Anda di halaman 1dari 8

Lastri Mei Winarni: Penggunaan Model CIPP dalam Evaluasi Kurikulum Inti Pendidikan D-III Kebidanan

Penggunaan Model CIPP dalam Evaluasi Kurikulum Inti Pendidikan D-III Kebidanan

Lastri Mei Winarni,1 Tina Dewi Judistiani,2 Rovina Ruslami,3 Farid Husin,4 Endang Sutedja,5 Dewi M.D. Herawati,6
Ponpon S. Idjradinata7
1 Mahasiswa Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran,
2,4Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran,
3Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran,
5Departemen Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran,
6Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran,
7Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Abstrak

Peningkatan kompetensi bidan menjadi isu penting dalam penilaian kualitas lulusan kebidanan.
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK)
mengeluarkan Kurikulum Inti 2011 untuk membantu dalam proses peningkatan pembelajaran
pendidikan diploma kebidanan. Capaian pembelajaran mahasiswa kebidanan cenderung rendah dan
tidak sesuai dengan harapan. Salah satu upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran adalah
melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum inti D-III kebidanan 2011 untuk mengetahui komponen
kurikulum yang perlu diperbaiki. Tujuan penelitian ini mengevaluasi kurikulum inti pendidikan D-III
kebidanan saat ini dengan model CIPP (Context, Input, Process, Product) dan menggali kurikulum
yang dibutuhkan bagi pendidikan D-III Kebidanan agar lulusan bidan lebih profesional. Metode
rancangan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan
paradigma konstruktivisme. Penelitian ini dilakukan pada institusi di 5 provinsi yaitu : DKI Jakarta,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur . Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara mendalam terhadap 17 responden, yang terdiri dari pembantu direktur bagian akademik,
dosen pelaksana kurikulum harian, kepala bidang administrasi akademik dan mahasiswa. Analisis
data meliputi transkripsi wawancara mendalam, reduksi, melakukan koding, kategorisasi dan
penentuan tema. Proses evaluasi menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product). Hasil
didapatkan bahwa komponen context yang terdiri dari SDM, peserta didik, manajemen, dukungan
pemimpin, struktur kurikulum, standar kompetensi, beban belajar, isi kurikulum, dan dukungan
pemerintah perlu diperbaiki. Komponen input yang terdiri dari target capaian pembelajaran,
kemampuan dosen, sarana dan prasarana, kecukupan waktu pembelajaran, sumber informasi
pengembangan kurikulum serta kualitas calon mahasiswa belum memadai. Komponen process yang
terdiri dari koherensi pembelajaran, keterlaksanaan program, perumusan kurikulum, pemilihan
strategi pembelajaran, pengorganisasian kurikulum, prosedur evaluasi, suasana akademik masih
belum baik. Komponen product yang terdiri dari kualitas kemampuan mahasiswa, dampak perubahan
kurikulum belum maksimal. Simpulan diperlukan perbaikan dalam komponen Context, Input,
Process, dan Product serta proses penyusunan kurikulum inti, penguatan mata kuliah, dan penguatan
soft skill untuk meningkatkan kualitas lulusan bidan.

Kata kunci : Implementasi kurikulum kebidanan, kurikulum, pengembangan kurikulum

Korespondensi : Jl. Prabu Siliwangi Pasar Kemis KM. 3 Tangerang Banten 15133, mobile 021-5921132/ HP 081283523051,
e-mail yashamei2@gmail.com

8 | IJEMC, Volume 1 No. 1, Desember 2014


Lastri Mei Winarni: Penggunaan Model CIPP dalam Evaluasi Kurikulum Inti Pendidikan D-III Kebidanan

