Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori evolusi dimaksudkan sebagai penjelasan tentang bagaimana evolusi itu
terjadi (mekanisme evolusi). Bisa terjadi ada beberapa penjelasan yang diberikan
mengenai suatu fenomena. Mengenai evolusi, pada abad ke-19 Lamarck
memberikan penjelasan bagaimana evolusi itu terjadi, yang dikenal sebagai teori
evolusi Lamarck atau teori Lamarck. Penjelasan yang diberikan oleh Lamarck itu
kemudian dianggap tidak benar karena ada penjelasan lain yang dipandang lebih
memuaskan, terutama yang diberikan oleh Darwin dan dikenal sebagai teori
evolusi Darwin atau teori Darwin.
Evolusi adalah proses perubahan struktur tubuh makhluk hidup yang
berlangsung sangat lambat dan dalam waktu yang sangat lama. Evolusi juga
merupakan perkembangan makhluk hidup yang berlangsung secara perlahan-lahan
dalam jangka waktu yang lama dari bentuk sederhana ke arah bentuk yang komplek.
Evolusi juga dapat diartikan proses perubahan yang berlangsung sedikit demi
sedikit dan memakan waktu yang lama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi adalah seleksi alam, mutasi dan
peran isolasi dalam pembentukan spesies baru. Ada perjuangan untuk hidup yaitu
antara individu-individu dalam suatu spesies untuk mendapatkan makanan, air,
cahaya atau faktor-faktor lain yang penting dalam lingkungan itu. Melalui peristiwa
isolasi dapat ditetapkan adanya perbedaan genetik. Organisme yang hidup di sekitar
kita telah mengalami tahap-tahap isolasi menuju pembentukan spesies baru. Bukti
teori evolusi adalah; adaptasi dan seleksi alam. Seleksi alam berlangsung secara
mikro evolusi, dengan hasil akhirnya adalah adaptasi. Dua unsur yang terdapat pada
teori Evolusi Darwin, yaitu; adaptasi dan pembentukan spesies baru. Terjadi
adaptasi melalui proses mikro evolusi, yakni perubahan pada individu dalam
populasi secara bertahap untuk membentuk spesies baru.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Spesies dan Spesiasi?
2. Bagaimana Konsep Spesies!
3. Bagaimana Mekanisme pembentukan spesies baru (Spesiasi)?
4. Bagaimana mekanisme Isolasi Spesies?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Spesies dan Spesiasi
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Spesies
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Mekanisme pembentukan spesies baru
(Spesiasi)
4. Untuk Mengetahui Bagaimana mekanisme Isolasi Spesies

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Spesies dan Spesiasi
Spesiasi merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies
adalah adalah kata dalam bahasa latin yang berarti “jenis” atau
“penampakan”.Waluyo (2005) menyatakan bahwa spesies adalah suatu kelompok
organisme yang hidup bersama di alam bebas, dapat mengandalkan perkawinan
secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan
induknya. Namun di sisi lain pertanyaan tentang “apa itu spesies telah
menimbulkan perdebatan berkepanjangan sementara konsep-konsep spesies baru
terus bermunculan. Riyanto dalam Mayden ( 1997) dan Ariyanti (2003)
mengatakan bahwa saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk
mendefenisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa
para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang
spesies. Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan yang mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pendapat tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan hanya
menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga memikat perhatian dari berbagai
disiplin ilmu biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi, fisiologi,
paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua adalah
karena spesies adalah hasil proses evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa
konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang dibuat ketika spesies
itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya.
Diantara sekian banyak konsep tentang spesies, Sterns and Hoekstra
(2003) menyatakan bahwa Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep
spesies biologis yang dapat diterima secara luas. Spesies menurut biological species
conncept (BSC) adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan yang fertil jika
kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi adalah unit
populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara

3
genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan pada dua pandangan
biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman dalam gen pool
melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu tidak dapat
melakukan kawin silang maka di sana terjadi aliran gen. Ketidakmampuan
penggabungan perkawinan akan memunculkan spesies yang berasal dari
penggabungan bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah
mengalami perubahan. Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan
keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan
yang fertil. Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan
hibridisasi antar spesies.
Spesies dalam pandangan modern adalah suatu golongan populasi yang
alami (deme) yang tersendiri secara genetis dan memiliki bersama suatu gene
pool. Suatu spesies adalah unit atau kesatuan terbesar dalam populasi, di dalamnya
terjadi pertukaran gen. Kebanyakan spesies dipisahkan dengan perbedaan-
perbedaan yang nyata secara anatomi, fisologi dan tingkah laku.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa spesiasi merupakan
proses pembentukan spesies baru yang disebabkan oleh berbagai faktor dimana
spesies baru yang dibentuk lambat laun sifat atau prilakunya akan berbeda.
2.2 Konsep Spesies
Campbell (2005) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
1. Konsep spesies Biologis
Mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau kelompok
populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampuan untuk saling
mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang dapat
hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu
spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik
mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain
semacamnya. Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh ciri
kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia termasuk ke dalam spesies
biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse tetap merupakan

4
spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di wilayah yang
sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
2. Konsep spesies pengenalan
Menekankan pada adaptasi perkawinan yang telah tetap dalam suatu
populasi. Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan oleh suatu
kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan
perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan
individu untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini cenderung
berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas
hanya pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
3. Konsep spesies kohesi
Berfokus pada mekanisme yang mempertahankan spesiesnya
sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme ini
meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan
gen yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan
ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang
bereproduksi secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan
silang diantara beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil
dan terkadang hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies
induknya. Konsep ini menekankan pada adaptasi yang mempertahankan
spesies tetua tetap utuh meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka.
Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
4. Konsep spesies ekologis
Mendefinisikan spesies pada tempat dimana mereka hidup dan apa
yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka. Suatu spesies
ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau posisi dan
fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya dua populasi hewan yang
tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang
berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan
spesifik (misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia,
biologi, dan fisik yang khas).

5
5. Konsep spesies evolusioner
Mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu urutan populasi tetua
dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari kelompok lain.
Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik dan
terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan
kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan demikian
populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh
sekumpulan tekanan selektif yang unik. Contohnya penemuan Fosil-fosil
Beberapa tokoh yang mempelajari tentang fosil adalah sebagai berikut:
1. Leonardo da Vinci (1452-1519)
Da Vinci adalah seorang pelukis terkenal berkebangsaan Italia. Ia
berpendapat bahwa fosil merupakan bukti dari adanya makhluk hidup dan
kehidupan di masa lampau.
2. George Cuvier (1769-1832)
Cuvier adalah seorang ahli anatomi dari Perancis, yang mempunyai
gagasan bahwa makhluk hidup diciptakan khusus pada setiap zaman dan
pada setiap zaman tersebut diakhiri dengan makhluk hidup yang berbeda
dengan makhluk hidup pada lapisan bumi sebelumnya.
3. Charles Darwin
Darwin berpendapat bahwa makhluk hidup yang terdapat pada
lapisan bumi yang tua akan mengadakan perubahan bentuk yang
disesuaikan dengan lapisan bumi yang lebih muda sehingga pada lapisan
bumi lebih muda ditemukan fosil yang berbeda dengan lapisan bumi yang
lebih tua.
Dari beberapa pendapat tokoh-tokoh evolusioner tersebut dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa pada masa lampau terdapat makhluk hidup
yang berbeda dengan makhluk hidup sekarang. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan di permukaan bumi secara bertahap yang menyebabkan
adanya perubahan pula pada makhluk hidup untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Penemuan berbagai macam fosil biasanya berupa

