Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

1.1. PENDAHULUAN
1.1.1. LATAR BELAKANG
Sejak zaman purbakala, manusia telah memanfaatkan sumberdaya alam
terutama mineral dalam kehidupan.Manusia terus meningkatkan kemampuan
untuk memperoleh sumberdaya mineral dengan pengetahuan yang telah didapat
sebelumnya.Pemahaman manusia mengenai Kristal (sebagai penyusun mineral),
Mineral (sebagai pembentuk Batuan) dan Batuan sebagai bahan galian yang
dimanfaatkan untuk membantu kehidupan manusia, terus bertumbuh seiring
dengan pencarian (eksplorasi) serta pemanfaatannya (eksploitasi) dalam
kehidupan.
Bahan galiandapat di eksploitasi untuk selanjutnya di proses menjadi
barang pemenuhan kebutuhan manusia setelah melewati suatu proses eksplorasi.
Dalam proses eksplorasi diperlukan pemahaman yang baik mengenai mineral,
mulai dari susunan kristal, bentuk, ciri fisik dan genesa dari mineral itu sendiri,
dengan tingkat pemahaman yang baik terhadap mineral maka kita tidak salah
dalam menentukan jenis mineral yang ada dalam suatu daerah dan proses
pembentukannya. Secara umum mineral adalah benda padat homogen yang
terdapat di alam sekitar juga bersifat anorganik dan memiliki komposisi kimia
tertentu.
Mineral merupakan pembentuk batuan, sedangkan mineral tersusun oleh
kristal-kristal. Pengertian kristal itu sendiri yaitu zat padat homogen, anisotrop
dan tembus cahaya serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan
bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya
tertentu dan teratur.Dapat digambarkan sebagai berikut:
Kristal Mineral Batuan
Bagi seorang mahasiswa pertambangan yang harus mempelajari kristal terlebih
dahulu sebagai prasyarat mempelajari mineral serta batuan. Tanpa pengetahuan
yang baik mengenai kristal dan mineral maka mustahil dapat mempelajari batuan
dengan benar.Secara sederhana dapat digambarkan urutan pembelajaran hingga
pada petrologi:
Kristalografi Mineralogi Petrologi
Dari alur diatas menunjukan pentingnya mempelajari kristal dan mineral
sebelum sampai pada petrologi.

1
Kristalografi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat geometri,
terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, susunan/
struktur internal, sifat-sifat fisis, dan cara-cara terjadinya kristal.
Untuk mempelajari struktur mineral maupun batuan sebaiknya harus
mengenal lebih dahulu kristal, oleh kerena beberapa hal penting di atas
makapraktikum kristalografi dilakukan untuk memperdalam ilmu pengetahuan
mengenai kristal, sistem kristal, penentuan kelas simetri, bidang simetri, dan
sistem kristal. Praktikum kristalografi juga dilakukan sebagai salah satu
prasyarat mata kuliah kristalografi dan mineralogi. Mempelajari kristal dan
mineral tidak cukup hanya pada tataran teori karena seringkali keadaan
dilapangan berbeda dengan teori yang diperoleh dalam perkuliahan,sehingga
menjadipentinguntuk melakukan praktikum untuk mengamati objek secara
langsung.

1.1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI


1.1.2.1. Praktikum Kristalografi
Maksud dan tujuan diadakannya praktikum kristalografi adalah:
1. Menentukan sistem kristal dari bermacam bentuk kristal atas dasar
panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap
bentuk kristal.
2. Menentukan klas simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap
kristal.
3. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan
parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal
yang dimiliki semua bentuk kristal baik dalam bentuk proyeksi
orthogonal maupun proyeksi stereografi.

1.1.3. MANFAAT
Laporan praktikum kristalografi dan mineralogi ini sangat bermanfaat bagi
setiap mahasiswa pertambangan dalam pengenalan kristal dan mineral sebagai
dasar ilmu pembelajaran bagi mahasiswa juga bermanfaat bagi segenap komponen
dalam jurusan teknik pertambangan dalam rangka peningkatan kepustakaan pada
Jurusan Pertambangan Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana
Kupang.

2
1.2.RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari kegiatan pelaksanaan praktikum kristalografi dan


mineralogi adalah:
1. Pembahasan tentang definisi
2. Istilah terkait
3. Metode analisis
4. Mineralogi fisik dan kimia
5. Kristalisasi
6. Sifat bentuk dan klasifikasi kristal
7. Pertumbuhan Kristal
8. Genesa Mineral
9. Sistematika pengelompokan mineral
Pada praktikum, tidak dituntut untuk menghafal semua jenis variasi kristal
yang bahkan penggambarannya cukup sulit. Namun yang terutama adalah
mengenal ketujuh sistem kristal utama.

1.3.ALAT YANG DIGUNAKAN


1.3.1. Praktikum Kristalografi
Dalam praktikum kristalografi, peralatan yang digunakan adalah:
1. Alat tulis
2. Jangka
3. Busur derajat
4. Penggaris segitiga (1 set)
5. Pensil warna
6. Spidol warna
7. Drawin Pen
8. Lembar sementara

3
BAB II
KRISTALOGRAFI

2.1.DASAR TEORI

2.1.1. KRISTAL
Kristal adalah zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul
dalam keadaan teratur dan keteraturan susunan tersebut dapat kita lihat pada
permukaannya yang terdiri dari bidang-bidang datar.
Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai bahan padat
homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta menuruti hukum-
hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum
geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.
Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-
bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar
ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka
kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal.
Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh
perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu
kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat
kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut
sebagai parameter.
Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air, mengandung
pengertian:
1. Tidak termasuk di dalam cair dan gas
2. Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh
proses-proses fisika
Menuruti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti
hukum geometri, mengandung pengertian:
1. Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap
2. Macam bentuk dari bidang kristal tetap
3. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Sifat fisis kristal sangat tergantung pada struktur (susunan atom-
atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk
yang dibatasi oleh bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal 2 zat yaitu
kristalin dan non kristalin.

4
2.1.1.1STRUKTUR KRISTAL
2.1.1.1.1. KENAMPAKAN KRISTAL
Bidang-bidang data rang terdapat di permukaan Kristal atau yang
disebut bidang muka Kristal, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
Kristal yang mempunyai bidang muka Kristal yang sama bentuknya dan
Kristal yang bidang kristalnya tidak sama bentuknya.

Gambar 2.1 kristal dengan bidang muka Kristal yang sama.

Gambar 2.2 kristal dengan bidang muka Kristal yang tidak sama.
Adapula bentuk Kristal lainnya yang disebut bentuk kembar atau
Kristal kembaran yang merupakan gabungan bentuk-bentuk Kristal yang
terdiri dari dua atau lebih bentuk sederhana yang sama. Atau dapat juga terdiri
dari dua atau lebih bentuk-bentuk kombinasi yang sama. Bentuk kembar
merupakan hasil pertumbuhan Kristal secara khusus dan mengikuti hukum-
hukum tertentu.

Gambar 2.3 bentuk Kristal kembar terdiri dari bentuk-bentuk sederhana.

Gambar 2.4 bentuk Kristal kembar terdiri dari bentuk-bentuk kombinasi.


Beberapa bentuk sederhana masing-masing dapat sepenuhnya
membentuk sebuah Kristal, sedangkan yang lain hanya dapat membentuk

5
Kristal bila merupakan gabungan yang terdiri dari dua atau lebih bentuk-
bentuk sederhana yaitu bentuk kombinasi saja. Sering pula dijumpai bentuk
Kristal yang memang berbentuk seperti sebuah prisma yaitu panjang
pendeknya ditentukan oleh adanya dua buah bidang sejajar yang memotong
prisma tersebut.Bentuk ini disebut dengan bentuk terbuka.Kedua bidang
sejajar itu adalah sepasang bidang basis sedangkan pada bentuk piramida alas
ditentukan oleh adanya sebuah bidang basis. Kecuali prisma dan piramida
lainnya merupakan bentuk kristal tertutup.
Bentuk terbuka :

Gambar 2.5 prisma tetragonal Gambar 2.6 piramidal tetragonal.

Gambar 2.7 prisma heksagonal. Gambar 2.8 piramidal heksagonal

Gambar 2.9 prisma rombis Gambar 2.10 piramidal trigonal


Bentuk tertutup :

Gambar 2.11 bisfenoidal tetragonal Gambar 2.12 bipiramidal tetragonal

Gambar 2.13 rombo dodekaeder Gambar 2.14 triakis tetraeder

6
Gambar2.15 kombinasi antara prisma heksagonal dengan bipiramidal heksagonal.

Gambar 2.16 romboeder.

2.1.2. SUMBU DAN SUDUT KRISTALOGRAFI


2.1.2.1 SUMBU KRISTALOGRAFI
Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat
kristal. Dimana kristal mempunyai bentuk 3 dimensi, yaitu panjang, lebar, dan
tebal atau tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi sehingga
digunakan proyeksi orthogonal.
Keterangan sumbu:
1. Sumbu a : sumbu yang tegak
lurus pada bidang kertas.
2. Sumbu b :nsumbunyang
horisontal pada bidang kertas
3. Sumbu c : sumbunyang
vertikal pada bidang kertas.

Gambar 2.17 : Sumbu dan Sudut Kristalografi

2.1.2.2 SUDUT KRISTALOGRAFI


Sudut kristalografi adalah sudut yang di bentuk oleh perpotongan
sumbu- sumbu kristalografi pada titik potong (pusat kristal).

α : sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c

β : sudut yang dibentuk antara sumbu c dan sumbu a

γ : sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b

7
2.1.3. SUMBU SIMETRI

Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat


kristal,dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu
putaranpenuh (3600) akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama.
Sumbu simetridibedakan menjadi empat, yaitu: gyre, gyre polair, gyroide, dan
sumbu inversi putar. Keempatnyadibedakan berdasarkan cara mendapatkan
nilai simetrinya.
Gyre, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya
adalahdengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila
terdapatdua kali kenampakan yang sama dinamakan digyre, bila tiga trigyre,
bila empat tetragyre, bila enam heksagyre dan seterusnya.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2.18 : (a). Di-gire (b).Tri-gire (c).Tetra-gire (d). Hexa-gire


Sumbu simetri dikatakan gyre polair, apabila kenampakan satu sama
lain pada kedua belah pihak atau kedua ujung sumbu tidak sama.
Gyroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya
denganmemutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada
bidanghorisontal. Dalam gambar, nilai simetri gyroide disingkat tetragiroide
(S4) danheksagiroide(S6).
Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan
nilaisimetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan
mencerminkannyamelalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya dengan cara
menambahkanbar pada angka simetri itu.
2.1.4. BIDANG SIMETRI
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal
menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan
pencerminan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Bidang simetri utama

8
Bidang simetri utama merupakan bidang yang dibuat melalui 2 buah sumbu
simetri utama Kristal dan membagi bagian yang sama besar. Bidang simetri utama
juga dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian,yaitu:
a. Bidang simetri utama horizontal dinotasikan dengan h
b. Bidang simetri utama vertical yangdinotasikan dengan v.

Gambar 2.19.gambar bidang simetri utama.

2. Bidang simetri tambahan ( intermediet/diagonal)


Bidang simetri diagonal merupakan bidang sitmetri yang dibuat hanya melalui
satu sumbu simetri utama Kristal.Bidang ini sering disebut dengan diagonal saja.
Dengan notsi (d).

Gambar 2.20.kedudukan 2 buah bidang simetri tambahan/diagonal.

Gambar 2.21.Bidang simetri pada Kristal berbentuk Prismatik.

