PENDAHULUAN
1
Begitu pula dengan bisnis UKM Kopi Bubuk Azza. UKM Kopi Bubuk Azza
mengutamakan kualitas bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang berkualitas
baik akan menghasilkan kopi bubuk yang baik pula. Dalam hal ini persediaan
bahan baku kopi yang cukup tersedia dapat menjamin kelancaran produksi. UKM
Kopi Bubuk Azza harus bisa mengelola persediaan yang seoptimal mungkin demi
kelancaraan produksi.
Economic Order Quatity (EOQ) adalah kuantitas pemesanan yang dapat
meminimalkan biaya total pemesanan dan biaya penyimpanan. maksud dari
pemesanan yang ekonomis yaitu bahwa jumlah atau besarnya pesanan yang
dilakukan hendak menimbulkan biaya-biaya penyediaan seminimal mungkin
dengan menggunakan metode EOQ. Penerapan metode EOQ diharapkan dapat
menggurangi pembusukan bahan baku yang ada dalam gudang sehingga kerugian
yang sering dialami perusahaan dapat terminimalisir dan juga diharapkan mampu
menekan pembengkakan biaya pemesanan bahan baku akibat terlalu sering
melakukan pemesanan bahan baku.
2
2. Pengambilan data pada penelitian ini hanya terbatas pada data bahan baku
pada bulan Januari 2019.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
sering mengalami kelebihan ataupun kekurangan bahan baku, sehingga sering
terjadi pemborosan modal kerja atau penghambatan proses produksi.
2.2 Persediaan
Persediaan selalu ada pada semua perusahaan. Kedudukan persediaan
khususnya pada perusahaan manufaktur maupun industri sangatlah penting. Setiap
perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan produksi akan memerlukan
persediaan bahan baku. Dengan tersedianya persediaan bahan baku maka
diharapkan perusahaan industri dapat melakukan proses produksi sesuai
kebutuhan atau permintaan konsumen. Selain itu dengan adanaya persediaan
bahan baku yang cukup tersedia di gudang juga diharapkan dapat memperlancar
kegiatan produksi/pelayanan kepada konsumen perusahaan dapat menghindari
terjadinya kekurangan bahan baku.
Keterlambatan jadwal pemenuhan produk yang dipesan konsumen dapat
merugikan perusahaan dalam hal ini image yang kurang baik. Persediaan
merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan
dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan
manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah
terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi. Untuk memperoleh gambaran
yang jelas mengenai persediaan adalah seperti kutipan berikut :
Menurut Skousen, Stice, Stice (2004), “Persediaan ditujukan untuk
barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam
kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau
yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”.
Sedangkan dalam Ikatan Akuntansi Indonesia mengemukakan bahwa :
Persediaan adalah asset : Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
dalam proses produksi dan dalam perjalanan dalam bentuk bahan atau
perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian
jasa. Kieso, Weygandt, Warfield (2002) menyatakan bahwa persediaan
(inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk jual dalam kondisi bisnis
normal atau barang yang digunakan dalam produksi bisnis yang akan dijual.
5
Menurut Mulyadi (1998) pengertian persediaan sebagai berikut : Pada
perusahan dagang, persediaan hanya terdiri dari satu golongan saja yang
merupakan aktiva lancar atau persediaan barang dagang yang dibeli untuk
kemudian dijual dalam usaha normal.
Pada perusahaan manufaktur, persediaan meliputi bahan yang akan
dimasukkan dalam proses produksi baik yang telah selesai produk dan siap dijual
dalam rangka kegiatan usaha rutin perusahaan antara lain persediaan produk jadi,
persediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan
penolong, persediaan barang habis pakai pabrik, dan persediaan suku cadang.
Pada perusahaan jasa, persediaan meliputi bahan atau perlengkapan untuk
digunakan dalam proses pemberiaan jasa.
