Anda di halaman 1dari 14

INDERA RASA KULIT DAN GERAKAN

REFLEKS

GOLONGAN W

DISUSUN OLEH:

1. ROISUS SYARIF HIDAYATULLAH (2443019160)


2. MARIA TASYA PUTRI RANGGA (2443019190)
3. FARIZA MAULINA ANDANI (2443019147)
4. FILDZAH MIFTAQUL DINA (2443019124)
5. FITRI DIANA (2443019150)

FAKULTAS FARMASI

PROGAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

2019/2020
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui paleosensibilitas dan neosensibilitas pada indera rasa kulit.
2. Memahami gerakan refleks yang merupakan hasil kerja sama rangka dan
otot pada sendi tertentu.
B. LANDASAN TEORI
Untuk dapat merasakan segala rangsangan yang ada pada kulit,
dibutuhkan adanya reseptor. Dalam kulit kita terdapat beberapa jenis reseptor
rasa. Mekanisme sensoris pada reseptor-reseptor tersebut dibagi menjadi dua
golongan, yaitu paleo-sensibilitas dan neo-sensibilitas. Golongan pertama,
yakni paleo-sensibilities, meliputi rasa-rasa primitif atau rasa-rasa vital, antara
lain rasa raba, rasa tekan, nyeri, dingin, dan panas. Syaraf-syaraf afferen dari
rasa-rasa ini bersinap dengan interneuron-interneuron yang bersinap lagi
dengan motor-motor neuron dari medulla spinalis dan juga dengan thalamus
dan cortex cerebri melalui traktusspinotalamicus. Indera somatik merupakan
mekanisme saraf yang mengumpulkan informasi sensoris dari tubuh. Indera
somatik dapat digolongkan menjadi tiga jenis fisiologis yaitu indera somatik
mekanoreseptif yang dirangsang oleh pemindahan mekanis sejumlah jaringan
tubuh, indera termoreseptor yang mendeteksi panas dan dingin, dan indera
nyeri yang digiatkan oleh faktor apa saja yang merusak jaringan.
Golongan kedua adalah gnostic atau neo-sensibilities yang meliputi rasa-
rasa yang sangat dideferensiasikan, seperti pengenalan letak rasa tekan,
diskriminasi rasa tekan, diskriminasi kekuatan rangsang, diskriminasi
kekasaran, serta diskriminasi ukuran dan bentuk. Saraf-saraf afferen dari rasa-
rasa ini menghantarkan impuls-impuls yang terutama dialirkan melalui traktus
dorsospinalis kedaerah sensoris di dalam cortex cerebri setelah diintegrasikan
seperlunya.
ALAT DAN BAHAN
Alat: Palu plastik / kayu, senter, kaca pembesar, pengggaris, kapas, pinset,
kertas, pensil, stempel, handuk, bola, kubus, limas segi empat, kertas gosok
(00,1,2,3), uang koin (Rp.50, Rp.100, Rp. 200, Rp. 500, Rp.1000), anak
timbangan (5, 10,50,100, 200 Gram), jangka, alat Hardy-Wolff, stopwatch.
Bahan: Orang percobaan (probandus), air es, air panas, air suhu kamar, alkohol,
balsam.

METODE DAN PROSEDUR KERJA


A. PALEOSENSIBILITAS

A.1. Rasa Panas dan Dingin

Rasa panas dan dingin tidak ditentukan oleh suhu suatu benda yang
sebenarnya, melainkan oleh kecepatan hilangnya panas atau mendapatkan panas
oleh kulit.

1a. Sediakanlah 3 buah bak yang masing-masing berisi:


I. Air es II. Air panas 400 C III. Air dengan suhu ± 300 C(suhu kamar)
1b. Masukkan telunjuk kanan ke dalam air es dan telunjuk kiri ke dalam air 40 0 C.
Catatlah perasaan yang anda alami!

1c. Segera masukkan kedua telunjuk saudara ke dalam bak III : air dengan suhu ±
300 C. Catatlah perasaan yang anda alami!

2a. Tempatkanlah punggung tangan ± 10 cm di depan mulut dan tiuplah kulit


punggung tangan itu perlahan-lahan. Catatlah perasaan yang anda alami!

2b. Basahilah punggung tangan itu dengan air dahulu, kemudian tiuplah seperti
percobaan tersebut di atas. Catatlah perasaan yang anda alami!

2c. Oleskan punggung tangan dengan alkohol dahulu kemudian tiuplah lagi. Rasa
yang bagaimanakah yang anda alami sekarang? Jelaskan!

