Anda di halaman 1dari 8

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/316968279

Analisis parameter oseanografi melalui


pendekatan sistem informasi manajemen
berbasis web (Sebaran...

Article · May 2015


DOI: 10.5281/zenodo.580405

CITATIONS READS

0 31

1 author:

Rochmady Rochmady
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Wuna, Raha, Indonesia
15 PUBLICATIONS 10 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Nisbah kelamin dan ukuran pertama matang gonad kerang lumpur (Anodontia edentula, Linnaeus
1758) di pesisir Pulau Buton, Kecamatan Wakorumba Kabupaten Muna View project

Aspek Bioekologi Kerang Lumpur Anodontia edentula (Linnaeus, 1758) (BIVALVIA: LUCINIDAE) Di
Perairan Pesisir Kabupaten Muna View project

All content following this page was uploaded by Rochmady Rochmady on 16 May 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS PARAMETER OSEANOGRAFI MELALUI PENDEKATAN
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BERBASIS WEB
(Sebaran Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a dan Tinggi Permukaan Laut)

Rochmady
Staf Pengajar STP - Wuna, Raha, e-mail : kampo.mokesano@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian dilakukan bertujuan untuk menganalisis anomali parameter oseanografi


yang meliputi suhu permukaan laut (SPL), sebaran klorofil-a dan tinggi permukaan
laut selama musim timur (April-Juni 2007) dan musim barat (Nopember 2007-Januari
2008) di perairan Selat Buton sebagian Laut Banda dengan posisi geografis 120 o-
125oBT dan 1o-8o LS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan peta suhu
permukaan laut (SPL) pada musim timur terjadi penurunan derajat suhu permukaan
laut dari bulan April menuju bulan Juni. Penurunan derajat SPL pada bulan Juni
tersebut diduga mengakibatkan terjadinya upwelling. Namun demikian, peristiwa
upwelling tersebut tidak terjadi pada musim barat. Berdasarkan peta sebaran
khlorofil-a terlihat bahwa konsentrasi khlorofil-a semakin meningkat dari bulan
April hingga menuju bulan Juni 2007. Hal ini mengindikasikan terjadinya peristiwa
upwelling pada musim timur. Sementara itu, berdasarkan peta sebaran tinggi
permukaan laut (TML) terlihat bahwa karakteristik tahunan tinggi permukaan laut
mengalami penurunan pada musim timur dan sebaliknya mengalami peningkatan
pada musim barat. Berdasarkan ketiga parameter oseanografi tersebut diketahui
bahwa potensi penangkapan ikan terjadi pada musim timur dan berangsur-angsur
menurun pada musim barat. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan derajat SPL
dan konsentrasi khlorofil-a serta menurunnya tinggi permukaan laut pada musim
timur yang kaya akan nutrien dan berangsur-angsur mengalami penurunan pada
musim barat.

Kata Kunci: Parameter Oseanografi, SIM.

I. PENDAHULUAN dimanfaatkan khususnya bidang perikanan


1.1. Latar Belakang antara lain untuk mengidentifikasi kondisi
Perkembangan teknologi informasi lingkungan perairan yang dibutuhkan oleh ikan
manajemen melalui penginderaan jauh berbasis pelagis tertentu untuk hidup dan berkembang
website, telah memberi manfaat dan biak. Distribusi ikan pelagis seperti madidihang
memudahkan dalam memetakan kondisi dapat diprediksi melalui analisis suhu optimum
perairan khususnya di Indonesia. Perkembangan yang diketahui dan perubahan-perubahan suhu
tersebut secara aktual dapat dimanfaatkan dalam permukaan laut (SPL) dari waktu ke waktu secara
berbagai bidang kehidupan, khususnya dalam simultan (harian maupun bulanan) (Laevastu dan
bidang perikanan tangkap. Selain itu pula, Hela, 1970).
informasi penginderaan jauh dapat diperoleh Demikian pula suhu dan perubahan-
dengan mudah dan murah (Sukresno, 2008). perubahannya sering dijadikan sebagai indikator
Selanjutnya dikatakan bahwa informasi bagi kondisi perairan maupun perubahan-
penginderaan jauh dapat dianalisis dan perubahan lingkungan yang dapat
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 8 Edisi 1 (Mei 2015)

