1.1. PENDAHULUAN
1.1.1. LATAR BELAKANG
Sejak zaman purbakala, manusia telah memanfaatkan sumberdaya alam
terutama mineral dalam kehidupan.Manusia terus meningkatkan kemampuan
untuk memperoleh sumberdaya mineral dengan pengetahuan yang telah didapat
sebelumnya.Pemahaman manusia mengenai Kristal (sebagai penyusun mineral),
Mineral (sebagai pembentuk Batuan) dan Batuan sebagai bahan galian yang
dimanfaatkan untuk membantu kehidupan manusia, terus bertumbuh seiring
dengan pencarian (eksplorasi) serta pemanfaatannya (eksploitasi) dalam
kehidupan.
Bahan galiandapat di eksploitasi untuk selanjutnya di proses menjadi
barang pemenuhan kebutuhan manusia setelah melewati suatu proses eksplorasi.
Dalam proses eksplorasi diperlukan pemahaman yang baik mengenai mineral,
mulai dari susunan kristal, bentuk, ciri fisik dan genesa dari mineral itu sendiri,
dengan tingkat pemahaman yang baik terhadap mineral maka kita tidak salah
dalam menentukan jenis mineral yang ada dalam suatu daerah dan proses
pembentukannya. Secara umum mineral adalah benda padat homogen yang
terdapat di alam sekitar juga bersifat anorganik dan memiliki komposisi kimia
tertentu.
Mineral merupakan pembentuk batuan, sedangkan mineral tersusun oleh
kristal-kristal. Pengertian kristal itu sendiri yaitu zat padat homogen, anisotrop
dan tembus cahaya serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan
bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya
tertentu dan teratur.Dapat digambarkan sebagai berikut:
Kristal Mineral Batuan
Bagi seorang mahasiswa pertambangan yang harus mempelajari kristal terlebih
dahulu sebagai prasyarat mempelajari mineral serta batuan. Tanpa pengetahuan
yang baik mengenai kristal dan mineral maka mustahil dapat mempelajari batuan
dengan benar.Secara sederhana dapat digambarkan urutan pembelajaran hingga
pada petrologi:
Kristalografi Mineralogi Petrologi
Dari alur diatas menunjukan pentingnya mempelajari kristal dan mineral
sebelum sampai pada petrologi.
1
Kristalografi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat geometri,
terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, susunan/
struktur internal, sifat-sifat fisis, dan cara-cara terjadinya kristal.
Untuk mempelajari struktur mineral maupun batuan sebaiknya harus
mengenal lebih dahulu kristal, oleh kerena beberapa hal penting di atas
makapraktikum kristalografi dilakukan untuk memperdalam ilmu pengetahuan
mengenai kristal, sistem kristal, penentuan kelas simetri, bidang simetri, dan
sistem kristal. Praktikum kristalografi juga dilakukan sebagai salah satu
prasyarat mata kuliah kristalografi dan mineralogi. Mempelajari kristal dan
mineral tidak cukup hanya pada tataran teori karena seringkali keadaan
dilapangan berbeda dengan teori yang diperoleh dalam perkuliahan,sehingga
menjadipentinguntuk melakukan praktikum untuk mengamati objek secara
langsung.
1.1.3. MANFAAT
Laporan praktikum kristalografi dan mineralogi ini sangat bermanfaat bagi
setiap mahasiswa pertambangan dalam pengenalan kristal dan mineral sebagai
dasar ilmu pembelajaran bagi mahasiswa juga bermanfaat bagi segenap komponen
dalam jurusan teknik pertambangan dalam rangka peningkatan kepustakaan pada
Jurusan Pertambangan Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana
Kupang.
2
1.2.RUANG LINGKUP
3
BAB II
KRISTALOGRAFI
2.1.DASAR TEORI
2.1.1. KRISTAL
Kristal adalah zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul
dalam keadaan teratur dan keteraturan susunan tersebut dapat kita lihat pada
permukaannya yang terdiri dari bidang-bidang datar.
Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai bahan padat
homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta menuruti hukum-
hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum
geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.
Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-
bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar
ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka
kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal.
Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh
perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu
kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat
kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut
sebagai parameter.
Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air, mengandung
pengertian:
1. Tidak termasuk di dalam cair dan gas
2. Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh
proses-proses fisika
Menuruti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti
hukum geometri, mengandung pengertian:
1. Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap
2. Macam bentuk dari bidang kristal tetap
3. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Sifat fisis kristal sangat tergantung pada struktur (susunan atom-
atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk
yang dibatasi oleh bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal 2 zat yaitu
kristalin dan non kristalin.
4
2.1.1.1STRUKTUR KRISTAL
2.1.1.1.1. KENAMPAKAN KRISTAL
Bidang-bidang data rang terdapat di permukaan Kristal atau yang
disebut bidang muka Kristal, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
Kristal yang mempunyai bidang muka Kristal yang sama bentuknya dan
Kristal yang bidang kristalnya tidak sama bentuknya.
Gambar 2.2 kristal dengan bidang muka Kristal yang tidak sama.
