Anda di halaman 1dari 16

SABAR

Makalah ini Disusun Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak dan Tasawuf
Dosen Pengampu : H. Farkhan, M.Ag.

DISUSUN OLEH :
1. Girinata Drawardana (182121)
2. Edo Wantiana ( 182121)
3. Nurul Laela (182121113)

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai disiplin ilmu, sebagaimana telah dipaparkan para ilmuan, tasawuf
merupakan sebuah disiplin agam yang baru, seperti halnya ilmu ushul fiqh,
musthakah ai hadist dan sebagainaya. Karena eksistensunya sebagai salah satu
metode peebaikan akhlak yang ajaranya mempunayai landasan yang kuat dalam
al-quran dan sunnah rasul saw, dan cara mendekatkan diri kepada allah.
Sebagai unit dari ilmu tasawuf sendiri yaitu tawakal dan sabar, yang mana
kedua hal tersebut mempunyai perang yang sangat domonan dalam merealisasikan
urgensi atau pendekatan kepada Allah. Sehingga hal tersebut tidak pernag terlepas
dari kehidupan keseharian manusia yang senantisas mengabdikan dirinay kepada
allah. Meskopun demikian keduanya itu dalam tatrqan kehidupan itu sama tetapi
diantaranay ada hak yang membedakan, secara jelas perbadaan tersebut tidak
dapat ataupun sulit untuk dicermati , kecuali bilaman dalam mengetahuinya
menggunakan hati nurani yang bersih.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah konsep sabar menurut ilmu tasawuf ?
2. Bagaimankah sebuah konsep tawakal dalam taswuf ?
3. Dimana letak perbedaan antara sabar dan tawakal ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Sabar Dalam Ilmu Tasawuf


1. Pengertian Sabar
Kata As-Shobru dalam bahasa Arab berarti: Al-Habsu (belenggu) atau Al-
Man’u (larangan) jika ada yang mengatakan “ana as-shabil” (saya seorang
prnyabar) artinaya: saya membelenggu nafsuku, atau saya melarang nafsuku.1
Sabar secara istilah, terdapat beberapa pengertian yabg diantaranya adalah:
Abu Zakaria Al-Anshori memgemukakan bahwa sabar merupakan kemampuan
seseorang mengendalikan diri terhadap sesuatu yang terjadi, baik yang di senangi
maupun yang di benci. Menurut Qosim Junaidi sabar adalah mengalihkan
perhatian dari urusan dunia kepada urusan akhirat.2
Toyib sah dalam bukunya Aqidah Akhlak berpendapat bahwa sabar
mempunyai dua macam pengertian yairu:
a. Sabar yang berarti lapang dada dan tabah dalam menghadapi segala kasus,
problematika, musibah dan ujian yang menimpa diri sendiri.
b. Mushabroh yang berarti tabah dan teguh menghadapi persaingan, teguh
mempertahankan prinsip, lebih tabah dan teguh dalam menjalani atau
tidak.3
Sabar secara etimologi berarti tabah hati.Dalam Mu’jam Maqayis al-Lughah
disebutkan bahwa katasabar memiliki tiga arti yaitu menahan, sesuatu yang paling
tinggi dan jenis bebatuan.
Sabar menurut terminologi adalah menahan jiwa dari segala apa tidak disukai baik
itu berupa kesenangan dan larangan untuk mendapatkan ridha Allah.
Dalam perspektif tasawuf sabar berarti menjaga menjaga adab pada musibah yang
menimpanya, selalu tabah dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya serta tabah menghadapi segala peristiwa.Sabar merupakan kunci
sukses orang beriman.Sabar itu separoh dari iman karena iman terdiri dari dua