Using CIPP’s Model to Evaluate D-III Midwifery’s Core Curriculum

Abstract

Enhancement competence of midwives become an important issue in assessing the quality of


midwifery graduates. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan Manusia
Kesehatan (BPPSDMK) released a Core Curriculum 2011 to assist improvement in educational
learning of midwifery diploma. Midwifery student learning gains tend to be low and not in line with
expectations. One effort to improve the learning process is to evaluate the implementation of the core
curriculum midwifery D-III in 2011 to determine the components of the curriculum that need to be
repaired. To evaluate the core curriculum of the D-III midwifery education today with CIPP model
(Context, Input, Process, Product) and explore the curriculum required for D-III school in order to
graduate the professionals midwives. The study design used a qualitative approach with a
phenomenological approach and constructivism. This research was conducted at the institution in 5
provinces namely: Jakarta, Banten, West Java, Central Java, and East Java. Data collection
techniques using in-depth interviews of 17 respondents, consisting of auxiliary director of academic,
lecturer implementing daily curriculum, head of academic administration and students. Data analysis
includes in-depth interviews transcription, reduction, coding, categorization and Determination
themes. The evaluation process uses a model CIPP (Context, Input, Process, Product). Results it was
found that the component context consisting of HR, learners, management, support leaders,
curriculum structure, competency standards, the burden of learning, curriculum content, and
government support needs to be fixed. Component inputs consisting of the target learning outcomes,
faculty capabilities, facilities and infrastructure, the adequacy of instructional time, curriculum
development resources and the quality of students is not adequate. Component process consisting of
instructional coherence, adherence to the program, the formulation of the curriculum, the selection of
learning strategies, organizing curriculum, evaluation procedures, academic atmosphere is still not
good. Component product consisting of a quality student ability, the impact of changes in the
curriculum is not maximized. Conclusion needed improvements in the components of Context, Input,
Process, and Product and process of preparing the core curriculum, strengthening courses, and
strengthening soft skills to improve the quality of graduate midwives.

Key words : Curriculum, curriculum development, midwifery curriculum implementation

IJEMC, Volume 1 No. 1, Desember 2014 |9


Lastri Mei Winarni: Penggunaan Model CIPP dalam Evaluasi Kurikulum Inti Pendidikan D-III Kebidanan