Manfaat diadakan persediaan bahan baku menurut Sofyan Assauri (1999)
adalah : Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang-barang yang
dibutuhkan perusahaan. Menghilangkan resiko dan material yang dipesan tidak
baik, sehingga harus dikembalikan. Mempertahankan stabilitas operasi
perusahaan dan menjamin kelancaran arus produksi. Memberikan pengadaan atau
produksi tidak tentu disesuaikan dengan penggunaan atau penjualan. Untuk
menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran. Mencapai penggunaan mesin
optimal. Memberikan layanan kepada langganan dengan sebaik-baiknya dimana
keinginan langganan pada suatu saat dapat dipenuhi atau diberikan jaminan tetap
tersedia barang jadi tersebut.
Menurut Donald Delmar (1985) dalam Haming dan Mahfud (2012:7),
dalam melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan terdapat beberapa
faktor, yaitu:
a. Inventory turnover merupakan frekuensi perputaran persediaan yang
telah digantikan selama periode waktu tertentu.
b. Lead time adalah interval waktu antara waktu pemesanan dan
diterimanya pesanan persediaan dari pemasok.
6
c. Costumer service level merupakan layanan yang diberikan kepada
pelanggan yang mengacu pada persentase dari pesanan berdasarkan
tanggal tertentu yang telah disetujui.
d. Stock outcost adalah biaya atas kekurangan persediaan yang terjadi
ketika permintaan melebihi tingkat persediaan yang dimiliki perusahaan.
e. Cost of inventory meliputi biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan
biaya pembayaran.
Biaya persediaan merupakan semua pengeluaran dan kerugian yang
harus dibayarkan akibat dari adanya inventori, yaitu termasuk harga pembelian,
ordering cost, biaya bongkar, biaya simpan, dan biaya kehabisan inventori
(Baroto, 2002). Menurut Syamsuddin, 2007, terdapat dua jenis biaya persediaan
yang diperhitungkan dalam penggunaan EOQ yaitu :
a) Biaya pemesanan adalah biaya–biaya yang berubah sesuai dengan frekuensi
pemesanan yaitu biaya-biaya administrasi, biaya pembongkaran dan
pemasukan barang ke dalam gudang, biaya pengiriman dan pembuatan cek
untuk pembayaran dan lain - lain. Biaya pemesanan ini akan semakin kecil
dengan semakin besarnya kuantitas barang yang di pesan dalam setiap kali
pemesanan karena hal ini berarti semakin sedikitnya frekuensi pemesanan.
b) Biaya pemeliharaan adalah biaya-biaya yang berubah sesuai dengan
perubahan nilai persediaan. Adapun biaya-biaya yang termasuk dalam
kategori biaya pemeliharaan adalah biaya penyimpanan atau sewa gudang,
biaya asuransi, cadangan (biaya yang disisihkan) untuk memungkinkan
rusaknya barang dalam persediaan, biaya obsilescene, dan biaya atas modal
yang terikat dalam persediaan.
c) Total biaya persediaan adalah jumlah dari biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan
7
dilakukan hendak menimbulkan biaya-biaya penyediaan seminimal mungkin.