1
Amru Muhammad Kholid, Sabar Dan Santun, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar) hlm. 6.
2
Supiiana dan Karman, Materi Pendidikan Islam, (Bandung : Rosda 2003) hlm. 228.
3
Thiyib Sah Saputra dan Wahyudin, Aqidah Akhlak, (Semarang: Toha Putra, 2004)
hlm.175-176.
bagian. Setengahnya adalah sabar dan setengahnya lagi syukur baik itu ketika
bahagia maupun dalam keadaan susah.
Makna sabar menurut ahli sufi pada dasarnya sama yaitu sikap menahan diri
terhadap apa yang menimpanya. Menurut al-Sarraj sabar terbagi atas tiga
macam yaitu:
1. Orang yang berjuang untuk sabar
2. Orang yang sabar
3. Orang yang sangat sabar.
Jadi dengan maqam sabar para sufi memang telah menyengaja dan menyiapkan
diri bergelimang dengan seribu satu kesulitan dan derita dalam hidupnya dengan
sikap sabar, tanpa ada keluhan sedikit pun .itulah laku maqam sabar dalam
tassawuf.4

Dari sekian banyak definisi sabar dapat disimpulkan, yang dimaksud sabar
ialah: Tahan terhadap penderitaan atau sesuatu yang disenagi dengan ikhlas dan
ridho serta menyerahkan kepada Allah SWT dan tidaklah dinamakn sabar orang
yang menahan diri secara paksa, tetapi sabar yang sebenarnaya ialah sabar dalam
arti menyerah kepada allah dengan lapang dada.

2. Pembagian Sabar
Sabar dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Sabar terhadap maksiat
Yaitu menahan diri untuk menghindari perbuatan jahat, dan dari perbuatan
hawa nafsu, dan menghindarkan diri dari, semua pebuatan yang mempunyai
kemungkinan untuk terjerumus kedalam jurang kehinaan.
b. Sabar dalam menghadapi ibadah
Sabar dalam menghadapi ibadah, dasarnya ialah prinsip-prinsip islam yang
sudah lazim, pelaksanaanya perlu latihan yang tekun dan terus menerus, seperti
latihan shalat, ini merupakan kewajiban yang memerlukan kesabaran.
c. Sabar dalam menahan diri dari kemunduran
Yaitu menhan diri dari surut kebelakang dan tetap berusaha untuk
mempertahankan sesuatu yang telah di yakininya, misalnya pada saat membela
4
Imuh,Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, (Raja Grafindo Persada: Jakarta,
1997).
kebenaran, melindungi kemaslahatan, mempertahankan harta dari perampok,
menjaga nama baik

3. Tingkatan Sabar
Al-Ghazali membagi sabar berdasarkan tingkat pengendalian nafsu dalam
diri manusia, yaitu terbagi menjadi tiga tingkatan:
a. Orang yang sanggup mengalahkan hawa nafsunya karena ia
mempunyai daya juang yang tinggi.
b. Orang yang kalah oleh hawa nafsunya, ia telah mencoba bertahan atas
dorongan hawa nafsunya, tetapi karenya kesabaranya lemah maka ia
kalah.
c. Orang yang mempunyai daya tahan terhadap dorongan nafsu tapi suatu
ketika ia kalah karena besarnya dorongan nasu. Meskipun demikian, ia
bangun lagi dan terus bertahan dengan sabar atas dorongan nafsu
tersebut.

B. Makna Konsep Sabar Sebagai Tahapan Maqam Dalam Ilmu Tasawuf


Dalam tasawuf sabar dijadikan satu maqam sesudah maqam fakir. Karena
persyaratan untuk bisa konsentrasi dlam zikir orang harus mencapai maqam fakir,
tentu hidupnya akan dilanda berbagai macam penderitaan dan kepincangan. Oleh
karena itu harus segera melangkah ke maqam sabar.
Sebagai satu maqam sabar dalam tasawuf direnungkan dan dikembangkan
menjadi konsep yang diungkapkan dalam berbagai pengertian.Ibnu ‘atha misalnya
mengatakan (sabar adalah menerima segala bencana dengan laku sopan atau
rela).Dan dikatakan pula bahwa sabar adalah fana di dalam bala bencana tanpa
ada keluhan.
Jadi dengan maqam sabar para sufi memang telah menyengaja dan
menyiapkan diri bergelimang dengan seribu satu kesulitan dan derita dalam
hidupnya dengan sikap sabar, tanpa ada keluhan sedikit pun .itulah laku maqam
sabar dalam tassawuf.