Pendahuluan penentuan kebijaksanaan pendidikan. Hasil


evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang penting pengelola institusi pendidikan untuk memahami
dalam membantu upaya percepatan penurunan perkembangan peserta didik, memilih bahan
AKI. Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat kajian, memilih metode dan alat bantu
membutuhkan tenaga bidan yang kompeten dan pengajaran, memilih cara penilaian dan fasilitas
profesional untuk menjalankan program-program pembelajaran.6
kesehatan, tetapi hal ini bertentangan dengan Proses evaluasi kurikulum dapat dilakukan
situasi saat ini tentag kualitas bidan. Menteri dengan model CIPP. Model CIPP dapat
Kesehatan Ibu Nafsiah Mboi menyampaikan membantu institusi untuk memutuskan apakah
bahwa kualitas bidan mengalami penurunan,1 hal institusi perlu melakukan inovasi atau tidak.
ini terkait dengan hasil uji kompetensi bidan Model ini terbentuk dari 4 jenis evaluasi, yaitu
pada tahun 2013. Peserta yang mengikuti ujian evaluasi context (konteks), input (masukan),
berjumlah 6.199 orang, jumlah peserta yang process (proses), dan product (hasil). Keempat
lulus uji kompetensi bidan 3.582 orang (53,5%), evaluasi ini merupakan suatu rangkaian
dan yang belum lulus berjumlah 2.617 orang keutuhan, tetapi seorang evaluator bisa saja
(47,5%) dengan nilai rata-rata 41,08 dan nilai melakukan salah satu jenis evaluasi atau
batas lulus 40,14.2 Di Indonesia terdapat 679 kombinasi jenis evaluasi tersebut.7
institusi D-III Kebidanan, dengan jumlah lulusan Komponen konteks yang dievaluasi terdiri
kurang lebih 30.000 lulusan setiap tahun.3 dari sumber daya manusia, peserta didik,
Kontribusi kelulusan uji kompetensi kebidanan manajemen, dan dukungan pimpinan institusi.7
di provinsi Jawa Barat sebesar 64,29%, Jawa Komponen masukan yang dievaluasi terdiri dari
Tengah sebesar 70,73%, DI Yogyakarta sebesar target capaian pembelajaran, kemampuan dosen,
87,32%, dan Jawa Timur sebesar 66,54%.2 sarana dan prasarana, kecukupan waktu
Fenomena tersebut memberikan gambaran pembelajaran, sumber informasi pengembangan
bahwa kemampuan lulusan bidan saat ini belum kurikulum.8 Komponen proses yang dievaluasi
sesuai harapan dan hal ini seharusnya tidak yaitu koherensi pembelajaran, keterlaksanaan
terjadi terkait dengan pentingnya peran bidan di program, perumusan kurikulum, pemilihan
masyarakat. Faktor yang mempengaruhi strategi belajar, pengorganisasian kurikulum, dan
pencapaian kompetensi tersebut adalah proses prosedur evaluasi.8 Komponen produk yang
pembelajaran yang dialami oleh mahasiswa dievaluasi terdiri dari kuantitas dan kualitas
kebidanan, kualitas pengalaman praktik kemampuan mahasiswa serta dampak perubahan
mahasiswa, pelatihan kasus, serta kemampuan kurikulum.8 Tujuan penelitian ini mengevaluasi
akademis mahasiswa. Penelitian pada tahun 2006 kurikulum inti pendidikan D-III kebidanan saat
mengenai permasalahan yang dihadapi ini dengan metode CIPP (Context, Input,
pendidikan bidan di Indonesia adalah terbatasnya Process, Product) dan menggali kurikulum yang
pengalaman praktik (hands on) mahasiswa, dibutuhkan bagi pendidikan D-III Kebidanan
terbatasnya partispasi dosen di lahan praktik, agar lulusan bidan lebih profesional.
terbatasnya pemberian asuhan yang sesuai
dengan standar praktik, serta ketidaksesuaian Metode
antara kebutuhan dan suplai lulusan dalam
perencanaan kerja.4 Rancangan penelitian ini kualitatif dengan
Program pembelajaran serta pengalaman pendekatan fenomenologi dan pendekatan
yang diperlukan oleh peserta didik perlu paradigma konstruktivisme. Penelitian ini
direncanakan sejak awal dalam bentuk dokumen dilakukan pada institusi di 5 provinsi yaitu: DKI
kurikulum.5 Jika pencapaian pembelajaran Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
mahasiswa yang rendah maka perlu ada evaluasi Jawa Timur. Populasi penelitian yang dapat
terhadap kurikulum baik dari segi dokumentasi dijangkau dan dapat mewakili subyek penelitian
serta implementasinya. Evaluasi kurikulum adalah semua Kepala Program Studi/ Pembantu
merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan Direktur/ Pembantu Ketua/ Dosen yang
terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil tergabung sebagai tim pengembang kurikulum di
pelaksanaan kurikulum. Proses evaluasi Institusi D-III Kebidanan serta mahasiswa D-III
kurikulum sangat penting dilakukan dalam kebidanan yang sudah melaksanakan proses

10 | IJEMC, Volume 1 No. 1, Desember 2014


Lastri Mei Winarni: Penggunaan Model CIPP dalam Evaluasi Kurikulum Inti Pendidikan D-III Kebidanan