2.1.5. TITIK SIMETRI ATAU PUSAT SIMETRI


Pusat simetri adalah titik dalam Kristaldimana melaluinya dapat dibuat garis
lurus,sedemikan rupa sehingga pada sisi yang satu dengan sisi yang lain dengan jarak
yang sama,diijumpai kenampakan yang sama (tepi,sudut,bidang). Pusat simetri selalu
berhimpit dengan pusat Kristal,tetapi pusat Kristal belum tentu merupakan pusat
simetri.
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat
garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan
akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang

9
sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain,
kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai
pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari
pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari
bidang pasangannya.

2.1.6. KRISTALOGRAFI
Kata "kristalografi" berasal dari kata bahasa Yunani yaitu crystallon yang
berarti tetesan dingin/beku, dengan makna meluas kepada semua padatan transparan
pada derajat tertentu, dan graphein yang berarti menulis.
Kristalografidapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-sifat
geometri dari kristal terutama tentang perkembangan, pertumbuhan, kenampakan
bentuk luar (morfological), struktur dalam (internal), dan sifat-sifat fisisnya. Atau
pelajaran mengenai penjabaran kristal-kristal.
1. Sifat Geometri
Memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu
klristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta
bentuk bidang luar yang membatasinya.
2. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan bentuk luar
Bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang
pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara suatu bentuk
kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem
kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk
kemudian.
3. Strukturdalam
Membericarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter ratio.

4. Sifat fisik kristal


Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi
oleh bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal dua zat yaitu kristalin
dan non kristalin.
2.1.7. PROYEKSI ORTHOGONAL DAN PROYEKSI STEREOGRAFI
Proyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi yang digunakan untuk
mempermudah penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat diaplikasikan hampir
pada semua penggambaran yang berdasarkan hukum-hukum geometri. Contohnya

10
pada bidang penggambaran teknik, arsitektur, dan juga kristalografi. Pada proyeksi
orthogonal, cara penggambaran adalah dengan menggambarkan atau membuat
persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a, b, c dan seterusnya
dengan menggunakan sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada
akhirnya akan membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan
membentuk bidang-bidang muka kristal.
Menurut Ragan (1985), proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi
atau proyeksi dari permukaan sebuah bola sebagai tempat orientasi geometri
bidang dan garis. Dengan demikian, proyeksi stereografis adalah suatu metode
proyeksi dengan bidang proyeksi berupa permukaan setengah bola.
Biasanya,yang dipakai adalah permukaan setengah bola bagian bawah (lower
hemisphere). Proyeksi stereografis dapat memecahkan masalah yang berkaitan
dengan geometri berupa besaran arah dan sudut dalam analisa geomoetri struktur
geologi karena proyeksi ini dapat menggambarkan geometri kedudukan atau
orientasi bidang dan garis dalam bidang proyeksi yang digunakan.

2.1.8. SIMBOL KRISTALOGRAFI


1. Parameter dan Parameter Rasio
Parameter bidang hkl:
l
oh = 1 bagian

ok = 3 bagian
o k
h ol = 6 bagian

Parameter Rasio Bidang hkl

Gambar 2.22 : Parameter Bidang hkl oh : ok : ol = 1 : 3 : 6

11
Tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan salib sumbu kristal:

hol

hko

hkl

(okl)

(001
)

(010)
(100)

Gambar 2.23 gambar tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan sumbu kristalografi

12
2. Simbol Weiss dan Miller
Indeks Miller dan Weiss adalah salah satu indeks yang sangat penting,
karena indeks ini digunakan pada semua ilmu matematika dan struktur
kristalografi. Indeks Miller dan Weiss pada kristalografi menunjukkan adanya
perpotongan sumbu-sumbu utama oleh bidang-bidang atau sisi-sisi sebuah
kristal. Nilai-nilai pada indeks ini dapat ditentukan dengan menentukan salah
satu bidang atau sisi kristal dan memperhatikan apakah sisi atau bidang tersebut
memotong sumbu-sumbu utama (a, b dan c) pada kristal tersebut.
Selanjutnya setelah mendapatkan nilai perpotongan tersebut, langkah yang
harus dilakukan selanjutnya adalah menentukan nilai dari indeks Miller dan
Weiss itu sendiri. Penilaian dilakukan dengan mengamati berapa nilai dari
perpotongan sumbu yang dilalui oleh sisi atau bidang tersebut. Tergantung dari
titik dimana sisi atau bidang tersebut memotong sumbu-sumbu kristal.
Pada dasarnya, indeks Miller dan Weiss tidak jauh berbeda. Karena apa
yang dijelaskan dan cara penjelasannya sama, yaitu tentang perpotongan sisi atau
bidang dengan sumbu simetri kristal. Yang berbeda hanyalah pada penentuan
nilai indeks. Bila pada Miller nilai perpotongan yang telah didapat sebelumnya
dijadikan penyebut, dengan dengan nilai pembilang sama dengan satu. Maka
pada Weiss nilai perpotongan tersebut menjadi pembilang dengan nilai penyebut
sama dengan satu. Untuk indeks Weiss, memungkinkan untuk mendapat nilai
indeks tidak terbatas, yaitu jika sisi atau bidang tidak memotong sumbu (nilai
perpotongan sumbu sama dengan nol). Dalam praktikum laboratorium
Kristalografi dan Mineralogi jurusan Teknik Pertambangan Undana, disepakati
bahwa nilai tidak terbatas ( ~ ) tersebut digantikan dengan atau disamakan
dengan tidak mempunyai nilai (0).

𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔


Simbol Weiss =
𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑢𝑘𝑢𝑟

𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑢𝑘𝑢𝑟
Simbol Miller =
𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔

Simbol Weiss digunakan dalam penggambaran Kristal ke dalam bentuk proyeksi


orthogonal dan proyeksi stereografis. Simbol Miller digunakan sebagai symbol
bidang dan symbol bentuk suatu Kristal

2.2. CARA KERJA

13
Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat di tentukan secara
ilmu ukur, dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan
kristal hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan kedudukan bidang-bidang tersebut
dengan pertolongan sistem-sistem koordinat. Dalam ilmu kristalografi, geometri
dipakai dengan tujuh jenis sistem sumbu. Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem
yang didasarkan pada:
a. Perbandingan panjang sumbu kristalografi
b. Letak atau posisi sumbu kristalografi
c. Jumlah sumbu kristalografi
d. Nilai sumbu c atau sumbu vertikal

2.2.1. Sistem Reguler (cubic, isometric, tesseral, tessular)


Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki tiga buah sumbu
yang sama panjangnya dan membentuk sudut 900 atau saling tegak lurus yang
satu dengan yang lainnya. Kristal yang termasuk dalam sistem ini selalu
mempunyai poros kristalografi utama yang saling memotong tegak lurus.
Nilai ketiga poros tersebut dapat dua atau empat satuan panjang dan masing-
masing poros tersebut adalah sama. Sumbu-sumbu tersebut sering di beri
nama a1, a2, dan a3. Sistem kubik ini memiliki 3 buah kelas dimana setiap
kelas memiliki memiliki unsur-unsur simetri yang berbeda-beda, sudut =  =
 = 90. Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a.

Penggambarannya: a+ / b- = 300. Dengan perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3

C+

β α
b+
30o
γ
a+

Gambar 2.24: Sumbu Kristal Isometrik dan Kristal Isometrik

Cara Menggambar Sistem Kristal Reguler/Isometrik:Hexahedron


a. Buatlah sumbu kristalografi sesuai dengan ukuran perbandingan yaitu1:3:3
dan besar sudut yaitu 30o

14
b. Beri tanda atau titik pada ukuran pebandingan 1:3:3 pada sumbu kristalografi
c. Tarik garis sejajar pada dua titik di sumbu b dan sumbu c dengan ukuran yang
sama dengan sumbu a yang telah diberi tanda
d. Buat garis sejajar dengan panjang sumbu b pada 2 tanda/titik pada sumbu a
dan di sumbu c
e. Buat/tarik garis sejajar terhadap sumbu c dengan panjang sumbu c pada 2 titik
pada sumbu b dan sumbu a
f. Pada garis sejajar yang berpotongan (contohnya pada garis sejajar b dengan
garis sejajar a) ditarik garis yang sejajar pula dengan garis c
g. Pada setiap potongan garis yang telah anda hubungkan silahkan anda
hubungkan

2.2.2. Sistem Sumbu Tetragonal


Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan
panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau
lebih pendek (umumnya lebih panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh
elemen-elemen dalam kelas holohedral, terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c;
Sb c  sumbu a = b; = =  =  c =90; Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb
a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau Sb b. Bila Sb c
lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih

pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout. penggambarannya: a+ / b- =


30o ; perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.

C+

β α
b+
o
30
γ
a+

Gambar 2.25 : Sumbu Kristal Tetragonal dan Kristal Tetragonal

Perbedaan sistem ini dengan sistem isometric adalah pada satuan panjang poros-poros
kristalografi. Dua poros a dan b mempunyai satuan panjang yang sama sedangkan

15
poros C dapat lebih panjang ataupun lebih pendek dari keduanya. Poros c dapat
bernilai empat atau biosa juga merupakan tetragiroida.
Bentuk utama kelompok ini ialah:
a. Piramida Tetragonal,yang sesuai dengan octahedron pada sistem regular,tetapi
sebagai ganti segitiga sama sisi, piramida itu dibatasi oleh segitiga sama kaki.
b. Batang,sedikit mirip dengan kubus pada sistem regular. Bidang sisinya yang
keatas terbentuk dari empat segi empat dan kedua ujungnya tertutup oleh segi
empat. Seperti halnya piramida,yang berbentuk batang inipun dapat pula
menjadi pendek (tertekan),atau memanjang (tertarik) bentuknya. Sering
terlihat sebagai penutup kedua ujung batang itu sebuah piramida yang duduk
tegak lurus atau terputar 45o. Ini merupakan suatu kombinasi antara bentuk
batang dan piramida. Selain itu masih terdapat banyak lagi kombinasi lainnya.
Cara Menggambar Sistem Kristal Tetragonal: Tetragonal Prismatik
a. Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6
b. Membuat garis a-/b+ = 30o
c. Memberi keterangan pada garis-garisnya seperti tanda a+, a-, b+, b-
d. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a-
e. Menuju bagian ketiga dari sumbu b+
f. Menuju bagian ketiga dari sumbu b-
g. Membuat proyeksi bidang dari horizontal seperti langkah kedua tadi
h. Memproyeksikan bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c+
i. Memproyeksikan bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c-

2.2.3. Sistem Sumbu Orthorhombic (prismatic, rhombic, trimetric)


Sumbu-sumbu kristalografi dari sistem orthorhombic memiliki 3 sumbu,
dimana ketiga sumbu tersebut memiliki sudut 900 atau saling tegak lurus
dengan lainnya. Sumbu a adalah sumbu terpendek, sumbu b adalah sumbu
menengah, dan sumbu c adalah sumbu terpanjang. Sumbu b disebut sumbu
makro dan sumbu a disebut sumbu brakhia. Penamaan dari kristal juga di
tentukan oleh bentuk melintang dari sumbu-sumbu tersebut, dan di letakan
sebagai awalan seperti makro atau brachia sebagai contoh makro pinacoid.