6
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan jarang ditemukan dalam keadaan yang
utuh. Hal itu disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
a) Bagian tubuh yang menyusun organisme lunak sehingga mudah hancur
dan jarang menjadi fosil.
b) Terjadinya lipatan batuan bumi atau patahan bumi.
c) Adanya pengaruh air, angin, dan bakteri.
2.3 Mekanisme Pembentukan Spesies Baru (Spesiasi)
1. Spesiasi Alopatrik
Spesiasi alopatrik adalah spesiasi populasi yang terbagi dua. Salah
satunya populasi alopatrik geografis terisolasi, misalnya fragmentasi habitat
akibat perubahan geografis seperti dengan adanya gunung atau perubahan sosial
seperti emigrasi. Populasi yang terisolasi kemudian mengalami perbedaan
genotipik dan fenotipik mereka mengalami tekanan selektif yang berbeda
atau secara independen mereka menjalani pergeseran genetik. Ketika populasi
kembali ke dalam kontak, mereka telah berkembamg dan tidak lagi mampu
bertukar gen. Pulau genetika, kecenderungan kecil, kolam genetik terisolasi
untuk menghasilkan sifat-sifat yang tidak biasa, telah diamati dalam beberapa
keadaan, termasuk kepulauan dan perubahan radikal di kalangan tertentu di
pulau yang terkenal, seperti Komodo dan Galapagos, yang terakhir setelah
melahirkan ekspresi modern teori evolusi, setelah diamati oleh Charles Darwin.
Di dalam kelmpok akuatik, hammondii, gigas, couchi, hydrophila,
aquaticus, dan atratus membentuk suatu sekuens/urutan sbspesies allopatric
yang melakukan interbreed dimana jika mereka bertemu (daerah abu-abu);
tetapi atratus hidup pada waktu sama dengan hammondii tanpa interbreeding.
Lebih dari itu, hydrophila melakukan interbreed dengan biscutatus jika mereka
bertem, tetapi biscutatus juga melakukan interbreeds dengan anggota kelompok
terestrial, yang dengan cara lain memperluas sympatric dengan kelompok
akuatik dan tidak melakukan interbreed. Contoh spesiasi alopatrik lainnya
adalah pembentukan spesies burung finch di Kepulauan Galapagos yang
dikemukakan oleh Darwin. Spesiasi burung finch termasuk dalam isolasi
geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran kedua dan penguatan.

7
Fenomena penguatan merupakan satu di antara sedikit mekanisme spesiasi di
mana seleksi alam mengambil peran (Stearns and Hoekstra, 2003). Menurut
Darwin bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang burung yang sama.

2. Spesiasi Peripatrik
Spesiasi yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme
terisolasi dalam sebuah lingkungan yang kecil dari populasi tertua. Spesiasi
peripatrik dapat mengurangi variasi genetik karena tidak kawin secara acak
yang akhirnya dapat mengakibatkan hilangnya variasi genetik, populasi baru
dapat berubah, baik secara genotipe maupun fenotipe dari populasi asalnya.
Populasi baru berpisah dari populasi induk akan tetapi masih berada di area
mengarah ke terbentuknya evolusi.
3. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik
Dalam spesiasi parapatik, spesies baru terbentuk secara terisolasi dapat
membentuk populasi kecil yang dicegah dari gen bertukar dengan penduduk
asli. Hal ini terkait dengan konsep efek pendiri, karena populasi kecil sering
mengalami kemacetan. Genetik drift sering diusulkan untuk memainkan peran
penting dalam spesiasi peripatric contoh yang teramati adalah isolasi
reproduksi terjadi pada populasi subjek Drosophila terhadap penduduk, varian
dari nyamuk Culex pipiens yang masuk di London.
Spesiasi parapatric adalah dua zona populasi divergen yang terpisah
tetapi saling tumpang tindih. Hanya ada pemisahan parsial yang terjadi oleh
geografi, sehingga individu-individu dari setiap spesies bisa masuk dalam
kontak atau saling terhalang dari waktu ke waktu, tetapi keutuhan dapat
mengurangi heterozigot yang mengarah ke seleksi alam untuk perilaku atau

8
mekanisme yang mencegah perkembangbiakan antara kedua spesies. Ekologi
mengacu pada spesiasi parapatric dan peripatric dalam hal relung ekologi.
Semua berguna untuk spesies baru yang akan sukses. Contoh yang teramati
spesies burung camar disekitar Kutub Utara.
Jika seleksi menyokong dua alel berbeda yang berdekatan atau
parapatrik, frekuensi sudah dapat ditetapkan. Dengan cukupnya seleksi pada
suatu lokus yang berkontribusi terhadap isolasi reproduktif, populasi dapat
membedakan kepada spesies yang terisolasi secara reproduktif. Endler (1977)
dalam Widodo dkk (2003) berargumen bahwa zona bastar yang biasanya
menandai untuk dapat terjadinya kontak sekunder sebenarnya sudah muncul
secara in situ (melalui perbedaan populasi parapatrik dan spesies yang muncul
juga parapatrik).
4. Spesiasi Simpatrik

Spesiasi sympatrik adalah spesies yang menyimpang sementara dalam


mendiami suatu tempat yang sama. Sering dikutip contoh dari spesiasi
sympatric yaitu ditemukan pada hewan serangga yang menjadi ketergantungan
pada tanaman inang host yang berbeda di daerah sama. Namun, keberadaan
spesiasi sympatric sebagai mekanisme spesiasi yang masih diperebutkan.
Orang-orang berpendapat bahwa bukti-bukti spesiasi sympatric dalam
kenyataan adalah spesiasi mikro-allopatric atau heteropatric. Contoh yang
diterima secara luas sebagian besar spesiasi sympatric adalah bahwa dari
Cichlids danau Nabugabo di Afrika Timur, yang diperkirakan karena seleksi
seksual.