Adapula bentuk Kristal lainnya yang disebut bentuk kembar atau
Kristal kembaran yang merupakan gabungan bentuk-bentuk Kristal yang
terdiri dari dua atau lebih bentuk sederhana yang sama. Atau dapat juga terdiri
dari dua atau lebih bentuk-bentuk kombinasi yang sama. Bentuk kembar
merupakan hasil pertumbuhan Kristal secara khusus dan mengikuti hukum-
hukum tertentu.
5
Kristal bila merupakan gabungan yang terdiri dari dua atau lebih bentuk-
bentuk sederhana yaitu bentuk kombinasi saja. Sering pula dijumpai bentuk
Kristal yang memang berbentuk seperti sebuah prisma yaitu panjang
pendeknya ditentukan oleh adanya dua buah bidang sejajar yang memotong
prisma tersebut.Bentuk ini disebut dengan bentuk terbuka.Kedua bidang
sejajar itu adalah sepasang bidang basis sedangkan pada bentuk piramida alas
ditentukan oleh adanya sebuah bidang basis. Kecuali prisma dan piramida
lainnya merupakan bentuk kristal tertutup.
Bentuk terbuka :
6
Gambar2.15 kombinasi antara prisma heksagonal dengan bipiramidal heksagonal.
7
2.1.3. SUMBU SIMETRI
8
Bidang simetri utama merupakan bidang yang dibuat melalui 2 buah sumbu
simetri utama Kristal dan membagi bagian yang sama besar. Bidang simetri utama
juga dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian,yaitu:
a. Bidang simetri utama horizontal dinotasikan dengan h
b. Bidang simetri utama vertical yangdinotasikan dengan v.
9
sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain,
kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai
pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari
pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari
bidang pasangannya.
2.1.6. KRISTALOGRAFI
Kata "kristalografi" berasal dari kata bahasa Yunani yaitu crystallon yang
berarti tetesan dingin/beku, dengan makna meluas kepada semua padatan transparan
pada derajat tertentu, dan graphein yang berarti menulis.
Kristalografidapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-sifat
geometri dari kristal terutama tentang perkembangan, pertumbuhan, kenampakan
bentuk luar (morfological), struktur dalam (internal), dan sifat-sifat fisisnya. Atau
pelajaran mengenai penjabaran kristal-kristal.
1. Sifat Geometri
Memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu
klristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta
bentuk bidang luar yang membatasinya.
2. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan bentuk luar
Bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang
pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara suatu bentuk
kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem
kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk
kemudian.
3. Strukturdalam
Membericarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter ratio.
10
pada bidang penggambaran teknik, arsitektur, dan juga kristalografi. Pada proyeksi
orthogonal, cara penggambaran adalah dengan menggambarkan atau membuat
persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a, b, c dan seterusnya
dengan menggunakan sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada
akhirnya akan membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan
membentuk bidang-bidang muka kristal.
Menurut Ragan (1985), proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi
atau proyeksi dari permukaan sebuah bola sebagai tempat orientasi geometri
bidang dan garis. Dengan demikian, proyeksi stereografis adalah suatu metode
proyeksi dengan bidang proyeksi berupa permukaan setengah bola.
Biasanya,yang dipakai adalah permukaan setengah bola bagian bawah (lower
hemisphere). Proyeksi stereografis dapat memecahkan masalah yang berkaitan
dengan geometri berupa besaran arah dan sudut dalam analisa geomoetri struktur
geologi karena proyeksi ini dapat menggambarkan geometri kedudukan atau
orientasi bidang dan garis dalam bidang proyeksi yang digunakan.
ok = 3 bagian
o k
h ol = 6 bagian
11
Tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan salib sumbu kristal:
hol
hko
hkl
(okl)
(001
)
(010)
(100)
Gambar 2.23 gambar tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan sumbu kristalografi
12
2. Simbol Weiss dan Miller
Indeks Miller dan Weiss adalah salah satu indeks yang sangat penting,
karena indeks ini digunakan pada semua ilmu matematika dan struktur
kristalografi. Indeks Miller dan Weiss pada kristalografi menunjukkan adanya
perpotongan sumbu-sumbu utama oleh bidang-bidang atau sisi-sisi sebuah
kristal. Nilai-nilai pada indeks ini dapat ditentukan dengan menentukan salah
satu bidang atau sisi kristal dan memperhatikan apakah sisi atau bidang tersebut
memotong sumbu-sumbu utama (a, b dan c) pada kristal tersebut.
Selanjutnya setelah mendapatkan nilai perpotongan tersebut, langkah yang
harus dilakukan selanjutnya adalah menentukan nilai dari indeks Miller dan
Weiss itu sendiri. Penilaian dilakukan dengan mengamati berapa nilai dari
perpotongan sumbu yang dilalui oleh sisi atau bidang tersebut. Tergantung dari
titik dimana sisi atau bidang tersebut memotong sumbu-sumbu kristal.