Penggambarannya: a+ / b- = 30o; Dengan perbandingan sumbu a : b : c = 1 :


4:6

16
C+

β α b+
30 γ
a+ o

Gambar 2.26 : Sumbu Kristal Orthorhombik dan Kristal Orthorhombic

Kesimetrian dari sistem Orthorombic memiliki tiga elemen simetri seperti:


3 bidang simetri-bidang sumbu
3 summbu simetri diagonal-sumbu kristalografi pusat simetri.
Banyak mineral yang sistem kristalnya dalam orthorombik seperti Topaz, Olivin,
barit, Sulfur, Natrolit dan lain-lain. Bentuk yang paling terkenal,ialah:
a. Piramida Rombus,yang dikelilingi delapan buah segitiga bersisi tidak sama.
Bidang dasar piramida ini merupakan suatu belah ketupat. Bentuk piramida
rombus terutama terdapat pada mineral sulfur.
b. Batang Rombus,dibatasi oleh 4 buah segi empat yang kedua ujungnya
tertutup oleh bidang berbentuk belah ketupat. Apabila poros verticalnya lebih
panjang dibandingkan kedua poros lainnya,dan salah satunya poros
horizontalnya lebih panjang,maka dapat dibayangkan sebuah batang yang
berdiri dan dua buah batang yang mendatar menurutkan poros-porosnya yang
horizontal.

Cara Penggambaran Sistem Kristal Orthorombic:

a. Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6


b. Membuat garis a- / b+ = 30o
c. Memberi keterangan pada garis-garisnya seperti tanda a+, a-, b+, b-, c+ dan c-
d. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+ dan a-
e. Menuju bagian keempat dari sumbu b+dan b-
f. Menuju bagian keenam dari sumbu c+
g. Menuju bagian keenam dari sumbu c-
h. Tarik garis sejajar dengan sumbu b+dan b- pada pencerminan 1 bagian a+ dan a-
i. Hubungkan ujung-ujung pada garis yang memotong sumbu a+, a-, b+, b-, c+dan
c-.

17
2.2.4. Sistem Sumbu Heksagonal
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu
horisontal yang di beri nama a1, a2, a3. sudut yang di bentuk dari positif
sampai ke positif adalah 1200 dan memiliki sudut yang sama besar. Sumbu
vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu horisontal.
Ciri sistem ini ialah mempunyai poros tambahanseh logngga poros
kristalografi berjumlah 4. sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o .
Sb a, b dan d sama panjang, disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam

bidang horisontal dan membentuk 60° Sumbu c dapat lebih panjang atau

lebih pendek dari sumbu a. Penggambarannya: a+ / b- = 17o ; a+ / d- = 39o.


Perbandingan sumbunya adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan satuan panjang
Sb a dibuat dengan memperhatikan Sb b dan Sb d.

C+

d+

b+
a+ 17o o
39

Gambar 2.27 : Sumbu Kristal Hexagonal dan Kristal Hexagonal

Kesimetrian dalam kelas ini disusun oleh elemen-elemennya adalah sebagai berikut:
7 Bidang simetri
1 sumbu simetri heksagonal
6 sumbu simetri diagonal
Bentuk yang terpenting dalam kristal ini adalah:
a. Bentuk Piramida,dibatasi oleh duua belas segitiga sama kaki. Terdapat anatar
lain pada kuarsa dan Apatit.
b. Bentuk Batang,sisi –sisi tegaknya terbentuk oleh enam buah persegi panjang
yang kedua ujungnya tertutup oleh segi enam yang teratur.
c. Rombohedron,atau bidang enam,dibatasi oleh enam buah bidang belah
ketupat berbentuk sama karena namanya ang sesuai itu maka bentuk ini tidak
termasuk kepada bentuk kristal yang rombus. Bentuk yang termasuk
Rombohedron ini dalam alam terdapat sangat banyak antara lain kalsit.

18
d. Skalenohedron,mirip piramida,tetapi garis batas bagian tengahnya tidak
terletak pada satu bidang datar,melainkan silang menyilang dan tinggi rendah.
Semua bentuk ini dapat saling berkombinasi,sama halnya seperti pada sistem
kristal lainnya. Ciri utama sistem ini ialah , bahwa dalam irisan melintang
sistem kristal ini selalu dapat dikenal adanya bentuk segi enam sama sisi.

Cara Menggambar Sistem Kristal Hexagonal:Hexagonal Prismatik dan


Hexagonal Bipyramidal
a. Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6
b. Membuat garis a-/b+ = 30o
c. Memberi keterangan pada garis-garisnya seperti tanda a+, a-, b+, b-
d. Buat garis yang sejajar dengan sumbu b hingga memotong sumbu a
e. Buat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong
sumbu b pada langkah b.
f. Buat garis-garis tersebut hingga membentuk suatu bidang yang berbentuk segi
enam.
g. Hubungkan setiap titik-titik pada garis tersebut sehingga membentuk bidang
alas dan atap berbentuk segi enam pada bangun tersebut
h. Untuk membuat kristal Hexagonal Bipyramid Orde I kita dapat memodifikasi
dari gambar Hexagonal Prisma Orde I yaitu dengan menghubungkan titik-titik
sudut dari bidang bidang segi enam pada bagian tengah kristal ke titik pusat
bidang alas dan atap.

2.2.5. Sistem Rombohedral (trigonal)

Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu


horisontal yang sama panjangnya dan membentuk sudut tidak saling tegak
lurus atau 900. sebuah sumbu tegak yang di sebut sumbu c yang berbeda
panjangnya.

Sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o; penggambarannya:


ketentuan dan cara melukis sama dengan heksagonal, perbedaannya pada
sistem heksagonal sumbu c bernilai 6, sedangkan pada sistem trigonal sumbu
c bernilai 3. Penarikan Sb a sama dengan sistem hexagonal.

19
C+

d+

b+
o
a+ 17 o
39

Gambar 2.28 : Sumbu Kristal Trigonal dan Kristal Trigonal

Kesimetrian yang dibangun oleh sistem ini adalah sebagai berikut :


3 bidang simetri-tiga bidang sumbu vertikal
1 sumbu simetri trigonal
1 pusat simetri
Mineral-mineral yang termasuk dalam sistem kristal ini adalah kalsit, dolomit,
kuarsa temperatur rendah, tormalin dan lain-lain.

Cara Menggambar Sistem Kristal Trigonal: Trigonal Bipyramidal


a. Membuat perbandingan panjang sumbu b:d:c = 3:1:6
b. Membuat garis a- / b+ = 17o
c. Membuat garis b-/ d+ = 39o
d. Memberi keterangan pada garis-garis seperti tanda a+, a-, b+, b-, c+, c-, d+ dan d-
e. Membuat garis sejajar dengan sumbu a pada 3 bagian sumbu b-.
f. Membuat garis sejajar dengan sumbu b- pada 1 bagian sumbu d-.
g. Membuat garis sejajar d pada 3 bagian sumbu b+ sehingga menampakan bentuk
bidang segitiga
h. Menarik garis lurus yang sejajar sumbu c di setiap titik-titik perpotongan
sepanjang 6 bagian
i. Tarik garis pada setiap ujung-ujung garis pada pengerjaan langkah sebelumnya
j. Tarik garis pada setiap sudut dari bidang segitiga di bagian tengah dengan enam
bagian dari sumbu c+ dan c-

20
2.2.6. SistemSumbuMonoklin ( oblique, monosymetric, clinorhombic,
hemiprismatic, monoclinohedral )
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yangdimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus
terhadap c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu
tersebut tidak sama panjang. Sumbu a di sebut sumbu kino dan sumbu b di
sebut sumbu orto. Penggambarannya:∠ a+ / b- = 45o; Perbandingan sumbu a : b
: c = 1 : 4 : 6. Sb c adalah sumbu terpanjang; sumbu b adalah sumbu
terpendek.

C+

β α b+

45o γ
+
a

Gambar 2.29 : Sumbu Kristal Monoklin dan Kristal Monoklin

Kesimetrian dari sistem monoklin menghasilkan elemen-elemen simetri, seperti


1 bidang simetri-dibentuk oleh sumbu a dan c
1 sumbu simetri diagonal, yaitu sumbu b kristallografi
1 pusat simetri
Mineral-mineral yang terpenting dalam sistem ini dan banyak terdapat di
berbagai batuan seperti ortoklas, augit, hornblende, muskovit, klorit, dan banyak lagi.
Cara Penggambaran Sistem Kristal Monoklin: Monoklin Hemibipyramid
a. Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6
b. Membuat garis a-/b+ = 45o
c. Memberi keterangan pada garis-garisnya seperti tanda a+, a-, b+, b-

21
d. Menghubungkan titik-titik pada bagian a-, b-, a+ dan b+ menjadi sebuah bidang
e. Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+ dan c-

2.2.7. Sistem Triklin (anorthic, asymmetric, clinorhombohedral)


Sistem ini mempunyai 3 sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling
tegak lurus.Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Salah satu dari sumbu-sumbu tersebut sebagai sumbu c yaitu sumbu vertikal,
sumbu b di sebut sumbu makro dan sumbu a di sebut sumbu bakhia atau

terpendek. Penggambarannya: a+ / c- = 45o; b+ / c- = 80o. Perbandingan


sumbu: a : b : c = 1 : 4 : 6.
Sumbu-sumbu kristalografi tidak membuat sudut yang saling tegak
lurus atau 90 o , satu dengan yang lainnya. Tetapi membuat sudut bermacam-
macam. Sudut-sudut tersebut adalah ciri khas untuk sistem ini. Salah satu dari
sumbu-sumbu tersebut sebagai sumbu c yaitu sumbu vertikal, dan dua sumbu
lainnya adalah sumbu b lebih panjang disebut sumbu makro, sedangkan
sumbu a lebih pendek dari yang lainnya disebut sumbu brakhia.

C+

80o b+
45o
a+

Gambar 2.30 :Gambar Sumbu Kristal Triklin dan Kristal Triklin

Kesimetrian dari siatem ini adalah hanya memiliki sebuah unsur simetri yaitu pusat
simetri.Hal ini diakibatkan dari susunan parallel dalam membentuk Kristal.

Mineral-mineral yang terpenting dalam sistem ini adalah mineral dalam


kelompok plagioklas dan mineral kianit sebagai mineral metamorfik.

Cara Penggambaran Sistem Kristal Triklin: Triklin Hemibipyramid


a. Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6
b. Membuat garis a+/c- = 45o
c. Membuat garis b+/c- = 80o
d. Memberi keterangan pada garis-garisnya seperti tanda a+, a-, b+, b-

22
e. Menghubungkan titik-titik pada bagian a-, b-, a+dan b+ menjadi sebuah bidang
f. Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+ dan c-

2.3. DESKRIPSI KRISTALOGRAFI

2.3.1 Penentuan Kelas Simetri


Dari ke-7 sistem kristal tersebut, dapat dikelompokkan menjadi 32 klas
kristal. Pengelompokkanini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki
olehkristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem
tetragonalmempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal
mempunyaitujuh kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya sistem monoklin
mempunyaitiga kelas.Tiap kelas kristal mempunyai singkatan yang disebut simbol.
Ada duamacam cara simbolisasi yang sering digunakan, yaitu simbolisasi
Schoenfliesdan Herman Mauguin (simbolisasi internasional).

2.3.1.1 Menurut Herman Mauguin


a. Sistem Reguler
1. Bagian I : menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin bernilai 4
atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurussumbu a
tersebut.
4 2
i. Bagian ini dinotasikan dengan : m, 4 , ,2
m

ii. Angka menunjukan nilai sumbu dan hutuf ’m’ menunjukan


adanya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
2. Bagian II : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu
simetri yang bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja.
Maka bagian II selalu di tulis: 3 atau 3
3. Bagian III : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet
(diagonal) bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang
tegak lurus terhadap sumbu diagonal tersebut.
2
Bagian ini di notasikan: m , 2 , m atau tidak ada.