Tabel pengamatan rasa panas dan dingin

Lokasi Media Uraian Rasa


Jari telunjuk kanan Air es Kaku, dingin
Jari telunjuk kiri Air 400 C Panas
Jari telunjuk kanan dan kiri Air suhu kamar Jari telunjuk kanan: Agak
hangat
Jari telunjuk kiri: Nyeri
Punggung tangan - Dingin karena ditiup
Punggung tangan Air suhu kamar Dingin
Punggung tangan Alkohol Sangat dingin
Pertanyaan dan pembahasan

 Pada percobaan dengan alkohol pada kulit mula-mula timbul perasaan dingin
dahulu kemudian disusul dengan rasa panas. Jelaskan mengapa demikian!
Pada kondisi tangan dibasahi dengan alkohol, punggung tangan terasa
sangat dingin seperti diberi es ketika ditiup. Hal ini dikarenakan titik uap
alkohol sangat rendah. Artinya dibutuhkan hanya sedikit panas untuk
mengubah bentuk cair alkohol menjadi uap. Ketika alkohol diteteskan di
punggung tangan, panas tubuh sudah cukup untuk mengubah wujudnya.
Dengan demikian panas dari tubuh mengalir ke alkohol. Sewaktu aliran panas
dari tubuh terjadi, di saat itulah kulit terasa dingin.

 Apakah rasa-rasa panas atau dingin itu dirasakan terus menerus? Jelaskan
mengapa demikian!
Rasa panas dan dingin tersebut tidak dirasakan terus menerus. Lama kelamaan,
suhu pada jari telunjuk dan punggung tangan yang panas dingin akan mengilang
karena sudah bercampur dengan suhu normal di sekitar.
Kesimpulan
Rasa panas dan dingin tidak ditentukan oleh suhu suatu benda yang
sebenarnya, melainkan oleh kecepatan memperoleh panas atau dingin dan
kecepatan hilangnya panas/dingin di kulit.
Daftar pustaka

https://docplayer.info/61950231-Laporan-praktikum-indera-rasa-kulit.html

A.II. Reaksi-reaksi pada kulit

B. Tabel Pengamatan Reaksi Pada Kulit

ALAT BAHAN DAN METODE

1. Sediakanlah 3 buah bak yang masing masing berisi:


a. Air es b. air panas 400 c. air dengan suhu 300 d. stempel e. kerucut
kuningan
2. Tandailah telapak tangan, lengan bawah dan kuduk dengan stempel yang telah
tersedia
3. Lakukan percobaan tersebut untuk menentukan titik titik dingin, panas, dan
tekan dengan kerucutn kuningan.
Lokasi Hasil Pengamatan Jumlah Titik

Telapak tangan kiri Panas = 6


Dingin = 17
Tekanan = 4

Lengan Bawah Panas = 4


Dingin = 13
Tekanan = 7

Kuduk Panas = 8
Dingin = 6
Tekanan = 11

Kesimpulan

Probandus akan berekasi dengan cepat bila kulit terkena dingin dibandingkan
terkena panas, dan tekanan.

B. NEO-SENSIBILITAS

B.I. Lokalisasi Rasa Tekan

1. Tutuplah mata probandus tekanlah ujung pensil dengan kuat pada ujung
jarinya.
2. Mintalah probandus menunjukkan dengan ujung pensil tempat yang telah di
rangasang itu.
3. Tunjukan antara tittik jarak rangsangan dan titik dalam mm.
4. Ulangi langkah ini 1-3 kali dan tentukan jarak-jarak rata-ratanya.
5. Lakukan langkah ini 1-4 untuk daerah telapak tangan, lengan bawah, lengan
atas.
Tabel Pengamatan Lokalisasi Rasa Tekan
Pertanyaan dan Pembahasan

 Apakah ada perbedaan antara titik tekan dan titik tunjuk? Jelaskan mengapa
demikian!
Pada percobaan kali ini dilakukan dengan cara menekan ujung pensil dengan
kuat pada ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, pipi dan kuduk.
Orang coba menunjukan dengan tepat letak bagian tubuh yang dirangsang
tersebut dan dilakukan 3 kali. Berdasarkan rerata pada hasil percobaan yang
telah kita lakukan bagian yang paling peka terhadap rasa tekan adalah pada
kuduk. Hal ini ditunjukan dengan hasil rerata pada daerah kuduk yang paling
kecil yaitu sebesar 3.63 mm.
B.II. Diskriminasi Rasa Tekan

1. Tutuplah mata probandus kemudian tekanlah tekanlah kedua ujung jangka secara
serentak (stimulan) pada ujung jari.

2. Ambilah mula-mula pada jarak ujung jangka yang kecil sehingga probandus belum
dapat membedakan 2 titik. Kemudian perbesarlah jarak ujung jangka setiap kali
2mm,sehingga tepat dapat dibedakan 2 titikoleh probandus. Catat jarak antara ujung
jangka tersebut (X).