Pada dasarnya, indeks Miller dan Weiss tidak jauh berbeda. Karena apa
yang dijelaskan dan cara penjelasannya sama, yaitu tentang perpotongan sisi atau
bidang dengan sumbu simetri kristal. Yang berbeda hanyalah pada penentuan
nilai indeks. Bila pada Miller nilai perpotongan yang telah didapat sebelumnya
dijadikan penyebut, dengan dengan nilai pembilang sama dengan satu. Maka
pada Weiss nilai perpotongan tersebut menjadi pembilang dengan nilai penyebut
sama dengan satu. Untuk indeks Weiss, memungkinkan untuk mendapat nilai
indeks tidak terbatas, yaitu jika sisi atau bidang tidak memotong sumbu (nilai
perpotongan sumbu sama dengan nol). Dalam praktikum laboratorium
Kristalografi dan Mineralogi jurusan Teknik Pertambangan Undana, disepakati
bahwa nilai tidak terbatas ( ~ ) tersebut digantikan dengan atau disamakan
dengan tidak mempunyai nilai (0).
𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑢𝑘𝑢𝑟
Simbol Miller =
𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔
13
Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat di tentukan secara
ilmu ukur, dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan
kristal hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan kedudukan bidang-bidang tersebut
dengan pertolongan sistem-sistem koordinat. Dalam ilmu kristalografi, geometri
dipakai dengan tujuh jenis sistem sumbu. Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem
yang didasarkan pada:
a. Perbandingan panjang sumbu kristalografi
b. Letak atau posisi sumbu kristalografi
c. Jumlah sumbu kristalografi
d. Nilai sumbu c atau sumbu vertikal
C+
β α
b+
30o
γ
a+
14
b. Beri tanda atau titik pada ukuran pebandingan 1:3:3 pada sumbu kristalografi
c. Tarik garis sejajar pada dua titik di sumbu b dan sumbu c dengan ukuran yang
sama dengan sumbu a yang telah diberi tanda
d. Buat garis sejajar dengan panjang sumbu b pada 2 tanda/titik pada sumbu a
dan di sumbu c
e. Buat/tarik garis sejajar terhadap sumbu c dengan panjang sumbu c pada 2 titik
pada sumbu b dan sumbu a
f. Pada garis sejajar yang berpotongan (contohnya pada garis sejajar b dengan
garis sejajar a) ditarik garis yang sejajar pula dengan garis c
g. Pada setiap potongan garis yang telah anda hubungkan silahkan anda
hubungkan
C+
β α
b+
o
30
γ
a+
Perbedaan sistem ini dengan sistem isometric adalah pada satuan panjang poros-poros
kristalografi. Dua poros a dan b mempunyai satuan panjang yang sama sedangkan
15
poros C dapat lebih panjang ataupun lebih pendek dari keduanya. Poros c dapat
bernilai empat atau biosa juga merupakan tetragiroida.
Bentuk utama kelompok ini ialah:
a. Piramida Tetragonal,yang sesuai dengan octahedron pada sistem regular,tetapi
sebagai ganti segitiga sama sisi, piramida itu dibatasi oleh segitiga sama kaki.
b. Batang,sedikit mirip dengan kubus pada sistem regular. Bidang sisinya yang
keatas terbentuk dari empat segi empat dan kedua ujungnya tertutup oleh segi
empat. Seperti halnya piramida,yang berbentuk batang inipun dapat pula
menjadi pendek (tertekan),atau memanjang (tertarik) bentuknya. Sering
terlihat sebagai penutup kedua ujung batang itu sebuah piramida yang duduk
tegak lurus atau terputar 45o. Ini merupakan suatu kombinasi antara bentuk
batang dan piramida. Selain itu masih terdapat banyak lagi kombinasi lainnya.
Cara Menggambar Sistem Kristal Tetragonal: Tetragonal Prismatik
a. Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6
b. Membuat garis a-/b+ = 30o
c. Memberi keterangan pada garis-garisnya seperti tanda a+, a-, b+, b-
d. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a-
e. Menuju bagian ketiga dari sumbu b+
f. Menuju bagian ketiga dari sumbu b-
g. Membuat proyeksi bidang dari horizontal seperti langkah kedua tadi
h. Memproyeksikan bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c+
i. Memproyeksikan bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c-
16
C+
β α b+
30 γ
a+ o
17
2.2.4. Sistem Sumbu Heksagonal
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu
horisontal yang di beri nama a1, a2, a3. sudut yang di bentuk dari positif
sampai ke positif adalah 1200 dan memiliki sudut yang sama besar. Sumbu
vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu horisontal.
Ciri sistem ini ialah mempunyai poros tambahanseh logngga poros
kristalografi berjumlah 4. sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o .
Sb a, b dan d sama panjang, disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam
bidang horisontal dan membentuk 60° Sumbu c dapat lebih panjang atau
C+
d+
b+
a+ 17o o
39
Kesimetrian dalam kelas ini disusun oleh elemen-elemennya adalah sebagai berikut:
7 Bidang simetri
1 sumbu simetri heksagonal
6 sumbu simetri diagonal
Bentuk yang terpenting dalam kristal ini adalah:
a. Bentuk Piramida,dibatasi oleh duua belas segitiga sama kaki. Terdapat anatar
lain pada kuarsa dan Apatit.
b. Bentuk Batang,sisi –sisi tegaknya terbentuk oleh enam buah persegi panjang
yang kedua ujungnya tertutup oleh segi enam yang teratur.
c. Rombohedron,atau bidang enam,dibatasi oleh enam buah bidang belah
ketupat berbentuk sama karena namanya ang sesuai itu maka bentuk ini tidak
termasuk kepada bentuk kristal yang rombus. Bentuk yang termasuk
Rombohedron ini dalam alam terdapat sangat banyak antara lain kalsit.