Contoh:
4 2 4 2
a. Klas Hexoctahedral....................................m3 mm m

b. Klas Pentagonal icossitetrahedral................4 3 2 4 3 2


c. Klas Hextetrahedral.....................................4 3 m  4 3 m
2 2
d. Klas Dyakisdodecahedral............................ m3m 3

e. Klas Tetratohedris........................................2 32 3

23
b. Sistem Tetragonal
1. Bagian I : menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak
bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.
4
Bagian ini di notasikan: m , 4 , 4

2. Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus yterhadap sumbu lateral tersebut.
2
Bagian ini di notasikan:m , 2, m atau tidak ada.

3. Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan


ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu
inetrmediet tersebut.
2
Bagian ini di notasikan:m, 2 , m atau tidak ada.

Contoh :
4 2 2 4 2 2
a. Klas Ditetragonal bipyramidal......... , ,  , ,
m m m m m m

b. Klas Tetragonal trapezohedral.......... 422 422

c. Klas Ditetragonal pyramidal.............. 4 m m 4 m m

d. Klas Tetragonal scalenohedral......... 4 2 m4 2 m


4 4
e. Klas Tetragonal bipyramidal..............mm

f. Klas Tetragonal pyramidal................. 44

g. Klas Tetragonal Bisphenoidal............. 4 4

c. Sistem Hexagonal dan Trigonal


1. Bagian I: menerangkan nilai sumbu c (mungkin 6, 6, 6, 3, 3) dan
ada tidaknya bidang simetri horisontal yang tegak lurus sumbu
c tersebut.
Bagian ini di notasikan : 6, 6, 6, 3, 3
2. Bagian II: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada
tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak lurus.
2
Bagian ini di notasikan: m , 2 , m atau tidak ada.

3. Bagian III: menerangkan ada tiaknya sumbu simetri intarmediet dan


ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu
intermediet tersebut.
2
Bagian ini di notasikan: m , 2, m atau tidak ada.

24
Contoh :
6 2 2 6 2 2
- Klas Dihexagonal bipyramidal............. 𝑚
𝑚 m m mm

- Klas Dihexagonal trapezohedral............6 2 2  6 2 2


- Klas Dihexagonal pyramidal..................6 m m  6 m m
6 6
- Klas Hexagonal bipyramidal................. .𝑚 𝑚

- Klas Hexagonal pyramidal..................... 6 6


- Klas Ditrigonal bipyramidal...................6 m 2  6m2
Atau 6 2 m  62m
- Klas Trigonal bipyramidal..................... 6  6
2 2
- Klas Ditrigonal scalenohedral............... 3 m  6 m

- Klas trapezohedral................................. 3 2  32
- Klas Ditrigonal pyramidal..................... 3 m  3m
atau 3 m3 m
- Klas Trigonal rhombohedral................. 3  3
- Klas Trigonal pyramidal....................... 3  3

d. Sistem Orthorombic
1. Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tiaknya bidang yang
tegak lurus terhadap sumbu a tersebut
2
Dinotasikan: ,2,m
m

2. Bagian II: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.
2
Bagian ini di notasikan: m , 2, m

3. Bagian III: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang


simetri yang tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
2
Di notasikan: m , 2

Contoh :
2 2 2 2 2 2
a. Klas Orthorombic bipyramidal............. .m m m  mmm

b. Klas Orthorombic bisphenoidal..............2 2 2  222


c. Klas Orthorombic pyramidal..................m m 2  mm2
e. Sistem Monoklin
Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.
Contoh :

25
2
a. Klas Prismatik..................................................... m

b. Klas Sphenoidal.................................................. 2
c. Klas Domestik.................................................... m

f. Sistem Triklin
Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:
1. Mempunyai titik simetri klas pinacoidal 1
2. Tidak mempunyai unsur simetri klas assymetric 1

2.3.1.1 Menurut Schoenflish


a. Sistem Reguler
1. Bagian I : Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu
sumbu c bernilai 4 atau bernilai 2.
a. Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O
(octaeder).
b. Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf T
(tetraeder).
2. Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila
kristal tersebut mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Bidang simetri diagonal (d)
a. Kalau mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
b. Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
c. Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d
Contoh :
1. Klas Hexoctahedral............................................................. Oh
2. Klas Pentagonal icositetrahedral.......................................... O
3. Klas Hextetrahedral............................................................. wd
4. Klas Dykisdodecahedral...................................................... T

26
b. Sistem Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin, Dan
Trinklin
Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu
sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2
kemungkinan:
a. Kalau sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D
(diedrish).
b. Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c
(cyklich).
Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di
sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.
Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Bidang simetri diagonal (d)
a. Kalau mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
b. Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
c. Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d
Contoh :
1. Klas Ditetragonal pyramidal....................................... C4v
2. Klas Ditetragonal bipyramidal................................... D4h
3. Klas Tetragonal scalenohedral................................... D2d
4. Klas Tetragonal trapezohedral................................... D
5. Klas Tetragonal bipyramidal..................................... C4 h
6. Klas Tetragonal pyramidal........................................ C4
7. Klas Tetragonal bispenoidal...................................... S4
8. Klas Dihexagonal pyramidal..................................... D6h
9. Klas Dihexagonal bipyramidal.................................. C6h
10. Klas Hexagonal trapezohedral................................... D6
11. Klas Hexagonal bipyramidal..................................... C6 h
12. Klas Hexagonal pyramidal........................................ C6
13. Klas Trigonal bipyramidal......................................... C3h

27
14. Klas Trigonal trapezohedral...................................... D3
15. Klas Trigonal rhombohedral...................................... C3i
16. Klas Trigonal pyramidal............................................ C3
17. Klas Ditetragonal scalenohedral................................ D3d
18. Klas Ditetragonal bipyramidal................................... D3h
19. Klas Ditetragonal pyramidal...................................... C3v
20. Klas Orthorombic pyramidal..................................... C2v
21. Klas Orthorombic bisphenoidal................................. D2
22. Klas Orthorombic bipyramidal.................................. D2h
23. Klas Prismatik............................................................ C2h
24. Klas Spenoidal........................................................... C2
25. Klas Domatic............................................................. C1h
26. Klas Pinacoidal........................................................... Ci
27. Klas Asymetric........................................................... C1
2.4.KLASIFIKASI KRISTAL
Mineral yang terdapat di alam memiliki beragam ciri dan karakteristik, perbedaan
ini dapat tampak secara langsung ataupun tidak langsung.Namun, bentuk dari
kristal-kristal mineral kadang memperlihatkan kesamaan pada berbagai mineral,
sehingga muncul klasifikasi umum dari sistem Kristal, yang saat ini mempunyai 7
sistem utama, dan tiap sistem dibagi lagi menjadi beberapa kelas.
Pembagian sistem ini didasarkan kepada pembagian dari ruang kosong yang
berdasarkan simetri dari struktur dalam bentuk tiga dimensi dengan simetri translasi
di tiga arah, mempunyai mempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap kelas. Sistem
kristal terbagi menjadi tujuh sistem kristal.
Berikut ini merupakan 7 sistem utama dari sistem kristal tersebut :
1. Sistem Isometric atau Reguler
Sistem kristal isometric adalah sistem kristal dimana setiap unit sel-nya berbentuk
kubus. Sistem kristal ini merupakan sistem kristal yang paling sederhana yang dapat
ditemukan dalam kristal dan mineral. Sistem kristal ini mempunyai 5 buah kelas dan
ada tiga buah bravais lattice dari jenis kristal ini yaitu simple cubic, body centered
cubic, face centered cubic. Semua kristal yang mempunyai tiga buah sumbu yang
identik dan saling tegak lurus termasuk ke dalam golongan sistem kristal cubic.
Sumbu pertama terletak vertikal, sumbu kedua memanjang dari depan ke belakang
dan sumbu ketiga bergerak dari kiri ke kanan. Kelas-kelas dalam sistem kristal ini
yaitu hexoctahedral class, tritetrahedral class, hextetrahedral class, didodecahedral
class, trioctahedral class.

28
Mineral dengan sistem kristal isometric antara lain Aluminium (Al), Bornite
(Cu5FeS4), Chromite (FeCr2O4), Chromium (Cr), Cobalt (Co), Copper (Cu), Cuprite
(Cu2O), Galena (Pbs), Paladium (Pd), Spinel (MgAl2O4), Halite (NaCl), Iron-Nickel
(Fe-Ni), Leucite (KAlSi2O6), Magnetite (Fe3O4), Manganese (Mn), Platinum (Pt),
Pyrite (FeS2), Rhodium (Rh), Silicone (Si), Silver (Ag), Sphalerite ((Zn, Fe)S),
Spinel (MgAl2O4,)

Gambar 2.31Paladium
2. Sistem Tetragonal
Dalam kristalografi, tetragonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai tujuh buah kelas. Tetragonal merupakan hasil dari pemanjangan bentuk
dasar cubic sehingga bentuk dasar cubic tersebut menjadi prisma. Tetragonal
mempunyai dua buah bentuk bravais lattice yaitu simple tetragonal dan centered
tetragonal.
Sistem kristal ini terbagi menjadi tujuh kelas yaitu : ditetragonal bipyramidal
class, tetragonal trapezohedral class, ditetragonal pyramidal class, tetragonal
scalenohedral class, tetragonal bipyramidal class, tetragonal pyramidal class,
tetragonal bisphenoidal class. Contoh mineralnya : Chalcopyrite (CuFeS2), Rutile
(TiO2) dan Minium (Pb3O4).

Gambar 2.32Minium

3.Sistem Heksagonal
Dalam kristalografi, hexagonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai tujuh buah kelas. Semua kelasnya mempunyai simetri yang sama
dengan bentuk dasar dari hexagonal. Untuk bravais lattice hanya terdapt satu untuk
sistem kristal hexagonal. Sistem kristal ini mempunyai tujuh buah kelas yaitu :
dihexagonal bipyramidal class, hexagonal trapezohedral class, dihexagonal

29
pyramidal class, ditrigonal bipyramidal class, hexagonal bipyramidal class,
hexagonal pyramidal class, trigonal bipyramidal class. Contoh mineral : Apatite,
Calcite, Titanium dan Vanadinit, Osmium, Grafit.

