Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BBLR (BERAT BAYI LAHIR RENDAH)

KELOMPOK I :
1. YUSRIL ZAINUDDIN
2. ARFINISIUS ANA RATO
3. NURMAWADDAH NAU
4. SARNIATI LOLO MILA
5. MOH. TAUFIK DAMA
6. SINTIA DAMA
7. MAXIMILIANUS UMBU PATI
8. DESRIANA BILI
9. SITI NURLAILAH

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

19
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala,


karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul BBLR (BERAT BAYI LAHIR RENDAH). Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan


bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ----------------------------------------------
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------

BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------


A. Latar Belakang ---------------------------------------------------------
B. Rumusan Masalah ------------------------------------------------------
C. Tujuan -------------------------------------------------------------------

BAB II PEMBAHASAN-------------------------------------------
A. Apa yang dimaksud dengan BBLR ---------------------------------
B. Apa etiologi BBLR -----------------------------------------------------
C. Bagaimana tanda – tanda klinis BBLR------------------------------
D. Apa saja komplikasi pada BBLR ------------------------------------
E. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR --------------------------
F. Bagaimana pencegahan pada BBLR -----------------------------------
BAB III PENUTUP -----------------------------------------------
A. Kesimpulan--------------------------------------------------------------
B. Saran --------------------------------------------------------------------