18
d. Skalenohedron,mirip piramida,tetapi garis batas bagian tengahnya tidak
terletak pada satu bidang datar,melainkan silang menyilang dan tinggi rendah.
Semua bentuk ini dapat saling berkombinasi,sama halnya seperti pada sistem
kristal lainnya. Ciri utama sistem ini ialah , bahwa dalam irisan melintang
sistem kristal ini selalu dapat dikenal adanya bentuk segi enam sama sisi.
19
C+
d+
b+
o
a+ 17 o
39
20
2.2.6. SistemSumbuMonoklin ( oblique, monosymetric, clinorhombic,
hemiprismatic, monoclinohedral )
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yangdimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus
terhadap c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu
tersebut tidak sama panjang. Sumbu a di sebut sumbu kino dan sumbu b di
sebut sumbu orto. Penggambarannya:∠ a+ / b- = 45o; Perbandingan sumbu a : b
: c = 1 : 4 : 6. Sb c adalah sumbu terpanjang; sumbu b adalah sumbu
terpendek.
C+
β α b+
45o γ
+
a
21
d. Menghubungkan titik-titik pada bagian a-, b-, a+ dan b+ menjadi sebuah bidang
e. Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+ dan c-
C+
80o b+
45o
a+
Kesimetrian dari siatem ini adalah hanya memiliki sebuah unsur simetri yaitu pusat
simetri.Hal ini diakibatkan dari susunan parallel dalam membentuk Kristal.
22
e. Menghubungkan titik-titik pada bagian a-, b-, a+dan b+ menjadi sebuah bidang
f. Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+ dan c-
Contoh:
4 2 4 2
a. Klas Hexoctahedral....................................m3 mm m
23
b. Sistem Tetragonal
1. Bagian I : menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak
bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.
4
Bagian ini di notasikan: m , 4 , 4
2. Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus yterhadap sumbu lateral tersebut.
2
Bagian ini di notasikan:m , 2, m atau tidak ada.
Contoh :
4 2 2 4 2 2
a. Klas Ditetragonal bipyramidal......... , , , ,
m m m m m m
24
Contoh :
6 2 2 6 2 2
- Klas Dihexagonal bipyramidal............. 𝑚
𝑚 m m mm
- Klas trapezohedral................................. 3 2 32
- Klas Ditrigonal pyramidal..................... 3 m 3m
atau 3 m3 m
- Klas Trigonal rhombohedral................. 3 3
- Klas Trigonal pyramidal....................... 3 3
d. Sistem Orthorombic
1. Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tiaknya bidang yang
tegak lurus terhadap sumbu a tersebut
2
Dinotasikan: ,2,m
m
2. Bagian II: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.
2
Bagian ini di notasikan: m , 2, m
Contoh :
2 2 2 2 2 2
a. Klas Orthorombic bipyramidal............. .m m m mmm
25
2
a. Klas Prismatik..................................................... m
b. Klas Sphenoidal.................................................. 2
c. Klas Domestik.................................................... m
f. Sistem Triklin
Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:
1. Mempunyai titik simetri klas pinacoidal 1
2. Tidak mempunyai unsur simetri klas assymetric 1
26
b. Sistem Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin, Dan
Trinklin
Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu
sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2
kemungkinan:
a. Kalau sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D
(diedrish).
b. Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c
(cyklich).
Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di
sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.
Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Bidang simetri diagonal (d)
a. Kalau mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
b. Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
c. Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d
Contoh :
1. Klas Ditetragonal pyramidal....................................... C4v
2. Klas Ditetragonal bipyramidal................................... D4h
3. Klas Tetragonal scalenohedral................................... D2d
4. Klas Tetragonal trapezohedral................................... D
5. Klas Tetragonal bipyramidal..................................... C4 h
6. Klas Tetragonal pyramidal........................................ C4
7. Klas Tetragonal bispenoidal...................................... S4
8. Klas Dihexagonal pyramidal..................................... D6h
9. Klas Dihexagonal bipyramidal.................................. C6h
10. Klas Hexagonal trapezohedral................................... D6
11. Klas Hexagonal bipyramidal..................................... C6 h
12. Klas Hexagonal pyramidal........................................ C6
13. Klas Trigonal bipyramidal......................................... C3h
27
14. Klas Trigonal trapezohedral...................................... D3
15. Klas Trigonal rhombohedral...................................... C3i
16. Klas Trigonal pyramidal............................................ C3
17. Klas Ditetragonal scalenohedral................................ D3d
18. Klas Ditetragonal bipyramidal................................... D3h
19. Klas Ditetragonal pyramidal...................................... C3v
20. Klas Orthorombic pyramidal..................................... C2v
21. Klas Orthorombic bisphenoidal................................. D2
22. Klas Orthorombic bipyramidal.................................. D2h
23. Klas Prismatik............................................................ C2h
24. Klas Spenoidal........................................................... C2
25. Klas Domatic............................................................. C1h
26. Klas Pinacoidal........................................................... Ci
27. Klas Asymetric........................................................... C1
2.4.KLASIFIKASI KRISTAL
Mineral yang terdapat di alam memiliki beragam ciri dan karakteristik, perbedaan
ini dapat tampak secara langsung ataupun tidak langsung.Namun, bentuk dari
kristal-kristal mineral kadang memperlihatkan kesamaan pada berbagai mineral,
sehingga muncul klasifikasi umum dari sistem Kristal, yang saat ini mempunyai 7
sistem utama, dan tiap sistem dibagi lagi menjadi beberapa kelas.