Gambar 2.33Osmium

4. Sistem Trigonal
Dalam kritalografi, trigonal merupakan salah satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai lima buah kelas dan hanya satu buah bentuk bravais lattices.
Sistem kristal ini mempunyai 5 kelas yaitu : ditrigonal scalenohedral class, trigonal
trapezohedral class, ditrigonal pyramidal class, trigonal rhombohedral class, trigonal
pyramidal class. Contoh mineral : Kuarsa (SiO2), Corundum (Al2O3), Calcite
(CaCO3). Gratnite (Pb9As4S15), Hatrunite (Ca2SiO5), Ellisite (Tl3AsS3) Yarrowite
(Cu8S9), Perryite ((Fe,Ni)3(Si,P)8)

Gambar 2.34Gratnite

5.Sistem Orthorhombic
Dalam kristalografi, orthorombik merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai tiga buah kelas dan mempunyai empat buah bentuk bravais lattices
yaitu simple orthorhombic, base centered orthorhombic, body centered
orthorhombic dan face centered orthorombic. Sistem kelas ini terbagi menjadi 3
buah yaitu : orthorhombic bipyramidal class, orthorhombic bisphenoidal class,
orthorombic pyramidal class. Contoh mineral : Aragonite (CaCO3), Sulfur (S),
Barite (BaSO4).Cavoite (CaV3O7), Ludwigite (Mg2FeBO5) Cohenite
((Fe,Ni,Co)3C), Kanemite (NaHSi2O5 .3H2O)

30
Gambar 2.35Ludwigite
6. Sistem Monoklin
Dalam kristalografi, sistem monoklin merupakan sistem kristal yang mempunyai
tiga buah kelas dan dua buah bravais lattices yaitu simple monoclinic dan centered
monoclinic lattices. Sistem kristal ini terbagi menjadi tiga kelas yaitu : prismatic
class, sphenoidal class, domatic class. Contoh mineral : Hornblende, Orthoclase
(KAlSi3O8), Argentiite (Ag2S), Acanthite (Ag2S), Bismite (Bi2O3), Diopside
(CaMgSi2O6), Sphene (CaTiSiO5), Zincsilite (Zn3Si4O10.(OH)2.4(H2O))

Gambar 2.36Sphene (Titanite)

7. Sistem Triklin
Dalam kristalografi, triklin mempunyai dua buah kelas saja yang dibedakan
menurut ada atau tidaknya sumbu simetri selain itu triclinic merupakan satu –
satunya yang tidak mempunyai bidang cermin. Sistem kristal ini terbagi menjadi
dua kelas yaitu : pinacoidal class, pedial class. Contoh mineral : Microclin
(KAlSi3O8), Rodokrosit, Albite (NaAlSi 3O8), Dalyite (K2ZrSi6O15), Microlin
(KAlSi3O8), Kyanite (Al2SiO5) Cattiite (Mg3(PO4)2.22(H2O)), Rhodonite
((Mn,Fe,Mg,Ca)SiO3)

Gambar 2.37Kyanite
2.5. APLIKASI KRISTALOGRAFI DALAM BIDANG GEOLOGI
Kristalografi sangatlah penting dalam ilmu geologi karena hampir semua
mineral tersusun atas kristal dan berbentuk kristalin. Batuan yang kita pijakpun

31
terbentuk dari kumpulan mineral-mineral yang juga terdiri dari kristal-kristal. Dengan
ilmu kristalografi kita dapat mempelajari berbagai macam sifat-sifat mineral yang
paling dicari manusia karena memiliki nilai jual yang tinggi. Lapisan bumipun secara
tak sadar terbentuk dari kristal-kristal. Geologi belajar tentang bumi, bumi tersusun
atas batuan, batuan terbentuk dari kumpulan mineral, mineral tersusun dari kristal-
kristal ini berarti untuk mempelajari bumi kita harus benar-benar paham mengenai
kristalografi. Mempelajari Kristal, mineral kemudian Batuan sangatlah memudahkan
kita untuk mengetahui berbagai bahan galian yang bernilai tinggi. Dengan
mempelajari Kristalografi maka sudah satu langkah awal sebagai dasar telah diambil
untuk selanjutnya mempelajari mineral (mineralogi) maupun batuan (petrologi) dan
bumi (geologi).Maka dari itu, sekali lagi kristalografi sangatlah membantu dalam
mempelajari bumi dan merupakan dasar yang mutlak untuk mempelajari lebih lanjut.

32
Berikut Adalah Gambar dan Deskripsi Sistem Kristal

Dari Praktikum Kristalografi

Pada Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi

33
34
35
36
37
38
39
40
BAB III

MINERALOGI

3.1 DASAR TEORI

3.1.1 Pengertian Mineralogi

Mineralogi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari mengenai


mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara
terjadinya dan kegunaannya.
Secara Umum Mineral dapat didefinisikan sebagai benda padat
homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai
komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang
tersusun secara teratur.
Benda padat homogen artinya bahwa mineral itu hanya terdiri dari satu
fase padat, hanya satu macam material, yang tidak dapat diuraikan menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana oleh suatu proses fisika. Dengan
adanya suatu persyaratan mineral-mineral itu benda padat, maka cairan dan gas-
gas tidak termasuk. Es adalah mineral tetapi air bukan mineral.
Terbentuk secara anorganik artinya benda-benda padat homogen yang
dihasilkan oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan tidak termasuk, maka dari itu
kullit tiram (dan mutiara di dalamnya) meskipun terdiri dari Calsium Carbonat
yang tidak dapat dibedakan secara kimia maupun fisika dari mineral aragonite,
tidak dianggap sebagai mineral.
Mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu artinya bahwa
mineral itu merupakan senyawa kimia, dan senyawa kimia mempunyai
komposisi pada batas-batas tertentu yang dinyatakan dengan suatu rumus.
Rumus kimia mineral dapat sederhana maupun kompleks tergantung dari
banyaknya unsur-unsur yang ada dan proporsi kombinasinya.
Atom-atom yang tersusun secara teratur merupakan ukuran dari keadaan
kristalisasinya, cara ini untuk pembentukan, susunan atom yang teratur ini dapat
tergambar pada bentuk luar kristalnya, dari kenyataan bahwa adanya susunan
atom-atom yang teratur di dalam kristalin yang padat telah disimpulkan dari
teraturnya bentuk luar, lama sebelum sinar X ditemukan.

41
3.1.2 Defenisi Mineral Menurut Para Ahli

Defenisi mineral menurut para ahli :


L.G. Berry & B. Mason 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam dan
terbentuk secara anorganik dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu
serta mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
D.G.A. Whitten & J.R.V. Brooks 1972
Mineral adalah bahan padat dengan struktur homogen yang
mempunyai komposisi kimia tertentu dan dibentuk oleh proses alam yang
anorganik.
A.W.R. Potter & H. Robinson 1977
Mineral adalah zat atau bahan homogen yang mempunyai komposisi
kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan
hasil suatu kehidupan.
Kraus, dkk., 1959
Mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi
kimia yang khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang
kadang-kadang dapat menjelma dalam bentuk geometris tertentu.
Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu, tetapi
juga mempunyai bentuk tertentu yang di sebut bentuk kristal.
Batasan - batasan Defenisi Mineral:
a) Suatu bahan alam. Artinya terbentuk secara alamiah, bukan dibuat
oleh manusia.
b) Mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tetap. Dimana sifat fisik ini
mencakup: warna, kekerasan, belahan, perawakan, pecahan, dan lain
sebagainya. Sedangkan sifat kimia mencakup: nyata api terhadap api
oksidasi atau api reduksi, dan lain sebagainya.
c) Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap. Beberapa contoh
unsur tunggal antara lain: diamond(c), native silver(Ag), dan lain-lain.
Sedangkan unsur senyawa diantaranya berupa: Barit(BaSO4),
magnetit(Fe3O4), zircon(ZrSiO4), dan lain-lain.
d) Umumnya bersifat anorganik, dimana mineral bukan hasil dari suatu
kehidupan.
e) Homogen, artinya mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain
yang lebih sederhana.
f) Berupa padat, cair, dan gas.

42
3.2 CARA PEMBERIAN NAMA MINERAL

3.2.1 Sifat-Sifat Fisik Yang Diselidiki


Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat
fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat fisik suatu
mineral ini sangat diperlukan di dalam mendeterminasi atau mengenal mineral secara
megaskopis atau tanpa menggunakan mikroskop. Dengan cara ini seseorang dapat
mendeterminasi mineral lebih cepat dan biasanya langsung di lapangan tempat di
mana sampel tersebut ditemukan. Sifat-sifat mineral tersebut meliputi: warna,
perawakan kristal, kilap, kekerasan mineral, goresan, belahan, pecahan, daya tahan
terhadap pukulan, berat jenis, kemagnetan, rasa dan bau serta derajat ketransparanan.
3.2.1.1 Warna (Colour)
Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang
mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (absorpsi) dan
sebagian akan dipantulkan (refleksi). Warna ini penting untuk membedakan
antara warna yang disebabkan oleh campuran atau pengotoran dan warna asli
elemen-elemen utama pada mineral tersebut. Warna mineral dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
a. Idiokromatik : warna mineral yang selalu tetap. Umumnya dijumpai
pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opak), seperti galena,
magnetit = hitam, pirit = kuning loyang, belerang = kuning, azurite =
biru dan sebagainya.

Gambar 3.1 Warna idiokromatik pada Azurite.


b. Allokromatik : warna mineral yang tidak tetap, tergantung dari material
pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus
cahaya seperti kuarsa, dan kalsit.

Gambar 3.2 Warna allokromatik pada kuarsa

43
3.2.2 Perawakan Kristal
Perawakan kristal adalah bentuk khas mineral di tentukan oleh bidang yang
membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut.
Kita perlu mengenal perawakan yang terdapat pada beberapa jenis mineral,
walaupun perawakan kristal bukan merupakan ciri tetap mineral. Contoh:
mika selalu menunjukan perawakan kristal yang mendaun (foliated),
amphibol, selalu menunjukan perawakan kristal meniang (columnar).
Perawakan kristal di bedakan menjadi 3 golongan (Pearl, 1975) yaitu:
elongated habits, flattened habits, dan rounded habits.

1. Elongated habits (meniang/berserabut) yang terbagi atas :


a. Meniang (columnar) yaitu bentuk Kristal prismatic yang menyerupai
bentuk tiang.

Gambar 3.3 Contoh mineral : Aquamarine


b. Menyerat (fibrous) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai serat-serat kecil.

(a) (b)
Gambar 3.4 Contoh mineral : (a)Asbestos, (b)Silimanite.
c. Menjarum (Acicular) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai jarum-jarum
kecil.

Gambar3.5 Contoh mineral : Aragonit

44
d. Menjaring (Reticulate) yaitu bentuk Kristal yang kecil panjang yang tersusun
menyerupai jarring.

Gambar 3.6 Contoh mineral : Cerussite

e. Membenang (Filliform) yaitu bentuk Kristal kecil-kecil yang menyerupai


benang.

Gambar 3.7 Contoh mineral : Perak


f. Menjari (Radiated) yaitu bentuk Kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-
jari.

Gambar 3.8 Contoh mineral : Pyrophilite


2. Flattened habits (lembaran tipis) yang terbagi atas :
a. Membilah (bladed) yaitu bentuk Kristal yang panjang dan tipis
menyerupai bilah kayu dengan perbandingan antara lebar dengan tebal
sangat jauh.

Gambar 3.9 Contoh mineral : Kyanite


b. Memapan (tabular) yaitu bentuk Kristal yang pipih menyerupai bentuk
papan, dimana lebar dengan tidak terlalu jauh.

45
Gambar 3.10 Contoh mineral : Barite
c. Membata (Blocky) yaitu bentuk Kristal tebal menyerupai bentuk bata, dimana
perbandingan antara lebar dengan tebal hampir sama.

Gambar 3.11 Contoh mineral : Vanadinite


d. Mendaun (Foliated) yaitu bentuk Kristal pipih dengan melapis (lamellar)
perlapisan yang mudah dikupas atau dipisahkan.

Gambar 3.12 Contoh mineral : Mica


e. Memencar (divergent) yaitu bentuk Kristal yang tersusun menyerupai bentuk
kipas terbuka.

Gambar 3.13 Contoh mineral : Pirit


F. Membulu (plumose) yaitu bentuk Kristal yang tersusun membentuk bulu.

Gambar 3.14 Contoh mineral : Dezcloizite

3. Rounded habits (membutir) yang terbagi atas :


a. Mendada (Mamillary) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai buah dada.

46
Gambar 3.15 Contoh mineral : Malakhit
b. Membulat (colloform) yaitu bentuk Kristal yang menunjukan permukaan yang
bulat-bulat.

Gambar 3.16 Contoh mineral : Kryptomelan


c. Membulat jari (colloform radial) yaitu bentuk Kristal yang membulat dengan
struktur dalam memencar menyerupai bentuk jari.