9
Spesiasi melalui poliploidi, spesiasi poliploidi adalah mekanisme yang
sering dikaitkan dengan peristiwa spesiasi yang dapat menyebabkan beberapa
di sympatry. Tidak semua poliploidi secara reproduktif terisolasi dari tanaman
induknya, sehingga peningkatan jumlah kromosom tidak dapat mengakibatkan
penghentian lengkap terhadap aliran gen antara poliploidi baru dengan diploid
orang tua mereka (lihat juga spesiasi hibrida). Poliploidi diamati di banyak
spesies kedua tumbuhan dan hewan. Bahkan, telah diusulkan bahwa semua
tanaman yang ada dan sebagian besar pada hewan, poliploid tersebut telah
mengalami suatu kejadian polyploidization dalam sejarah evolusi mereka.
Namun, seringkali oleh reproduksi partenogenesis sejak hewan poliploid sering
steril, contohnya mamalia poliploid diketahui, dan paling sering mengakibatkan
kematian perinatal.
Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan.
Sebagian besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada
model spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tanaman. Jika
bastar antara dua spesies diploid membentuk tetraploid akan dapat
memperbesar isolasi reproduktif dari tetua yang diploid. Keturunan triploid
akibat backcross mempunyai proporsi aneuploidi yang tinggi, karena gamet
membawa cacat bawaan. Pembatasan interbreeding diantara bentuk diploid dan
tetraploid dapat muncul, tetapi tidak pada poliploidi. Mutasi tunggal atau
perubahan kromosom menimbulkan isolasi reproduktif lengkap di dalam satu
tahap tidak akan sukses bereproduksi, kecuali jika ada
perkawinan inbreeding (perkawinan dalam keluarga yang membawa mutasi
baru). Pada hewan secara umum perkawinan inbreeding tidak biasa terjadi,
tetapi pada golongan Chaicidoidea (Hymenoptera) itu biasa terjadi.
Keanekaragaman spesies yang tinggi di dalam kelompok dimudahkan oleh
perkawinan inbreeding (Askew, 1968 dalam Widodo dkk, 2003). Isolasi
reproduktif antar spesies yang berkerabat dekat pada umumnya dapat
dihubungkan dengan adanya perbedaan bukan pada lokus gen tunggal, tetapi
pada banyak lokus. Kebanyakan spesiasi berlangsung secara gradual , karena

10
tidak sempurnanya gen awal terhadap arus gen (gene flow) menjadi semakin
efektif.

2.4 Mekanisme Isolasi Spesies


Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya
isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003).
Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama hingga berjuta-
juta tahun.
1. Peran Isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang sama
masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow masih dapat
terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang di dalam
beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis dapat
memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah
pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi
organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah; suatu glasier yang yang

11
bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi suatu populasi; atau suatu danau
besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan populasi
yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu dipisahkan
oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies, maka
populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan evolusinya
berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua
populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi
dengan caranya masing-masing (Widodo dkk, 2003).
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya faktor
geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih memiliki potensi untuk
melakukan interbreeding dan masih dapat dikatakan sebagai satu spesies.
Kemudian kedua populasi tersebut menjadi begitu berbeda secara genetis,
sehingga gene flow yang efektif tidak akan berlangsung lagi jika keduanya
bercampur kembali. Jika titik pemisahan tersebut dapat tercapai, maka kedua
populasi telah menjadi dua spesies yang terpisah (Widodo dkk, 2003). Isolasi
geografi dari sistem populasi diprediksi akan mengalami penyimpangan karena
kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen awal yang
berbeda, terjadi mutasi, pengaruh tekanan seleksi dari lingkungan yang berbeda,
serta adanya pergeseran susunan genetis (genetic drift), ini memunculkan peluang
untuk terbentuknya populasi kecil dengan membentuk koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah
terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan suatu
barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi spesies lain. Perubahan
waktu yang terjadi pada isolasi geografis menyebabkan terjadinya isolasi
reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda.
2. Peran Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor
ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan
perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga dapat menjadi
mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah bercampurnya dua

