaran yang

lebih sesuai dengan konteks pendidikan di Indonesia. Disamping itu, kerangka

sekolah efektif atau sekolah cemerlang yang dicadangkan oleh Shahril Marzuki

berdasarkan rumusan dari konsep Mortimore dan Edmonds, yang juga banyak

mempengaruhi kajian sekolah efektif di Indonesia.25

Tambahan lagi konsep sekolah efektif yang akan dipergunakan dalam

kajian ini sejalan dengan konsep sekolah cemerlang Shahril Marzuki, yaitu sekolah

yang dapat meningkatkan pencapaian akademik siswa. Ia menyatakan bahwa :

22 Burhanuddin Tola, "Effective School Evaluation Model ; A Development Study", Journal


of Modern Educational Review, Vol.4, No. 9, (2014), hal. 680.
23
Jaap Scheerens, Improving School Efectiveness, terjemahan, Abas al-Jauhari, Logos
Wacana Ilmu, Jakarta, (2003), hal. 5.
24
Charles Tedlie, Peggy C. Kirby, Sam Stringfield, "Effective Versus Ineffective School,
Observable Differences in the Classroom", American Journal of Education, Vol. 97, No. 5, The
University of Chicago, (1989), hal. 223.
25
Lihat misalnya kajian Eddi Supriadi, Marinah dan Abdu Rahim bin Muhammad Yusof,
Kinerja Sekolah di Indonesia Dalam Persfektif Konsep dan Model Sekolah Efektif, Jurnal Saintifika
Ismalica, Vol. 1, No. 2, (2014), hal. 72-73.
10

Sekolah cemerlang atau sekolah berkesan mempunyai maksud


yang sarna, iaitu di Amerika Syarikat dan di United Kingdom bagi
sekolah cemerlang, ia menggunakan istilah sekolah berkesan
(effective school), ... istilah sekolah cemerlang yang bermaksud
sekolah yang dapat meningkatkan pencapaian akademik pelajar
iaitu daripada pencapaian akademik yang rendah meningkat kcpada
pencapaian akademik yang tinggi.26

Pengertian sekolah efektif ini juga sejalan Mortimore dan Stoll dengan

ukuran yang dipergunakan untuk menentukan efektifitas sebuah sekolah.

Sebagaimana Stoll dan Fink dan Townsend27, dalam mengukur efektivitas sekolah

Shahril Marzuki menyatakanan bahwa :

keberkesanan sekolah boleh diukur dari segi kemajuan atau


peningkatan dari segi kadar pencapaian akademik pelajar dari tahun
ke tahun yang ditunjukkan melalui adanya nilai tambah (value added)
kepada kebolehan pelajar. 28

Dalam membangun kerangka teori sekolah cemerlang, Shahril Marzuki,

sebagaimana disebutkan Gopala Iyer, menggunakan Lima Faktor Sekolah Efektif

dari Edmonds.29 Dengan mendasarkan diri pada hasil temuan kajian sekolah efektif

di Amerika dan Inggeris, Shahril merumuskan faktor-faktor penting atau faktor

input utama yang mempengaruhi sekolah efektif yaitu :

1) Kepemimpinan kepala sekolah yang mapan;

2) Iklim Sekolah yang kondusif;

3) Guru-guru yang berdedikasi untuk mengajar;

26 Shahril bin Marzuki, Pembentukan Kerangka Teori Sekolah Cemerlang, Jurnal Masalah
Pendidikan, Jilid. 27, hal. 24. Lihat juga, Muhammad Faizal A Ghani dan Shahril Hj.Marzuki,
Model Sekolah Berkesan: Satu Perubahan Berdasarkan Tuntutan Semasa, Jurnal Masalah
Pendidikan, Vol.31, No. 1, hal. 18
27 Tony Townsend, Goals for Effective School: The View from the Field, jurnal School

Effectiveness and School Improvement, Vol,5, No. 2, (1994), 127-128


28
Shahril Marzuki, Op.Cit. hal. 23.
29 Mohan Gopala Iyer, Current Views of the Characteristics of School Effectiveness in the

Context of National Secondary Schools From The Perceptions of Principals, Heads of Department
and Teachers in Kuala Lumpur, Malaysia, Disertasi Doktor, University of Leicester, (2008), hal.60.
Lihat juga Ronald Edmonds, “Effective School for the Urban Poor”, Educational Leadership
Journal, Vol. 37 No. 1 (1979), hal. 15-27.
11

