terdapat 11 jenis spesies gulma yang terdiri dari Ottochloa nodusa, Setaria
individu suatu jenis yang menjadi anggota suatu komunitas tumbuhan dalam suatu
luasan tertentu, kerapatan ini ditentukan berdasarkan jumlah individu rata-rata
dibagi luasan area pangamatan. Berdasarkan hasil analisis vegatasi yang telah
dilakukan pada kebun kelapa sawit ditemukan nilai kerapatan spesies gulma dari
yang paling tinggi sampai terendah. Ottochloa nodusa memiliki nilai kerapatan
jenis tumbuhan terhadap suatu daerah. Frekuensi dapat dihitung dari pemunculan
tiap jenis tumbuhan dalam tiap areal pengamatan. Berdasarkan hasil analisis
vegetasi yang telah dilakukan pada kebun kelapa sawit ditemukan nilai frekuensi
spesies gulma dari yang paling tinggi sampai terendah. Ottochloa nodusa dan
mutlak dan nisbi tertinggi, yaitu sebesar 1 artinya dari total 5 plot yang diamati di
dan Lamtana camara dengan nilai frekuensi terendah 0,1 dengan nilai frekuensi
relatif 2,857 %.
Nilai F (frekuensi) suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh idensitas
dan pola distribusinya. Nilai distribusi hanya dapat memberikan informasi tentang
kehadiran tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum memberikan gambaran
INP (Indeks nilai penting) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu
jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan
kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung
tertinggi adalah spesies Ottochloa nodusa dengan nilai 99,857 %. Ini berarti jenis
gulma ini memiliki peranan penting dibanding jenis lain, dengan kemampuan
gulma ini bertahan hidup dan berkembang baik dapat dilihat dari jumlah nilai
pentingnya.
Tabel 3. Daftar tabel Duncan's Multiple Range Test ekstrak kulit jengkol
Rataan persentase kematian gulma paling tinggi pada ekstrak kulit jengkol
diperoleh pada perlakuan J2 yaitu dengan dosis 3,75 ml sebesar 81,918% dengan
rataan-Rp nya 71,323. Hasil penelitian ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan
J1 dengan dosis 2,5 ml dan perlakuan J3 dengan dosis 5 ml. Dengan hasil Rataan
berpengaruh terhadap herbisida nabati ekstrak kulit jengkol. Dari hasil penelitian,
ekstrak kulit buah jengkol sangat efektif pada gulma berdaun sempit seperti
pengaruh pelakuan dan hari terhadap jumlah gulma yang terbakar dan kering.
Dalam penelitian ini Donny R.R Lumbanraja mengesktrak kulit jengkol dengan
cara manual, yaitu dengan langkah Kulit buah jengkol disiapkan sebanyak 3 kg
dan air sebanyak 300 ml lalu Kulit buah jengkol dicuci bersih dipotong kecil-kecil
DMRT G
SD rp RP Perlakuan Rataan Rataan-Rp Notasi
3,66877 2,89 10,59539385 G2 90,420 79,825 a
3,66877 3,04 11,13470233 G3 89,420 78,285 a
3,66877 3,13 11,48690379 G1 88,590 77,103 a
3,66877 3,20 11,73637982 GO 39,830 28,094 b
dengan rataan-Rp nya 79,825 . Hasil penelitian ini tidak berbeda nyata dengan
77,103. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu, cara yang tepat, dan dosis
sangat berpengaruh terhadap hasil. Hal ini didukung pernyataan Rakian dan
Muhidin (2008), bahwa salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam
bagian akar, gejala keracunan akibat glifosat akan terlihat 7-10 hari setelah
Dari hasil penelitian antara interaksi ektrak kulit jengkol dan herbisida
mendapatkan hasil yang tertinggi. Dengan rataan J1G1 sebesar 100% dan rataan-
Rp nya mencapai 91,577. Presentase interaksi keduanya dapat di lihat pada tabel
5.
Tabel 5. Daftar tabel Duncan's Multiple Range Test interaksi ekstrak kulit jengkol
dab herbisida glyphosate.