Pembagian sistem ini didasarkan kepada pembagian dari ruang kosong yang
berdasarkan simetri dari struktur dalam bentuk tiga dimensi dengan simetri translasi
di tiga arah, mempunyai mempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap kelas. Sistem
kristal terbagi menjadi tujuh sistem kristal.
Berikut ini merupakan 7 sistem utama dari sistem kristal tersebut :
1. Sistem Isometric atau Reguler
Sistem kristal isometric adalah sistem kristal dimana setiap unit sel-nya berbentuk
kubus. Sistem kristal ini merupakan sistem kristal yang paling sederhana yang dapat
ditemukan dalam kristal dan mineral. Sistem kristal ini mempunyai 5 buah kelas dan
ada tiga buah bravais lattice dari jenis kristal ini yaitu simple cubic, body centered
cubic, face centered cubic. Semua kristal yang mempunyai tiga buah sumbu yang
identik dan saling tegak lurus termasuk ke dalam golongan sistem kristal cubic.
Sumbu pertama terletak vertikal, sumbu kedua memanjang dari depan ke belakang
dan sumbu ketiga bergerak dari kiri ke kanan. Kelas-kelas dalam sistem kristal ini
yaitu hexoctahedral class, tritetrahedral class, hextetrahedral class, didodecahedral
class, trioctahedral class.
28
Mineral dengan sistem kristal isometric antara lain Aluminium (Al), Bornite
(Cu5FeS4), Chromite (FeCr2O4), Chromium (Cr), Cobalt (Co), Copper (Cu), Cuprite
(Cu2O), Galena (Pbs), Paladium (Pd), Spinel (MgAl2O4), Halite (NaCl), Iron-Nickel
(Fe-Ni), Leucite (KAlSi2O6), Magnetite (Fe3O4), Manganese (Mn), Platinum (Pt),
Pyrite (FeS2), Rhodium (Rh), Silicone (Si), Silver (Ag), Sphalerite ((Zn, Fe)S),
Spinel (MgAl2O4,)
Gambar 2.31Paladium
2. Sistem Tetragonal
Dalam kristalografi, tetragonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai tujuh buah kelas. Tetragonal merupakan hasil dari pemanjangan bentuk
dasar cubic sehingga bentuk dasar cubic tersebut menjadi prisma. Tetragonal
mempunyai dua buah bentuk bravais lattice yaitu simple tetragonal dan centered
tetragonal.
Sistem kristal ini terbagi menjadi tujuh kelas yaitu : ditetragonal bipyramidal
class, tetragonal trapezohedral class, ditetragonal pyramidal class, tetragonal
scalenohedral class, tetragonal bipyramidal class, tetragonal pyramidal class,
tetragonal bisphenoidal class. Contoh mineralnya : Chalcopyrite (CuFeS2), Rutile
(TiO2) dan Minium (Pb3O4).
Gambar 2.32Minium
3.Sistem Heksagonal
Dalam kristalografi, hexagonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai tujuh buah kelas. Semua kelasnya mempunyai simetri yang sama
dengan bentuk dasar dari hexagonal. Untuk bravais lattice hanya terdapt satu untuk
sistem kristal hexagonal. Sistem kristal ini mempunyai tujuh buah kelas yaitu :
dihexagonal bipyramidal class, hexagonal trapezohedral class, dihexagonal
29
pyramidal class, ditrigonal bipyramidal class, hexagonal bipyramidal class,
hexagonal pyramidal class, trigonal bipyramidal class. Contoh mineral : Apatite,
Calcite, Titanium dan Vanadinit, Osmium, Grafit.
Gambar 2.33Osmium
4. Sistem Trigonal
Dalam kritalografi, trigonal merupakan salah satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai lima buah kelas dan hanya satu buah bentuk bravais lattices.