4) Pelajar yang bermotivasi untuk belajar;

5) Sarana dan prasarana sekolah yang memadai.30

Lebih lanjut Shahril berpendapat bahwa terdapat tiga faktor utama yang

mempengaruhi sekolah efektif yaitu kesesuaian kepemimpinan, kesungguhan guru

dalam proses pengajaran dan pembejaran serta kesediaan siswa untuk belajar. Bila

tidak ada ketiga faktor ini dalam suatu sekolah, maka sekolah tersebut bukanlah

sekolah efektif (cemerlang).31

Sampai di sini ada dua gambaran besar yang perlu digarisbawahi. Pertama,

isu Program Tahfiz yang sejak 5 tahun penerapannya di Kabupaten Siak masih

belum menunjukkan keberhasilan pencapaian cita-citanya dan, kedua, isu Sekolah

Efektif yang berhasil menjadi solusi terhadap kegagalan lembaga-lembaga

pendidikan dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.32

Terhadap hal ini, penulis berminat melaksanakan penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui karakteristik sekolah efektif dan membandingkan pencapaian

siswa dalam Program Tahfiz al-Qur’an di lembaga pendidikan bercirikan tahfiz

yang terdapat di Kabupaten Siak dengan judul “Sekolah Efektif di Lembaga

Pendidikan Bercirikan Tahfiz Al-qur'an: Studi Kasus Pada SMP Sains Tahfiz

Islamic Center dan Madrasah Tsanawiyah Negeri I Siak Sri Indrapura, Kabupaten

Siak”.

B. PENEGASAN ISTILAH

Untuk memperoleh kesamaan perspektif, maka perlu ditegaskan 5 perkara

dasar yang terkait dengan dan selalu digunakan dalam penelitian yang diajukan ini:

30
Shahril Charii bin Marzuki, Op. Cit ,hal.29
31
Shahril Charii bin Marzuki, Op. Cit ,hal.30.
32
Donovan F Downer, "Review of Reseach on Effective School", Mac Gill Journal of
Education, Vol. 26, No. 3, (1991), 324-325.
12

1. Lembaga Pendidikan Bercirikan Tahfiz al-Qur’an. Sebagaimana yang

dijumpai di kabupaten Siak, maka lembaga ini merupakan lembaga

pendidikan formal dan non-formal yang melaksanakan Program Tahfiz

al-Qur’an, di mana para siswa Muslim tidak hanya diwajibkan

mengikutinya, melainkan juga—karena termasuk salah satu kategori

nilai pencapaian akademik siswa—mencapai batas hafalan minimum

yang telah ditetapkan.

2. Program Tahfiz al-Qur’an. Walaupun ‘wajib’ sebagaimana tersebut di

atas, pada kenyataannya ini adalah program tambahan atau ekstra

kurikuler yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu dan

menggunakan metode tertentu yang agar peserta didiknya dapat

menghafal al-Qur’an sesuai dengan kaidah yang tepat dan benar.

3. Keberhasilan Pembelajaran Tahfiz al-Qur’an, yaitu ketuntasan proses

belajar-mengajar atau bimbingan menghafal al-Qur’an yang dilakukan

siswa dan guru sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan yang

ditunjukkan dengan hasil evaluasi tertentu.

4. Sekolah Efektif (Effective School). Sering disebut dengan sekolah yang

baik atau unggul (excellent school), sekolah yang satu ini merupakan

lembaga pendidikan yang memiliki keunggulan mutu dari sekolah

lainnya, terutama dari segi akademik dan manajemen pengelolaan.

Dalam penelitian ini Sekolah Efektif merujuk pada sekolah yang

bermutu dan baik atau yang mampu mengoptimalkan fungsi setiap

komponen sekolah dari segi masukan dan prosesnya bagi ketercapaian


13

output pendidikan berupa siswa berprestasi yang memiliki semua

kompetensi dan kualifikasi yang dipersyaratkan dalam belajar.33

5. Efektivitas Sekolah (school effectiveness). Hal merujuk pada

kemampuan organisasi sekolah dalam mencapai visi, misi dan tujuan

yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini konsep efektivitas yang

digunakan adalah ukuran tingkat kesesuaian antara hasil aktual yang

dicapai oleh kinerja sekolah karena berfungsinya komponen sekolah

dengan hasil sasaran, tujuan dan harapan yang ditetapkan oleh

organisasi sekolah.