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya
perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada
kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah
angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih
tergolong tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih
tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab
kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara
itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000
bayi (Depkes RI 2005)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta
kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3
kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara global
diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah
BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang
B.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?
2. Apa etiologi BBLR ?
3. Bagaimana tanda – tanda klinis BBLR ?
4. Apa saja komplikasi pada BBLR ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR ?
6. Bagaimana pencegahan pada BBLR?
C. Tujuan
1. untuk mengetahui apa yag dimaskud dengan BBLR
2. untuk mengetahui etiologi BBLR
3. untuk mengetahui tanda – tanda klinis BBLR
4. untuk menegtahui komplikasi pada BBLR
5. untuk menegetahui penatalaksanaan pada BBLR
6. untuk mengetahui pencegahan pada BBLR
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau
sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada
kongres European Perinatal Medicine II di London (1970), telah disusun definisi
sebagai berikut:
1. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37
minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
3. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu
atau lebih (294 hari atau lebih)
World Health Organization(WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua
bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut
low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah/BBLR), karena morbiditas dan
mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada
tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO tersebut dapat
disimpulkan secara ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang
lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram. Klasifikasi BBLR :
a.Berdasarkan BB lahir
1.BBLR : BB < 2500gr
2.BBLSR : BB 1000-1500gr
3.BBLASR : BB <1000 gr
b. Berdasarkan umur kehamilan
1. Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau
disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK).
2. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term.
Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-
KMK), Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih
Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NLB- KMK ).
B. ETIOLOGI
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor ibu
yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya
BBLR.
BBLR dapat disebabkan oleh beberpa faktor yaitu :
1. Faktor ibu
a. Penyakit :
 Toksemia gravidarum
 Perdarahan anteparum
 Truma fisik psikologis
 Nefritis akut
 Diabetes miletus
b. Usia ibu
 Usia <16 tahun
 Usia <15 tahun
 Multigravida yang jarak lahirnya terlalu dekat
c. Keadaan social
 Golongan social ekonomi rendah
 Perkawinan yang tidak sah
d. Sebab lain
 Ibu yang perokok
 Ibu peminum alkohol
 Ibu pecandu narkotik
2. Faktor janin
a. Hidramonim
b. kehamilan ganda
c. kelainan kromosom
3. Faktor lingkungan
a. tempat tinggal dataran tinggi
b. radiasi
c. zat-zat racun
C. Tanda-tanda klinis
 Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
 Berat kurang dari 2500 gram
 Panjang kurang dari 45 cm
 Lingkar dada kurang dari 30 cm
 Lingkar kepala kurang dari 33 cm
 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
 Kepala lebih besar
 Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
 Otot hipotonik lemah
 Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
 Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
 Kepala tidak mampu tegak
 Pernapasan 40 – 50 kali / menit
 Nadi 100 – 140 kali / menit
 Gambaran klinis BBLR secara khusus adalah :
A. Tanda-tanda Bayi Prematur
1. BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm
2. Umur kehamilan kurang dari 37 mg.
3. Kepala relatif lebih besar dari pada badannya
4. Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar
5. Kepala mengarah ke atu sisi
6. Kulit tipi dan transparan, lanugo banyak, lemaksubkutan kurang, sering tampak
peristaltik usus
7. tulang rawan dan daun telinga imatur
8. puting susu belum terbentuk dengan baik
9. pergerakan kurang dan lemak
10. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna
11. Tangsinya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur
12. Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha
abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.
13. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh lebia (pada wanita),
dan testis belum turun (pada Laki-laki).
B. Tanda-tanda pada bayi Dismatur
1. Preterm sama dengan bayi premature
2. Term dan Post term :
 Kulit puat atau bernoda, keriput tipis
 Vernik casecosa sedikit/kurang atau tidak ada
 Jaringan lemak dibawah kulit sedikit
 Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
 Tali pusar kuning kehijauan
 Mekonium kering
 Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB
D. Komplikasi pada BBLR
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah,
terutama berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir diantaranya:
 Sistem Pernafasan:Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom
distres respirasi, penyakit membran hialin
 Sistem Kardiovaskuler: patent ductus arteriosus
 Termoregulasi:: Hipotermia
 Hipoglikemia simtomatik
1. pada prematur yaitu :
a. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit membran
hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang
melapisi alveoulus paru.
b. Pneumonia Aspirasi Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum
sempurna, sering ditemukan pada bayi prematur.
c. Perdarahan intra ventikuler Perdarahan spontan diventikel otot lateral
biasanya disebabkan oleh karena anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan
dengan pembentukan membran hialin pada paru. Kelainan ini biasanya
ditemukan pada atopsi.
d. Hyperbilirubinemia Bayi prematur lebih sering mengalami
hyperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini
disebabkan faktor kematangan hepar sehingga konjungtiva bilirubium
indirek menjadi bilirubium direk belum sempurna.
e. Masalah suhu tubuh Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan
masih belum sempurna. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan
bertambah. Otot bayi masih lemah, lemak kulit kurang, sehingga cepat
kehilangan panas badan. Kemampuan metabolisme panas rendah,
sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak
kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5 – 37,50C).
2. pada bayi dismatur
Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa gestasinya
dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan-gangguan pertumbuhan di dalam uterus.
Dengan kata lain, alat-alat dalam tubuhnya sudah berkembang lebih baik bila dibandingkan
dengan bayi dismatur dengan berat yang sama. Dengan demikian bayi yang tidak dismatur lebih
mudah hidup di luar kandungan. Walaupun demikian harus waspada akan terjadinya beberapa
komplikasi yang harus ditangani dengan baik.
a. Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotaritas Ini disebabkan stress
yang sering dialami bayi pada persalinan.
b. Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai hemoglobin yang tinggi yang
mungkin disebabkan oleh hipoksia kronik di dalam uterus.
c. Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat agaknya hipoglikemia
ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningginya
metabolisme bayi.
d. Keadaan lain yang mungkin terjadi ; asfiksia, perdarahan paru yang pasif,
hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom down's, turner
dan lain-lain) cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterine dan sebagainya.
Adapun komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah, sebagai
berikut :
1. Suhu tubuh yang tidak stabil.
2. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR.
3. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.
4. Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.
5. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
6. Gangguan immunologic.
E. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur
3-10 hari, dan umur 406 minggu)
2. Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi
sedikit.
b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui
sendok atau pipet.
c. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang
siang penduga/ sonde fooding.
Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil
yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada putting. ASI
merupakan pilihan utama:
a. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut
a. Berat lahir 1750-2500 gram
1. Bayi sehat
 Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih
sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu
 Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai
efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap tambahkan
ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian
minum.
2. Bayi sakit
 Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV,
berikan minum seperti pada bayi sehat.
 Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
a. Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b. Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera setelah bayi
stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan
tanda-tanda siap untuk menyusu
 Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
a. Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
b. erikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila
bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan
bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi
menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa
terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
1. bayi sehat
 Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan
tidak dapat diberikan menggunakancangkir/sendok atau ada resiko
terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum
dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan
cangkir/sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
(ini dapat berlangsung setelah 1-2 hari namun ada kalanya memakan
waktu lebih dari 1 minggu)
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (missal setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
sendok/cangkir, coba untuk menyusui langsung.
2. bayi sakit
 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
 Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan IV secara perlahan.
 erikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila
kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau
tersedak
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
c. Berat lahir 1250-1499 gram
1. Bayi sehat
 Beri ASI peras melalui pipa lambung
 Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum
 Lanjutkan pemberian minum mengguanakan cangkir/sendok
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
2. Bayi sakit
 Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
 Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan intravena secara perlahan
 Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
 Berat lahir (tidak tergantung kondisi).
3. suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
a) Membersihkan jalan napas
b) Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
c) Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak
d) Memberikan obat mata
e) Membungkus bayi dengan kain hangat
f) Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
g) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
h) Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan
terlebih dahulu
i) Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari
keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau
botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini disimpan
dalam keadaan berdiri tutupnya ada disebelah atas agar tidak tumpah dan
tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli panas atau botol inipun
harus dalam keadaan terbungkus, dapat menggunakan handuk atau kain
yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin ganti airnya dengan air panas
kembali
j) Suhu lingkungan bayi harus dijaga.
k) Badan bayi harus dalam keadaan kering
l) Gunakan salah satu cara menghangatkandan mempertahankan suhu
tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar
panas, incubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas
kesehatan setempat sesuai petunjuk
m) Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
n) Ukur suhu tubuh dengan berkala
F. PENCEGAHAN
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang
diduga berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah melahirkan bayi
BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang dikandung
dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat
meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status
gizi ibu selama hamil.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan
masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala
penyakit spesifik. Pada periode- periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit
dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-
minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa
kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya
pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga
membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
B. Saran
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Pantiawati, ika,S.sit.2010.Bayi dengan BBLR.yogyakarta:nuha medika.
Proverati atikah,SKM, MPH dan cahyo ismawati sulistyorini,S.Kep.,Ns.2010.BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah).yogyakarta:nuha medika.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti,am.keb.MKM.2010.asuhan neonates,bayi dan
anak balita.jakarta:trans info media.

Anda mungkin juga menyukai