1. Dalil Tentang Sabar


Allah Ta’ala berfirman:

‫ه‬
‫ن‬
‫حوُ ه‬
‫فل ذ ن‬ ‫ه ل هعهل لك ن ص‬
‫م تن ص‬ ‫قوُا الل ل ه‬ ‫صاَب ذنروُا وُههراب ذ ن‬
‫طوُا هوُات ل ن‬ ‫صب ذنروُا وُه ه‬
‫مننوُا ا ص‬
‫ن هءا ه‬ ‫هياَأي يههاَ ال ل ذ‬
‫ذي ه‬

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran


kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah
kepada Allah supaya kalian beruntung.” (Ali ‘Imran:200)

Dan Allah Ta’ala berfirman:


‫س‬
‫فلل ذ‬ ‫ل هوُال هن ص ن‬
‫وُا ذ‬
‫ملل ه‬
‫ه‬
‫ن ال ص‬ ‫ملل ه‬‫ص ذ‬ ْ‫قلل ء‬ ‫ف هوُال ص ن‬
‫جللوُذع وُهن ه ص‬ ‫ن ال ص ه‬
‫خللوُص ذ‬ ‫ملل ه‬
‫يءْء ذ‬
‫شلل ص‬ ‫وُهل هن هب صل نللوُهن لك ن ص‬
‫م بذ ه‬
‫ن‬‫ري ه‬
‫صاَب ذ ذ‬ ‫شرذ ال ل‬ ‫ت وُهب ه ش‬ ‫هوُالث ل ه‬
‫مهرا ذ‬

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:155)
Dari Abu Malik Al Haris bin ‘Ashim Al Asy’ari ra berkata, Rasulullah saw
bersabda: “Suci adalah sebagian dari iman, Alhamdulillah itu dapat memenuhi
timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi apa yang ada di
antara langit dan bumi, Shalat itu adalah cahaya, Shadaqah itu adalah bukti iman,
sabar itu adalah pelita, dan Al Quran itu adalah hujjah (argumentasi) terhadap apa
yang kamu sukai ataupun terhadap apa yang kamu tidak sukai. Semua orang pada
waktu pagi menjual dirinya, ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang
membinasakan dirinya.” (HR. Muslim).
Dari Abu Sa’id Sa’d bin Malik bin Sinan Al Khudry ra bahwasannya ada
beberapa orang sahabat Anshar meminta kepada Nabi Muhammad saw maka
beliau memberinya, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya
sehingga habislah apa yang ada pada beliau. Ketika beliau memberikan semua apa
yang ada di tangannya, beliau bersabda kepada mereka: “Apapun kebaikan yang
ada padaku tidak akan aku sembunyikan pada kamu sekalian. Barangsiapa yang
menjaga kehormatan dirinya maka Allah pun akan menjaganya. Barangsiapa yang
menyabarkan dirinya maka Allah pun akan memberikan kesabaran padanya. Dan
seseorang itu tidak akan mendapatkan anugerah yang lebih baik atau lebih lapang
melebihi kesabaran.” (HR. Bukhari Muslim).
Nabi Muhammad saw bersabda, “Memang sangat menakjubkan keadaan
orang mukmin itu; karena segala urusannya sangat baik baginya dan ini tidak akan
terjadi kecuali bagi seseorang yang beriman dimana bila mendapatkan kesenangan
ia bersyukur maka yang demikian itu sangat baik baginya, dan bila ia tertimpa
kesusahan ia sabar maka yang semikian itu sangat baik baginya.” (HR. Muslim).
Dari Anas ra berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah swt berfirman: “Apabila Aku menguji salah seorang
hambaKu dengan buta kedua matanya kemudian ia sabar maka Aku akan
menggantikannya dengan sorga.” (HR. Bukhari).