mempengaruhi distribusi ikan secara langsung, Buton dan sebagian besar Laut Banda pada posisi
yang selanjutnya dapat diprediksi sebagai lokasi geografis 120o-125oBT dan -1— -8 LS. Data
fishing ground (tempat penangkapan ikan diperoleh melalui situs ccar.colorado.edu dan
pelagis/lumbung ikan) (Utamaningsih, 1995). dianalisis secara deskriptif berdasarkan data
Pendekatan tersebut telah banyak geografis yang diperoleh.
digunakan oleh nelayan utamanya nelayan asing
untuk mengetahui daerah potensi penangkapan 2.2. Teknik Pengambilan Sampel
ikan, termasuk yang ada di perairan Indonesia Alat yang digunakan dalam penelitian
yang terkenal kaya dengan sumberdaya lautnya meliputi komputer berbasis internet untuk
(Utamaningsih, 1995). Informasi lingkungan mengakses web penyedia informasi oseanografi
perairan dari data satelit yang telah banyak meliputi suhu permukaan laut (SPL), sebaran
digunakan untuk keperluan tersebut antara lain khlorofil-a dan tinggi permukaan laut (TML).
suhu permukaan laut (SPL), konsentrasi Bahan yang digunakan merupakan data geografis
khlorofil-a yang merupakan pigmen penting berupa suhu permukaan laut (SPL), sebaran
dalam proses fotosintesis fitoplankton sebagai khlorofil-a dan tinggi permukaan laut.
indikator kesuburan perairan, total material
terlarut (total suspended matter) yang dapat 2.3. Prosdur Penelitian
merefleksikan kekeruhan perairan, dan anomali Penelitian dilakukan dengan cara
tinggi permukaan laut (TML) yang dapat memantau sebaran beberapa parameter
menggambarkan arah arus permukaan air oseanografi meliputi: Suhu Permukaan Laut
(Zainuddin, 2008). (SPL), sebaran khlorofil-a dan Tinggi Permukaan
Laut (TML) yang terjadi pada perairan Sulawesi
1.2. Tujuan Penelitian Tenggara yang terletak di Selat Buton dan
Penelitian bertujuan menganalisis anomali sebagian Laut Banda berbasis satelit.
parameter oseanografi meliputi suhu permukaan Pemantauan dilakukan setiap hari selama Musim
laut (SPL), sebaran khlorofil-a dan tinggi Timur yaitu bulan April, Mei dan April Tahun
permukaan laut selama musim timur (April-Juni 2007, dan pada Musim Barat yaitu bulan
2007) dan Musim Barat (Nopember 2007–Januari Nopember, Desember 2007 dan Januari Tahun
2008), di perairan laut Sulawesi Tenggara yakni 2008. Sumber informasi satelit disediakan
Selat Buton dan sebagian besar Laut Banda, melalui website ccar.colorado.edu.
dengan posisi Geografis 120º - 125 º BT dan -1 - -8 Hasil pemantauan terhadap 3 (tiga)
LS. Dengan mengetahui kondisi anomali parameter oseanografi tersebut, kemudian
parameter oseanografi meliputi suhu permukaan dijadikan dasar informasi untuk
laut (SPL), sebaran khlorofil-a dan tinggi membandingkan dan menganlisis secara
permukaan laut selama musim timur dan musim diskriptif fenomena anomali ketiga parameter
barat, dapat dijadikan sebagai bahan informasi tersebut.
dasar yang berguna dalam penentuan daerah dan
musim penangkapan yang ideal. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Peta Sebaran Suhu Permukaan Laut
II. METODE PENELITIAN Suhu permukaan air laut sangat erat
2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian hubungannya dengan produktifitas primer dan
Penelitian parameter oseanografi meliputi arus laut (Arsjad, 2004). Perubahan suhu
suhu permukaan laut (SPL), khlorofil-a dan permukaan air laut disebabkan arus, angin,
tinggi permukaan laut (TML) dilaksanakan pada kekeruhan air serta ombak, biasa disebut
bulan Februari–Mei 2010 dengan melakukan dinamika laut. Hasil pemantauan suhu
pemantauan pada musim timur (April-Juni 2007) permukaan laut (SPL) musim timur dan musim
dan musim barat (Nopember 2007-Januari 2008) barat di perairan Sulawesi Tenggara di selat
di perairan laut Sulawesi Tenggara yakni Selat