12
populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi tersebut berkumpul
kembali setelah batas pemisahan tidak ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan
kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda)
dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami proses instrinsik yang
menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap terpisah
meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum
perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
a. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha
untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
1) Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal
barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai
keadaan lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan, keduanya
tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada tempat dimana
populasi lain berada, mereka dapat mengalami perubahan pada perbedaan-
perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka.
Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas
daerah sendiri dan iklim dari keduanya sangat berbeda, sehingga setiap spesies
tidak mungkin hidup di tempat spesies yang lain. Jadi, disini terdapat perbedaan-
perbedaan genetik yang mencegah gene flow diantara spesies pada keadaan
yang alami. Contohnya pada pohon jenis Platanus occidentalis yang terdapat di
bagian timur Amerika Serikat dan Platanus orientalis yang terdapat di timur Laut
Tengah, kedua spesies ini dapat disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat
dan fertil. Kedua spesies ini terpisah tempat yang berbeda dan fertilisasi alami
tidak mungkin terjadi (Waluyo, 2005).
2) Isolasi Tingkah laku (Behavioral)

13
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan)
dan perkawinan (mating). Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak
antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan oleh
terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi suksesnya
perkawinan tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki
pola perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini
pasangannya. Kegagalan perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing
dengan pola perilaku yang ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi
penolakan. Selain sekuen perilaku yang spesifik seperti yang ditunjukkan oleh
burung bower di mana hewan jantan harus mempersiapkan pelaminan yang
penuh dengan aksesoris tertentu agar burung betina mau dikawini. Isolasi
perilaku sangat tergantung pada produksi dan penerimaan stimulus oleh
pasangan dari dua jenis kelamin yang berbeda. Jenis stimulus yang dominan
untuk mensukseskan perkawinan, stimulus tersebut diantaranya adalah:
a) Stimulus visual: Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain dapat
mempengaruhi stimulus visual. Beberapa hewan seperti kelompok ikan, burung,
dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual dominan mempengaruhi
ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek liar Amerika Serikat
yang simpatrik mempunyai courtship display yang baik dan disertai dengan
warna yang mencolok pada bebek jantan. Fungsinya adalah untuk memperkecil
kesempatan bebek betina memilih pasangan yang salah (Waluyo, 2005).
b) Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau suara lain yang spesifik berfungsi
sebagai alat komunikasi antar jenis kelamin yang mengarah pada proses
terjadinya perkawinan intra maupun interspesies. Suara-suara yang dikeluarkan
oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak yang spesifik untuk tiap
spesies.
c) Stimulus kimia/feromon: Parris (1999) menyatakan bahwa feromon
merupakan signal kimia yang bersifat intraspesifik yang penting dan digunakan
untuk menarik dan membedakan pasangannya, bahkan feromon dapat bertindak
sebagai tanda bahaya. Molekul ini spesifik pada individu betina yang dapat
merangsang individu jantan dan atau sebaliknya sebagai molekul spesifik yang

14
dihasilkan oleh individu betina untuk menolak individu jantan. Misalnya
pada Drosophila melanogaster feromon mempunyai pengaruh pada tingkah laku
perkawinan, di mana dengan adanya feromon yang dilepaskan oleh individu
betina membuat individu jantan melakuakn aktivitas sebagai wujud
responnya terhadap adanya feromon tersebut.
3) Isolasi Sementara (temporal)
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau tahun),
gametnya tidak akan pernah mencampur. Misalnya hewan singung berbintik
(Spilogale gracilis) yang sangat mirip dengan S. putorius ini tidak akan saling
mengawini karena S. gracilis kawin pada akhir musim panas dan S.
putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga terjadi pada 3
spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup di musim tropis basah yang
sama tidak terhibridisasi, karena ketige spesies ini berbunga pada hari yang
berbeda.
4) Isolasi Mekanik (mechanical)
Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang sangat berdekatan
menyebabkan terhalangnya perkawinan antar spesies, maka diantara kedua
populasi tersebut tidak terjadi gene flow (Waluyo, 2005). Isolasi mekanik
ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi antara dua spesies yang
berbeda sehingga pada saat terjadinya perkawinan salah satu pasangannya
menderita. Mekanisme ini sebagaimana terlihat pada Molusca sub-famili
Polygyrinae, struktur genetalianya menghalangi terjadinya perkawinan spesies
dalam sub-famili yang sama. Pada tumbuhan isolasi ini terlihat pada tanaman
sage hitam yang memiliki bunga kecil yang hanya dapat diserbuki oelh lebah
kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih yang memiliki struktur bunga yang
besar yang hanya dapat diserbuki oleh lebah yang besar.
5) Isolasi Gametis (gametic)
Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi akibat susunan kimiawi dan
molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti spermatozoa yang
mengalami kerusakan di daerah traktus genital organ betina karena adanya reaksi
antigenik, menjadi immobilitas, dan mengalami kematian sebelum