Sistem kristal ini mempunyai 5 kelas yaitu : ditrigonal scalenohedral class, trigonal
trapezohedral class, ditrigonal pyramidal class, trigonal rhombohedral class, trigonal
pyramidal class. Contoh mineral : Kuarsa (SiO2), Corundum (Al2O3), Calcite
(CaCO3). Gratnite (Pb9As4S15), Hatrunite (Ca2SiO5), Ellisite (Tl3AsS3) Yarrowite
(Cu8S9), Perryite ((Fe,Ni)3(Si,P)8)
Gambar 2.34Gratnite
5.Sistem Orthorhombic
Dalam kristalografi, orthorombik merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai tiga buah kelas dan mempunyai empat buah bentuk bravais lattices
yaitu simple orthorhombic, base centered orthorhombic, body centered
orthorhombic dan face centered orthorombic. Sistem kelas ini terbagi menjadi 3
buah yaitu : orthorhombic bipyramidal class, orthorhombic bisphenoidal class,
orthorombic pyramidal class. Contoh mineral : Aragonite (CaCO3), Sulfur (S),
Barite (BaSO4).Cavoite (CaV3O7), Ludwigite (Mg2FeBO5) Cohenite
((Fe,Ni,Co)3C), Kanemite (NaHSi2O5 .3H2O)
30
Gambar 2.35Ludwigite
6. Sistem Monoklin
Dalam kristalografi, sistem monoklin merupakan sistem kristal yang mempunyai
tiga buah kelas dan dua buah bravais lattices yaitu simple monoclinic dan centered
monoclinic lattices. Sistem kristal ini terbagi menjadi tiga kelas yaitu : prismatic
class, sphenoidal class, domatic class. Contoh mineral : Hornblende, Orthoclase
(KAlSi3O8), Argentiite (Ag2S), Acanthite (Ag2S), Bismite (Bi2O3), Diopside
(CaMgSi2O6), Sphene (CaTiSiO5), Zincsilite (Zn3Si4O10.(OH)2.4(H2O))
7. Sistem Triklin
Dalam kristalografi, triklin mempunyai dua buah kelas saja yang dibedakan
menurut ada atau tidaknya sumbu simetri selain itu triclinic merupakan satu –
satunya yang tidak mempunyai bidang cermin. Sistem kristal ini terbagi menjadi
dua kelas yaitu : pinacoidal class, pedial class. Contoh mineral : Microclin
(KAlSi3O8), Rodokrosit, Albite (NaAlSi 3O8), Dalyite (K2ZrSi6O15), Microlin
(KAlSi3O8), Kyanite (Al2SiO5) Cattiite (Mg3(PO4)2.22(H2O)), Rhodonite
((Mn,Fe,Mg,Ca)SiO3)
Gambar 2.37Kyanite
2.5. APLIKASI KRISTALOGRAFI DALAM BIDANG GEOLOGI
Kristalografi sangatlah penting dalam ilmu geologi karena hampir semua
mineral tersusun atas kristal dan berbentuk kristalin. Batuan yang kita pijakpun
31
terbentuk dari kumpulan mineral-mineral yang juga terdiri dari kristal-kristal. Dengan
ilmu kristalografi kita dapat mempelajari berbagai macam sifat-sifat mineral yang
paling dicari manusia karena memiliki nilai jual yang tinggi. Lapisan bumipun secara
tak sadar terbentuk dari kristal-kristal. Geologi belajar tentang bumi, bumi tersusun
atas batuan, batuan terbentuk dari kumpulan mineral, mineral tersusun dari kristal-
kristal ini berarti untuk mempelajari bumi kita harus benar-benar paham mengenai
kristalografi. Mempelajari Kristal, mineral kemudian Batuan sangatlah memudahkan
kita untuk mengetahui berbagai bahan galian yang bernilai tinggi. Dengan
mempelajari Kristalografi maka sudah satu langkah awal sebagai dasar telah diambil
untuk selanjutnya mempelajari mineral (mineralogi) maupun batuan (petrologi) dan
bumi (geologi).Maka dari itu, sekali lagi kristalografi sangatlah membantu dalam
mempelajari bumi dan merupakan dasar yang mutlak untuk mempelajari lebih lanjut.
32
Berikut Adalah Gambar dan Deskripsi Sistem Kristal
33
34
35
36
37
38
39
40
BAB III
MINERALOGI
41
3.1.2 Defenisi Mineral Menurut Para Ahli
42
3.2 CARA PEMBERIAN NAMA MINERAL
43
3.2.2 Perawakan Kristal
Perawakan kristal adalah bentuk khas mineral di tentukan oleh bidang yang
membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut.
Kita perlu mengenal perawakan yang terdapat pada beberapa jenis mineral,
walaupun perawakan kristal bukan merupakan ciri tetap mineral. Contoh:
mika selalu menunjukan perawakan kristal yang mendaun (foliated),
amphibol, selalu menunjukan perawakan kristal meniang (columnar).
Perawakan kristal di bedakan menjadi 3 golongan (Pearl, 1975) yaitu:
elongated habits, flattened habits, dan rounded habits.
(a) (b)
Gambar 3.4 Contoh mineral : (a)Asbestos, (b)Silimanite.
c. Menjarum (Acicular) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai jarum-jarum
kecil.
44
d. Menjaring (Reticulate) yaitu bentuk Kristal yang kecil panjang yang tersusun
menyerupai jarring.
45
Gambar 3.10 Contoh mineral : Barite
c. Membata (Blocky) yaitu bentuk Kristal tebal menyerupai bentuk bata, dimana
perbandingan antara lebar dengan tebal hampir sama.
46
Gambar 3.15 Contoh mineral : Malakhit
b. Membulat (colloform) yaitu bentuk Kristal yang menunjukan permukaan yang
bulat-bulat.
47
Gambar 3.20 Contoh mineral : Goethite
g. Mengginjal (Reniform) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai bentuk ginjal.
48
f) Kilap Tanah (Earthy Luster); Kenampakannya buram seperti tanah.
Misalnya kaolin, limonit,dan bentonit.