3. Ulangi percobaan ini dengan jarak jangka yang besar dahulu, kemudian kecilkan
kembali setiap 2mm sampai ambang diskriminasi. Catat antara ujung jangka tersebut
(Y).

4. Hitung jarak rata-rata dari tindakan no 2 dan 3.

5. ulangi langka 1-4 tetapi sekarang dengan menekan kedua ujung jangka secara
berturut-turut (suksesif).

6. ulangi langka ini 1-5 sebanyak tiga kali.


7. lakukan langka ini 1-6 untuk daerah telapak tangan, lengan bawah dan atas, kuduk,
bibir, dan depan telinga.

Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Stimulan

Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Suksestif


Pertanyaan dan Pembahasan
Apakah pebedaan diskriminasi bila ujung jangka diletakkan secara stimulan dan
sukstif?
Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Simultan
Pda percobaan ini dilakukan dengan cara menekan pada ujung jari dengan
sebuah jangka. Perbesar setiap kali 2 mm sampai dirasakan dua titik sampai dapat
dibedakan dua titik oleh orang coba. Pada percobaan ini dapat kita ketahui bahwa
daerah yang paling peka dalam membedakan dua titik ujung jangka yaitu pada bibir.
Terbukti dengan rerata yang kecil yaitu 15.3 mm.
Diskriminasi Rasa Tekan Dua Titik Suksetif
Pada percobaan ini dapat kita ketahui bahwa daerah yang paling peka dalam
membedakan dua titik ujung jangka yaitu pada telapak tangan. Terbukti dengan rerata
yang kecil yaitu 18.3 mm.
B.III. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan-Hukum Weber-Fechner

Pada percobaan yang dilakukan sesuai hukum Weber-Frechner. Saat orang coba
melakukan percobaan ini ia harus mengenali kenaikan berat bendapada kotak
penimbang. Saat awal orang coba belum dapat mengenali kenaikan beban yang ada
pada kotak penimbang, Namun setelah ditambahkan beberapa beban lagi, Orang coba
mulai mengerti penambahan beban yang diberikan pada kotak penimbangnya

1. Tutuplah mata orang percobaan dan letakkan tanganya diatas meja dengan
telapak tangannya keatas.
2. Letakkan kotak timbangan dengan beban 10 gr. Didalamnya pada ujung
ujung jarinya.
3. Tambahkan setiap kali ke dalam kotak timbangan suatu beban, sampai
orang percobaan dapat dengan tepat membedakan penambahan berat.
Catatlah berat beban yang dapat dirasakan tersebut.
4. Ulangi langkah 1-3 sebanyak 3 kali.
5. Lakukan langkah 1-4 unbeban yang dapat dirasakan tersebut.
6. Ulangi langkah 1-3 sebanyak 3 kali.untuk beban 20gr, 50gr dan 100gr,dan
200gr.
Tabel Pengamatan Diskriminasi Kekuatan Rangsangan

Berat Beban yang Dirasakan


Berat Beban Awal (g)
I II III RATA RATA
10 10 10 10 10
50 100 50 50 66,67
100 100 100 100 100
200 200 200 200 200

Hubungan Besarnya Stimulus Rangsangan Vs Persepsi Rangsangan

Grafik Pengamatan Diskriminasi


Kekuatan Rangsangan
200

150

100

50

0
10 50 100 200

Pertanyaan dan pembahasan

Bagaimana bunyi hukum Weber-Fechner?

Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsang rata rata,Pada umumnya tidak


tergantung pada kekuatan mutlak dari regangan tersebut, tetapi pada perbedaan
relatifnya.

Sesuaikah Hukum ini dengan hasil percobaan?

Sesuai , Karna menurut hukum tersebut didapatkan bahwa sebuah rangsang yang
didapatkan akan lebih rendah daripada stimulus yang diberikan sehingga beban akan
terasa lebih ringan dari beban asalnya.