Gambar 3.17 Contoh mineral : Pyromorphite


d. Membutir (granular) yaitu bentuk Kristal berupa kelompok Kristal kecil yang
berbentuk butiran.

Gambar 3.18 Contoh mineral : Sodalite


e. Memisolit (pisolitic) yaitu bentuk Kristal berupa kelompok Kristal lonjong
sebesar kerikil seperti kacang tanah.

Gambar 3.19 Contoh mineral : Bauksit


f. Stalaktit (stalactic) yaitu bentuk Kristal yang membulat dengan litologi
gamping.

47
Gambar 3.20 Contoh mineral : Goethite
g. Mengginjal (Reniform) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai bentuk ginjal.

Gambar 3.21 Contoh mineral : Hematit


3.2.3 Kilap (Luster)

Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan


padanya. Kilap dibedakan menjadi 2, yaitu kilap logam (metallic luster) dan
kilap bukan logam (non metallic luster). Kilap logam memberikan kesan
seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-
mineral bijih, seperti emas, galena, pirit, dan kalkopirit. Sedangkan kilap
bukan logam tidak memberikan kesan logam jika terkena cahaya. Selain itu,
adapula kilap sub-metalik (sub-metallic luster), yang terdapat pada mineral-
mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6-3.
Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi:
a) Kilap Kaca(Vitreous Luster); Memberikan kesan seperti kaca atau gelas
bila terkena cahaya. Contohnya: kalsit, kuarsa, dan halit.
b) Kilap Intan (adamantine Luster); Memberikan kesan cemerlang seperti
intan.
c) Kilap Sutera (Silky Luster); Memberikan kesan seperti sutera. Umumnya
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat. Seperti asbes,
aktinolit, dan gipsum.
d) Kilap Lilin (Waxy Luster); Merupakan kilap seperti lilin yang khas.
e) Kilap Mutiara (Pearly Luster); Memberikan kesan seperti mutiara atau
seperti bagian dalam dari kulit kerang. Kilap ini ditimbulkan oleh mineral
transparan yang berbentuk lembaran. Contohnya talk, dolomit, muskovit,
dan tremolit.
Kilap Lemak (Greasy Luster); Menyerupai lemak atau sabun. Hal ini ditimbulkan
oleh pengaruh tekanan udara dan alterasi. Contohnya talk dan serpentin.

48
f) Kilap Tanah (Earthy Luster); Kenampakannya buram seperti tanah.
Misalnya kaolin, limonit,dan bentonit.

Gambar 3.22 : Contoh Kilap Mineral


3.2.4 Kekerasan Mineral (Hardness)

Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Penentuan


kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang
rata pada mineral standar dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang
dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling
keras.
Tabel 3.1 Skala kekerasan relatif mineral (Mohs)
Kekerasan Mineral Rumus Kimia

1 Talc Mg3Si4O10(OH)2

2 Gypsum CaSO4.2H2O

3 Calcite CaCO3

4 Fluorite CaF2

5 Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)

6 Orthoclase KAlSi3O8

7 Quartz SiO2

8 Topaz Al2SiO4(OH,F)2

49
9 Corundum Al2O3

10 Intan C

Misalnya suatu mineral di gores dengan kalsit (H=3) ternyata mineral itu tidak
tergores, tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4), maka mineral tesebut mempunyai
kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan mineral dengan
memepergunakan alat-alat yang sederhana misalnya:

1. Kuku jari manusia H = 2,5


2. Kawat tembaga H = 3
3. Pecahan kaca H = 5,5
4. Pisau baja H = 5,5
5. Kikir baja H = 6,5
6. Lempeng baja H = 7
Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku manusia tetapi oleh kawat tembaga,
maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.

3.2.5 Gores (Streak)

Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama
atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Gores ini di
pertanggungjawabkan karena stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang
warnanya sama tetapi goresnya berbeda.

Gores ini di peroleh dengan cara mengoreskan mineral pada permukaan


keeping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka
dapat di cari mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna
putih. Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih
terang dari pada warna mineralnya sendiri. Mineral yang mempunyai kilap metallic
kadang-kadang mempunyai warna gpres yang lebih gelap dari warna mineralnya
sendiri. Ada beberapa mineral warna dan gores sering menunjukan warna yang sama.

Gambar 3.23 Contoh goresan mineral cinnabar dan pyrite.

3.2.6 Belahan (Cleavage)

50
Belahanadalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melaluibidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang
belahanumumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.
Belahan dapat di bedakan menjadi:
a. Sempurna (perfect)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang
merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang
belahannya.
b. Baik (good)
Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya
yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya.
c. Jelas (distinct)
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi
mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak
rata.
d. Tidak jelas (indistinct)
Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan
untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.
e. Tidak sempurna (imperfect)
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan
mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.

3.2.7 Pecahan (Fracture)

Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang


yangtidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi:
a. Pecahankonkoidal (Choncoidal): Pecahan yang memperlihatkan
gelombang yang melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai
pecahan botol atau kulit bawang.
b. Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang
menunjukkan kenampakanseperti serat, contohnya asbes, augit.
c. Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang
memperlihatkanpermukaan bidang pecanya tidak teratur dan kasar,
misalnya pada garnet.
d. Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan
cukup halus. Contohnya minerallempung.

51
e. Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak
teratur, kasar,dan ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral
kelompok logam murni.
f. Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya
mineral lempung.

3.2.8 Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)

Tenacity adalah suatu reaksi atau daya tahan mineral terhadap gaya
yang mengenainya, seperti penekanan, pemecahan, pembengkokan,
pematahan, pemukulan, penghancuran, dan pemotongan. Tenacity dapat
dibagi menjadi:
a. Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
b. Sectile (Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong dengan pisau
dengan tidak berkurang menjadi tepung.
c. Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti kawat. Bila
ditarik akan menjadi panang, dan apabila dilepaskan akan kembali
seperti semula.
d. Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan palu akan
menjadi pipih.
e. Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan kembali
seperti semula bila dilepaskan.
f. Flexible ; apabila mineral dapat dilengkungkan dengan mudah

3.2.9 Berat Jenis (Specific Gravity)

Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral


dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama. Dalam penentuan
berat jenis dipergunakan alat-alat seperti: piknometer, timbangan analitik, dan
gelas ukur.

Berat jenis dapat dirumuskan sebagai berikut:

BERAT MINERAL
Berat Jenis = VOLUME MINERAL

3.2.10 Kemagnetan
Sifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum mineral fisik
adalah sifat dari mineral yang diselidiki, apakah paramagnetik ataukah
diamagnetik.

52
a. Ferromagnetik (magnetik): yaitu mineral tersebut memiliki daya tarik
kuat terhadap magnet.
b. Paramagnetik (magnetik): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tarik
terhadap magnet tetapi lebih lemah dibandingakan ferromagnetik.
c. Diamagnetik (non-magnetik): yaitu mineral tersebut mempunyai daya
tolak terhadap magnet.

3.2.11 Rasa dan Bau


Disamping dari sifat-sifat yang telah dibahas sebelumnya, beberapa
mineral juga mempunyai bau dan rasa.
Rasa Mineral Terbagi Atas:
1. Astringet (Rasa yang umum dimiliki oleh loogam)
2. Sweetist (Rasa seperti pada tawas)
3. Saline (Rasa asin seperti yang dimiliki oleh garam)
4. Alkaline (Rasa seperti soda)
5. Bitter (Rasa Pahit)
6. Cooting (Rasa seperti pada sendawa)
7. Sour (Rasa seperti asam belerang/Masam)
Bau Mineral Terbagi Atas:
1. Alliaceous (Bau seperti bawang, bisa dimiliki ketika dipanaskan)
2. Horse Raddish Odor (Berbau busuk seperti bangkai)
3. Sulphurous (Bau Khas belerang)
4. Bituminous (Bau seperti aspal)
5. Fetid (Bau Seoerti telur busuk)
6. Argiterous (Bau tanah pada lempung)

3.2.12 Derajat Ketransparanan


Sifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada kemampuan
mineral tersebut mentransmit sinar cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan hal
ini, variasi mineral dibedakan atas:

a. Opaque mineral; yaitu mineral-mineral yang tidak tembus


cahaya meskipun dalam bentuk lembaran tipis. Mineral-mineral
ini permukaannya mempunyai kilauan metalik dan meninggalkan
berkas hitam atau gelap.

Gambar 3.24 Contoh Opaque Mineral.

53
b. Transparant mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus
pandang seperti kaca.

Gambar 3.25 Contoh Transparant Mineral.


c. Translucent mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus cahaya
tapi tidak tembus pandang.

Gambar 3.26 Contoh Translucent Mineral.


d. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang dalam bentuk
pecahan-pecahan tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis.

Gambar 3.27 Contoh Mineral.yang tembus cahaya pada lembaran tipis

3.3 DESKRIPSI MINERAL

3.3.1 Klasifikasi Mineral

Klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari Dana yang
mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya. Dana membagi
mineral dalam 9 golongan ( Klein & Hurlburt, 1993), yaitu :
3.3.1.1 Silicate Class

Silicate Class merupakan kelas terbesar, sering di sebut juga Silicon


dioxide, gabungan dari 2 unsur yang paling melimpah yaitu Silicon kerak
bumi dan oksigen (SiO2) dan dengan ion tambahan lainnya seperti aluminium,

54
magnesium, besi dan calcium. Masa kerak bumi adalah 59 % Silika,
konstituen utama lebih dari 95 % batuan diketahui. Contoh mineral kelas
Silikat adalah Olivin (Mg,Fe)2 SiO4 , Kuarsa (SiO2), Serpentine
(Mg6Si4O10(OH)4), Kaolinit (Al4Si4O10(OH)8).

Gambar 3.28 Contoh Mineral Silicate Class (Kuarsa).


3.3.1.2 Carbonate Class
Carbonate class merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3)2-
dan termasuk Calcite dan aragonite (keduanya merupakan Calcium
Carbonate), Dolomit (Magnesium/Calcium Carbonate) dan Siderite (besi
Carbonate).
Carbonate terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai
plankton. Carbonate juga terbentuk pada daerah evaporit dan pada daerah
karst yang membentuk gua/caves, stalaktit, dan stalagmite. Carbonate Class
juga termasuk mineral Nitrate dan Borate. Contoh mineral Carbonate class
adalah Dolomit (CaMg(CO3)2), Aragonite (CaCO3), Siderit (FeCO3),
Magnesit (MgCO3), Smithsonite (ZnCO3).

Gambar 3.29 Contoh Mineral Carbonate Class (Dolomite).

3.3.1.3 Sulfate Class


Mineral kelas Sulfat terdiri dari anion Sulfate SO42- biasanya terbentuk
di daerah evaporitic yang tinggi kadar airnya perlahan lahan menguap
sehingga formasi sulfat dan Halida berinteraksi. Contoh mineral kelas sulfat
adalah Anhydrite (CaSO4), Barite (BaSO4), dan Gypsum (CaSO42H2O).
Termasuk juga Kromat, Molybdat, Selenat, Sulfite, Tellurate, dan Tungstate.

55
Gambar 3.30 Contoh Mineral Sulfate Class (Barite)

3.3.1.4 Halide Class


Halide Class adalah kelas mineral yang membentuk garam alami dan
juga termasuk Fluorit (Calcium Fluoride), Halite (Sodium Chlorida), Sylvite
(Potassium Chlorida) dan Sal Ammoniac (Ammonium Chlorida). Sama
halnya dengan Sulfat, Halida juga di temukan di daerah evaporit seperti danau
playa dan laut yang terkurung daratan seperti laut mati dan danau garam besar.
Contoh mineral kelas Halida adalah Fluorit (CaF2), dan Halite (NaCl).