2
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 8 Edisi 1 (Mei 2015)

Buton dan sebagian Laut Banda dapat dilihat dari lapisan perairan yang lebih dalam ke
pada Gambar 1 dan 2. permukaan. Fenomena upwelling di perairan
Berdasarkan Gambar 1 di atas, suhu Laut Banda biasanya berlangsung sepanjang
permukaan laut (SPL) mengalami penurunan musim Timur. Namun demikan, peristiwa
dari bulan April ke bulan Juni. Bulan Juni upwelling tidak terjadi pada musim Barat,
diprediksi telah terjadi upwelling atau seperti terlihat pada Gambar 2.
pengangkatan massa air dengan suhu rendah

Gambar 1. Sebaran Suhu Permukaan Laut perairan Sulawesi Tenggara di Selat Buton dan
sebagian besar Laut Banda selama Musim Timur (Apr–Jun 2007).

Gambar 2. Sebaran Suhu Permukaan Laut perairan Laut Sulawesi Tenggara di Selat Buton dan
sebagian besar Laut Banda selama musim Barat (Nov 2007-Jan 2008).

Proses upwelling yang terjadi di suatu lain, kondisi fitoplankton baik keanekaragaman
perairan ditengarai mempengaruhi kondisi dan distribusinya turut dipengaruhi oleh
kehidupan fitoplankton, hidrologi dan berbagai faktor lain, seperti atmosfer, lokasi dan
pengayakan nutrisi di perairan tersebut. Disisi kondisi lingkungan perairan. Proses upwelling

3
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 8 Edisi 1 (Mei 2015)

di Laut Banda di duga terjadi karena pengaruh permukaan pada umumnya lebih kaya zat hara
angin musim yang berasal dari arah tenggara. dibanding dengan lapisan permukaannya.
Menurut teori Wyrtki, angin tenggara pada Nutrien, khususnya fosfat dan silikat di zona
musim timur (April-Juni) mendorong banyak fotik sangat berpengaruh terhadap produktivitas
massa air dari Laut Banda dan sekitarnya ke barat fitoplankton, oleh karena itu pada lokasi
melalui Laut Flores dan masuk ke Laut Jawa. upwelling akan ditemui fitoplankton dalam
3.2. Peta Sebaran Khlorofil-a di Perairan Laut jumlah besar.
Banda Berdasarkan Gambar 3, potensi tangkapan
Sebaran khlorofil-a dapat dideteksi ikan paling besar terjadi pada saat musim angin
dengan perubahan suhu yang mengarah pada Timur dengan SPL rendah dan konsentrasi
peristiwa upwelling. Upwelling sebagai salah chlorofil-a tinggi pada bulan Juli sampai
satu faktor yang mempengaruhi ledakan September. Angin Timur mengakibatkan
fitoplankton. Proses upwelling terjadi karena terjadinya upwelling di sepanjang pantai Selatan.
kekosongan massa air pada lapisan permukaan, Dengan demikian nutrient naik ke permukaan
akibat terbawa ke tempat lain oleh arus. laut dari kedalaman sekitar 50m sampai 100m,
Upwelling dapat saja terjadi di daerah pantai dan menyebabkan tingginya konsentrasi
di laut lepas. Di daerah pantai, upweling dapat khlorofil-a. Potensi tangkapan ikan akan
terjadi jika massa air lapisan permukaan menurun seiring dengan berubahnya musim
mengalir meninggalkan pantai. Di laut lepas, menuju musim angin Barat (Gambar 4) dengan
upwelling terjadi karena adanya pola arus naiknya SPL dan menurunnya konsentrasi
permukaan yang menyebar (divergence), khlorofil-a dari bulan Oktober sampai Maret.
sehingga massa air dari lapisan bawah pada Gambar 5 menunjukkan karakteristik
permukaan akan mengalir ke atas mengisi tahunan Tinggi Muka Laut (TML) yang
kekosongan yang terjadi karena menyebarnya dipengaruhi oleh curah hujan, dan SPL. TML
arus. Proses ini ditandai dengan turunnya suhu mengalami peningkatan pada saat terjadi curah
permukaan laut yang cukup mencolok (sekitar hujan tinggi dan SPL yang tinggi. Hal ini akan
2ºC untuk daerah tropis, dan >2ºC untuk daerah menurun mencapai TML terendah pada bulan
sub tropis) (Dahuri et al., 1996). April-Juni saat curah hujan dan Suhu Permukaan
Upwelling yang terjadi di perairan Laut Laut (SPL) mencapai titik terendah. Curah hujan
Banda adalah jenis silih berganti (alternating berperan sebagai fresh water flux (penambah
type) dengan penenggelaman massa air (sinking). masa air) pada waktu musim penghujan,
Dalam satu musim, air ringan di lapisan sementara SPL berperan sebagai expansi termal
permukaan bergerak ke luar dari lokasi atau penambahan volume air laut akibat
terjadinya air naik dan air lebih berat di lapisan kenaikan suhu air (Gambar 6).
bawah bergerak ke atas yang kemudian Anomali tinggi permukaan laut
tenggelam. Berdasarkan hal tersebut, sebaran dipengaruhi pasang surut, topografi, angin, arus
khlorofil-a di perairan laut Sulawesi Tenggara laut, densitas dan tekanan air laut, serta faktor
dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4. lainnya. Perbandingan antara kondisi suhu
Pada Gambar 3 terlihat konsentrasi permukaan laut (SPL), konsentrasi khlorofil-a
khlorofil-a semakin meningkat dari bulan April dan sebaran tinggi permukaan air laut diketahui
menuju bulan Juni 2007. Hal ini diduga karena berdasarkan Gambar 7.
adanya fenomena upwelling yang mengangkut Pada Gambar 7, penurunan suhu
nutrient (nitrat dan fosfat) dari perairan dalam permukaan laut (SPL) diduga mengakibatkan
menuju permukaan selama musim Timur. peningkatan kandungan khlorofil-a perairan
Menurut Nontji (2008), menurunnya suhu Sulawesi Tenggara di Selat Buton dan sebagian
permukaan, keberadaan upwelling juga ditandai besar Laut Banda. Namun demikian, konsentrasi
oleh naiknya unsur hara atau nutrien pada lokasi khlorofil-a berada pada suhu permukaan laut
tersebut, oleh karena massa air bawah optimumnya. Dengan demikian tidak secara