pembelajaran kurikulum inti pendidikan D-III Peserta didik


Kebidanan 2011 yang berada di Pulau Jawa. Berdasarkan wawancara adanya perubahan
Jumlah institusi yang berada di Pulau Jawa kurikulum memiliki efek secara langsung kepada
adalah 293 program studi D-III kebidanan, 43% mahasiswa melalui pembelajaran. Ada responden
dari seluruh jumlah Institusi D-III Kebidanan di yang menyatakan bahwa pembelajaran teori yang
Indonesia. Pembagian area wilayah secara berat di awal tahun menyebabkan mahasiswa
kluster menjadi 5 provinsi, yaitu DKI Jakarta, belum matur dalam menerima pembelajaran
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa tersebut. Efek kedua yang dirasakan mahasiswa
Timur. Setiap kluster di 5 wilayah provinsi adalah perasaan bingung ketika praktik di lahan,
dipilih 1 institusi pendidikan D-III kebidanan karena tidak semua institusi menerapkan
secara acak. kurikulum 2011.
Teknik pengumpulan data penelitian ini
menggunakan wawancara mendalam terhadap 17 Manajemen
responden, yang terdiri dari pembantu direktur Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bagian akademik, dosen pelaksana kurikulum sebagian besar institusi memiliki keterbatasan
harian, kepala bidang administrasi akademik dan perencanaan dalam pelaksanaan kurikulum. Para
mahasiswa. Analisis data meliputi transkripsi pengembang kurikulum melaksanakan sama
wawancara mendalam, reduksi, melakukan persis dengan kurikulum inti 2011 dan ditambahi
koding, kategorisasi dan penentuan tema. mata kuliah muatan lokal, tanpa dilakukan kajian
Menjaga keabsahan data dalam penelitian yang mendalam mengenai kebutuhan belajar dan
kualitaif maka peneliti menerapkan prinsip kebutuhan masyarakat pengguna. Hal ini
trustworthiness yang terdiri dari credibility, dipengaruhi oleh keterbatasan dukungan
depenability, dan comfirmability. Peneliti finansial dari institusi pendidikan. Hal ini
menerapkan prinsip triangulasi dengan cara dijelaskan seperti kutipan di bawah ini:
melakukan wawancara serta diskusi kelompok “....Nah dari pedomannya itu aja yang agak
terfokus kepada mahasiswa, staf dosen serta beda, disini kan masih ada sistem
bagian administrasi akademik ...sebenernya apa yang dimaunya itu bagus,
tapi pada praktik pelaksanaannya itu yang
Hasil tidak terencana dengan baik. Misalnya kita
Didapatkan bahwa komponen context yang sekarang nih mau merubah kurikulum, ya
terdiri dari SDM, peserta didik, manajemen, udah tinggal rubah aja, kadang-kadang kita
dukungan pemimpin, struktur kurikulum, standar nih merubahnya tidak disertai dengan yang
kompetensi, beban belajar, isi kurikulum, dan serius, jadi jangan hanya berubah mata
dukungan pemerintah perlu diperbaiki. kuliahnya saja, atau pindah kemana, tapi
isinya juga perlu berubah....(RU12)”
Sumber daya manusia
Dalam pelaksanaan kurikulum memerlukan Dukungan pemimpin
keterlibatan banyak pihak, yaitu kaprodi, dosen, Penemuan di lapangan peran pemimpin
tenaga kependidikan, pembimbing klinik. Ketua institusi sudah cukup baik dalam memberikan
program studi merupakan pemain penting dalam dukungan pada pelaksanaan kurikulum,
pelaksanaan perubahan kurikulum di perguruan sedangkan peran yayasan sangat bertentangan,
tinggi. dalam arti yayasan sangat mendukung proses
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pelaksanaan kurikulum inti 2011 tetapi kurang
menemukan bahwa dalam pelaksanaan mendukung dari segi pendanaan maupun
kurikulum 2011, semua responden dosen tidak penambahan jumlah staf dosen. Hal ini
mendapatkan kesempatan yang sama dalam dijelaskan dalam kutipan berikut:
mengikuti pelatihan, lokakarya, ataupun
workshop tersebut. Hal ini terkait dengan jabatan
struktural dan dukungan dana dari institusi. Struktur kurikulum
Seperti diungkap dalam kutipan di bawah ini: Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan
“..Ya klo pelatihan gratis ok, tapi klo bayar bahwa sebagian besar responden melakukan
nanti dulu, klo mau ya bayar penambahan bidang studi, pengembangan
sendiri....(RD1)” kurikulum, penambahan muatan lokal,
IJEMC, Volume 1 No. 1, Desember 2014 | 11
Lastri Mei Winarni: Penggunaan Model CIPP dalam Evaluasi Kurikulum Inti Pendidikan D-III Kebidanan