2. Prinsip Ajaran Sabar Dalam Ilmu Tasawuf


Kata As-Shobru dalam bahasa Arab berarti: Al-Habsu (belenggu) atau Al-
Man’u (larangan) jika ada yang mengatakan “ana as-shabil” (saya seorang
prnyabar) artinaya: saya membelenggu nafsuku, atau saya melarang nafsuku.5
Sabar secara istilah, terdapat beberapa pengertian yabg diantaranya adalah:
Abu Zakaria Al-Anshorimemgemukakan bahwa sabar merupakan
kemampuanseseorang mengendalikan diri terhadap sesuatu yang terjadi, baik
yang di senangimaupun yang di benci. Menurut Qosim Junaidi sabar adalah
mengalihkan perhatiandari urusan dunia kepada urusan akhirat.6
Toyib sah dalam bukunya Aqidah Akhlak berpendapat bahwa sabar
mempunyai dua macam pengertian yairu:1.Sabar yang berarti lapang dada dan
tabah dalam menghadapi segala kasus, problematika, musibah dan ujian yang
menimpa diri sendiri.2.Mushabroh yang berarti tabah dan teguh menghadapi
persaingan, teguh mempertahankan prinsip, lebih tabah dan teguh dalam
menjalani atau tidak.7

5
Amru muhammad kholid, Sabar Dan Santun, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar). hlm. 6.
6
Supiiana dan karman, Materi Pendidikan Islam, (Bandung : Rosda 2003). hlm. 228.
7
Thiyib Sah Saputra dan Wahyudin, Aqidah Akhlak, (Semarang: Toha Putra, 2004). hlm.
175-176.
Dari sekian banyak definisi sabar dapat disimpulkan, yang dimaksud sabar
ialah: Tahan terhadap penderitaan atau sesuatu yang disenagi dengan ikhlas
danridho serta menyerahkan kepada Allah SWT dan tidaklah dinamakn sabar
orangyang menahan diri secara paksa, tetapi sabar yang sebenarnaya ialah sabar
dalamarti menyerah kepada allah dengan lapang dada.

Pembagian Sabar
Sabar dapat dibagi menjadi 3, yaitu:1. Sabar terhadap maksiatYaitu
menhan diri untuk menghindari perbuatan jahat, dan dari perbuatanhawa nasu,
dan menghindarkan diri dari, semua pebuatan yang mempunyaikemungkinan
untuk terjerumus kedalam jurang kehinaan.2. Sabar dalam menghadapi
ibadahSabar dalam menghadapi ibadah, dasarnya ialah prinsip-prinsip islam
yangsudah lazim, pelaksanaanya perlu latihan yang tekun dan terus menerus,
sepertilatihan shalat, ini merupakan kewajiban yang memerlukan kesabaran.3.
Sabar dalam menahan diri dari kemunduranYaitu menhan diri dari surut
kebelakang dan tetap berusaha untuk mempertahankan sesuatu yang telah di
yakininya, misalnya pada saat membelakebenaran, melindungi kemaslahatan,
mempertahankan harta dari perampok,menjaga nama baik .
Tingkatan Sabar
Al-Ghazali membagi sabar berdasarkan tingkat pengendalian nafsu dalam
diri manusia, yaitu terbagi menjadi tiga tingkatan:1.Orang yang sanggup
mengalahkan hawa nafsunya karena ia mempunyai daya juang yang
tinggi.2.Orang yang kalah oleh hawa nafsunya, ia telah mencoba bertahan
atasdorongan hawa nafsunya, tetapi karenya kesabaranya lemah maka ia
kalah.3.Orang yang mempunyai daya tahan terhadap dorongan nafsu tapi suatu
ketika ia kalah karena besarnya dorongan nasu. Meskipun demikian, ia bangun
lagidan terus bertahan dengan sabar atas dorongan nafsu tersebut.

3. Pendapat Para Tokoh Sufi Tentang Ajaran Maqam Sabar


Sabar (Ash-Shabru) dalam tasawuf adalah maqam yang harus ditempuh
bagi tiap salik. Hal ini karena dalam laku tasuwuf (orang sufi) akan mengalami
banyak hambatan, cobaan dan ujian, maka laku sabar adalah tahapan yang harus
ditempuh dengan baik.
Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Sabar adalah upaya
menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari
keluh kesah, serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, lalu
berusaha untuk konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi
berbagai macam cobaan.
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama
Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga
dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk
merealisasikan al-Qur'an dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik
dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki
indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidaksabaran
untuk berusaha, ketidaksabaran untuk berjuang dan lain sebagainya. Sabar
bukanlah sesuatu yang harus diterima seadanya, bahkan sabr adalah usaha
kesungguhan yang juga merupakan sifat Allah yang sangat mulia dan tinggi.
Sabar ialah menahan diri dalam memikul sesuatu penderitaan baik dalam sesuatu
perkara yang tidak diingini mahupun dalam kehilangan sesuatu yang disenangi.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa A’isyah menuturkan Rasulullah SAW
bersabda, “Sabar (yang sebenarnya) itu adalah pada saat menghadapi cobaan yang
pertama.” Karena itu sabar dibagi menjadi beberapa macam: sabar terhadap apa
yang diperoleh si hambah (melalui amalan-amalanya), misalnya sabar
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah. Dan sabar
terhadap apa yang diperoleh tanpa upaya, misalnya kesabaran dalam menjalankan
ketentuan Allah yang menimbulkan kesukaran baginya.
Al-Junayd menegaskan, “perjalanan dari dunia ke akhirat adalah mudah
bagi orang yang beriman, tetapi menghindari makhluk demi allah adalah sulit.
Dan perjalanan dari diri sendiri menuju Allah SWT adalah sangat sulit, tetapi yang
lebih sulit lagi adalah bersabar terhadap Allah.”
Ketika ditanya tentang sabar, Al-Junaid menjawab, ”sabar adalah meminum
kepahitan tanpa wajah cemberut.” Dan Ali bin Abi Thalib ra,
menyatakan,”hubungan antara sabar dengan iman seperti hubungan antara kepala
dengan badan.”
Al-Jurairi menjelaskan,“sabar tidaklah membedakan keadaan bahagia atau
menderita, disertai dengan ketentraman pikiran dalam keduanya. Ketabahan yang
sabar adalah mengalami kedamaian ketika menerima cobaan, meskipun dengan
adanya kesadaran akan beban penderitaan.”
Syaikh Abu Ali ad-Daqqaq menegaskan,”kebenaran hakiki tentang sabar
adalah jika si hamba keluar dari cobaan dalam keadaan seperti ketika ia
memasukinya, sebagaimana yang dikatakan oleh Ayub as pada Akhir cobaan yang
menimpanya, ‘sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah tuhan
yang maha penyayang diantara semua yang penyayang’(QS.Al-Anbiya’:83). Nabi
Ayyub memperlihatkan sikap berbicara yang layak dengan ucapanya,’Dan Engkau
adalah Tuhan yang maha penyayang diantara semua yang menyayangi’ tetapi dia
tidak bicara secara eksplesit [seperti yang dikatakanya], ‘Limpahkanlah kasih
saying-Mu kepadaku’.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar
itu terbagi menjadi tiga macam:
a. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah

b. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah

c. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa


berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar
kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain.

Syekh Ibn ‘Atha’illah membagi sabar menjadi 3 macam sabar terhadap


perkara haram, sabar terhadap kewajiban, dan sabar terhadap segala perencanaan
(angan-angan) dan usaha.
Sabar terhadap perkara haram adalah sabar terhadap hak-hak manusia. Sedangkan
sabar terhadap kewajiban adalah sabar terhadap kewajiban dan keharusan untuk
menyembah kepada Allah.

Segala sesuatu yang menjadi kewajiban ibadah kepada Allah akan


melahirkan bentuk sabar yang ketiga yaitu sabar yang menuntut sufi untuk
meninggalkan segala bentuk angan-angan kepada-Nya. “Sabar atas keharaman
adalah sabar atas hak-hak kemanusiaan. Dan sabar atas kewajiban adalah sabar
atas kewajiban ibadah. Dan semua hal yang termasuk dalam kewajiban ibadah
kepada Allah mewajibkan pula atas sufi untuk meniadakan segala angan-angannya
bersama Allah”.

4. Konsep Sabar Kaitanya Dengan Ajaran-Ajaran Keislaman


"Allah SWT tidak akan menguji seorang hamba yang mana dia tidak
mampu mencari jalan keluarnya" (At-Thalaq:7). Penegasan penafsiran ini
tentunya patut direnungkan, dipahami dan dipraktekan dakam kehidupan sehari-
hari, agar kita menjadi umat yang taat beribadah kepada-Nya dan benar-benar
istiqomah dalam menghadapi segala permasalahan yang ada di dunia ini. Konsep
sabar sudah banyak dipraktekan oleh Rasulullah SAW beserta para sahabat dan
pengikutnya, maka dari itu kita selaku umat Islam sudah sepatutnya sadar betul
bahwa hanya orang-orang yang sabar dan istiqomah yang paling dicintai Allah
SWT.
Kata sabar terdiri dari beberapa kosa kata yang meliliki perbedaan arti,
yakni : saabir, mutasbbir, saboor dan sabbaar. Yang pertama, saabir adalah yang
paling umum. Mutsabir adalah orang yang telah menerima kesabaran. Mutasabbir
adalah orang yang memaksa seseorang "diri" itu (melawan segala rintangan).
Saboor adalah salah satu kesabaran yang besar dibandingakan dengan orang lain.
Yang terakhir adalah Sabbaar, Sabbaar memiliki arti salah satu yang memiliki
kesabaran lebih besar dibanding kosa kata lainnya. Sedangkan dalam bahasa Arab
"sabar" artinya berpegang teguh atau tercekik atau pasrah, pengertian ini telah
ditegaskan Allah dalam Al-quran, yang berbunyi; "Dan bersabarlah kamu,
bersama orang-orang yang menyeru Rabb-Nya di pagi dan senja hari, dengan
mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka,
(karena) mengharapkan perhiasan kedhidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS. 18:28).
Berdasarkan ayat ini maka secara istilah sabar dapat diartikan sebagai cara untuk
menahan diri dari kecemasan (Jaza) dan kemarahan (taskhkhut), untuk menahan
lidah dari keluhan dan untuk manahan badan dalam melakukan perbuatan yang
memalukan.
Dalam mendidik diri kita untuk menjadi orang yang bersabar, maka kita
dapat menelusuri konsep sabar tersebut yang terbagi dalam tiga bagian; yang
pertama kesabaran dalam menmatuhi Allah SWT yang dinamakan ketekunan, dan
kesabaran untuk tidak berpaling dari Allah SWT, dan kesabaran terhadap ujian
Allah. Dua pengertian dari yang pertama ini terkait dengan tindakan sukarela,
dimana kita sebagai pengontrol (human kontrol), dan yang terakhir adalah
berkaitan dengan apa-apa yang terjadi pada diri kita (yang berdasarkan keputusan
Allah SWT) yakni, dimana kita tidak mempunyai pilihan. Contohnya dapat kita
petik dari uraian Ibnu Taimiyah yang menjelaskan bahwa Nabi Yusuf AS telah
memiliki kesabaran yang lebih tinggi ketika dia menolak godaan atau rayuan istri
menteri yang tanpa ada pilihan daripada dibandingkan ketika saudara-saudaranya
melemparkannya kedalam sumur dan memisahkannya dari ayahnya. Dalam kasus
tersebut (Nabi Yusuf AS) tidak memiliki pilihan tapi kesabaran.
Kesabaran yang tidak memiliki pilihan dan hanya kegigihan yang
dilandaskan ketaatannya pada Allah SWT yang berjuang melawan dirinya sendiri.
Hal ini terjadi dalam diri Nabi Yusuf AS, karena ada faktor situasi yang sangat
rumit yang menjadikan rumit baginya. Tidak hanya itu, Nabi Yusuf AS ketika itu
masih muda dan penuh hasrat alami yang kuat, ditambah ia juga belum menikah
sehingga tidak memiliki cara untuk melampiaskan dorongan tersebut, dan juga
saat itu dia berada di tempat yang dangat asing baginya, tanpa kerabat atau teman
yang mengingatkannya untuk tidak melakukan perbuatan tersebut. Selain itu dia
adalah seorang budak dan dalam perbudakan Nabi Yusuf AS dikontrol dan dirayu
mejikannya yang cantik, serta diming-imingi dakan mendapat derajat yang tinggi
jika kehendak majikannya dipenuhi, dimana ketika itu suaminya sedang keluar.
Dan yang lebih kejinya lagi sang majikan berusaha mengancamnya dengan
hukuman penjara dan penghinaan beserta fitnah jika Nabi Yusuf tidak mau
menuruti kehenda majikannya. Namun terlapas dari faktor-faktor ini, Nabi Yusuf
memiliki kesabaran yang tinggi dan akhirnya lebih memilih kehendak Allah SWT.
Begitu dahsyatnya kesabaran yang dimilikinya dalam hal ini, jika dibandingkan
dengan kesabaran ketika dia dimasukan kedalam sumur. Sungguh Nabi Yusuf AS
saat itu tidak mempunyai pilihan?.
Pada uaraian yang lain, Ibnu Taimiyan juga menambahkan kesabaran
dalam perbuatan kebenaran (Amar Ma'ruf) itu lebih tinggi nilainya daripada
bersabar menghindari dosa. Perumpamaan ini juga dapat dikatakan penyakit yang
datang karena kelemahan seseorang lebih baik daripada penyakit yang datang
karena kesengajaan yang ditimbulkan suatu perbuatan.
Tingkat kesabaran dalam islam.
Kesabaran terbagi menjadi tiga macam, yakni; kesabaran oleh Allah (Billah),
kesabaran untuk Allah (Lillah), dan kesabaran dengan Allah (Ma'allah). Billah
yakni kesabaran yang semata-mata mengharapkan bantuan Allah SWT dan hanya
dengan melihat Allah sebagai sumber kesabaran, hal ini disebabkan seorang
hamba tidak berkuasa untuk menghadapi permasalahan dengan sendirinya dan
hanya mengharapkan karunia Allah SWT. Hal ini ditegaskan Allah dalam
firmannya: "Dan bersabarlah (wahai Muhammad terhadap perbuatan dan telatah
golongan yang ingkar itu) dan tiadalah berhasil kesabaranmu melainkan dengan
(memohon pertolongan) Allah dan janganlah engkau berdukacita terhadap
kedengkilan mereka, dan janganlah engkau bersempit dada disebabkan tipu daya
yang mereka lakukan" (Al-quran 16:127).

