Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis
dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses, bentuk
produk akhir, dan konsumen akhir. Dalam arti yang lebih luas, industri dapat
didefinisikan sebagai kumpulan perusahaan yang memproduksi barang dan jasa
dengan elastisitas silang yang positif dan tinggi (Kuncoro,2007).
UKM adalah usaha kecil menengah, dikatakan sebagai perusahaan kecil
karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah. UKM dari waktu ke
waktu mengalami perkembangan bagus. Para pelaku bisnisnya juga menghasilkan
produk yang beragam. Menurut Keputusan Presiden No.99 Tahun1998, usaha
kecil adalah kegitan ekonomi rakyat yang bersekala kecil dengan bidang usaha
yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk
mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Usaha kecil menengah menjadi
salah satu terobosan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah-tengah
masyarakat untuk mencapai kesejahteraan hidup yang memadai. Usaha kecil
menengah menjadi penopang perekonomian indonesia, karena membantu
pertumbuhan perekonomian masyarakat. Kemandirian masyarakat seperti para
pelaku bisnis UKM ini diharapkan mampu mengurangi angka pengangguran. Jika
melihat fakta lapangan pekerjaan yang semakin terbatas dengan jumlah tenaga
kerja yang belum terserap terus bertambah.
UKM kopi bubuk Azza adalah bisnis UKM yang bergerak pada proses
produksi kopi dan kopi bubuk adalah produk utamanya. Sejak bisnis tersebut
didirikan, sangat memberikan pengaruh bagi lingkungan masyarakat di sekitar
salah satunya ikut serta menurunkan angka pengangguran di lingkungan tersebut
membuat sumber daya manusia mempunyai keterampilan dan meningkatkan
kualitas dirinya.
Setiap bisnis UKM pastinya mempunyai gudang sebagai alternatif yang
digunakan untuk menyimpan produk jadi maupun material yang dibutuhkan.

1
Begitu pula dengan bisnis UKM Kopi Bubuk Azza. UKM Kopi Bubuk Azza
mengutamakan kualitas bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang berkualitas
baik akan menghasilkan kopi bubuk yang baik pula. Dalam hal ini persediaan
bahan baku kopi yang cukup tersedia dapat menjamin kelancaran produksi. UKM
Kopi Bubuk Azza harus bisa mengelola persediaan yang seoptimal mungkin demi
kelancaraan produksi.
Economic Order Quatity (EOQ) adalah kuantitas pemesanan yang dapat
meminimalkan biaya total pemesanan dan biaya penyimpanan. maksud dari
pemesanan yang ekonomis yaitu bahwa jumlah atau besarnya pesanan yang
dilakukan hendak menimbulkan biaya-biaya penyediaan seminimal mungkin
dengan menggunakan metode EOQ. Penerapan metode EOQ diharapkan dapat
menggurangi pembusukan bahan baku yang ada dalam gudang sehingga kerugian
yang sering dialami perusahaan dapat terminimalisir dan juga diharapkan mampu
menekan pembengkakan biaya pemesanan bahan baku akibat terlalu sering
melakukan pemesanan bahan baku.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perhitungan perencanaan persediaan bahan baku dengan
menggunakan metode EOQ (Economi Order Quality) ?
2. Berapa jumlah persediaan pengaman (sefety stock) material yang
seharusnya disediakan oleh pabrik rumahan kopi bubuk Azza?
3. Berapa jumlah frekuensi pembelian bahan baku yang seharusnya
dilakukan oleh pabrik rumahan kopi bubuk Azza?
4. Kapan pabrik rumahan kopi bubuk Azza melakukan pemesanan kembali ?

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada penulisan laporan kerja praktek ini adalah
sebagai berikut :
1. Bahan baku yang dimaksud adalah Kopi

2
2. Pengambilan data pada penelitian ini hanya terbatas pada data bahan baku
pada bulan Januari 2019.

1.4 Tujuan Kerja Praktek


Adapun tujuan dibuatnya laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan perhitungan perencanaan persediaan bahan baku dengan
menggunakan metode EOQ (Economi Order Quality).
2. Menentukan jumlah persediaan pengaman (sefety stock) material yang
seharusnya disediakan oleh pabrik rumahan kopi bubuk Azza.
3. Menentukan jumlah frekuensi pembelian bahan baku yang seharusnya
dilakukan oleh pabrik rumahan kopi bubuk Azza.
4. Menentukan kapan pabrik rumahan kopi bubuk Azza melakukan
pemesanan kembali.