Gambar 3.31 Contoh Mineral Halide Class (Fluorite)


3.3.1.5 Oxide Class
Mineral kelas oksida biasanya terbentuk dekat permukaan bumi,
teroksidasi dari hasil pelapukan mineral lain dan sebagai mineral pelengkap
pada batuan beku yang terdapat di kerak dan mantel bumi. Mineral-mineral
kelas oksida sangat penting dalam dunia pertambangan karena bijih (ores)
terbentuk dari mineral-mineral kelas oksida, kelas mineral ini pun juga
mempengaruhi perubahan kutub magnetic bumi. Contoh mineral kelas Oksida
adalah Rutile (TiO2), Hematite (Fe2O3), Spinel (MgAl2O4), Magnetite (Fe3O4),
Korundum (Al2O3), Pyrolusit (MnO2)

Gambar 3.32 Contoh Mineral Oxide Class (Spinel)


3.3.1.6 Sulfide Class

56
Mineral kelas Sulfide merupakan kelas mineral yang juga pembentuk
bijih (ores), juga merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan
belerang (S). Contoh mineral kelas Sulfida adalah Pyrite (FeS2), Galena
(PbS), Bornite (Cu5FeS5), Sphalerite (Zn,Fe)S.

Gambar 3.33 Contoh Mineral Sulfide Class (Galena)

3.3.1.7 Phosphate Class


Mineral fosfat merupakan persenyawaan kimia antara unsur-unsur
logam dengan Phospate radical. Ribuan spesies dari golongan ini dapat
dikenali, namun keadaannya tidak berlimpah. Sifat dari golongan ini berubah-
ubah tetapi umumnya cenderung lunak, rapuh, sangat berwarna dan
kristalisasinya baik.
Mineral kelas fosfat termasuk mineral dengan unit AO4, A berupa
phosphorus, antimony, arsenic atau vanadium. Contoh mineral fosfat adalah
Apatit (Ca5(PO4)3(OH,F,Cl)), Zuenerite (Cu(UO2)2(AsO4)2-10-16H2O),
Monasit ( (Ce, La, Y, Th)PO4 ), termasuk juga mineral Arsenat, Vanadat dan
mineral-mineral Antimonit.

Gambar 3.34 Contoh Mineral Phosphate Class (Apatit)


3.3.1.8 Native Elements Class
Native elements merupakan unsur-unsur bebas, bukan merupakan
unsure-unsur gabungan. Mineral kelas elemen terdiri dari metal dan elemen
intermetalik (emas, perak dan tembaga), semi-metal dan non-metal
(Antimony, Bismuth, Grafit, sulfur). Kelas ini juga termasuk campuran logam
alam seperti electrum, fosfida, silisida, nitride dan carbida. Contoh mineral

57
kelas elemen adalah Perak (Ag), Bismut (Bi), Intan (C), Grafit (C), Sulfur (S),
Tembaga (Cu), Emas (Au).

Gambar 3.35 Contoh Mineral Native Element (Tembaga/Native Copper)

3.3.2 Laporan Mineral


Dalam laporan mineral ini, meliputi deskripsi dari seluruh mineral dan
terutama mineral yang dimiliki nilai ekonomis saja. Mineral dalam laporan ini
hanya ada beberapa mineral saja. Deskripsi mineral-mineral ini meliputi
beberapa sifat fisik, seperti:

1. Deskripsi mineral : yang berupa penamaan mineral itu sendiri dengan


pengklasifikasiaannya yang didasarkan pada kemiripan komposisi
kimia dan struktur kristalnya pada golongannya masing-masing
menurut Dana.
2. Warna : Warna daripada mineral itu sendiri (baik warna asli maupun
warna yang di sebabkan oleh mineral pengotornya).
3. Sistem dan Perawakan kristal : Sistem kristal (penampangnya secara
geometri, kenampakan bentuk luar maupun struktur dalamnya) dan
bentuk khas yang di timbulkan dari mineral tersebut. Misalnya
Hexagonal dan Meniang.
4. Kilap : Kilapan yang timbul oleh cahaya yang di pantulkan dari
permukaan mineral. Misalnya kilap logam (Metallic luster).
5. Kekerasan : Daya tahan mineral terhadap goresan ( Berdasarkan
Skala Mohs 1-10).
6. Goresan : Warna dalam bentuk serbuk halus.
7. Belahan dan pecahan : misalnya sempurna & choncoidal.
8. Tenacity : misalnya Brittle.
9. Berat Jenis : Dalam gram/cm2
10. Kemagnetan : untuk mengetahui sifat mineral apakah memiliki gaya
tarik terhadap magnet (Paramagnetik) atau tidak (Diamagnetik).
11. Derajat transparan : kemampuan mineral mentransmit sinar cahaya
(berkas sinar). Misalnya Transparant mineral.

58
12. Sifat khas : Sifat-sifat mineral yang dilihat setelah melihat dan
mendeskripsikan mineral secara keseluruhan.
13. Nama dan rumus kimia : Penamaan mineral yang telah di kenal
berikut rumus kimia rumus kimia. Misalnya Kuarsa (SiO2).
14. Kegunaan : manfaat dari mineral tersebut, baik dalam bentuk aslinya
maupun sesudah di proses dan menjadi bahan konsumsi.
15. Genesa : Peristiwa geologis yang menyebabkan terbentuknya
mineral tersebut
16.

DESKRIPSI BEBERAPA MINERAL PENTING

1. Emas, Au

Sistem Kristal : Isometrik


Warna : Kuning
Goresan : Kuning
Kilap : Metalik
Belahan dan pecahan : Tak – ada ; hakli ( pecahan bergerigi dengan
ujung yang tajam ).
Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs
Berat jenis : 19,3 gr/cm3

Genesis : Kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa


yang terbentuk melalui proses hidrotermal; dan sering
bersama- sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang
lain, telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila
urat-urat mengandung emas melapuk, maka emas-
emas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai
deposit aluvial, atau terangkut oleh aliran air dan
mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan

59
(placer deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-
kerakal.

Manfaat :sumber logam emas; dipakai untuk membuat


perhiasan, instrumen-instrumen saintifik, lempengan
elektrode, pelapis gigi dan emas lantakan.

2. Perak, Ag

Sistem Kristal : Isometrik.


Warna : Putih – Perak
Goresan : Coklat, atau abu-abu sampai hitam.
Belahan dan Pecahan : Tak – ada
Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs
Berat Jenis : 10,5 gr/cm3
Genesis : sejumlah kecil perak nativ dapat dijumpai dalam zona
oksidasi pada suatu deposit bijih, atau sebagai deposit
yang mengendap dari larutan hidrotermal primer. Ada
3 jenis deposit primer, yaitu: 1. Barasosiasi dengan
sulfida, zeolit, kalsit, barit, fluorit dan kuarsa, 2.
Berasosiasi dengan arsenida dan sulfida kobalt, nikel
dan perak, dan bismuth nativ, dan 3. Berasosiasi
dengan uranit dan mineral-mineral nikel-kobalt.
Manfaat : sumber logam perak; dipakai untuk membuat
perhiasan, alat-alat makan-minum, barang-
barangkerajinan tangan, alat-alat elektronik,
penyepuhan dan sebagai emulsi film fotografi
.3. Tembaga, Cu

60
Sistem kristal : Isometrik.
Warna : Merah-tembaga , atau merah-mawar terang.
Goresan : Merah metalik.
Belahan dan pecahan : Tak ada ; hachly
Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs
Berat Jenis : 8,94 gr/cm3
Genesis : sejumlah kecil tembaga native dijumpai pada zona oksidasi
dalam deposit tembaga yang berasosiasi dengan kuprit,
malakit dan azurit. Deposit primer umumnya berasosiasi
dengan batuan beku basa ekstrutif, dan tembaga native
terbentuk dari pengendapan yang dihasilkan dari reaksi antara
larutan hidrotermal dan mineral-mineral oksidasi besi. Pada
deposit tipe ini, tembaga nativ berasosiasi dengan khalkosit,
bornit, epidot, kalsit, prehnit,datolit, khlorit, zeolit dan
sejumlah kecil perak native
Manfaat : sumber minor bijih tembaga, banyak digunakandalam
kelistrikan, umumnya sebagai kawat, dan untuk membuat
logam-logam campuran, seperti kuningan (campuran
tembaga dan seng), perunggu(campuran tembaga dan timah
dengan sedikit seng) dan perak Jerman (campuran tembaga
seng dan nikel).
4. Grafit, C

Sistem kristal : Hexagonal .


Warna : Hitam.
Goresan : Hitam.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada
Kekerasan : 1 – 2 Skala Mohs
Berat jenis : 2,09 – 2,23 gr/cm3
Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan metamorf,

61
baik pada metamorfisme regional, atau kontak.
Dapat dijumpai pada batu gamping kristalin,
genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara
termetamorf.
Manfaat : digunakan dalam industri alat tulis, industri baja
dan kapal laut, setra sebagai pelapis tahan api
pada berbagai badan kapal laut militer.

5. Intan, C

Sistem kristal : isometrik.


Warna : putih kebiruan, hitam
Goresan : putih
Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 111 ) ; konkoidal.
Kekerasan : 10 Skala Mohs
Berat jenis : 3,50
Genesis : intan terbentuk pada pembentukan batuan
bekuultrabasa, yaitu porfiri-olivin, atau porfiri
kaya flogopit; batuan ini dikenal sebagai
kimberlit. Dapat dijumpai dalam
depositaluvial, baik di sungai-sungaimaupun di
pantai.

Manfaat : Digunakan sebagai mata bor dan batu permata

62
6. Bornit , Cu5FeS5

Sistem kristal : Isometrik.


Warna : Merah-tembaga sampai kecoklatan
Goresan : Hitam keabuan.
Belahan dan pecahan : ( 111 ) tidak jelas ; konkoidal sampai tidak jelas.
Kekerasan : 3 Skala Mohs
Berat jenis : 5,06 – 5,08 gr/cm3
Genesis : Terbentuk secara proses hidrotermal, dan berasosiasi dengan
mineral-mineral sulfida yang lain ( Khalkosit,
Khalkopirit, kovelit, pirotit, dan pirit) dalam deposit
hidrogen. Bornit juga dijumpai dalam retas (dike), tubuh
intrusi batuan basa, tersebar dalam batuan basa, deposit
metamorfik kontak, dalam pegmatit dan urat-urat kuarsa.
Manfaat : Mineral bijih sumber logam tembaga

7. Galena, PbS

Sistem kristal : Isometrik .


Warna : abu – abu timbal
Goresan : abu – abu timbal
Belahan dan pecahan : ( 001 ) Sempurna.
Kekerasan : 2,5 Skala Mohs
Berat jenis : 7,58 gr/cm3
Genesis : Terbentuk dalam batuan sedimen, urat-urat
hidrotermal dan juga pegmatit. Dalam urat-urat
hidrotermal berasosiasi, dengan mineral-
mineralperak, sfalerit, pirit, markasit, khalkopirit,

63
serusit,anglesit, dolomit, kalsit, kuarsa, baris, dan
fluorit. Dapat pula ditemukan dalam deposit
metamorfismekontak.
Manfaat : sumber logam timbal atau timah hitam ( Pb ).

8.Khalkopirit

Sistem kristal : Tetragonal .