Kesabaran kedua adalah kesabaran hanya untuk Allah SWT, yakni kesabaran yang
hanya mencari kesenangan dan keindahan dengan mendekatkan diri kepada Allah
dan bukan untuk kesenangan yang lahir dari pujian atau penghargaan yang
diberikan orang lain. Kesabaran yang terakhir adalah kesabaran yang terdiri dari
usaha seorang hamba untuk benar-benar menjaga agama Allah dan kewajiban-
kewajibannya, tekun di dalamnya, dapat menghidupkan agama Allah SWT.
Seseorang dalam hal ini adalah benar harus mampu melawan hawa nafsu, dalam
hal ini melepaskan segala sesuatu yang dicintainya semata-mata karena Allah
SWT. Hal ini biasanya hanya mampu dikerjakan oleh orang-orang siddiqoon
(orang-orang dari tingkat tertinggi dalam memcapai kebenaran dan kesetiaan
kepada Allah SWT). Dalam kesabaran yang paling tinggi ini imam Al-Junaydi
Rahimahullah berkata "kesabaran seperti ini adalah umpama manelan kepahitan
tanpa mengerutkan kening." Dan dia (Al-Junaydi Rahimahullah) menambahkan,
kesabaran seperti ini adalah ketahanan menahan bencana dengan sikap yang baik
dan menikmatinya dengan kedamaian dan kebahagiaan.