1.5 Manfaat Kerja Praktik


Adapun manfaat dari pembuatan laporan kerja praktik ini adalah sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
bagi perusahaan untuk mengambil keputusan yang lebih akurat dalam hal
mengendalikan bahan baku
2. Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan referensi bagi
mahasiswa terlebih bagi mahasiswa yang melakukan penelitian serupa

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sekillas Tentang UKM Kopi Bubuk Azza


UKM Kopi Bubuk Azza adalah pabrik yang bergerak pada produksi kopi
bubuk sebagai produk utamanaya. UKM Kopi Bubuk Azza berlokasi di Desa
Kemu, OKU Selatan. Bisnis tersebut didirikan pada tahun 2007 dan sangat
memberikan pengaruh bagi masyarakat di sekitar salah satunya ikut serta
menurunkan angka pengangguran di lingkungan tersebut dengan membuat sumber
daya manusia mempunyai keterampilan dan meningkatkan kualitas dirinya.
Kopi bubuk adalah bentuk kopi yang paling sering kita jumpai. Kopi
bubuk adalah biji kopi yang sudah di proses dan di giling halus dalam bentuk
butiran – butiran kecil sehingga mudah diseduh dengan air panas dan dikonsumsi.
Dari sekian banyak biji kopi yang di jual di pasaran, hanya terdapat 2 varietas
utama, yaitu kopi arabika (Coffea Arabica) dan Robusta (Coffea Robusta). Proses
pembuatan kopi bubuk di perlukan ke hati – hatian dan pengalaman dalam
memprosesnya.
Kopi akan menjalani serangkaian proses pengolahan yang panjang dari biji
kopi untuk menjadi minuman kopi. Berikut ini merupakan berbagai metode dalam
pengolahan biji kopi:
1. Pembersihan biji kopi
2. Pengeringan biji kopi
3. Proses sangria biji kopi
4. Pendinginan biji kopi yang telah di sangria
5. Penggilingan biji kopi
6. Pengemasan kopi bubuk
7. Pemasaran kopi bubuk

Pada saat pabrik mendapatkan pesanan produk kopi, pabrik baru


melakukan pembeliaan bahan baku sehingga apabila terjadi keterlambatan
datangnya bahan baku, pabrik tidak bisa melakukan proses produksi. Pabrik

4
sering mengalami kelebihan ataupun kekurangan bahan baku, sehingga sering
terjadi pemborosan modal kerja atau penghambatan proses produksi.

2.2 Persediaan
Persediaan selalu ada pada semua perusahaan. Kedudukan persediaan
khususnya pada perusahaan manufaktur maupun industri sangatlah penting. Setiap
perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan produksi akan memerlukan
persediaan bahan baku. Dengan tersedianya persediaan bahan baku maka
diharapkan perusahaan industri dapat melakukan proses produksi sesuai
kebutuhan atau permintaan konsumen. Selain itu dengan adanaya persediaan
bahan baku yang cukup tersedia di gudang juga diharapkan dapat memperlancar
kegiatan produksi/pelayanan kepada konsumen perusahaan dapat menghindari
terjadinya kekurangan bahan baku.
Keterlambatan jadwal pemenuhan produk yang dipesan konsumen dapat
merugikan perusahaan dalam hal ini image yang kurang baik. Persediaan
merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan
dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan
manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah
terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi. Untuk memperoleh gambaran
yang jelas mengenai persediaan adalah seperti kutipan berikut :
Menurut Skousen, Stice, Stice (2004), “Persediaan ditujukan untuk
barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam
kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau
yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”.
Sedangkan dalam Ikatan Akuntansi Indonesia mengemukakan bahwa :
Persediaan adalah asset : Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
dalam proses produksi dan dalam perjalanan dalam bentuk bahan atau
perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian
jasa. Kieso, Weygandt, Warfield (2002) menyatakan bahwa persediaan
(inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk jual dalam kondisi bisnis
normal atau barang yang digunakan dalam produksi bisnis yang akan dijual.

5
Menurut Mulyadi (1998) pengertian persediaan sebagai berikut : Pada
perusahan dagang, persediaan hanya terdiri dari satu golongan saja yang
merupakan aktiva lancar atau persediaan barang dagang yang dibeli untuk
kemudian dijual dalam usaha normal.
Pada perusahaan manufaktur, persediaan meliputi bahan yang akan
dimasukkan dalam proses produksi baik yang telah selesai produk dan siap dijual
dalam rangka kegiatan usaha rutin perusahaan antara lain persediaan produk jadi,
persediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan
penolong, persediaan barang habis pakai pabrik, dan persediaan suku cadang.
Pada perusahaan jasa, persediaan meliputi bahan atau perlengkapan untuk
digunakan dalam proses pemberiaan jasa.
Manfaat diadakan persediaan bahan baku menurut Sofyan Assauri (1999)
adalah : Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang-barang yang
dibutuhkan perusahaan. Menghilangkan resiko dan material yang dipesan tidak
baik, sehingga harus dikembalikan. Mempertahankan stabilitas operasi
perusahaan dan menjamin kelancaran arus produksi. Memberikan pengadaan atau
produksi tidak tentu disesuaikan dengan penggunaan atau penjualan. Untuk
menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran. Mencapai penggunaan mesin
optimal. Memberikan layanan kepada langganan dengan sebaik-baiknya dimana
keinginan langganan pada suatu saat dapat dipenuhi atau diberikan jaminan tetap
tersedia barang jadi tersebut.
Menurut Donald Delmar (1985) dalam Haming dan Mahfud (2012:7),
dalam melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan terdapat beberapa
faktor, yaitu:
a. Inventory turnover merupakan frekuensi perputaran persediaan yang
telah digantikan selama periode waktu tertentu.
b. Lead time adalah interval waktu antara waktu pemesanan dan
diterimanya pesanan persediaan dari pemasok.