15
mencapai atau bertemu sel telur. Contohnya pada persilangan Drosophila
virilis dan D. americana, sperma segera berhenti bergerak pada saat sampai pada
alat kelamin betina, atau bila tidak rusak maka sperma akan mengalami
kematian. gambaran lain juga yang terjadi pada ikan, di mana telur ikan yang
dikeluarkan dari air tidak akan dibuahi oleh sperma dari spesies lain karena
selaput sel telurnya mengandung protein tertentu yang hanya dapat mengikat
molekul sel sperma dari spesies yang sama.
b. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari spesies
yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk
berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil.
Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
1) Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid) seringkali
tidak mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya, sehingga zigot
tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai tahapan maturitas yang
baik atau mengalami kematian pada stadia awal perkembangannya. Di antara
banyak spesies katak yang termasuk dalam genus Rana, beberapa diantaranya
hidup pada daerah dan habitat yang sama, dan kadang-kadang mereka bisa
berhibridisasi. Akan tetapi keturunan yang dihasilkan umumnya tidak
menyelesaikan perkembangannya dan akan mengalami kematian.
2) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakn kawin silang,
keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi ketika
hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies induknya, keturunan
generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai contoh, spesies
kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid yang fertil, tetapi
kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika keturunan hibrid itu mati pada
saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi tumbuhan yang cacat dan lemah.

16
3) Sterilitas hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan keturunan yang sehat
dan hidup normal akan tetapi hibrid tersebut mengalami sterilitas. Terjadinya
sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas genetik yang nyata sehingga tidak
dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid yang steril antara lain: mule
(hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid antara onta dan ilama), tiglon
(hibrid anatara macan dan singa), zebroid (hibrid antara zebra dan kuda).

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spesiasi adalah proses suatu spesies berdivergen menjadi dua atau lebih
spesies. Terdapat empat mekanisme spesiasi yang paling umum terjadi pada hewan
adalah spesiasi alopatrik, yang terjadi pada populasi yang awalnya terisolasi secara
geografis, misalnya melalui fragmentasi habitat. Mekanisme kedua adalah spesiasi
peripatrik, yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme menjadi terisolasi
dalam sebuah lingkungan yang baru. Ini berbeda dengan alopatrik dalam hal ukuran
populasi yang lebih kecil dari populasi tetua. Mekanisme ketiga spesiasi
adalah spesiasi parapatrik. Ia mirip dengan spesiasi peripatrik dalam hal ukuran
populasi kecil namun berbeda dalam hal tidak adanya pemisahan secara fisik antara
dua populasi. Mekanisme keempat spesiasi adalah spesiasi simpatrik, di mana
spesies berdivergen tanpa isolasi geografis. Mekanisme spesiasi dapat dibagi
menjadi empat yaitu isolasi geografi, isolasi reproduksi, isolasi ekologi dan isolasi
popiploidi. Isolasi geografis adalah terpisahnya satu spesies yang sama oleh suatu
keadaan geografis menjadi dua atau lebih kelompok populasi. Isolasi
reproduksi adalah dua populasi/spesies yang terdapat pada daerah yang sama tidak
mampu melakukan interhibridasi (perkawinan). Isolasi ekologi merupakan bagian
dari isolasi reproduksi. Sedangkan isolasi poliploidi adalah kondisi pada
suatu organisme yang memiliki set kromosom (genom) lebih dari sepasang.
3.2 Saran
Pada penyajian makalah ini mungkin tidak menampilkan penjelasan secara
mendalam. Oleh karena itu,penyusun meminta kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sehingga penyusun memperbaki pada penulisan makalah selanjutnya.

18

Anda mungkin juga menyukai