5. Pemaknaan dan aplikasi sabar dalam kehidupan modern


Modernisme merupakan simbol kemajuan, bisa pula menjadi tanda
kemunduran umat manusia. Pada kenyataannya, modernisme makin hari
membawa diri kita terselubungi hal-hal baru yang semakin kontras dengan nilai-
nilai luhur yang diwariskan para pendahulu kita. Efeknya, penghayatan terhadap
islam mulai digantikan dengan penghayatan duniawi yang serba ingin modern.
Prinsip materialistik memenuhi otak pikiran yang melepaskan kontrol agama dan
kebebasan bertindak demi memenuhi modernisme telah berkuasa untuk
mengalahkan terapi sufisme atau tasawuf.
Dalam surat Ar-Rum ayat 41 Allah Swt. Berfirman:
“ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Dalam kehidupan modern, tasawuf menjadi obat yang dapat digunakan


untuk mengatasi krisis kerohanian manusia modern yang telah lepas dari pusat
dirinya, sehingga ia tidak mengenal lagi siapa dirinya, arti dan tujuan dari
hidupnya. Ketidakjelasan atas makna dan tujuan hidup ini membuat penderitaan
batin. Maka lewat tasawuf inilah hidup mereka bisa lebih baik dan jelas arah
tujuannya.
Untuk menjadikan hidup yang lebih baik dan terarah, tentu saja harus
melakukan latihan spiritual secara baik, benar dan berkesinambungan. Hal itu bisa
dilakukan dengan mengamalkan maqam-maqam tasawuf, yang salah satu
diantaranya adalah sabar, bukan hanya dalam menjalankan perintah-perintah Allah
yang berat dan menjauhi larangan-larangan-Nya, tapi juga sabar dalam menerima
cobaan-cobaan berat yang ditimpakan Allah kepadanya, serta sabar dalam segala
penderitaan.
Selain itu, sabar dalam menjauhi kemaksiatan atau larangan Allah yang
merupakan pembagian dari sabar juga sangat penting untuk diterapkan dalam
kehidupan modern seperti ini. Maraknya kemaksiatan yang muncul dari budaya
barat serta paradigma ilmu pengetahuan yang semakin berkembang mengharuskan
kita untuk membentengi jalan hidup kita agar tidak terpengaruh oleh bangsa barat.
Sabar adalah pengendali hidup, pengontrol perilaku negatif dan kunci kebaikan.
Para Ulama mengatakan bahwa ruh laksana kendaraan yang mengantarkan
seorang hamba ke surga atau ke neraka, dan kesabaran merupakan kendali bagi
kendaraan itu. Jika anda membiarkan kemudi itu lepas dari genggaman anda,
maka ia akan membawa diri anda kemana saja, tanpa arah tujuan yang jelas.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sabar dalam pandangan para sufi diantaranya berati tabah di dalam
mneghadapi segala kesulitan tanpa ada rasa keasal dalam diri. Sabar juga berarti
tetap merasa cukup meskipun relitasnya tidak memiliki apa-apa. Tawakal dalam
pandangan para sufi diantarnya berarti mnyerahkan diri hanya kepada ketentuan
Allah. Jika mendapat sesuatu yang baik berterima kasih atau syukur, jika tidak,
bersabar dan berserah diri kepada ketentuanya.
DAFTAR PUSTAKA

Kholid, Amru Muhammad. Sabar dan Santun, Pustaka Al-Kautsar. Jakarta


2003
Supiana dkk, Materi Pendidikan Islam, Rosda Karya. Bandung 2003
Saputra, Toyib Sah. dkk , Aqidah Akhlak, Toha Putra. Semarang 2004
Ismail, Asep Usmani. 7 Metode Menjernihkan Nurani, Mizan Publika.
Jakarta 2005
Ust Labib Mz, Ajaran Tasawuf dan Thoriqot, Bintang Usaha. Surabaya
2003
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, Raja Gradindo. Jakarta 2006

Anda mungkin juga menyukai