1 Talc Mg3Si4O10(OH)2
2 Gypsum CaSO4.2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)
6 Orthoclase KAlSi3O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO4(OH,F)2
49
9 Corundum Al2O3
10 Intan C
Misalnya suatu mineral di gores dengan kalsit (H=3) ternyata mineral itu tidak
tergores, tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4), maka mineral tesebut mempunyai
kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan mineral dengan
memepergunakan alat-alat yang sederhana misalnya:
Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama
atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Gores ini di
pertanggungjawabkan karena stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang
warnanya sama tetapi goresnya berbeda.
50
Belahanadalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melaluibidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang
belahanumumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.
Belahan dapat di bedakan menjadi:
a. Sempurna (perfect)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang
merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang
belahannya.
b. Baik (good)
Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya
yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya.
c. Jelas (distinct)
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi
mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak
rata.
d. Tidak jelas (indistinct)
Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan
untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.
e. Tidak sempurna (imperfect)
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan
mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
51
e. Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak
teratur, kasar,dan ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral
kelompok logam murni.
f. Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya
mineral lempung.
Tenacity adalah suatu reaksi atau daya tahan mineral terhadap gaya
yang mengenainya, seperti penekanan, pemecahan, pembengkokan,
pematahan, pemukulan, penghancuran, dan pemotongan. Tenacity dapat
dibagi menjadi:
a. Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
b. Sectile (Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong dengan pisau
dengan tidak berkurang menjadi tepung.
c. Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti kawat. Bila
ditarik akan menjadi panang, dan apabila dilepaskan akan kembali
seperti semula.
d. Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan palu akan
menjadi pipih.
e. Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan kembali
seperti semula bila dilepaskan.
f. Flexible ; apabila mineral dapat dilengkungkan dengan mudah
BERAT MINERAL
Berat Jenis = VOLUME MINERAL
3.2.10 Kemagnetan
Sifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum mineral fisik
adalah sifat dari mineral yang diselidiki, apakah paramagnetik ataukah
diamagnetik.
52
a. Ferromagnetik (magnetik): yaitu mineral tersebut memiliki daya tarik
kuat terhadap magnet.
b. Paramagnetik (magnetik): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tarik
terhadap magnet tetapi lebih lemah dibandingakan ferromagnetik.
c. Diamagnetik (non-magnetik): yaitu mineral tersebut mempunyai daya
tolak terhadap magnet.
53
b. Transparant mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus
pandang seperti kaca.
Klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari Dana yang
mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya. Dana membagi
mineral dalam 9 golongan ( Klein & Hurlburt, 1993), yaitu :
3.3.1.1 Silicate Class
54
magnesium, besi dan calcium. Masa kerak bumi adalah 59 % Silika,
konstituen utama lebih dari 95 % batuan diketahui. Contoh mineral kelas
Silikat adalah Olivin (Mg,Fe)2 SiO4 , Kuarsa (SiO2), Serpentine
(Mg6Si4O10(OH)4), Kaolinit (Al4Si4O10(OH)8).
55
Gambar 3.30 Contoh Mineral Sulfate Class (Barite)
56
Mineral kelas Sulfide merupakan kelas mineral yang juga pembentuk
bijih (ores), juga merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan
belerang (S). Contoh mineral kelas Sulfida adalah Pyrite (FeS2), Galena
(PbS), Bornite (Cu5FeS5), Sphalerite (Zn,Fe)S.
57
kelas elemen adalah Perak (Ag), Bismut (Bi), Intan (C), Grafit (C), Sulfur (S),
Tembaga (Cu), Emas (Au).
58
12. Sifat khas : Sifat-sifat mineral yang dilihat setelah melihat dan
mendeskripsikan mineral secara keseluruhan.
13. Nama dan rumus kimia : Penamaan mineral yang telah di kenal
berikut rumus kimia rumus kimia. Misalnya Kuarsa (SiO2).
14. Kegunaan : manfaat dari mineral tersebut, baik dalam bentuk aslinya
maupun sesudah di proses dan menjadi bahan konsumsi.
15. Genesa : Peristiwa geologis yang menyebabkan terbentuknya
mineral tersebut
16.
1. Emas, Au
59
(placer deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-
kerakal.
2. Perak, Ag
60
Sistem kristal : Isometrik.
Warna : Merah-tembaga , atau merah-mawar terang.
Goresan : Merah metalik.
Belahan dan pecahan : Tak ada ; hachly
Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs
Berat Jenis : 8,94 gr/cm3
Genesis : sejumlah kecil tembaga native dijumpai pada zona oksidasi
dalam deposit tembaga yang berasosiasi dengan kuprit,
malakit dan azurit. Deposit primer umumnya berasosiasi
dengan batuan beku basa ekstrutif, dan tembaga native
terbentuk dari pengendapan yang dihasilkan dari reaksi antara
larutan hidrotermal dan mineral-mineral oksidasi besi. Pada
deposit tipe ini, tembaga nativ berasosiasi dengan khalkosit,
bornit, epidot, kalsit, prehnit,datolit, khlorit, zeolit dan
sejumlah kecil perak native
Manfaat : sumber minor bijih tembaga, banyak digunakandalam
kelistrikan, umumnya sebagai kawat, dan untuk membuat
logam-logam campuran, seperti kuningan (campuran
tembaga dan seng), perunggu(campuran tembaga dan timah
dengan sedikit seng) dan perak Jerman (campuran tembaga
seng dan nikel).