6
c. Costumer service level merupakan layanan yang diberikan kepada
pelanggan yang mengacu pada persentase dari pesanan berdasarkan
tanggal tertentu yang telah disetujui.
d. Stock outcost adalah biaya atas kekurangan persediaan yang terjadi
ketika permintaan melebihi tingkat persediaan yang dimiliki perusahaan.
e. Cost of inventory meliputi biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan
biaya pembayaran.
Biaya persediaan merupakan semua pengeluaran dan kerugian yang
harus dibayarkan akibat dari adanya inventori, yaitu termasuk harga pembelian,
ordering cost, biaya bongkar, biaya simpan, dan biaya kehabisan inventori
(Baroto, 2002). Menurut Syamsuddin, 2007, terdapat dua jenis biaya persediaan
yang diperhitungkan dalam penggunaan EOQ yaitu :
a) Biaya pemesanan adalah biaya–biaya yang berubah sesuai dengan frekuensi
pemesanan yaitu biaya-biaya administrasi, biaya pembongkaran dan
pemasukan barang ke dalam gudang, biaya pengiriman dan pembuatan cek
untuk pembayaran dan lain - lain. Biaya pemesanan ini akan semakin kecil
dengan semakin besarnya kuantitas barang yang di pesan dalam setiap kali
pemesanan karena hal ini berarti semakin sedikitnya frekuensi pemesanan.
b) Biaya pemeliharaan adalah biaya-biaya yang berubah sesuai dengan
perubahan nilai persediaan. Adapun biaya-biaya yang termasuk dalam
kategori biaya pemeliharaan adalah biaya penyimpanan atau sewa gudang,
biaya asuransi, cadangan (biaya yang disisihkan) untuk memungkinkan
rusaknya barang dalam persediaan, biaya obsilescene, dan biaya atas modal
yang terikat dalam persediaan.
c) Total biaya persediaan adalah jumlah dari biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan

2.3 Economic Order Quantity (EOQ)


Economic Order Quantity (EOQ) adalah kuantitas pemesanan yang dapat
meminimalkan biaya total pemesanan dan biaya penyimpanan. Jadi maksud dari
pemesanan yang ekonomis yaitu bahwa jumlah atau besarnya pesanan yang

7
dilakukan hendak menimbulkan biaya-biaya penyediaan seminimal mungkin.
Biaya persediaan bahan baku yang dimaksud adalah baiaya-biaya variable yang
berkaitan dengan perhitungan EOQ yaitu biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan. Yang dimaksud ekonomis adalah jumlah pembelian/pemesanan
yang disertain dengan jumlah biaya yang paling rendah. EOQ dapat dirumuskan
sebagai berikut:

𝟐𝒙𝑫𝒙𝑺 ...........................(2.1)
𝑬𝑶𝑸 = √
𝑯

Keterangan :
EOQ : Jumlah pemesanan yang optimal
D : Penggunaan atau permintaan yang di pergunakan per periode waktu
S : Biaya pemesanan
H : Biaya penyimpanan
Pada sistem persediaan harus dihitung frekuensi pemesanan dalam satu
periode dengan rumus sebagai berikut:
𝑫 .............................(2.2)
𝑭=
𝑸

Keterangan:
F : Frekuensi Pemesanan
D : Penggunaan atau permintaan yang di pergunakan per periode waktu
Q : Jumlah optimal barang per pesanan
Untuk menghitung besarnya biaya pesanan setiap kali pesan adalah
sebagai berikut :
𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐛𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐬𝐚𝐧 ........................(2.3)
𝐒=
𝐟𝐫𝐞𝐤𝐮𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐬𝐚𝐧𝐚𝐧

Keterangan:
S : Biaya Pemesanan Tiap kali pesan

8
Untuk menghitung biaya penyimpanan persatuan bahan baku adalah
sebagai berikut :
𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐛𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐬𝐢𝐦𝐩𝐚𝐧 ..............................(2.4)
𝐇=
𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐤𝐞𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐤𝐮

Keterangan :
H : Biaya penyimpanan persatuan bahan baku
Sedangkan untuk menghitung pembelian rata-rata bahan baku adalah
sebagai barikut :

𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐤𝐞𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐤𝐮


𝐐= ...............................(2.5)
𝐅𝐫𝐞𝐤𝐮𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐏𝐞𝐦𝐞𝐬𝐚𝐧𝐚𝐧

Keterangan :
Q :Pemebelian rata-rata bahan baku
Dan untuk mengnitung total biaya dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut :
...............................(2.6)
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 = 𝐛𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐬𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐗 𝐛𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐢𝐦𝐩𝐚𝐧𝐚𝐧
= (D/Q X S) + (Q/2 X H)

Keterangan :
D : Penggunaan atau permintaan yang di pergunakan per periode waktu
S : Biaya pemesanan
H : Biaya penyimpanan
Q : Jumlah optimal barang per pesanan

2.4 Safety Stock (SS)


Safety Stock (persediaan pengamanan) adalah persediaan ekstra yang
disimpan untuk menjaga jika terjadi influktasi permintaan (Supriyono 1999:138)
Jadi diadakannya Safety Stock adalah agar proses produksi tidak terganggu oleh
ketidak pastiaan bahwa bahan baku serta keterlambatan dengannya bahan baku
yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak terduga, sehingga perusahaan

9
memandang perlu adanya persediaan pengamanan. Perusahaan dalam
mengadakan persediaan pengamanan hendaknya mempertimbangkan suatu
tingkat persediaan pengaman yang optimum, maksudnya sejumlah persediaan
yang tidak terlalu besar ataupun juga tidak terlalu kecil.
Karena persediaan yang terlalu besar akan menimbulkan biaya yang besar
pula, begitu juga sebaliknya persediaan pengaman yang terlalu kecil di
khawatirkan tidak dapat memenuhi fungsinya sebagai cadangan persediaan guna
menunjang kelancaran proses produksi perusahaan. Besarnya tingkat persediaan
pengaman (Safety Stock) ini dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

Safety Stock = SD × Z .....................(2.7)

Keterangan :
SD : Standar Deviasi
Z : Sefety Factor (lihat tabel 2.1)
Tabel 2.1 Nilai Z Faktor Pengaman
Tingkat Pengaman Faktor Pengaman
90.00% 1.28
91.00% 1.34
92.00% 1.41
93.00% 1.48
94.00% 1.55
95.00% 1.64
96.00% 1.75
97.00% 1.88
98.00% 2.05
99.00% 2.33
(sumber: Forgarty, blackstone,hoffman)

10
Untuk mencari safety stock anda tinggal pilih dari tabel diatas berapa
service level yang diinginkan lalu berapa Z skornya (Safety Factor) lalu kalikan
dengan standar deviasi. Ada cara yang lebih mudah yaitu dengan aplikasi excel.

2.5 Definisi Re Order Point (ROP)


Bambang Riyanto (2001:83) mendefisinikan Re Order Point adalah “saat
titik dimana harus diadakan pemesanan lagi sedemikian rupa sehingga
kedatangannya atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat waktu”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebelum persediaan bahan baku habis pakai dalam
produksi, perusahaan harus melakukan pemesanan kembali yang maksudnya agar
pada saat pemesanan datang persediaan bahan masih berada atau tepat diatas
persediaan pengamanan.
Perusahaan harus dapat menentukan kapan saat yang tepat untuk
melakukan pemesanan kembali dengan mempertimbangkan besarnya penggunaan
bahan baku selama bahan baku yang dipesan belum datang, sehingga pada saat
pesanan tersebut datang tepat pada persediaan terakhir digunakan atau tepat pula
pada saat persiapan sebesar persediaan pengaman.

ROP = d x L + SS
...................................(2.8)

Keterangan :
ROP : Titik pemesanan ulang
SS : Sefety stock
L : Lead Time
d : Tingkat kebutuhan per unit waktu

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Kerja Dan Waktu Kerja Praktek


3.1.1 Tempat Kerja Praktek
Adapun tempat pelaksanaan kerja praktik dilakukan di Usaha Kecil
Menengah Unit Kegiatan Masyarakat Pada UKM kopi bubuk Azza Desa Kemu
Oku Selatan. Berikut ini lokasi pelaksanaan kuliah praktek yaitu sebagai berikut :

Gambar 3.1. Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik

3.1.2 Waktu Kerja Praktek


Adapun waktu pelaksanaan kerja praktek di Usaha Kecil Menengah Unit
Kegiatan Masyarakat Pada UKM kopi bubuk Azza Desa Kemu Oku Selatan ini
dilaksanakan pada bulan Januari 2019.

3.2 Jenis Data


Adapun beberpa Jenis data yang digunakan dalam pembuatan laporan ini
meliputi :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik
dari individu atau perorangan, seperti hasil wawancara atau hasil
pengumpulan kuisioner. Data primer dalam laporan ini didapat dari sumber

12
datanya secara langsung dengan cara wawancara secaralangsung kepada
pemilik usaha mupun karyawan.

2. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengepul data primer atau pihak lain. Data
sekunder yang dikumpulkan antara lain profil UKM Kopi Bubuk Azza,
studi dan catatan-catatan atau dokumentasi UKM.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Adapun metode pengumpulan data pada laporan ini adalah sebagai
berikut
1. Studi literatur
Studi lieratur ini merupakan studi pendahuluan yang bertujuan untuk
mencari data tentang masalah penelitian. Tahap ini sangat penting karna
merupakan dasar penyusunan kerangka dasar.
2. Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpulan data untuk memperoleh
informasi langsung dari surabaya. tingkat kegiatan dengan menggunakan metode
wawancara biasanya lebih terjamin. Wawancara dilakukan secara langsung di
UKM krupuk untuk memperoleh data data yang berkaitan dengan UKM.
3. Observasi Lapangan
Observasi lapangan adalah mengamati secara langsung dilokasi untuk
mencari suatu kebenaran tentang suatu yang ingin dicocokan dengan nalar pikiran
manusia sehingga dapat dipertanggung jawabkan dan menjadikan suatu kebenaran
itu suatu fakta yang benar. Kegiatan pengamatan dilakukan guna menggali dan
menggumpulkan data yang diperlukan bagi topik pembahasan guna
pengembangan wawasan.

13
3.4 Metode Penggolahan Data
Adapun metode penggolahan data dalam laporan ini adalah menentukan
data-data sebagai berikut:
1. Biaya pemesanan
Biaya pemesanan adalah biaya–biaya yang berubah sesuai dengan
frekuensi pemesanan yaitu biaya-biaya administrasi, biaya pembongkaran dan
pemasukan barang ke dalam gudang, biaya pengiriman dan pembuatan cek
untuk pembayaran dll. Biaya pemesanan ini akan semakin kecil dengan
semakin besarnya kuantitas barang yang dipesan dalam setiap kali pemesanan
karena hal ini berarti semakin sedikitnya frekuensi pemesanan.
2. Biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharan adalah biaya-biaya yang berubah sesuai dengan
perubahan nilai persediaan. Adapun biaya-biaya yang termasuk dalam
kategori biaya pemeliharaan adalah biaya penyimpanan atau sewa gudang,
biaya asuransi, cadangan (biaya yang disisihkan) untuk memungkinkan
rusaknya barang dalam persediaan, biaya obsilescene, dan biaya atas modal
yang terikat dalam persediaan.
3. Total biaya persediaan
Total biaya persediaan adalah jumlah dari biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan.
4. Frekuensi Pembelian Bahan Baku
Frekuensi pembelian bahan baku adalah jumlah bahan baku yang di beli
berdasarkan jangka waktu yang ditentukan baik itu satu minggu, satu bulan,
maupun satu tahun.
5. Economic Order Quantity (EOQ)
EOQ adalah kuantitas pemesanan yang dapat meminimalkan biaya total
pemesanan dan biaya penyimpanan. maksud dari pemesanan yang ekonomis
yaitu bahwa jumlah atau besarnya pesanan yang dilakukan hendak
menimbulkan biaya-biaya penyediaan seminimal mungkin. Biaya persediaan
bahan baku yang dimaksud adalah baiaya-biaya variable yang berkaitan
dengan perhitungan EOQ yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

14
Yang dimaksud ekonomis adalah jumlah pembelian / pemesanan yang
disertakan dengan jumlah biaya yang paling rendah.
6. Sefety Stock
Merupakan persediaan ekstra yang disimpan untuk menjaga jika terjadi
influktasi permintaan.
7. Re Order Point (ROP)
Re Order Point adalah “saat titik dimana harus diadakan pemesanan lagi
sedemikian rupa sehingga kedatangannya atau penerimaan material yang
dipesan itu adalah tempat waktu

15
3.5 Diagram Alur

Mulai

Studi LIteratur Studi Lapangan

Merumuskan Masalah

Mengumpulkan Data

Metode Pengolahan data


1. Biaya pemesanan 2. Biaya pemeliharaan
3 Total Biaya Persediaan 4. Frekuensi pembelian
5. Economic Order Quantity (EOQ)
6. Safety Stock
7. Re Order Point (Rop)

Tidak
Data Valid

Ya

Analisis Dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

16
3.6 Rencana Kegiatan KP

Tabel 3.1 Rencan Kegiatan KP

No Kegiatan Januari 2019 Febuari 2019 Maret 2019


1 Penentuan Konsep √
2 Merumuskan Masalah √
3 Seminar Proposal √
4 Mengumpulkan data √ √ √ √
5 Analisis data √ √
6 Kesimpulan √ √
7 Seminar Proposal √

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Biaya Pemesanan

Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan barang


yang dimulai dari penempatan pemesanan hingga tersedianya barang tersebut
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan didalam melakukan pemesanan antara
pihak perusahaan dengan supplier. Biaya yang harus dikeluarkan oleh UKM Kopi
Bubuk Azza.

4.1.1 Biaya Transport

Biaya ini timbul karena bahan baku di ambil secara langsung oleh pemilik
UKM Kopi bubuk Azza ke supplier menggunakan taransportasi milik UKM.
Berikut data biaya transport yang dikeluarkan dari bulan Januari – Febuari 2019.

Tabel 4.2 Data Biaya Transport Pada Bulan Januari – Febuari 2019.