Warna : merah kekuning - kuningan
Goresan : hitam kehijauan
Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata
Kekerasan : 3,5 – 4 Skala Mohs
Berat jenis : 4,1 – 4,3 gr/cm3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal,terutama
terdapat dalam deposit mesotermal dan
ipotermal. Dalam deposit hipotermal,
khalkopirit terdapat bersama pirit, turmalin,
kuarsa dan kasiterit. Dijumpai juga dalam
batuan beku, retas pegmatit dan dalam deposit
metamorfisme kontak.
Manfaat : mineral bijih sumber logam tembaga

9. Khromit, ( Mg,Fe ) Cr2O4

Sistem kristal : isometrik .


Warna : hitam – besi sampai hitam - kecoklatan
Goresan : coklat gelap
Belahan dan pecahan : tak ada ; tidak rata

64
Kekerasan : 5,5 Skala Mohs
Berat jenis : 5,09 gr/cm3
Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan beku ultra
basa, seperti peridotit dan serpentit. Dapat pula
pada lingkungan sedimen, yaitu terdapat dalam
pasir
Manfaat : mineral bijih sumber logam khrome

10. Realgar, AsS

Sistem kristal : Monoklin.


Warna : Merah-ungu
Goresan : Merah sampai jingga
Belahan dan pecahan : {010}baik, rata
Kekerasan : 1,5 – 2 Skala Mohs
Berat jenis : 3,56 gr/cm3
Genesis : Terbentuk secara proses hidrotermal, dan
terdapat dalam urat-urat sulfida bersama
orpiment dan mineral arsenic lainnya, juga
dengan stibnit, bijih timbal perak, atau bijih
emas. Kadang-kadang dijumpai puladalam
batugamping, dolomit, atau batuan lempungan,
juga sebagai hasil sublimasi dari emanasi
volkanik, atau sebagai deposit mata air panas.
Manfaat : Sumber logam arsen.
11. Stibnit, Sb2S3

65
Sistem kristal : Orthorhombic.
Warna : Abu-abu timbal sampai kehitaman
Goresan : Abu-abu timbal sampai kehitaman
Belahan dan pecahan : {010} sempurna
Kekerasan : 2 Skala Mohs
Berat jenis : 4,52 – 4,63 gr/cm3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal
bertemperatur rendah, terdapat dalam urat-urat
atau deposit pengganti ; dapat juga terbentuk
di lingkungan mata air panas. Sering
berasosiasi dengan realgar,orpiment galena,
markasit, pirit, sinabar, kalsit, ankerit, barit,
kalsedon, atau kuarsa
Manfaat : Sumber logam antimony.

12. Arsenopirit, FeAsS

Sistem kristal : Monoklin .


Warna : Putih-perak sampai abu-abu baja
Goresan : Hitam keabuan
Belahan dan pecahan : {101} tidak sempurna ; tidak rata
Kekerasan : 5,5, - 6 Skala Mohs
Berat jenis : 6,07 gr/cm3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal
bertemperatur tinggi sampai menengah ; dan
berasosiasi dengan bijih timah dan tungsten
(pada deposit hidrotermal bertemperatur tinggi),
bijih perak dantembaga,galena, sfalerit, pirit, dan
khalkopirit. Dijumpai juga dalamurat-urat
kuarsa-emas, urat-urat kasiterit, pada deposit
metamorfisme kontak, pegmatite, dan tersebar
dalam batugamping kristalin.
Manfaat : Sumber utama logam arsen

66
13. Hematit, Fe2O3

Tempat Ditemukan : Ciater, Jawa Barat


Sistem kristal : Hexagonal.
Warna : Abu-abu baja, atau coklat kemerahan sampai
hitam.
Goresan : Merah atau coklat kemerahan
Belahan dan pecahan : Tak ada; tidak rata.
Kekerasan : 5,5 – 6,5 Skala Mohs
Berat jenis : 5,26 gr/cm3
Genesis :Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku,
hidrotermal temperatur tinggi dan metamorfisme
kontak; juga dalam lingkungan sedimen.
Manfaat : sumber logam besi; juga digunakan sebagai
bubuk pigmen, oker merah dan bubuk pengilap
Kristalnya yang berwarna hitam dapat dibuat
batupermata.

14. Psilomelan,( Ba, H2O )2Mn5O10

Tempat Ditemukan : Kliripan, Jawa Tengah


Sistem kristal : Monoklin.
Warna : Hitam besi sampai abu-abu baja gelap
Goresan : Hitam kecoklatan sampai hitam.
Belahan dan pecahan : Tak-ada
Kekerasan : 5 – 6 Skala Mohs
Berat jenis : 4,71 gr/cm3
Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen oksida

67
;sebagai mineral sekunder yang sering
berasosiasi dengan pirolusit, gutit, limonit,
dan hausmanit. Dapat pula sebagai
deposit residu, dari hasil pelapukan silikat
atau karbonat mengandung mangan ; juga
sebagai massa konkresi dalam lempung, dan
dalam deposit danau atau rawa.
Manfaat :Sumber logam mangan

15. Pirolusit, MnO2

Tempat Ditemukan : Tasik, Jawa Barat


Sistem kristal : Tetragonal.
Warna : abu-abu baja terang sampai gelap, sampai
abu baja, kadang-kadang kebiruan.
Goresan : hitam
Belahan dan pecahan : {110} sempurna ; tidak rata.
Kekerasan : 6-6,5 (cristal-kristal), 2-6 (material masiv)
Berat jenis : 4,75 gr/cm3
Genesis : terbentuk pada lingkungan sedimen oksida;
sering ditemukan sebagai deposit rawa(bog),
danau, atau deposit laut dangkal.
Manfaat : sumber logam mangan

16. Kasiterit, SnO2

68
Tempat Ditemukan : Bangka
Sistem kristal : Tetragonal .
Warna : Kuning, atau coklat, kemerahan sampai
hitam kecoklatan, dapat juga putih (jarang).
Goresan : Putih, keabuan, atau kecoklatan.
Belahan dan pecahan : {100} sempurna, {110} tidak sempurna ;
konkoidal.
Kekerasan : 6 – 7 Skala Mohs
Berat jenis : 6,8 – 7,1 gr/cm3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal
temperatur tinggi dan terdapat dalam urat-
urat, atau proses metamorfisme yang secara
genetik berhubungan dengan batuan silica.
Kasiterit sering berasosiasi dengan
wolframit, turmalin, topas, kuarsa,
fluorit,arsenopirit, muskovit, mika-
Li,bismulinit,
bismut dan molibdenit. Dapat juga terbentuk
pada retas pegmatit, dan pada lingkungan
sedimen sebagai mineral alluvial.
Manfaat : sumber logam timah ( putih )

17. Manganit, MnO(OH)

Tempat Ditemukan : Padang, Sumatera Barat


Sistem kristal : Monoklin.
Warna : Abu-abu baja gelap sampai hitam-besi.
Goresan : Coklat kemerahan sampai hitam.
Belahan dan pecahan : {010} sangat sempurna, {110} dan {001}
kurang sempurna
Kekerasan : 4 Skala Mohs
Berat jenis : 4,33 gr/cm3

69
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal
temperatur rendah, terdapat dalam urat-urat,
dan berasosiasi dengan barit, kalsit, siderit,
dan hausmanit. Dijumpai juga dalam
deposit yang terbentuk oleh aktivitas air
meteorik, dan terdapat bersama pirolusit,
gutit, psilomelan, dan mineral-mineral
mangan yang lain.
Manfaat : Mineral bijih sumber logam mangan

18. Fluorit, CaF2

Tempat Ditemukan : Garut, Jawa Barat


Sistem Cristal : Isometrik.
Warna : Sangat bervariasi, dapat tak-berwarna,
kuning anggur, hijau, biru kehijauan, biru
lembayung, putih, abu-abu, biru-langit,
hitam kebiruan, atau coklat.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : {111} sempurna , subkonkoidal
Kekerasan : 4 Skala Mohs
Berat jenis : 3,18 gr/cm3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal, dan
dijumpai dalam urat-urat, baik sebagai
mineral utama maupun sebagai mineral
yang bersama mineral-mineral bijih
metalik, khususnya timbal dan perak.
Umumnya dalam dolomit dan batugamping
; dan dapat pula terbentuk pada lingkungan
batuan beku dan pegmatit. Berasosiasi
dengan beberapa mineral, antara lain kalsit,
dolomit, gipsum, selestit, barit, kuarsa,

70
galena, sfalerit, kasiterit, topas, turmalin,
dan apatit.
Manfaat : Dipakai dalam industri kimia, peleburan
besi baja, gelas, Kaca-serat (fiberglass ) dan
tembikar.

19. Dolomit, CaMg(CO3)2

Tempat Ditemukan : Sumatera Utara, Papua


Sistem kristal : Trigonal.
Warna : Tak-berwarna, putih, abu-abu, atau kehijauan,
yang menjadi coklat kekuningan, atau coklat,
dapat juga merah muda, atau merah-mawar
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11}
Kekerasan : 3,5 – 4 Skala mohs
Berat jenis : 2,85 gr/cm3
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan sedimen,
melalui proses hidrotermal dan terdapat dalam
urat-urat, serta berasosiasi dengan fluorit, barit,
kalsit, siderit, kuarsa danmineral-mineral bijih
metalik.Dapatjuga terbentuk secara
metamorfisme.
Manfaat : Sumber logam magnesium, atau kalsium, dan
senyawa magnesium oksida yang digunakan
untuk membuat batubara tahan api.dapat juga
dibuat batu hias.

20. Gipsum, CaSO42H2O

71
Tempat Ditemukan : Besuku, Jawa Timur
Sistem kristal : Monoklin.
Warna : Tak-berwarna dan transparan, dapat pula putih,
abu -abu,dan kekuningan bila masif.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {010} sempurna ; {100} dengan permukaan
konkoidal, dan {011} dengan pecahan yang
fibrus.
Kekerasan : 2 Skala Mohs
Berat jenis : 2,32 gr/cm3
Genesis : Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan serin
berselingan dengan batugamping, serpih,
batupasir,lempung dan garam batuan.
Manfaat : Digunakan dalam industri konstruksi, sebagai
pembenah tanah dan pupuk.

72
Berikut Adalah Gambar Kristal

Perawakan Dan Deskripsi Dari Beberapa Mineral

Dari Praktikum Mineralogi

Pada Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi

73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan laporan yang sudah di tulis oleh penulis kita dapat menetahui
bahwa

4.1.1 Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri


dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar,
struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.

a. Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal
yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang
membatasinya.
b. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan luar,bahwa
disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi
permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk
kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti
kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.
c. Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter rasio.
d. Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-
bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.
Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial
mempunyai pola difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002).

4.1.2 Mineralogi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari


tentangmineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
diantaranya mempelajari tentang sifat - sifat fisik, cara terjadinya, cara
terbentuknya, sifat - sifat kimia, dan juga kegunaannya. Mineralogi terdiri dari
kata mineral dan logos. Logos yang berarti ilmu apabila digabungkan dengan
mineral maka arti Mineralogi adalah Ilmu tentang Mineral

Mineral adalah suatu zat padat yang terdiri dari unsur atau
persenyawaan kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses
anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai
penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai
struktur kristal.

4.2 Saran

Terima kasih atas para asisten dosen yang senantiasa mengajarkan kami
tentang kristalografi dan mineralogi, pertahankan pengajaran tersebut dan lebih baik
lagi apabila pengajarannya di tingkatkan agar semua peserta praktikum lebih
memahami dan mendalami pelajaran tersebut dan juga mendapat lebih banyak ilmu.

86

Anda mungkin juga menyukai