DMRT JxG
SD rp RP Perlakuan Rataan Rataan-Rp Notasi
7,33753 2,89 21,19078769 J2G2 94,67 73,479 a
7,33753 3,04 22,26940466 J3G3 94,67 72,401 a
7,33753 3,13 22,97380757 J3G2 93,33 70,356 a
7,33753 3,20 23,47275964 J0G1 93 69,527 a
7,33753 3,25 23,84697369 J2G1 91,67 67,823 a
7,33753 3,39 24,87422794 J1G3 90,33 65,456 a
7,33753 3,322 24,37527587 J0G2 88,67 64,295 a
7,33753 3,349 24,57338919 J1G1 88 63,427 a
7,33753 3,371 24,73481486 J2G3 87,33 62,595 a
7,33753 3,389 24,86689041 J0G3 85,33 60,463 a
7,33753 3,405 24,98429089 J1G2 85 60,016 a
7,33753 3,418 25,07967879 J3G1 81,67 56,590 a
7,33753 3,429 25,16039162 J1G0 60 34,840 b
7,33753 3,439 25,23376692 J2G0 54 28,766 b
7,33753 3,447 25,29246717 J3G0 45 19,708 b
7,33753 3,454 25,34382988 J0G0 0 -25,344 c
kulit jengkol dan herbisida glyphosate terdapat pada perlakuan J2G2 dengan
rataan mencapai 94,67% dan rataan-Rp nya mencapai 73,479. Sementara rataan
presentase paling rendah tingkat kematian antara ekstrak kulit jengkol dan
81,67% dan rataan-Rp nya mencapai 56,590. Hal ini menunjukan bahwa interaksi
ekstrak kulit jengkol dan herbisida glifosat berpengaruh sangat nyata dengan
(2012), yaitu dengan cara mengekstrak kulit jengkol dengan cara manual
gulma. Nurjannah (2013), kulit buah jengkol segar mengandung senyawa fenolat,
flavonoid, dan asam galat. Kandungan senyawa tersebut, ujarnya, merupakan hasil
eskstrak kulit buah jengkol formulasi cair atau bubuk apabila digunakan saat
kulit buah jengkol segar menurunkan serapan hara, laju fotosintesis dan
mempunyai spektum pengendali yang luas, bersifat tidak selektif, dan sangat
efektif (Duke dan Powles, 2008). Cara kerjanya mempengaruhi asam nukleat dan
sintase yang berperan dalam pembentukan asam amino aromatik seperti triptofan,
(Taufiq 2003).
perlakuan ekstrak kulit jengkol dan herbisida glifosat pada 1 - 6 Minggu Setelah
Aplikasi (MSA) tertera pada lampiran 4, 6, 8 dan 10. Diketahuai bahwa perlakuan
interaksi keduanya menunjukan bahwa ekstrak kulit jengkol dan herbisida glifosat
Aplikasi (MSA)
pada Tabel 4.3 secara umum memperlihatkan bahwa pertumbuhan gulma mulai
persentase pertumbuhan gulma yang sangat rendah yaitu sebesar 0,833 % pada 3
Minggu Setelah Aplikasi (MSA) dan mulai nampak pada 6 Minggu Setelah
Perlakuan %
3 MSA 4 MSA 5 MSA 6 MSA
G0 (Kontrol) 0,000 b 0,000 b 0,000 b 0,000 b
G1 (2 ml) 1,000 a 2,670 a 5,420 a 12,080 a
G2 (3 ml) 2,330 a 4,170 a 6,250 a 12,500 a
G3 (4 ml) 3,080 a 6,830 a 10,420 a 14,580 a
pada Tabel 4.4 secara umum memperlihatkan bahwa pertumbuhan gulma mulai
persentase pertumbuhan gulma yang sangat rendah yaitu sebesar 1,000 % pada 3
Minggu Setelah Aplikasi (MSA) dan mulai nampak pada 6 Minggu Setelah
perlakuan kandungan larutan ekstrak kulit jengkol dengan dosis yang berbeda-
beda. Hal ini sejalan dengan pernyataan Nurjannah (2013), bahwa kulit buah
jengkol formulasi cair atau bubuk apabila digunakan saat musim tanam maka akan
menurunkan serapan hara, laju fotosintesis dan transportasi rumput tuton asal
5.1. Kesimpulan
Hasil yang paling baik dari penelitian ini yang di peroleh 1 Minggu Setelah
gulma kelapa sawit. Hasil yang paling baik dari penelitian ini di peroleh 1
Minggu Setelah Aplikasi (MSA) yaitu di perlakuan J2 yaitu dengan dosis 3,75
ml sebesar 81,918%. Ekstrak kulit buah jengkol sangat efektif pada gulma
5.2. Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap ekstrak kulit buah jengkol untuk