Biaya persediaan bahan baku yang dimaksud adalah baiaya-biaya variable yang
berkaitan dengan perhitungan EOQ yaitu biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan. Yang dimaksud ekonomis adalah jumlah pembelian/pemesanan
yang disertain dengan jumlah biaya yang paling rendah. EOQ dapat dirumuskan
sebagai berikut:
𝟐𝒙𝑫𝒙𝑺 ...........................(2.1)
𝑬𝑶𝑸 = √
𝑯
Keterangan :
EOQ : Jumlah pemesanan yang optimal
D : Penggunaan atau permintaan yang di pergunakan per periode waktu
S : Biaya pemesanan
H : Biaya penyimpanan
Pada sistem persediaan harus dihitung frekuensi pemesanan dalam satu
periode dengan rumus sebagai berikut:
𝑫 .............................(2.2)
𝑭=
𝑸
Keterangan:
F : Frekuensi Pemesanan
D : Penggunaan atau permintaan yang di pergunakan per periode waktu
Q : Jumlah optimal barang per pesanan
Untuk menghitung besarnya biaya pesanan setiap kali pesan adalah
sebagai berikut :
𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐛𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐬𝐚𝐧 ........................(2.3)
𝐒=
𝐟𝐫𝐞𝐤𝐮𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐬𝐚𝐧𝐚𝐧
Keterangan:
S : Biaya Pemesanan Tiap kali pesan
8
Untuk menghitung biaya penyimpanan persatuan bahan baku adalah
sebagai berikut :
𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐛𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐬𝐢𝐦𝐩𝐚𝐧 ..............................(2.4)
𝐇=
𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐤𝐞𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐤𝐮
Keterangan :
H : Biaya penyimpanan persatuan bahan baku
Sedangkan untuk menghitung pembelian rata-rata bahan baku adalah
sebagai barikut :
Keterangan :
Q :Pemebelian rata-rata bahan baku
Dan untuk mengnitung total biaya dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut :
...............................(2.6)
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 = 𝐛𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐬𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐗 𝐛𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐢𝐦𝐩𝐚𝐧𝐚𝐧
= (D/Q X S) + (Q/2 X H)
Keterangan :
D : Penggunaan atau permintaan yang di pergunakan per periode waktu
S : Biaya pemesanan
H : Biaya penyimpanan
Q : Jumlah optimal barang per pesanan
9
memandang perlu adanya persediaan pengamanan. Perusahaan dalam
mengadakan persediaan pengamanan hendaknya mempertimbangkan suatu
tingkat persediaan pengaman yang optimum, maksudnya sejumlah persediaan
yang tidak terlalu besar ataupun juga tidak terlalu kecil.
Karena persediaan yang terlalu besar akan menimbulkan biaya yang besar
pula, begitu juga sebaliknya persediaan pengaman yang terlalu kecil di
khawatirkan tidak dapat memenuhi fungsinya sebagai cadangan persediaan guna
menunjang kelancaran proses produksi perusahaan. Besarnya tingkat persediaan
pengaman (Safety Stock) ini dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
SD : Standar Deviasi
Z : Sefety Factor (lihat tabel 2.1)
Tabel 2.1 Nilai Z Faktor Pengaman
Tingkat Pengaman Faktor Pengaman
90.00% 1.28
91.00% 1.34
92.00% 1.41
93.00% 1.48
94.00% 1.55
95.00% 1.64
96.00% 1.75
97.00% 1.88
98.00% 2.05
99.00% 2.33
(sumber: Forgarty, blackstone,hoffman)
10
Untuk mencari safety stock anda tinggal pilih dari tabel diatas berapa
service level yang diinginkan lalu berapa Z skornya (Safety Factor) lalu kalikan
dengan standar deviasi. Ada cara yang lebih mudah yaitu dengan aplikasi excel.
ROP = d x L + SS
...................................(2.8)
Keterangan :
ROP : Titik pemesanan ulang
SS : Sefety stock
L : Lead Time
d : Tingkat kebutuhan per unit waktu
11
BAB III
METODE PENELITIAN
12
datanya secara langsung dengan cara wawancara secaralangsung kepada
pemilik usaha mupun karyawan.
2. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengepul data primer atau pihak lain. Data
sekunder yang dikumpulkan antara lain profil UKM Kopi Bubuk Azza,
studi dan catatan-catatan atau dokumentasi UKM.
13
3.4 Metode Penggolahan Data
Adapun metode penggolahan data dalam laporan ini adalah menentukan
data-data sebagai berikut:
1. Biaya pemesanan
Biaya pemesanan adalah biaya–biaya yang berubah sesuai dengan
frekuensi pemesanan yaitu biaya-biaya administrasi, biaya pembongkaran dan
pemasukan barang ke dalam gudang, biaya pengiriman dan pembuatan cek
untuk pembayaran dll. Biaya pemesanan ini akan semakin kecil dengan
semakin besarnya kuantitas barang yang dipesan dalam setiap kali pemesanan
karena hal ini berarti semakin sedikitnya frekuensi pemesanan.
2. Biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharan adalah biaya-biaya yang berubah sesuai dengan
perubahan nilai persediaan. Adapun biaya-biaya yang termasuk dalam
kategori biaya pemeliharaan adalah biaya penyimpanan atau sewa gudang,
biaya asuransi, cadangan (biaya yang disisihkan) untuk memungkinkan
rusaknya barang dalam persediaan, biaya obsilescene, dan biaya atas modal
yang terikat dalam persediaan.
3. Total biaya persediaan
Total biaya persediaan adalah jumlah dari biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan.
4. Frekuensi Pembelian Bahan Baku
Frekuensi pembelian bahan baku adalah jumlah bahan baku yang di beli
berdasarkan jangka waktu yang ditentukan baik itu satu minggu, satu bulan,
maupun satu tahun.
5. Economic Order Quantity (EOQ)
EOQ adalah kuantitas pemesanan yang dapat meminimalkan biaya total
pemesanan dan biaya penyimpanan. maksud dari pemesanan yang ekonomis
yaitu bahwa jumlah atau besarnya pesanan yang dilakukan hendak
menimbulkan biaya-biaya penyediaan seminimal mungkin. Biaya persediaan
bahan baku yang dimaksud adalah baiaya-biaya variable yang berkaitan
dengan perhitungan EOQ yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
14
Yang dimaksud ekonomis adalah jumlah pembelian / pemesanan yang
disertakan dengan jumlah biaya yang paling rendah.
6. Sefety Stock
Merupakan persediaan ekstra yang disimpan untuk menjaga jika terjadi
influktasi permintaan.
7. Re Order Point (ROP)
Re Order Point adalah “saat titik dimana harus diadakan pemesanan lagi
sedemikian rupa sehingga kedatangannya atau penerimaan material yang
dipesan itu adalah tempat waktu
15
3.5 Diagram Alur
Mulai
Merumuskan Masalah
Mengumpulkan Data
Tidak
Data Valid
Ya
Kesimpulan
Selesai
16
3.6 Rencana Kegiatan KP
17
BAB IV
Biaya ini timbul karena bahan baku di ambil secara langsung oleh pemilik
UKM Kopi bubuk Azza ke supplier menggunakan taransportasi milik UKM.
Berikut data biaya transport yang dikeluarkan dari bulan Januari – Febuari 2019.
Tabel 4.2 Data Biaya Transport Pada Bulan Januari – Febuari 2019.
1 Januari Rp 160.000,-
2 Februari Rp 160.000,-
Jumlah Rp 320.000,-
18
4.2.1 Biaya Listrik
Biaya ini timbul karena pemakaian listrik selama bahan baku disimpan di
gudang sebelum bahan baku tersebut diproses. Data biaya listrik yang dikeluarkan
oleh UKM Kopi Bubuk Azza dari bulan Januari – Febuari 2019 adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.3 Data Biaya listrik Pada Bulan Januari – Febuari 2019.
Januari Rp 200.000,-
Februari Rp 200.000,-
Jumlah Rp 400.000,-
Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada dua orang karyawan yang
bertugas untuk menjaga dan mengatur kebersihan gudang agar bahan baku tidak
mengalami kerusakan. Data biaya tenaga kerja UKM Kopi Bubuk Azza dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4 Data Biaya Tenaga Kerja Pada Bulan Januari – Febuari 2019.
Januari Rp 800.000,-
Februari Rp 800.000,-
Jumlah Rp 1.600.000,-
19
4.2.3 Biaya Pemeliharaan Gudang
Tabel 4.5 Data Biaya Pemeliharaan Gudang Pada Bulan Januari – Febuari 2019.