4
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 8 Edisi 1 (Mei 2015)

keseluruhan wilayah perairan Sulawesi Tenggara demikian, diduga terdapat korelasi negatif antara
menunjukkan adanya khlorofil-a. Namun dapat suhu dan tinggi permukaan laut. Diduga
dikatakan bahwa kandungan khlorofil-a ubungan antara khlorofil-a dengan tinggi
mengalami peningkatan seiring dengan permukaan laut dapat didefenisikan berkorelasi
meningkatnya SPL sebagaimana dijelaskan negatif, yakni peningkatan chlorofil-a justru
sebelumnya. pada kawasan perairan dengan tinggi permukaan
Sementara itu, meningkatnya suhu laut yang lebih rendah dibandingkan dengan
perairan mengakibatkan penurunan tinggi kawasan perairan yang kandungan khlorofil-a
permukaan laut, begitu pula sebaliknya. Dengan rendah.

Gambar 3. Sebaran khlorofil-a perairan Laut Sulawesi Tenggara di Selat Buton dan sebagian
besar Laut Banda selama musim Timur (Apr-Jun 2007).

Gambar 4. Sebaran Chlorofil-a perairan Laut Sulawesi Tenggara di Selat Buton dan sebagian
besar Laut Banda selama Musim Barat (Nov 2007–Jan 2008).

Gambar 5. Sebaran Anomali Tinggi Permukaan Laut (TML) perairan Laut Sulawesi Tenggara di Selat
Buton dan sebagian besar Laut Banda selama Musim Timur (Apr–Jun 2007).

5
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 8 Edisi 1 (Mei 2015)

Gambar 6. Sebaran Anomali Tinggi permukaan laut di perairan Laut Sulawesi Tenggara di Selat
Buton dan sebagian besar Laut Banda selama Musim Barat (Nov 2007–Jan 2008).

Gambar 7. Hubungan Suhu, Chlorofil-a dan Tinggi Muka Laut.