perubahan distribusi mata kuliah, penambahan oleh beberapa institusi. Berikut dijelaskan dalam
bahan kajian, pengurangan bahan kajian, serta kutipan di bawah ini:
merubah urutan pembelajaran. Hal tersebut “...sering sih bu, ada beberapa memang kita
tentunya merubah struktur kurikulum inti 2011. lihat di dalam silabus tertera (pembelajaran
Tindakan-tindakan tersebut dilakukan atas dasar praktik), tapi mahasiswa belum
pertimbangan bahwa kurikulum inti memiliki mendapatkan....(RU14)”
topik pembelajaran yang kurang dalam bidang
anatomi fisiologi, kemudian pada satu semester Isi kurikulum
mempelajari bahan kajian yang terlalu banyak. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa
Hal ini terjadi pada susunan mata kuliah di responden memerlukan pengembangan bahan
semester III, terjadi penumpukan mata kuliah kajian dan merinci bahan kajian. Responden juga
asuhan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, memaparkan bahwa mereka mengalami kesulitan
masa nifas yang dipelajari secara bersamaan. Hal dalam melakukan proses tersebut. Hal ini
ini dijelaskan melalui kutipan sebagai berikut: menyebabkan terbatasnya bahan ajar dalam
“...ini lho semester 3 asuhan kehamilan yang melaksanakan proses pembelajaran di kelas,
digabung dengan asuhan persalinan, itu klo laboratorium, ataupun di lahan praktik.
dia jalan apa ga pusing anak-anak, orang
jalan kehamilan sekaligus dikasih Dukungan pemerintah
persalinan, klo kurikulum yang lama itu kan Berdasarkan hasil wawancara responden
dia kehamilan dulu baru persalinan jadi juga memaparkan bahwa mereka memerlukan
orang itu tahu konsepsi dulu baru dukungan pemerintah dalam kestabilan
melahirkan, bukan melahirkan sama hamil kebijakan serta perbaikan kurikulum inti yang
jalan bareng...(RU6)” sesuai dengan kebutuhan nasional. Berikut
kutipan yang menjelaskan hal tersebut:
Standar kompetensi Komponen input yang terdiri dari target capaian
Berdasarkan hasil wawancara ditemukan pembelajaran, kemampuan dosen, sarana dan
pula bahwa kurikulum inti memiliki prasarana, kecukupan waktu pembelajaran,
ketidaksesuaian dengan standar kompetensi. sumber informasi pengembangan kurikulum
Oleh karena itu, beberapa institusi melakukan serta kualitas calon mahasiswa belum memadai.
penambahan standar kompetensi sesuai dengan
standar kompetensi yang diakui oleh profesi Target capaian pembelajaran
Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Hal itu dijelaskan Berdasarkan wawancara semua responden
dalam kutipan berikut : menyatakan bahwa pada proses pembelajaran
“....Harusnya di dalam standar dengan menggunakan kurikulum inti 2011 belum
kompetensinya, misalnya etikolegal disana mencapai target capaian pembelajaran. Hal ini
bisa ditambahkan dengan pengembangan teridentifikasi dari belum terlaksana
kepribadian jadi ada beberapa kali pembelajaran diarea kompetensi pengembangan
pertemuan, dan ada topiknya dikasih diri dan profesionalisme serta manajemen
kurikulum inti, dikasih pokok- kepemimpinan dan kewirausahaan pada
pokoknya....(RD3)” beberapa institusi. Hal itu akibat tidak terteranya
area kompetensi di dokumen kurikulum inti
2011.
“....tapi kalo dari segi fakta real yang ada
Beban belajar secara umum beredar di masyarakat adalah
Berdasarkan hasil wawancara diketahui anak-anak sekarang dari segi skill nya agak
bahwa pembagian SKS (Sistem Kredit Semester) berkurang, ya mungkin ada berbagai factor
perlu seimbang antara teori dan praktik. Menurut disini sendiri juga capaian pembelajaran
pengamatan peneliti, secara tertulis dan sesuai yang dilihat dari segi nilai yang dicapai....
dengan prosedur, pendidikan kebidanan sebagai jarang sekali yang dapet cum laude, intinya
pendidikan vokasional telah membagi bahwa ya sekarang mereka masih paling 2,7.
60% pendidikan berisi praktikum. Hanya saja hal Bahkan kalo kebijakan yang lama itu 2,0 itu
ini tidak tercermin dalam proses pelaksanaannya. sudah lulus...(R12)”
Banyak SKS praktik yang tidak dilaksanakan

12 | IJEMC, Volume 1 No. 1, Desember 2014


Lastri Mei Winarni: Penggunaan Model CIPP dalam Evaluasi Kurikulum Inti Pendidikan D-III Kebidanan