Februari Rp 50.000,-
Jumlah Rp 100.000,-
Tabel 4.6 Data Kebutuhan Bahan Baku Pada Bulan Januari – Febuari 2019.
Januari 0,56
Februari 0,56
20
4.4 Perhitungan Biaya Pesan Dan Biaya Simpan
S = 20.000
H = 1.875.000
Q = 0.07
21
6. Total biaya persediaan
Untuk menghitung Total Biaya Persediaan , sebelumnya telah
diketahui :
Total Kebutuhan Bahan Baku (D) 1,12
Pembelian rata-rata bahan baku (Q) 0,07
Biaya pesan tiap kali pesan (S) 20.000
Biaya penyimpanan persatu ton bahan baku (H) 1.875.000
Maka besarnya pembelian bahan baku biji kopi yang ekonomis dapat
diperhitungkan dengan metode EOQ sebagai berikut :
√2.𝐷.𝑆
Q* = H
√2(1,12)(20.00))
Q* = 1.875.000
Q* = √0.02390
Q* = 0,15 ton
Jadi jumlah pembelian bahan baku biji kopi yang ekonomis adalah
sebesar 0.15 ton
22
2. Frekuensi Pembelian Bahan Baku
𝐷
F = Q∗
1,12
F = 0,15
F = 7,46 = 7
Tabel 4.7 Selisih Total Biaya Biaya Persediaan Bahan Baku Biji Kopi Sebelum Dan
Sestelah Penerapan Metode EOQ Dalam Pembelian Bahan Baku
23
4.6 Penentuan Persediaan Pengaman
𝑫 (x - x)
x =𝒏 SD = 𝑛−1
𝟏,𝟏𝟐 √0.64
x = 𝟐
= 2−1
x = 0,56 = √0.64
= 0.8
24
Tabel 4.9 Nilai Faktor Pengaman (Safety Factor)
\Safety Stock = SD x Z
= 0.8 x 1.64
= 1.3 ton
25
4.7 Titik pemesanan kembali (Reorder Point)
𝐷
d= 𝑡
1.12
d= 16
d = 0,07
ROP = d x L x SS
= 0,07 x 1 x 1,3
= 0,09 ton
Jadi UKM harus melakukan pemesanan kembali pada saat jumlah bahan
baku biji kopi tersisa sebanyak 0,09 ton
Tingkat Persediaan
Q Max
Q 0,15 ton
S 1.3 Ton
L=1 Waktu
26
Dengan hasil perhitungan dapat ditarik kesimpulan dari grafik reorder
point dimana pembelian bahan baku maksimal 0,15 ton dengan frekuensi 16 kali
pemesanan dalam 2 bulan dari bulan Januari – Februari 2019. Sedangkan untuk
lead time adalah 1 hari, karena perusahaan harus menunggu pengemasan biji kopi
dari supplier terlebih dahulu, jadi ketika perusahaan datang ke supplier maka
bahan baku biji kopi sudah bisa langsung di bawa ke perusahaan. Untuk Reorder
point 0.09 ton sedangkan safety stock 1,3 ton. Reorder point jumlahnya harus
diatas Safety stock karena untuk penggunaan Safety stock terjadi ketika bahan
baku sudah habis diakibatkan permintaan yang meningkat. Reorder point
dilakukan pada saat bahan baku hampir mendekati Safety Stock, jika bahan baku
sudah mendekati persediaan pengaman harus melakukan pembelian kembali,
supaya safety stock ini tetap ada dan digunakan pada saat keadaan penting.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis yang didapat dari bab sebelumnya maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan dan saran diharapkan dapat berguna bagi UKM Kopi Bubuk
Azza dimasa yang akan mendatang.
5.1 Kesimpulan
28
5.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Donald E. Keiso, dkk. 2008. Akuntansi Intermediate Edisi 12. Jakarta: Erlangga.
Forgaty, dkk. 1991. Production and Inventory Managemen. New York: South
Western Publishing.
30
31