. Kemampuan Diskriminasi Kekasaran

Dalam melakukan praktikum ini seringkali timbul kesukaran karena yang


dipakai adalah orang-orang yang sehat dan normal diskriminasinya. Oleh sebab
itu sebaiknya dilakukan perbandingan kemampuan diskriminasi antara jari tangan,
telapak tangan, lengan bawah, dan kuduk.

ALAT BAHAN

1. Kertas pasir paling halus


2. Kertas pasir halus
3. Kertas pasir sederhana kasar
4. Kertas pasir kasar
5.
METODE
1. Tutuplah mata probandus dan letakkan tangannya di atas meja dengan telapak
tangannya ke atas
2. Mintalah probandus untuk meraba kertas penggosok dengan ujung jarinya
3. Mintalah probandus untuk menyebutkan derajat kekasaran kertas penggosok
tersebut
4. Catat hasil pengamatan pada probandus. Berikan tanda B bila jawaban
probandus benar dan berikan tanda S bila jawaban probandus salah
5. Ulangi langkah 1-4 sebanyak 3 kali
6. Lakukan langkah 1-5 pada bagian telapak tangan, lengan bawah, dan kuduk
Tabel Pengamatan Diskriminasi Kekasaran

No. Jenis dan Diameter Jari Telapak Lengan Kuduk


Koin (cm) Tangan Tangan Bawah
I II III I II III I II III I II III
1. 00 (paling halus) B B B B B B B B B B S B
2. 1 (halus) B B S B B S S B B S S S
3. 2 (sederhana kasar) B B B B B S S B S B S B
4. 3 (kasar) B B B B B B B B B S B B
Total Jawaban Benar 11 10 9 6

Pembahasan
Berdasarkan percobaan, dapat dikatakan bahwa jari tangan, telapak tangan,
lengan bawah, dan kuduk memiliki keakuratan rasa yang berbeda. Hal ini dikatakan
karena jari tangan berhasil menebak 11 jawaban dengan benar, telapak tangan 10
jawaban benar, lengan bawah 9 jawaban benar dan kuduk 6 jawaban benar. Jari
tangan merupakan bagian tubuh yang paling akurat menebak kekasaran benda,
sedangkan kuduk merupakan bagian tubuh yang paling susah menebak kekasaran
benda.
Kesimpulan
Saraf sensoris yang bekerja pada tubuh manusia mempunyai sensibilitas
yang berbeda dan tergantung dari letak pemberian rangsangan tersebut.
Pengamatan Diskriminasi Ukuran

1. Tutuplah mata probandus dan letakkan koin di atas meja dengan telapak tangan ke
atas.
2. Tekanlah pada jari tangan pronadus uang koin dengan berbagai macam ukurn.
3. Mintalah probandus untuk menyebut jenis koin.
4. Catat hasilnya.
5. Lakukan 1-5 pada bagian telapak tangn, lengan bawah dan atas, kuduk.

Tabel Pengmatan Diskriminasi Ukuran

Jenis dan
Jari Telapak Lengan
No diameter koin Kuduk
Tangan Tangan Bawah
(cm)
I II III I II III I II III I II III
1 Koin Rp. 50 S B B S B B B S S B S B
2 Koin Rp. 100 S S S B S B S S B S B B
3 Koin Rp. 200 B B B B B B B B S B B S
4 Koin Rp. 500 B B S B S B S B S S S B

Pengamatan Diskriminasi Bentuk

1. Tutuplah mata probandus dan letakkan tanganya diatas meja dengan telapak
tangannya keatas.
2. Mintalah probandus untuk meraba benda percobaan dengan ujung jarinya.
3. Mintalah probandus untuk menyebutkan benda tersebut.(bola, balok,
kubus,limas)
4. Catat hasil pengamatan pada probandus, berikan tanda B bila jawaban
benar dan S bila jawaban salah.
5. Ulangi langkah 1-4 sebanyak tigakali.
6. Lakukan langkah 1-5 pada bagian telapak tangan lengan bawah dan kuduk.

Tabel Pengamatan Diskriminasi Bentuk

Jari Telapak Lengan


No Bentuk Benda Kuduk
Tangan Tangan Bawah
I II III I II III I II III I II III
1 Bola B B B B B S B S S B S B
2 Balok B B B B B B S S B S B B
3 Kubus B B B B B B B B S B B S
4 Limas B B S B S B S B S B S B
Total benar 11 10 5 8
Lengan bawah dan kuduk memiliki lapangan reseptif yang lebih kecil
dibandingkan pada jari tangan dan telapak tangan. Pada hasil praktikum bagian jari
tangan dan telapak tangan dapat mengidentifikasi bentuk dengan tepat.

1.1 GERAKAN REFLEKS


1.2 Landasan teori
Otot kuadrisep femoris adalah reseptor regang yang mendeteksi peregangan
dihasilkan oleh mengetuk tendon patella. Reseptor-reseptor ini menggenerasikan
impuls yang dibawa sepanjang saraf sensoris dalam saraf femoral ke tulang
belakang.
Refleks patella adalah salah satu refleks yang banyak digunakan secara klinis
unutk menentukan apakah sistem saraf berfungsi dengan baik.
Uji lebih lanjut diperlukan untuk menentukan dimana letak putus tepatnya pada
lengkung refleks. Jika refleksnya normal, artnya selutuh bagian dari lengkung
refleks masih utuh.
Mengapa kita memerlukan refleks regang ? bayangkan seseorang berdiri tegak
lurus-apakah tubuhnya benar-benar diam sempurna ? tidak, karena gravitasi
menariknya ke arah bawah.
Tujuan dari refleks regang : mereka membantu kita tetap tegak tanpa kita harus
memikirkan melakukannya. Jika otak harus membuat keputusan setiap saat kita
sedikit mengayun/bergoyang, seluruh konsentrasi kita akan diperlukan untuk tetap
berdiri. Adanya refleks tulang belakang memungkinkan otak tidak secara langsung
terlihat pada kegiatan tersebut.
1.3 Alat dan bahan
1.3.1 Alat
- Palu plastik / kayu
- Senter
- Kaca pembesar
- Pengggaris
- Kapas
- Pinset
- Kertas
1.3.2 Bahan
- Orang percobaan (probandus)
1.4 Hasil pengamatan

Probandus Lutut Kornea Pupil Tangan Telinga


Probandus
+ + + + +
1
Probandus
+ + + + -
2
Probandus
- + + + +
3
Probandus
+ + - + -
4

Kesimpulan

Proses terjadinya gerak refleks ini tentunya diawali dengan adanya rangsangan,
kemudian rangsangan tersebut akan di teruskan ke otak atau sumsum tulang belakang
melalui neuron sensorik dengan kecepatan yang sangat tinggi kemudian menuju ke
efektor (luar tubuh) melalui neuron motorik sebagai tanggapan terhadap rangsangan
yang diperoleh. Serta diketahui bahwa pada 6 titik pengujian, umumnya probandus
memiliki gerak refleks pada daerah tersebut.

2.1 RASA NYERI KULIT DAN OTOT


2.2 Landasan teori
Analisis sifat dari rasa nyeri memegang peranan penting dalam tugas-tugas
seorang dokter dan dokter gigi. Percobaan dibawah ini memberikan gambaran untuk
menerangkan sifat rasa nyeri pada probandus dan asal rasa nyeri itu. Nilai ambang
nyeri ialah besarnya rangsangan yang sekecil-kecilnya yang tepat menimbulkan suatu
rasa nyeri.
2.3 Alat Dan Bahan
2.3.1 Alat
- Hardy Wolff
- Stopwatch
- Spidol
2.3.2 Bahan
- Probandus
2.4 Hasil pengamatan

Perlakuan Waktu (detik)

Normal 56

Pengalihan perhatian 58

Hiperemia 40

2.5 kesimpulan
Pada keadaan normal probandus dapat merasakan rasa nyeri pada saat 56 detik.
Berbeda dengan keadaan pengalihan perhatian, probandus sedikit lebih lama
merasakan nyeri pada tangan yang telah di beri tanda spidol hitam, karena ketika kita
sedang mengalihkan perhatian dengan cara kita tidak terlalu fokus pada titik yang
sedang di amati maka akan lebih lama rasa nyeri itu muncul dibanding dengan
keadaan normal saat ketika kita fokus pada bagian tangan yang diuji untuk merasakan
rasa nyeri.

DAFFTAR PUSTAKA
http://bandoqueen-blogspot.com/2012/05/pengujian-sistem-saraf-gerak-refleks.html
() http://Blog.uad.ac.id/priatiningsih/category/lengkung-refleks/
http://bandoqueen-blogspot.com/2012/05/pengujian-sistem-saraf-gerak-refleks.html
() http://Blog.uad.ac.id/priatiningsih/category/lengkung-refleks/

Anda mungkin juga menyukai