4. Grafit, C
61
baik pada metamorfisme regional, atau kontak.
Dapat dijumpai pada batu gamping kristalin,
genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara
termetamorf.
Manfaat : digunakan dalam industri alat tulis, industri baja
dan kapal laut, setra sebagai pelapis tahan api
pada berbagai badan kapal laut militer.
5. Intan, C
62
6. Bornit , Cu5FeS5
7. Galena, PbS
63
serusit,anglesit, dolomit, kalsit, kuarsa, baris, dan
fluorit. Dapat pula ditemukan dalam deposit
metamorfismekontak.
Manfaat : sumber logam timbal atau timah hitam ( Pb ).
8.Khalkopirit
64
Kekerasan : 5,5 Skala Mohs
Berat jenis : 5,09 gr/cm3
Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan beku ultra
basa, seperti peridotit dan serpentit. Dapat pula
pada lingkungan sedimen, yaitu terdapat dalam
pasir
Manfaat : mineral bijih sumber logam khrome
65
Sistem kristal : Orthorhombic.
Warna : Abu-abu timbal sampai kehitaman
Goresan : Abu-abu timbal sampai kehitaman
Belahan dan pecahan : {010} sempurna
Kekerasan : 2 Skala Mohs
Berat jenis : 4,52 – 4,63 gr/cm3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal
bertemperatur rendah, terdapat dalam urat-urat
atau deposit pengganti ; dapat juga terbentuk
di lingkungan mata air panas. Sering
berasosiasi dengan realgar,orpiment galena,
markasit, pirit, sinabar, kalsit, ankerit, barit,
kalsedon, atau kuarsa
Manfaat : Sumber logam antimony.
66
13. Hematit, Fe2O3
67
;sebagai mineral sekunder yang sering
berasosiasi dengan pirolusit, gutit, limonit,
dan hausmanit. Dapat pula sebagai
deposit residu, dari hasil pelapukan silikat
atau karbonat mengandung mangan ; juga
sebagai massa konkresi dalam lempung, dan
dalam deposit danau atau rawa.
Manfaat :Sumber logam mangan
68
Tempat Ditemukan : Bangka
Sistem kristal : Tetragonal .
Warna : Kuning, atau coklat, kemerahan sampai
hitam kecoklatan, dapat juga putih (jarang).
Goresan : Putih, keabuan, atau kecoklatan.
Belahan dan pecahan : {100} sempurna, {110} tidak sempurna ;
konkoidal.
Kekerasan : 6 – 7 Skala Mohs
Berat jenis : 6,8 – 7,1 gr/cm3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal
temperatur tinggi dan terdapat dalam urat-
urat, atau proses metamorfisme yang secara
genetik berhubungan dengan batuan silica.
Kasiterit sering berasosiasi dengan
wolframit, turmalin, topas, kuarsa,
fluorit,arsenopirit, muskovit, mika-
Li,bismulinit,
bismut dan molibdenit. Dapat juga terbentuk
pada retas pegmatit, dan pada lingkungan
sedimen sebagai mineral alluvial.
Manfaat : sumber logam timah ( putih )
69
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal
temperatur rendah, terdapat dalam urat-urat,
dan berasosiasi dengan barit, kalsit, siderit,
dan hausmanit. Dijumpai juga dalam
deposit yang terbentuk oleh aktivitas air
meteorik, dan terdapat bersama pirolusit,
gutit, psilomelan, dan mineral-mineral
mangan yang lain.
Manfaat : Mineral bijih sumber logam mangan
70
galena, sfalerit, kasiterit, topas, turmalin,
dan apatit.
Manfaat : Dipakai dalam industri kimia, peleburan
besi baja, gelas, Kaca-serat (fiberglass ) dan
tembikar.
71
Tempat Ditemukan : Besuku, Jawa Timur
Sistem kristal : Monoklin.
Warna : Tak-berwarna dan transparan, dapat pula putih,
abu -abu,dan kekuningan bila masif.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {010} sempurna ; {100} dengan permukaan
konkoidal, dan {011} dengan pecahan yang
fibrus.
Kekerasan : 2 Skala Mohs
Berat jenis : 2,32 gr/cm3
Genesis : Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan serin
berselingan dengan batugamping, serpih,
batupasir,lempung dan garam batuan.
Manfaat : Digunakan dalam industri konstruksi, sebagai
pembenah tanah dan pupuk.
72
Berikut Adalah Gambar Kristal
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan laporan yang sudah di tulis oleh penulis kita dapat menetahui
bahwa
a. Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal
yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang
membatasinya.
b. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan luar,bahwa
disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi
permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk
kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti
kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.
c. Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter rasio.
d. Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-
bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.
Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial
mempunyai pola difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002).
Mineral adalah suatu zat padat yang terdiri dari unsur atau
persenyawaan kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses
anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai
penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai
struktur kristal.
4.2 Saran
Terima kasih atas para asisten dosen yang senantiasa mengajarkan kami
tentang kristalografi dan mineralogi, pertahankan pengajaran tersebut dan lebih baik
lagi apabila pengajarannya di tingkatkan agar semua peserta praktikum lebih
memahami dan mendalami pelajaran tersebut dan juga mendapat lebih banyak ilmu.
86