Kemampuan dosen Sumber informasi dalam pengembangan


Semua responden memaparkan bahwa kurikulum
kemampuan dosen sangat penting dalam suatu Berdasarkan hasil wawancara diketahui
proses pelaksanaan kurikulum khususnya bahwa seluruh responden menyatakan bahwa
pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan dosen sumber informasi pengembangan kurikulum
terdiri dari kompetensi dosen dan pengalaman hanya berasal dari workshop nasional dan
dosen. Semua responden juga menyadari bahwa workshop internal. Responden tidak
mereka perlu meningkatkan kualitas dosen mengundang ahli atau pakar kurikulum untuk
institusi dengan mengadakan peningkatan membantu proses perencanaan atau penyusunan
pendidikan atau pengadaan pelatihan dan kurikulum yang sedang dilaksanakan saat ini.
workshop. Berikut kutipan yang menjelaskan hal Berikut dijelaskan dalam kutipan di bawah ini :
tersebut : “....Kami tidak ada khusus untuk
“...sebagai dosen ya memang harus sering- mengundang pakar tetapi adalah kita ikut
sering melakukan bed side teaching sama workshop-workshop pengembangan
mahasiswanya dan harus membedakan ini, kurikulum...(RU15)”
supaya ada kekhasan tersendiri...(RU6)”
Kualitas calon mahasiswa
Sarana dan prasarana Hal ini terkait dengan fakta di lapangan
Berdasarkan hasil wawancara sebagian bahwa kualitas calon mahasiswa tidak
besar responden mengemukakan bahwa sarana diperhatikan oleh institusi. Sistem seleksi
dan prasarana untuk melaksanakan pembelajaran mahasiswa dilaksanakan lebih longgar untuk
di Institusi mereka sudah cukup lengkap, hanya menarik banyak peminat, padahal seharusnya
saja rasio dengan jumlah mahasiswa masih proses rekrutmen dan seleksi mahasiswa, terkait
terbatas. Hal ini menyebabkan pembelajaran dengan kriteria yang dibutuhkan oleh bidan.
praktik mahasiswa berjalan secara bertahap. Hal Komponen process terdiri dari koherensi
tersebut dikemukakan responden sebagai pembelajaran, keterlaksanaan program,
berikut: perumusan kurikulum, pemilihan strategi
“....Sejauh ini sih kita tidak sampai pembelajaran, pengorganisasian kurikulum,
kekurangan alat ya bu, ga ada prosedur evaluasi, suasana akademik masih
masalah....tetapi klo dirinci alat satu per satu belum baik. Terdapat hambatan pada proses
dengan jumlah mahasiswa ya masih kurang, pembelajaran, implementasi yang akan
tapi kita akalin aja supaya jumlah alat cukup berpengaruh pada usaha belajar mahasiswa.
dengan adanya jumlah mahasiswa....(RU14)”
Koherensi pembelajaran
Kecukupan waktu pembelajaran Berdasarkan hasilawancara diketahui bahwa
Permasalahan yang timbul adalah urutan koherensi pembelajaran dalam pelaksanaan
pembelajaran yang tidak sesuai, karena dalam kurikulum inti 2011 masih belum optimal. Hal
semester 3 bobot mata kuliah serta kompetensi ini terlihat dari ketidaksesuaiannya sekuens
yang perlu dicapai terlalu banyak. Hal ini pembelajaran. Kesesuaian kurikulum juga turut
membuat para pengembang kurikulum mempengaruhi pembentukan sekuens belajar.
melakukan tindakan perubahan distribusi mata Hal ini dikemukakan oleh responden sebagai
kuliah. Hal itu dikemukakan sebagai berikut : berikut :
“...untuk waktu ga masalah, tapi mungkin “...kadang-kadang teorinya kan klo masih
untuk penempatannya itu yang perlu semester 2 masih awam mbak ya, jadi klo
dievaluasi, kan seharusnya klo dulu setelah diberi materi yang berat jadi gimana, kaya
askeb 1, baru askeb 2 baru PKK 1, kemudian mutu ....KB, kespro dan pelayanan KB,
KDPK dulu baru praktiknya. Saya rasa apalagi di anatomi fisiologi si mahasiswa itu
mungkin klo bisa kembali lagi seperti dulu... nilainya jelek misalkan, jadi nanti klo masuk
(RU10)” di KB kaya IUD misalkan kaya ga ngerti....
(RD2)”

IJEMC, Volume 1 No. 1, Desember 2014 | 13


Lastri Mei Winarni: Penggunaan Model CIPP dalam Evaluasi Kurikulum Inti Pendidikan D-III Kebidanan

Keterlaksanaan program digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan


Keterlaksanaan program yang ditemukan kurikulum.
dilapangan adalah keterbatasan upaya
implementasi, keterbatasan upaya perubahan, Prosedur evaluasi
dan ketuntasan belajar. Hal ini dijelaskan dalam Berdasarkan hasil wawancara diketahui
kutipan di bawah ini : bahwa hampir semua responden menyatakan
“....kenyataannya di lapangan itu satu pasien tidak pernah melakukan evaluasi dalam bentuk
bisa dipake 2 sampai 3 mahasiswa, klo kita formatif. Evaluasi hanya dilakukan pada akhir
tidak mengajarinya dari awal di pendidikan, pembelajaran semester yang melihat nilai ujian
nanti dia dapat apa, dan lo pun kita target akhir semester untuk kategori pengetahuan dan
ya, klo target yang di kurikulum baru kan nilai ujian praktik untuk kategori keterampilan.
diturunkan menjadi 50 ibu hamil itu beda
lho klo dibimbing dosennya sama dibimbing Suasana akademik
oleh orang lahan....(RU6)” Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa masih terbatasnya pembentukan suasana
Perumusan kurikulum akademik di institusi responden. Hal ini mungkin
Berdasarkan hasil wawancara sebagian disebabkan oleh belum terbangunnya budaya
responden menyampaikan bahwa perumusan akademis yang aktif dan dinamis. Berikut
kurikulum dipengaruhi oleh keterbatasan penjelasan responden seperti kutipan di bawah
dokumen kurikulum inti, kemampuan serta ini :
pemahaman tim pengembang, dan dipengaruhi “....dari dosennya sendiri kemarin sudah
oleh kurikulum lama. Perumusan kurikulum disuruh untuk magang, untuk menambah
yang baik akan mempermudah proses pengalaman, tapi dari kampusnya sendiri
perencanaan dan penyusunan kurikulum. Jika belum diterjunkan langsung ke bidan. Kan
perumusan kurikulum belum optimal, maka itu nanti baru semester 5 nanti, atau
proses perencanaan dan penyusunan kurikulum semester 6. Jadi ya klo ada yang pengen aja,
pun tidak optimal, hal ini akan memengaruhi terus sudah ada kenalan bidan itu bisa
proses pelaksanaan kurikulum. Berikut magang....(RM11)”
penjelasan responden melalui kutipan di bawah
ini : Hambatan pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui
Pemilihan strategi pembelajaran bahwa hambatan belajar yang dialami oleh
Pemberian kasus dan pembelajaran mahasiswa adalah kesulitan belajar, kesenjangan
kelompok merupakan cara belajar yang paling antara dunia teori dan praktik, budaya lahan
sering digunakan di institusi pendidikan praktik serta kurangnya referensi yang dapat
kebidanan. Berikut penjelasan responden seperti mereka akses dengan mudah.
kutipan di bawah ini:
“...Oh disini masih di kombine ya, tapi ya Hambatan implementasi
masih banyak teacher center sih mbak dari Berdasarkan hasil wawancara diketahui
pada student center, karena disini masih bahwa hambatan implementasi kurikulum inti
sulit mbak....(RU15)” 2011 adalah terbatasnya penjabaran kompetensi,
kesulitan pelaporan dan EPSBED.
Pengorganisasian kurikulum
Berdasarkan hasil wawancara dalam proses Usaha belajar mahasiswa
pelaksanaan kurikulum memerlukan Berdasarkan hasil wawancara diketahui
pengorganisasian kurikulum. Aktivitas bahwa usaha belajar mahasiswa dapat berupa
pengorganisasian kurikulum ini dilakukan keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran,
responden dengan cara melakukan perubahan adaptasi mahasiswa, melaksanakan belajar
distribusi mata kuliah dan menyesuaikan antara kelompok, kemandirian siswa, mengatur waktu
pembelajaran teori dan praktik. Keterbatasannya belajar dan aspek fisik mahasiswa. Komponen
dalam pengorganisasian kurikulum ini adalah product yang terdiri dari kualitas kemampuan
tidak adanya pedoman petunjuk teknis yang mahasiswa, dampak perubahan kurikulum belum
maksimal.