C. PERMASALAHAN

1. Identifikasi Masalah

Menyadari Kabupaten Siak sebagai negeri yang berpenduduk muslim

sekitar 88,5 % dari total keseluruhanya 417.000 jiwa34, pendidikan tahfidz Al-

qur'an di sekolah atau madrasah dapat dipandang sebagai pilihan yang baik

untuk membentuk karakter siswa menjadi insan yang beriman dan berakhlak

mulia sesuai tuntunan Islam. Pembentukan karakter semacam ini memang

harus dilaksanakan sejak dini, dan sarana paling efektiv adalah melalui

lembaga pendidikan. Hadhari Nawawi menyebutkan bahwa :

peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan


potensi diri agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai
manusia, baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat.35

33
Bustomi Ibrohim, “Keefektifan Organisasi dalam Pemberdayaan Sekolah”, Jurnal
Tsaqafah, IAIN Banten, Vol.5, (1430/2009), 124.
34 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Siak, Kabupaten Siak Dalam Angka Tahun

2018, hal. 12.


35
Hadhari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, CV Mas Agung, Jakarta,
(1989), 19.
14

Di Kabupaten Siak program tahfidz Al-qur'an secara formal dilaksanakan

oleh dua jenis lembaga yaitu sekolah umum dan madrasah pada semua

tingkatan. Ditingkat SMP dan MTs yang bercirikan tahfiz Al-qur'an, SMP Sains

Tahfiz Islamic Center dan Madrasah Tsanawiyah Negeri I Siak Sri Indrapura

dapat dijadikan contoh karena kedua sekolah ini telah menjadi pilihan

masyarakat. Setiap tahun kedua lembaga pendidikan ini selalu dipenuhi oleh

calon siswa yang mendaftar, namun tidak semua dapat diterima mengingat daya

tampung sekolah yang terbatas.

Fakta ini menunjukan kebanyakan orang tua siswa mempercayai kedua

sekolah ini merupakan sekolah efektif dan dapat memberikan pendidikan yang

baik bagi anak-anak mereka. Dan sejalan dengan gerak pembangunan dan

langkah peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah

Kabupaten Siak, seharusnya semua sekolah bercirikan tahfiz di Kabupaten Siak

dianggap sebagai sekolah unggul atau sekolah efektif, sehingga meningkatkan

perkembangan siswa, berpengaruh dalam lingkungan sosial dan menambah

peluang mereka memasuki jenjang pendidikan yang lebih baik.

Namun seperti yang tergambar pada latar belakang diatas, diketahui

bahwa sekolah dan madrasah yang menerapkan Program Tahfiz al-Qur’an di

Kabupaten Siak belum mencapai tujuan pelaksanaan Program tersebut sesuai

dengan harapan. Lebih mencengangkan lagi adalah fakta di mana sekolah-

sekolah umum, walaupun masih belum berhasil, ternyata lebih unggul dari

sekolah-sekolah agama dalam pelaksanaannya. Ini tentu memprihatinkan karena

madrasah yang secara spesifik memiliki konsentrasi yang terkait langsung


15

dengan ilmu-ilmu ke-Islam-an ternyata tidak bisa mengungguli sekolah-sekolah

umum dalam menghasilkan siswa-siswa yang hafiz.

Berdasarkan fakta ini, salah satu cara untuk memahami perbedaan

pencapaian itu adalah melakukan kajian terhadap sekolah dan madrasah yang

bercirikan tahfiz Al-qur'an dengan mengambil contoh kasus di dua buah sekolah

yang paling populer di Kabupaten Siak, yaitu SMP Sain Tahfiz Islamic Center

dan Madasah Tsanawiyah Negeri 1 Siak.