No Bulan Biaya Transport

1 Januari Rp 160.000,-

2 Februari Rp 160.000,-

Jumlah Rp 320.000,-

4.2 Biaya Penyimpanan

Biaya yang dikeluarkan oleh pabrik kerena melakukan penyimpanan


bahan baku dalam jangka waktu tertentu. Biaya penyimpanan yang ditanggung
oleh UKM Kopi Bubuk Azza adalah sebagai berikut :

18
4.2.1 Biaya Listrik

Biaya ini timbul karena pemakaian listrik selama bahan baku disimpan di
gudang sebelum bahan baku tersebut diproses. Data biaya listrik yang dikeluarkan
oleh UKM Kopi Bubuk Azza dari bulan Januari – Febuari 2019 adalah sebagai
berikut :

Tabel 4.3 Data Biaya listrik Pada Bulan Januari – Febuari 2019.

Bulan Biaya Listrik

Januari Rp 200.000,-

Februari Rp 200.000,-

Jumlah Rp 400.000,-

4.1.2 Biaya Tenaga Kerja

Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada dua orang karyawan yang
bertugas untuk menjaga dan mengatur kebersihan gudang agar bahan baku tidak
mengalami kerusakan. Data biaya tenaga kerja UKM Kopi Bubuk Azza dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4 Data Biaya Tenaga Kerja Pada Bulan Januari – Febuari 2019.

Bulan Biaya Tenaga Kerja

Januari Rp 800.000,-

Februari Rp 800.000,-

Jumlah Rp 1.600.000,-

19
4.2.3 Biaya Pemeliharaan Gudang

Biaya yang dikeluarkan karena adanya pemeliharaan gudang berupa


perawatan seperti alat kebersihan yang digunakan untuk membersihkan gudang
dan perbaikan gudang jika terjadi kerusakan. Data biaya pemeliharaan gudang
dapat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.5 Data Biaya Pemeliharaan Gudang Pada Bulan Januari – Febuari 2019.

Bulan Biaya Alat Kebersihan Dan


Pemeliharaan Gudang
Januari Rp 50.000,-

Februari Rp 50.000,-

Jumlah Rp 100.000,-

4.3 Data Kebutuhan Bahan Baku

UKM Kopi Bubuk Azza merupakan perusahaan yang bergerak dalam


industri manufaktur yang memproduksi kopi bubuk. Dan biji kopi merupakan
bahan utama yang digunakan untuk membuat kopi bubuk. Berikut adalah
kebutuhan baku biji kopi pada bulan Januari – Februari 2019.

Tabel 4.6 Data Kebutuhan Bahan Baku Pada Bulan Januari – Febuari 2019.

Bulan Kebutuhan Bahan Baku (Ton)

Januari 0,56

Februari 0,56

Jumlah 1.12 Ton

20
4.4 Perhitungan Biaya Pesan Dan Biaya Simpan

1. Biaya pesan (Januari – Februari 2019)


1. Biaya Transportasi Rp 320.000,-
Jumlah Rp 320.000,-

2. Biaya simpan (Januari – Februari 2019)


1. Biaya Listrik Rp 400.000,-
2. Biaya Tenaga Kerja Rp 1.600.000,-
3. Biaya Pemeliharaan gudang Rp 100.000,-
Jumlah Rp 2.100.000,-

3. Biaya pesan tiap kali pesan


Biaya pesanan tiap kali pesan (s)
Total Biaya Pesan
S = Frekuensi Pemesanan
𝟑𝟐𝟎.𝟎𝟎𝟎
S = 16

S = 20.000

4. Biaya penyimpanan persatuan bahan baku (H)


Total Biaya Simpan
H = Total Kebutuhan Bahan Baku
𝟐.𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
H = 1,12

H = 1.875.000

5. Pembelian rata-rata bahan baku


Total kebutuhan Bahan Baku
Q =
Frekuensi Pemesanan
1,12
Q = 16

Q = 0.07

21
6. Total biaya persediaan
Untuk menghitung Total Biaya Persediaan , sebelumnya telah
diketahui :
Total Kebutuhan Bahan Baku (D) 1,12
Pembelian rata-rata bahan baku (Q) 0,07
Biaya pesan tiap kali pesan (S) 20.000
Biaya penyimpanan persatu ton bahan baku (H) 1.875.000

Perhitungan Total Biaya Persediaan (TIC) yaitu :


𝐷 𝑄
TIC = (𝑄 𝑠) + ( 2 𝐻)
1,12 0.07
TIC = (0.07 20.000) + ( 1.875.000)
2

TIC = ( 320.000 + 65.625)


TIC = 385.625

4.5 Metode Economi Order Quantity (EOQ)

1. Pembelian Bahan Baku yang ekonomis


Total kebutuhan bahan baku (D) 1,12
Biaya pesan tiap kali pesan (S) 20.000
Biaya penyimpanan persatu ton bahan baku (H) 1.875.000

Maka besarnya pembelian bahan baku biji kopi yang ekonomis dapat
diperhitungkan dengan metode EOQ sebagai berikut :

√2.𝐷.𝑆
Q* = H

√2(1,12)(20.00))
Q* = 1.875.000

Q* = √0.02390
Q* = 0,15 ton

Jadi jumlah pembelian bahan baku biji kopi yang ekonomis adalah
sebesar 0.15 ton

22
2. Frekuensi Pembelian Bahan Baku

𝐷
F = Q∗

1,12
F = 0,15

F = 7,46 = 7

Jadi Frekuensi pemesanan bahan baku dilakukan sebanyak 7 kali


dalam bulan Januari – Februari 2019 (atau dalam 2 bulan optimalnya
dilakukan 7 kali pemesanan)

3. Total Biaya Persediaan

Total kebutuhan bahan baku (D) = 1,12


Biaya pesan tiap kali pesan (S) = 20.000
Biaya penyimpanan persatu ton bahan baku (H) = 1.875.000
Pembelian Bahan baku yang paling ekonomis(Q*) = 0.15
Perhitungan total biaya persediaan (TIC), yaitu
𝐷 𝑄∗
TIC = (𝑄∗ 𝑠) + ( 2 𝐻)
1,12 0,15
TIC = (0,15 20.000) + ( 1.875.000)
2

TIC = ( 149.333,333 + 140.625)


TIC = 289.960

Tabel 4.7 Selisih Total Biaya Biaya Persediaan Bahan Baku Biji Kopi Sebelum Dan
Sestelah Penerapan Metode EOQ Dalam Pembelian Bahan Baku

Metode Perhitungan Total Biaya Persediaan


Kebijakan Perusahaan Rp 385.625,-
EOQ Rp 289.960,-
Selisih Total Biaya Persediaan Rp 95.665,-

23
4.6 Penentuan Persediaan Pengaman

Penentuan Persediaan pengaman atau safety stock adalah persediaan ekstra


yang disimpan untuk menjaga jika terjadi influktasi permintaan untuk
menghindari terjadinya kekurangan bahan baku. Untuk menghitung persediaan
pengaman digunakan metode statistik dengan membandingkan rata-rata bahan
baku dengan pemakaian bahan baku sesungguhnya kemudian dicari
penyimpangannya. Perhitungan standar deviasi dapat dilihat pada tabel tersebut :

Tabel 4.8 Perhitungan Standar Deviasi

No Bulan Kebutuhan x (𝑥 − x ) ((𝑥 − x )2


Bahan Baku
1 Mei 1.12 0.56 0.56 0.32
2 Juni 1.12 0.56 0.56 0.32
Total 2.24 0.64

𝑫  (x - x)
x =𝒏 SD = 𝑛−1

𝟏,𝟏𝟐 √0.64
x = 𝟐
= 2−1

x = 0,56 = √0.64

= 0.8

24
Tabel 4.9 Nilai Faktor Pengaman (Safety Factor)

Tingkat Pengaman Faktor Pengaman


(Service Level) (Service Factor)
90.00% 1.28
91.00% 1.34
92.00% 1.41
93.00% 1.48
94.00% 1.55
95.00% 1.64
96.00% 1.75
97.00% 1.88
98.00% 2.05
99.00% 2.33
(sumber: Forgarty, blackstone,hoffman)

Dengan menggunakan pemikiran atau asumsi bahwa perusahaan memilih


standar sevice level sebesar 95% artinya perusahaan tidak melayani dengan penuh
kepada pengantar bahan baku, dengan perusahaan standar sevice level 95% sudah
cukup, sehingga diperoleh z dengan table standar deviasi sebesar 1.64.

\Safety Stock = SD x Z

= 0.8 x 1.64

= 1.3 ton

Jadi persediaan pengaman harus disediakan oleh perusahaan sebesar 1.3


ton bahan baku biji kopi.

25
4.7 Titik pemesanan kembali (Reorder Point)

UKM Kopi Bubuk Azza memiliki waktu tunggu dalam menunggu


pemesanan bahan baku tepung adalah selama 1 hari, dengan rata-rata jumlah kerja
16 hari dalam 2 bulan (bulan Januari – Februari 2019). Sebelum menghitung ROP
maka terlebih dahulu dicari tingkat penggunan bahan baku/hari dengan cara
sebagai berikut :

𝐷
d= 𝑡

1.12
d= 16

d = 0,07

Maka titik pemesanan kembali adalah sebagai berikut :

ROP = d x L x SS

= 0,07 x 1 x 1,3

= 0,09 ton

Jadi UKM harus melakukan pemesanan kembali pada saat jumlah bahan
baku biji kopi tersisa sebanyak 0,09 ton

Tingkat Persediaan
Q Max

Q 0,15 ton

ROP 0.09 ton

S 1.3 Ton

L=1 Waktu

Gambar 4.2 Grafik Reorder Point Bahan baku

26
Dengan hasil perhitungan dapat ditarik kesimpulan dari grafik reorder
point dimana pembelian bahan baku maksimal 0,15 ton dengan frekuensi 16 kali
pemesanan dalam 2 bulan dari bulan Januari – Februari 2019. Sedangkan untuk
lead time adalah 1 hari, karena perusahaan harus menunggu pengemasan biji kopi
dari supplier terlebih dahulu, jadi ketika perusahaan datang ke supplier maka
bahan baku biji kopi sudah bisa langsung di bawa ke perusahaan. Untuk Reorder
point 0.09 ton sedangkan safety stock 1,3 ton. Reorder point jumlahnya harus
diatas Safety stock karena untuk penggunaan Safety stock terjadi ketika bahan
baku sudah habis diakibatkan permintaan yang meningkat. Reorder point
dilakukan pada saat bahan baku hampir mendekati Safety Stock, jika bahan baku
sudah mendekati persediaan pengaman harus melakukan pembelian kembali,
supaya safety stock ini tetap ada dan digunakan pada saat keadaan penting.

27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis yang didapat dari bab sebelumnya maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan dan saran diharapkan dapat berguna bagi UKM Kopi Bubuk
Azza dimasa yang akan mendatang.

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis tentang menurunkan biaya persediaan bahan


baku pada UKM Kopi Bubuk Azza dapat disimpulkan :

1. Dari analisis sebelumnya dapat diketahui bahwa total pemesanan


bahan baku biji kopi yang optimal adalah sebesar 0,15 ton dengan
frekuensi pemesanan sebanyak 16 kali dalam kurun waktu 2 bulan
(Januari - Februari 2019).
2. Dari analisis sebelumnya diketahui bahwa total biaya persediaan
bahan baku berdasarkan kebijakan perusahaan sebesar
Rp 385.625,- sedangkan biaya setelah dilakukan perhitungan
menggunakan metode EOQ biaya menurun menjadi Rp 289.960,-
jadi selisih biaya sebelum diterapkan EOQ dan setelah diterapkan
EOQ adalah sebesar Rp 95.665,- dengan demikian terbukti EOQ
dapat menekan biaya pembengkakan persediaan bahan baku.
3. Persediaan pengaman (safety stock) harus disediakan oleh
perusahaan sebesar 1,3 ton bahan baku biji kopi. Agar proses
produksi tidak berhenti karena kekurangan bahan baku biji kopi
akibat menngkatnya tingkat permintaan.
4. UKM harus melakukan pemesanan kembali (Reorder Point) pada
saat jumlah bahan baku biji kopi tersisa sebanyak 0,09 ton.

28
5.2 Saran

Setelah dilakukan analisis tentang menurunkan biaya persediaan bahan


baku, berikut saran untuk UKM Kopi Bubuk Azza OKU:

1. Metode EOQ dapat diterapkan diperusahaan ini karena dapat menurunkan


biaya persediaan bahan baku
2. Sebaiknya frekuensi pemesanan bahan baku dari dua minggu sekali diubah
menjadi 8 dalam 2 bulan atau 4 kali setiap bulan karena dapat dilihat
bahwa pembengkakan biaya yang terjadi akibat terlalu sering melakukan
pemesanan bahan baku biji kopi.
3. Sebaiknya gudang diletakan berbeda dengan mesin produksi agar bahan
tersebut tidak mengalami kerusakan bahan baku akibat terkena bahan yang
telah diolah oleh mesin produksi.

29
DAFTAR PUSTAKA

Bambang,Riyanto. 2001. Dasar - Dasar Pembelajaan Perusahaan. Yogyakarta:


BPFE.

Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

Donald E. Keiso, dkk. 2008. Akuntansi Intermediate Edisi 12. Jakarta: Erlangga.

Earl K.Stince, dkk. 2004. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Salemba.

Forgaty, dkk. 1991. Production and Inventory Managemen. New York: South
Western Publishing.

Keputusan Presiden Ri, 1998. Keputusan No 99 Tahun 1998 Tentang Bidang


Atau Jenis Usaha Kecil dan Bidang Data Jenis Usaha yang Terbuka Untuk
Usaha Menengah Atau Usaha Besar dan Syarat Kemitraan. Jakarta: Keppres
RI.

Kuncoro,Mudrajat.2007. Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan


Ekonomi. Yogyakarta: Erlangga.

Mulyadi. 1998. Total Quality Manajemen. Yoyakarta: Aditya Media.

Murdifin, Haming dan Mahfud Nurnajamunuddin. 2012. Manajemen Prodoksi


Modern,edisi Kedua buku 2. PT. Jakarta: Bumi Aksara.

R.A Supriyono. 1998. Akuntansi Biaya Buku 1: Pengumpulan Biaya dan


Penentuan Harga Pokok. Yogyakarta: BPFE.

Sofyan Assauri. 1996. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syamsudin,Lukman. 2001. Metode Ekonomi Kualitas. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

30
31

Anda mungkin juga menyukai