14 | IJEMC, Volume 1 No. 1, Desember 2014


Lastri Mei Winarni: Penggunaan Model CIPP dalam Evaluasi Kurikulum Inti Pendidikan D-III Kebidanan

Kemampuan mahasiswa Penguatan softskill


Penelitian ini tidak meninjau sampai sejauh Penguatan soft skill dapat diintegrasikan
kualitas lulusan, tetapi hanya sampai pada dalam kurikulum untuk dilaksanakan pada saat
kualitas kemampuan mahasiswa. Kemampuan pembelajaran di kelas, laboratorium, dan di lahan
mahasiswa yang ditemukan dalam penelitian klinik. Penguatan soft skill untuk mahasiswa
adalah kemampuan bermasyarakat, pengem- kebidanan dapat berupa peningkatan komunikasi,
bangan keterampilan klinis, terbatasnya team work, kepemimpinan, etika profesi, etika
kemampuan komunikasi, dan menurunnya etika. dan kepribadian.
Berikut hasil kutipan wawancara dengan
responden : Simpulan
“...Bagiannya yang perlu diperkuat itu ya Diperlukan perbaikan dalam komponen Context,
skillnya mbak, terutama skill intinya, askeb 1 Input, Process, dan Product serta proses
sampai askeb 5 aja klo dia jadi bidan di wilayah, penyusunan kurikulum inti, penguatan mata
perkuat materinya disitu dan skillnya disitu, tapi kuliah, dan penguatan soft skill untuk
ya ini kadang-kadang juga buat masukan juga meningkatkan kualitas lulusan bidan.
untuk kita, ga hanya di kita juga sih, Cuma dari
segi etika anak-anak ini agak kurang, di kita pun Daftar Pustaka
disini juga agak kita rasakan... dalam
komunikasi, bagaimana berkomunikasi dengan 1. IBI. Kualitas Bidan Menurun. Jawa Timur:
dosen atau dengan temannya, via sms atau Majalah Bidan; 2014.
langsung, dan seterusnya, via telepon, dan 2. Hariyati S. Uji Kompetensi bagi Mahasiswa
Bidang Kesehatan (Pembelajaran 2013 dan
lainnya, ada banyak keluhan dari lapangan,
Kesiapan 2014). In: BPPSDMK BSdSP, editor.
dosen luar atau dosen pembimbingnya ... Jakarta. 2014.
kemudian disiplin. Itu yang agak susah, 3. HPEQ, DIKTI HP. Data Akreditasi Program
kemudian bagaimana dia beradaptasi dengan Studi Kebidanan Per Februari 2012. 2012 18
lingkungan itu yang masih berat.... (RU12)”. September 2013]: Available from:
4. Gaurenti L, Walia I, Yan J, Suchaxaya P. South-
Dampak perubahan East Asia Nursing and Midwifery Educational
Dampak tersebut berupa perbedaan pema- Institutions Network. Report First Meeting 7-10
haman staf, perubahan perilaku, bertambahnya May 2006. 2006
beban kerja dosen, dan upaya peningkatan 5. Kern DE, Thomas PA, Howard DM, Bass EB.
Curriculum Development For Medical
keterampilan.
Education: A Six-Step Approach. Baltimore and
London: The Johns Hopkins University Press;
Penguatan mata kuliah 1998.
Penguatan mata kuliah ini berupa praktik 6. Sukmadinata NS. Pengembangan Kurikulum
klinik dasar, kebidanan komunitas, dokumentasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
kebidanan, kewirausahaan, kegawatdaruratan, Rosdakarya; 2012.
kemampuan diagnosa, dan home care. Berikut 7. Hasan H. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT
kutipan wawancara dengan responden : Remaja Rosdakarya dan Sekolah Pascasarjana
“....Keterampilan klinis, karena apa anda kuliah Universitas Pendidikan Indonesia; 2008.
jadi bidan, tujuan anda untuk melayani 8. Hamalik O. Manajemen Pengembangan
Kurikulum. Bandung: PT Rosda Karya; 2010.
masyarakat kan, berarti harus terampil klo ga
terampil mana bisa, itu yang paling penting
mbak, maka keterampilan diri baru setelah itu
terpenuhi baru etika, setelah etika baru
pengembangan diri, nah pengembangan diri ini
luas, bisa kembali ke etikanya...(RD5)”

IJEMC, Volume 1 No. 1, Desember 2014 | 15

Anda mungkin juga menyukai