Makalah ini Disusun Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak dan Tasawuf
Dosen Pengampu : H. Farkhan, M.Ag.
DISUSUN OLEH :
1. Girinata Drawardana (182121)
2. Edo Wantiana ( 182121)
3. Nurul Laela (182121113)
A. LATAR BELAKANG
Sebagai disiplin ilmu, sebagaimana telah dipaparkan para ilmuan, tasawuf
merupakan sebuah disiplin agam yang baru, seperti halnya ilmu ushul fiqh,
musthakah ai hadist dan sebagainaya. Karena eksistensunya sebagai salah satu
metode peebaikan akhlak yang ajaranya mempunayai landasan yang kuat dalam
al-quran dan sunnah rasul saw, dan cara mendekatkan diri kepada allah.
Sebagai unit dari ilmu tasawuf sendiri yaitu tawakal dan sabar, yang mana
kedua hal tersebut mempunyai perang yang sangat domonan dalam merealisasikan
urgensi atau pendekatan kepada Allah. Sehingga hal tersebut tidak pernag terlepas
dari kehidupan keseharian manusia yang senantisas mengabdikan dirinay kepada
allah. Meskopun demikian keduanya itu dalam tatrqan kehidupan itu sama tetapi
diantaranay ada hak yang membedakan, secara jelas perbadaan tersebut tidak
dapat ataupun sulit untuk dicermati , kecuali bilaman dalam mengetahuinya
menggunakan hati nurani yang bersih.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah konsep sabar menurut ilmu tasawuf ?
2. Bagaimankah sebuah konsep tawakal dalam taswuf ?
3. Dimana letak perbedaan antara sabar dan tawakal ?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Amru Muhammad Kholid, Sabar Dan Santun, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar) hlm. 6.
2
Supiiana dan Karman, Materi Pendidikan Islam, (Bandung : Rosda 2003) hlm. 228.
3
Thiyib Sah Saputra dan Wahyudin, Aqidah Akhlak, (Semarang: Toha Putra, 2004)
hlm.175-176.
bagian. Setengahnya adalah sabar dan setengahnya lagi syukur baik itu ketika
bahagia maupun dalam keadaan susah.
Makna sabar menurut ahli sufi pada dasarnya sama yaitu sikap menahan diri
terhadap apa yang menimpanya. Menurut al-Sarraj sabar terbagi atas tiga
macam yaitu:
1. Orang yang berjuang untuk sabar
2. Orang yang sabar
3. Orang yang sangat sabar.
Jadi dengan maqam sabar para sufi memang telah menyengaja dan menyiapkan
diri bergelimang dengan seribu satu kesulitan dan derita dalam hidupnya dengan
sikap sabar, tanpa ada keluhan sedikit pun .itulah laku maqam sabar dalam
tassawuf.4
Dari sekian banyak definisi sabar dapat disimpulkan, yang dimaksud sabar
ialah: Tahan terhadap penderitaan atau sesuatu yang disenagi dengan ikhlas dan
ridho serta menyerahkan kepada Allah SWT dan tidaklah dinamakn sabar orang
yang menahan diri secara paksa, tetapi sabar yang sebenarnaya ialah sabar dalam
arti menyerah kepada allah dengan lapang dada.
2. Pembagian Sabar
Sabar dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Sabar terhadap maksiat
Yaitu menahan diri untuk menghindari perbuatan jahat, dan dari perbuatan
hawa nafsu, dan menghindarkan diri dari, semua pebuatan yang mempunyai
kemungkinan untuk terjerumus kedalam jurang kehinaan.
b. Sabar dalam menghadapi ibadah
Sabar dalam menghadapi ibadah, dasarnya ialah prinsip-prinsip islam yang
sudah lazim, pelaksanaanya perlu latihan yang tekun dan terus menerus, seperti
latihan shalat, ini merupakan kewajiban yang memerlukan kesabaran.
c. Sabar dalam menahan diri dari kemunduran
Yaitu menhan diri dari surut kebelakang dan tetap berusaha untuk
mempertahankan sesuatu yang telah di yakininya, misalnya pada saat membela
4
Imuh,Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, (Raja Grafindo Persada: Jakarta,
1997).
kebenaran, melindungi kemaslahatan, mempertahankan harta dari perampok,
menjaga nama baik
3. Tingkatan Sabar
Al-Ghazali membagi sabar berdasarkan tingkat pengendalian nafsu dalam
diri manusia, yaitu terbagi menjadi tiga tingkatan:
a. Orang yang sanggup mengalahkan hawa nafsunya karena ia
mempunyai daya juang yang tinggi.
b. Orang yang kalah oleh hawa nafsunya, ia telah mencoba bertahan atas
dorongan hawa nafsunya, tetapi karenya kesabaranya lemah maka ia
kalah.
c. Orang yang mempunyai daya tahan terhadap dorongan nafsu tapi suatu
ketika ia kalah karena besarnya dorongan nasu. Meskipun demikian, ia
bangun lagi dan terus bertahan dengan sabar atas dorongan nafsu
tersebut.
ه
ن
حوُ ه
فل ذ ن ه ل هعهل لك ن ص
م تن ص قوُا الل ل ه صاَب ذنروُا وُههراب ذ ن
طوُا هوُات ل ن صب ذنروُا وُه ه
مننوُا ا ص
ن هءا ه هياَأي يههاَ ال ل ذ
ذي ه
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:155)
Dari Abu Malik Al Haris bin ‘Ashim Al Asy’ari ra berkata, Rasulullah saw
bersabda: “Suci adalah sebagian dari iman, Alhamdulillah itu dapat memenuhi
timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi apa yang ada di
antara langit dan bumi, Shalat itu adalah cahaya, Shadaqah itu adalah bukti iman,
sabar itu adalah pelita, dan Al Quran itu adalah hujjah (argumentasi) terhadap apa
yang kamu sukai ataupun terhadap apa yang kamu tidak sukai. Semua orang pada
waktu pagi menjual dirinya, ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang
membinasakan dirinya.” (HR. Muslim).
Dari Abu Sa’id Sa’d bin Malik bin Sinan Al Khudry ra bahwasannya ada
beberapa orang sahabat Anshar meminta kepada Nabi Muhammad saw maka
beliau memberinya, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya
sehingga habislah apa yang ada pada beliau. Ketika beliau memberikan semua apa
yang ada di tangannya, beliau bersabda kepada mereka: “Apapun kebaikan yang
ada padaku tidak akan aku sembunyikan pada kamu sekalian. Barangsiapa yang
menjaga kehormatan dirinya maka Allah pun akan menjaganya. Barangsiapa yang
menyabarkan dirinya maka Allah pun akan memberikan kesabaran padanya. Dan
seseorang itu tidak akan mendapatkan anugerah yang lebih baik atau lebih lapang
melebihi kesabaran.” (HR. Bukhari Muslim).
Nabi Muhammad saw bersabda, “Memang sangat menakjubkan keadaan
orang mukmin itu; karena segala urusannya sangat baik baginya dan ini tidak akan
terjadi kecuali bagi seseorang yang beriman dimana bila mendapatkan kesenangan
ia bersyukur maka yang demikian itu sangat baik baginya, dan bila ia tertimpa
kesusahan ia sabar maka yang semikian itu sangat baik baginya.” (HR. Muslim).
Dari Anas ra berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah swt berfirman: “Apabila Aku menguji salah seorang
hambaKu dengan buta kedua matanya kemudian ia sabar maka Aku akan
menggantikannya dengan sorga.” (HR. Bukhari).
5
Amru muhammad kholid, Sabar Dan Santun, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar). hlm. 6.
6
Supiiana dan karman, Materi Pendidikan Islam, (Bandung : Rosda 2003). hlm. 228.
7
Thiyib Sah Saputra dan Wahyudin, Aqidah Akhlak, (Semarang: Toha Putra, 2004). hlm.
175-176.
Dari sekian banyak definisi sabar dapat disimpulkan, yang dimaksud sabar
ialah: Tahan terhadap penderitaan atau sesuatu yang disenagi dengan ikhlas
danridho serta menyerahkan kepada Allah SWT dan tidaklah dinamakn sabar
orangyang menahan diri secara paksa, tetapi sabar yang sebenarnaya ialah sabar
dalamarti menyerah kepada allah dengan lapang dada.
Pembagian Sabar
Sabar dapat dibagi menjadi 3, yaitu:1. Sabar terhadap maksiatYaitu
menhan diri untuk menghindari perbuatan jahat, dan dari perbuatanhawa nasu,
dan menghindarkan diri dari, semua pebuatan yang mempunyaikemungkinan
untuk terjerumus kedalam jurang kehinaan.2. Sabar dalam menghadapi
ibadahSabar dalam menghadapi ibadah, dasarnya ialah prinsip-prinsip islam
yangsudah lazim, pelaksanaanya perlu latihan yang tekun dan terus menerus,
sepertilatihan shalat, ini merupakan kewajiban yang memerlukan kesabaran.3.
Sabar dalam menahan diri dari kemunduranYaitu menhan diri dari surut
kebelakang dan tetap berusaha untuk mempertahankan sesuatu yang telah di
yakininya, misalnya pada saat membelakebenaran, melindungi kemaslahatan,
mempertahankan harta dari perampok,menjaga nama baik .
Tingkatan Sabar
Al-Ghazali membagi sabar berdasarkan tingkat pengendalian nafsu dalam
diri manusia, yaitu terbagi menjadi tiga tingkatan:1.Orang yang sanggup
mengalahkan hawa nafsunya karena ia mempunyai daya juang yang
tinggi.2.Orang yang kalah oleh hawa nafsunya, ia telah mencoba bertahan
atasdorongan hawa nafsunya, tetapi karenya kesabaranya lemah maka ia
kalah.3.Orang yang mempunyai daya tahan terhadap dorongan nafsu tapi suatu
ketika ia kalah karena besarnya dorongan nasu. Meskipun demikian, ia bangun
lagidan terus bertahan dengan sabar atas dorongan nafsu tersebut.
Kesabaran kedua adalah kesabaran hanya untuk Allah SWT, yakni kesabaran yang
hanya mencari kesenangan dan keindahan dengan mendekatkan diri kepada Allah
dan bukan untuk kesenangan yang lahir dari pujian atau penghargaan yang
diberikan orang lain. Kesabaran yang terakhir adalah kesabaran yang terdiri dari
usaha seorang hamba untuk benar-benar menjaga agama Allah dan kewajiban-
kewajibannya, tekun di dalamnya, dapat menghidupkan agama Allah SWT.
Seseorang dalam hal ini adalah benar harus mampu melawan hawa nafsu, dalam
hal ini melepaskan segala sesuatu yang dicintainya semata-mata karena Allah
SWT. Hal ini biasanya hanya mampu dikerjakan oleh orang-orang siddiqoon
(orang-orang dari tingkat tertinggi dalam memcapai kebenaran dan kesetiaan
kepada Allah SWT). Dalam kesabaran yang paling tinggi ini imam Al-Junaydi
Rahimahullah berkata "kesabaran seperti ini adalah umpama manelan kepahitan
tanpa mengerutkan kening." Dan dia (Al-Junaydi Rahimahullah) menambahkan,
kesabaran seperti ini adalah ketahanan menahan bencana dengan sikap yang baik
dan menikmatinya dengan kedamaian dan kebahagiaan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sabar dalam pandangan para sufi diantaranya berati tabah di dalam
mneghadapi segala kesulitan tanpa ada rasa keasal dalam diri. Sabar juga berarti
tetap merasa cukup meskipun relitasnya tidak memiliki apa-apa. Tawakal dalam
pandangan para sufi diantarnya berarti mnyerahkan diri hanya kepada ketentuan
Allah. Jika mendapat sesuatu yang baik berterima kasih atau syukur, jika tidak,
bersabar dan berserah diri kepada ketentuanya.
DAFTAR PUSTAKA