Secara umum beberapa permasalahan yang dihadapi oleh dua sekolah ini

sebagaimana yang terdeteksi dari pelaksanaan Program Tahfiz al-Qur’an di

sekolah dan madrasah di Kabupaten Siak:

1) Sekolah Umum: Kepemimpinan, kurangnya minat siswa, kualitas

guru dan dukungan orang tua;

2) Madrasah: Kepemimpinan, kurangnya sarana dan prasarana,

pembiayaan, dan kekurangan guru; dan

3) Pondok Pesantren: masalah pembiayaan, rendahnya kualitas guru,

belum meratanya dukungan masyarakat, dan kecenderungan politik

praktis.

Identifikasi di atas tidak jauh berbeda dari kebijakan pemerintah dan

konteks pengelolaan sekolah di daerah. Sesuai dengan Peraturan Daerah

Kabupaten Siak Nomor 7 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah Kabupaten Siak Tahun 2005 – 2025, disebutkan bahwa di

antara permasalahan pendidikan yang menjadi isu strategis di kabupaten ini

adalah:
16

1) Belum baiknya implementasi Standar Nasional Pendidikan (SNP)

untuk semua jenis dan jenjang pendidikan;

2) Belum terpadunya pendidikan nilai dan kepribadian dengan

pendidikan akademis di lembaga pendidikan; dan

3) Rendahnya kualifikasi guru.36

2. Batasan Masalah

Berdasarkan hal tersebut di atas dan menyadari bahwa

permasalahannya masih terkait dengan karakteristik esensial yang menjadi

faktor penentu dalam Sekolah Efektif, maka batasan permasalahan yang akan

diangkat dalam penelitian ini terfokus pada:

1) Kepemimpinan sekolah;

2) Dukungan guru;

3) Budaya Sekolah yang positif;

4) Pengajaran dan pembelajaran.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah dikemukakan,

maka permasalahan penelitian yang akan dikaji adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran riil tentang pencapaian siswa selama mengikuti

Program Tahfiz al-Qur’an di SMP Sains Tahfiz islamic Center dan MTs

Negeri I Siak ?

2. Bagaimanakah karakteristik esensial Sekolah Efektif SMP Sains Tahfiz

Islamic Center dan MTs Negeri I Siak yang bercirikan Program Tahfiz

al-Qur’an ?

36
Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Siak Tahun 2005-2025, Bab 3 Pasal 1.
17

3. Apakah model Sekolah Efektif yang sesuai untuk pelaksanaan Program

Tahfiz Al-Qur’an pada SMP dan MTs di kabupaten Siak?

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh gambaran yang utuh tentang pencapaian siswa SMP

Sain Tahfiz Islamic Center dan MTs Negeri I Siak dalam mengikuti

Program Tahfiz al-Qur’an.

2. Mengetahui realisasi dari masing-masing karakteristik esensial

berdasarkan kerangka teori Sekolah Efektif yang telah ditetap pada

SMP dan MTs yang bercirikan Program Tahfiz al-Qur’an.

3. Mengetahui dan merumuskan format Sekolah Efektif yang lebih

sesuai untuk diterapkan dalam pelaksanaan Program Tahfiz al-

Qur’an di SMP dan MTs yang bercirikan Program tahfiz al-Qur’an di

kabupaten Siak.

E. KEGUNAAN PENELITIAN

Penelitian yang diajukan ini memiliki beberapa manfaat yang signifikan.

Pertama, dari segi teoretis, penelitian terhadap Sekolah Efektif dalam konteks

pelaksanaan Program Tahfiz al-Qur’an ini diyakini dapat menambah khazanah

applied studies pada program studi Manajemen Pendidikan Islam, sehingga bisa

ditumbuh-kembangkan untuk program-program ke-Islam-an lainnya. Secara

institusionsal pula penelitian yang diajukan ini merupakan langkah awal bagi

pemahaman konsep dan skema Sekolah Efektif dalam upaya meningkatkan

kelemahan sekolah dari segi pencapaian siswa, sehingga layak menjadi salah satu

alternatif dari ragam warna penelitian pada Program Studi Manajemen Pendidikan
18

Islam di Program Pascasarjana UIN Suska Riau. Terakhir, secara terapan,

diharapkan penelitian ini berhasil memformat karakteristik Sekolah Efektif yang

sesuai dengan kondisi dan situasi geografis dan demografis kabupaten Siak,

sehingga bisa diterapkan secara luas untuk meningkatkan pencapaian-pencapaian

sekolah, madrasah dan pesantren.

Anda mungkin juga menyukai