IV. PENUTUP pada saat curah hujan dan Suhu Permukaan


4.1. Kesimpulan Laut (SPL) mencapai titik terendah.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat d. Hubungan Suhu, Chlorofil-a dan Tinggi
disimpulkan sebagai berikut. Muka Laut yakni penurunan SPL
a. Suhu permukaan laut mengalami penurunan mengakibatkan peningkatan khlorofil-a di
dari bulan April menuju bulan Juni 2007. perairan Laut Banda. Sementara itu
Pada bulan Juni diprediksikan telah terjadi meningkatnya SPL menyebabkan penurunan
upwelling, namun tidak terjadi pada musim tinggi permukaan laut.
barat pada bulan Nopember 2007-Januari
2008. 4.2. Saran
b. Konsentrasi khlorofil-a mengalami Berdasarkan hasil penelitian disarankan
peningkatan dari bulan April menuju bulan agar dilakukan penelitian lebih komprehensif
Juni 2007 atau selama musim Timur, namun yakni dengan pembuatan peta pergerakan jenis
tidak terjadi pada musim Barat yakni pada ikan tertentu, yang dengan menitik beratkan
bulan Nopember 2007-Januari 2008. pada kombinasi pengukuran lapangan dan
c. Karakteristik tahunan Tinggi Muka Laut aplikasi teknologi inderaja agar informasi yang
(TML) yang dipengaruhi oleh curah hujan, ditampilkan lebih akurat mengenai pergerakan
dan Suhu Permukaan Laut. TML tertinggi ikan berdasarkan parameter oseanografi.
pada saat terjadi curah hujan tinggi dan SPL
yang tinggi, dan akan menurun mencapai UCAPAN TERIMA KASIH
TML terendah pada bulan Juli-Agustus 2007, Kepada Bapak Mukti Zainuddin, S.Pi., M.Sc.,
Ph.D yang telah membantu dalam memperoleh

6
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 8 Edisi 1 (Mei 2015)

data oseanografi secara berkala serta menafsirkan adanya kemudahan akses terhadap informasi
dan memahami data yang diperoleh. Selain itu tersebut. Untuk itu, kami mengucapkan terima
kepada pihak pengelolaan website CCAR yang kasih.
telah menyediakan data secara cuma-cuma serta

DAFTAR PUSTAKA
Arsjad, S.M., Y.Siswantoro dan R.S. Dewi. 2004. Sebaran Chlorofil-a di Perairan Indonesia
Inventarisasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup;. Pusat Survei Sumberdaya Alam
Laut. BAKOSURTANAL. Bogor.
Dahuri, R., J. Rais., P. Ginting., M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu, Pradnya Paramita, Jakarta.
Dharmawan, K.S.A. 2006. Studi Sea Level Rise Menggunakan Data Multi Satelit Alimetri. Email :
sahaaswina@yahoo.com.
Hendriarti, N. 2008. Hubungan Antara Keberadaan Ikan Pelagis dengan Fenomena Oseanografi dan
Perubahan Iklim Musiman Berdasarkan Analisis Data Penginderaan Jauh. Globë Volume 10
No.1 April 2008 : 19 - 25
Hutabarat, S. dan S.M. Evans. 2006. Pengantar Oseanografi. Djambatan. Jakarta.
Olili, A.H. 2003. Kajian Faktor Fisik yang Mempengaruhi Distribusi Ichtioplankton (Awal Daur Hidup
Ikan). Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI-Press. Jakarta.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia Pustaka Utama.
Sukresno, B. 2008. Pengolahan Data Satelit NOAA-A VHRR untuk Mengukur Suhu Permukaan Laur
Rata-rata Harian. Balai Riset dan Observasi Kelautan, Pusat Riset Teknologi Kelautan
(BRKP). Departemen Kelautan dan Perikanan.
Utamaningsih. S. 1995. Pendugaan Lokasi Upwelling dengan Menggunakan Data Penginderaan Jauh,
Prosiding Seminar Kelautan Nasional 1995, 15–16 Nopember 1995. Jakarta.
Zainuddin, M., 2008. Pembuatan Peta Oseanografi: Modul Praktikum Berbasis Website Peta Informasi
Sebaran Suhu Permukaan Laut, Khlorofil, dan Perbedaan Tinggi Permukaan Laut. Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai