(GENERATIVE LEARNING)
TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
PADA KONSEP CAHAYA
Disusun oleh:
Yuli Amaliah
(106016300671)
i
ABSTRACT
The aim of this research was to know of The Influence of Generative Learning
Model to Physics Product Study. This research was held Junior High School
Mathla’ul Anwar (SMP Mathla’ul Anwar)in academic period 2010/2011. The
research method was quasi experiment and used Nonequivalent Control Group
Design. The sample in this research was taken by purposive sample technique,
students of class VIII.A as a group of experiment used generative learning model,
and student of class VIII.B as a group of control were not used generative
learning model (used conventional model. Instrument were used in these research
is test instrument used essay. Data was got from test instrument was analyzed by
statistical analysis t-test. Based on result of statistical analysis t-test at the level of
significant (α) = 0,05, it is shown that tvalues greater than ttable were 3,846 > 0,999,
with the result then zero hypothesis (HO) was refused and alternative hypothesis
(Ha) was accepted, that can be concluded, generative learning model can
influense student product study of the physics.
ii
KATA PENGANTAR
Bismiillahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis bisa menyelesaikan pembuatan
skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah pada Rasulallah Muhammad
SAW.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Generatif
(Generative Learning) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa” salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana untuk Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Banyak pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan skripsi ini,
oleh karena itu ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, M. A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Iwan Permana Suwarna, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Nurlena Rifa’i, M. A. Ph,D, Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar,
tulus dan ikhlas yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam
mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Diah Mulhayatiah, M.Pd Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar, tulus
dan ikhlas yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam
mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Anwar Sanusi, SE. S.Pdi. MM Kepala Sekolah SMP Mathla’ul Anwar.
7. Ricko, S.Pd Guru Mata Pelajaran Fisika di SMP Mathla’ul Anwar.
iii
8. Kedua orang tuaku (ema dan abah) yang telah memberikan limpahan kasih
sayang, motivasi dan doa pada penulis serta seluruh keluarga yang telah
memberikan dukungan moril dan materil.
9. Aa Misbah yang telah memberikan dukungan sepenuh hati dan terus
mensuport penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-temanku di Asri (Assulaeman Putri) terima kasih atas doa dan
motivasinya yang telah kalian curahkan kepada penulis
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
doa dan dukungannya.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, khususnya penulis sendiri serta para pembaca sekalian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Yuli Amaliah
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ............................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ...................................................... 4
D. Perumusan Masalah ....................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ......................................................... 5
v
b. Tahap-tahap Pembelajaran Generatif ................ 17
c. Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Generatif .. 25
d. Keunggulan Pembelajaran Generatif ................. 26
4. Hasil Belajar ............................................................. 26
5. Cahaya ...................................................................... 34
a. Pengertian Cahaya ............................................. 34
b. Sifat-sifat Cahaya ............................................... 35
c. Hukum Pemantulan Cahaya ............................... 35
d. Pembiasan Cahaya ............................................. 37
e. Lensa .................................................................. 37
B. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................... 38
C. Kerangka Berpikir .......................................................... 39
D. Pengajuan Hipotesis ....................................................... 41
vi
2. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data Penggunaan
Konsep ..................................................................... 59
3. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................ 61
B. Pembahasan .................................................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................... 66
B. Saran .............................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran E. Surat-surat
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
mampu berpikir secara menyeluruh dan hanya terpaku pada materi yang
sedang dipelajari akibatnnya siswa belum mampu mengintegrasikan
keterkaitan antar konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.
Permasalahan yang terjadi di atas berawal dari aspek kognitif siswa.
Aspek kognitif siswa merupakan aspek yang memberikan pengaruh besar
dalam keberhasilan proses pembelajaran. Aspek kognitif merupakan aspek
kompetensi yang mengarah kepada kecakapan hidup siswa (life skill).
Menurut Slameto permasalahan-permasalah di atas dapat diatasi dengan
memberikan pengajaran yang efektif dengan cara belajar secara aktif,
pelajaran di sekolah dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di
masyarakat, dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan
kebebasan pada siswa untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri,
belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri, dan guru harus
mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar.1 Pendekatan serta
metode belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat efisiensi
dan keberhasilan belajar siswa.2
Solusi untuk menyelesaikan masalah di atas adalah dengan cara
memberikan model pembelajaran yang kiranya dapat memberikan
pembelajaran yang efektif. Salah satu pembelajaran yang sesuai adalah
pembelajaran konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivis berprinsip bahwa
siswa mengkonstruk pemikiran mereka sendiri dalam belajarannya. Artinya
pembelajaran konstruktivis ini mengarahkan siswa agar mampu membangun
pemikiran mereka sendiri, yakni ketika belajar siswa diharapkan mampu
mengaitkan suatu konsep yang diajarkan dengan kenyataan yang berkaitan
dengan pengalaman hidup siswa. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa lebih
mudah memahami konsep yang diajarkan oleh guru. Jean Piaget seorang
pioner filsafat konstruktivisme menyatakan bahwa dalam proses belajar, anak
akan membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep melalui
pengalaman-pengalamannya. Model kontruktivisme berpandangan bahwa
1
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. (Jakarta: Rienka Cipta. 2010), h. 92
2
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. (PT Logos Wacana Ilmu. 1999), h. 119
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah
yang dapat diidentifikasikan sabagai berikut:
1. Penerapan model dan sistem pembelajaran masih terpusat pada aktivitas
guru.
2. Guru masih banyak menanamkan konsep-konsep melalui transfer
informasi dan pemberian contoh-contoh yang cenderung dihapal siswa.
3. Penggunaan pola pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan
kejenuhan dan ketidaktertarikan siswa terhadap pelajaran fisika.
4. Siswa pasif selama proses pembelajaran.
5. Siswa belum mampu menyelesaikan masalah fisika.
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda maka
diberikan batasan masalah dari penelitian ini yaitu:
1. Konsep fisika yang diteliti adalah cahaya.
2. Masalah difokuskan pada model pembelajaran Generative Learning
terhadap hasil belajar fisika siswa. Model pembelajaran Generative
Learning yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
Generative Learning menurut Osborne dan Cosgrove melalui 4 tahapan
yaitu: eksplorasi, pemfokusan, tantangan dan penerapan.
5
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran
generative learning terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya maka
yang jadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran generatif (generative learning) terhadap hasil belajar
fisika siswa pada konsep cahaya.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian Pengaruh Model Pembelajran Generatif (Generative
Learning) pada pokok bahasan ini, dapat diharapkan memberikan sejumlah
manfaat antara lain:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah
kepustakaan pendidikan, khususnya mengenai pengaruh model
pembelajaran Generative Learning terhadap hasil belajar fisika siswa,
serta dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti yang berminat untuk
menindaklanjuti hasil penelitian ini.
2. Secara praktis, bagi guru hasil penelian ini dapat memberikan masukan
untuk menerapkan model pembelajaran Generative Learning sebagai salah
satu alternatif baru dalam pembelajaran pembelajaran fisika. Selain itu,
bagi siswa penelitian ini dapat memberi pengaruh positif terdapat hasil
belajar fisikanya dan bagi peneliti hasil penelitian ini akan memperluas
(C4)
5. Menga
nalisis
(C4) 6
BAB II
DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu rangkaian atau satu kesatuan yang
utuh antara pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan bahan
pembelajaran. Menurut trianto “model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial”.1
Maksud dari kutipan tersebut adalah model pembelajaran merupakan suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam menyusun perencanaan
pembelajaran.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar.2
Kutipan di atas menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan
pedoman bagi guru untuk menyusun rancangan aktivitas pembelajaran.
Proses pembelajaran menjadi lebih terarah dan sistematis sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola
yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan
memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau
lainnya.3
1
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2007), h. 1
2
Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 4-19.
3
Dr. M. Dahlan, Model-Model Mengajar, (Bandung: CV. Diponegoro. 1984), h. 21
7
8
pembelajaran
Strategi pembelajaran
Model pembelajaran
(exposition-discvery learning or
Model
group-indivivual learning)
Metode pembelajaran
(ceramah, diskusi, simulasi, dsg)
4
Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model
Pembelajaran, (http://akhmadsudrajat.wordpress.com)), h.2.
9
5
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Presrtasi
Pustaka Publisher, 2007), h. 6
10
6
Yusri Panggabean, Strategi, Model dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bandung: Bina
Media Informasi, 2007), h. 71-72
7
Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 4-19
8
Ari Widodo, konstruktivisme dalam pembelajaran sains, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
No. 064. Tahun ke-13, Januari: 2007), h. 102
9
Elisna, Pendekatan Konstruktivisme Sebagai Suatu Inovasi dalam Proses Pembelajaran, (Skolar,
Vol. 8 No. 1, Juni 2007), h. 1
11
10
Nur Aedi, Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sosiologi-Antropologi
di Sekolah/Madrasah,(www.google .com), h.1
11
Surianto, Teori Pembelajaran Konstruktivisme, (www. Wordpress.com)
12
Ibid
12
anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari
lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud
dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.
Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau
perbuatan.
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan
bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi
dan akomodasi.13 Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah
terbentuk. Sedangkan, akomodasi adalah proses perubahan skema.14 Proses
akomodasi menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru,
sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Pengertian tentang
akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema
baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang
sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu
Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya individu sejak kecil sudah
memiliki kemampuan untuk mengkonstruk penetahuannya sendiri. Strategi
pembelajaran berbasis konstruktivisme dari Piaget, dengan ide utamanya
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi siswa membentuk
pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya, melalui
proses asimilasi dan akomodasi.
2. Agar pengetahuan diperoleh, siswa harus beradaptasi dengan
lingkungannya
3. Andaikan dengan proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan
adaptasi terhadap lingkungannya, terjadilah ketidakseimbangan
(disequilibrium). Akibatnya terjadilah akomodasi, dan struktur yang ada
mengalami perubahan atau struktur baru timbul.
4. Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus menerus tentang keadaan
ketidakseimbangan dan keadaan seimbang (disequilibrium-equilibrium).
13
Ratna wilis dahar. Teori-Teori Belajar. (Jakarta: Erlangga, 1989). h.159
14
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientas Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Pernada Media Group. 2008), h.124
13
16
Bayyati,”Pengaruh Model Pembelajaran Konstrutivisme dengan Strategi Generative Learning
Terhadap Hasil Belajar pada Konsep Perubahan Materi” Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Utama
UIN Jakarta, 2007) , hal 20
17
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta: PT Bumi Akrasa) hal. 177
19
1) Tahap Pembelajaran
a) Ekplorasi
Tahap pertama yaitu tahap ekplorasi yang disebut juga tahap
pendahuluan. Pada tahap ekplorasi guru membimbing siswa untuk
melakukan ekplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang
diperoleh dari pengalaman sehari-hari atau diperoleh dari pembelajaran
pada tingkat sebelumnya. Untuk mendorong siswa agar mampu
melakukam ekplorasi, guru dapat memberikan stimulus berupa beberapa
aktifitas atau tugas-tugas seperti melalui demonstrasi atau penelusuran
tarhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukan data dan fakta yang
terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari.
Dalam aktifitas ini, gejala, data dan fakta yang didemonstrasikan
sebaiknya dapat merangsang siswa berpikir kritis, mengkaji, data, fakta,
gejala serta memusatkan pikiran terhadap permasalahan yang akan
dipecahkan. Dengan demikian, pada akhirya dapat menumbuhkan rasa
ingin tahu pada diri siswa. Melalui aktifitas demonstrasi/penelusuran,
siswa didorong untuk mengamati gejala atau fakta. Dengan kondisi yang
demikian, pada akhirnya diharapkan muncul pertanyaan pada diri siswa,
mengapa hal itu terjadi. Pada langkah berikutnya guru mengajak dan
mendorong siswa untuk berdiskusi tentang fakta atau gejala baru diselidiki
atau diamati. Guru harus mengarahkan proses diskusi guna
mengidentifikasi konsepsi siswa yang selanjutnya dapat dikembangkan
menjadi rimusan, dugaan atau hipotesis.
Pada proses pembelajaran ini guru berperan memberikan dorongan,
bimbingan, motifasi dan memberi arahan agar siswa mau dan dapat
mengemukakan pendapat, ide dan hipotesis. Pendapat, ide dan hipotesis
sebaiknya disajikan secara tertulis. Pendapat atau ide siswa yang berhasil
teridentifikasi mungkin ada yang benar atau mungkin juga ada yang salah.
Apabila konsepsi siswa ini ada yang salah maka dikatakan terjadi salah
konsep (misconception). Namun demikian, guru pada saat itu sebaiknya
tidak memberikan makna, menyalahkan atau membenarkan terhadap
20
b) Pemfokusan
Tahap kedua yaitu tahap pemfokusan atau pengenalan konsep.
Pada tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis melalui
kegiatan labolatorium atau dalam model pembelajaran yang lain. Pada
tahap ini bertugas sebagai fasilitator yang menyangkut kebutuhan sumber,
memberi bimbingan dan arahan, dengan demikian para siswa dapat
melakukan proses sains.
Tugas-tugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat
sedemikian rupa sehingga memberi peluang dan merangsang untuk
menguji hipotesisnya dengan caranya sendiri. Tugas-tugas pembelajaran
yang disusun atau yang dibuat oleh guru hendaknya tidak seratus persen
merupakan petunjuk atau langkah-langkah kerja, tetapi tugas-tugas
haruslah memberikan kemungkinan siswa beraktivitas sesuai dengan
caranya sendiri atau cara yang diinginkannya. Penyelesaian tugas-tugas
dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 2 sampai dengan 4 siswa
sehingga siswa dapat berlatih untuk meningkatkan sikap seperti seorang
ilmuan. Misalnya, pada aspek kerja sama dengan sesama teman sejawat,
membentu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat teman, tukar
pengalaman dan keberanian bertanya.
Dalam kegiatan praktikum siswa dapat berlatih lebih banyak
tentang keterampilan labolatorium, berlatih semua komponen proses sains
yaitu mulai dari mengamati, mengukur, mengendalikan variabel,
menggolongkan membuat grafik, menyimpulkan memprediksi, dan
mengkomunikasikan (Sutarman dan Swarsono, 2003).
21
c) Tantangan
Tahap ketiga yaitu tahap tantangan disebut juga pengenalan
konsep. Setelah siswa memperoleh data selanjutnya menyimpulkan data
dan menulis dalam lembar kerja. Para siswa diminta mempersentasikan
temuannya melalui diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses
tukar pengalaman di antara siswa.
Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide,
kritik, berdebat, menghargai pendapat teman. Pada saat diskusi guru
berperan sebagi moderator dan fasilitator agar jalannya diskusi dapat
terarah. Diharapkan pada akhir diskusi siswa memperoleh kesimpulan dan
pemantapan konsep yang benar. Pada tahap ini terjadi proses kognitif,
yaitu terjadinya proses mental yang disebut asimilasi dan akomodasi.
Terjadi asimilasi apabila konsepsi siswa sesuai dengan konsep benar
menurut data eksperimen, terjadi proses akomodasi apabila konsepsi siswa
cocok dengan data empiris.
Pada tahap ini sebaiknya guru memberikan pemantapan konsep
dan latihan soal. Latihan soal dimaksudkan agar siswa memahami sacara
mantap konsep tersebut. Pemberian soal latihan dimulai dari yang paling
mudah kemudian menjadi sukar (Sutarman dan Swasono,2003). Dengan
soal-soal yang tingkat kesukarannya rendah, sebagian siswa akan mampu
menyelesaikan dengan benar, hal ini akhirnya akan menumbuhkan
motivasi belajar siswa. Sebaiknya, jika langsung diberikan soal yang
tingkat kesukarannya tinggi mak sebagian besar siswa tidak akan mampu
menyelesaikan dengan benar, karena tidak mampu menyelesaikan dengan
benar maka akan dapat menurunkan motovasi belajar siswa.
d) Penerapan
Tahap keempat adalah tahap penerapan. Pada tahap ini siswa
diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep
barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-
hal yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian tugas rumah atau
22
2) Penerapan di Kelas
Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran
dapat dijabarkan sebagai beriku:
Tabel 2.1 Penerapan Pembelajaran Generatif di Kelas
No. Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
1. Pendahuluan Memberikan aktivitas Mengekplorasi
melalui demonstrasi/ pengetahuan awal yang
contoh-contoh yang dapat diperoleh dari awal yang
merangsang siswa untuk diperoleh dari
melakukan eksplorasi pengalaman sehari-hari
atau diperoleh dari
pembelajaran sebelumnya
Mendorong dan Mengutarakan ide-ide dan
merangsang siswa untuk merumuskan hipotesis
mengemukakan ide/
pendapat serta merumuskan
hipotesis/
Membimbing siswa untuk Melakukan klasifikasi
mengklasifikasi pendapat pendapat yang telah ada
2. Pemfokusan Membimbing dan Menetapkan konteks
mengarahkan siswa untuk permasalahan, memahami
menetapkan konteks mencermati
23
Tahapan
No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
permasalahan berkaitan permasalahan, sehingga
dengan ide siswa yang siswa menjadi familier
kemudian dilakukan terhadap bahan yang
pengujian. digunakan untuk
mengeksplorasi konsep.
Membimbing siswa Melakukan pengujian,
melakukan proses sains, berpikir apa yang terjadi,
yaitu menguji sesuatu menjawab pertanyaan
berhubungan dengan
konsep. Memutuskan dan
menggambarkan apa yang
ia ketahui tentang kejadian.
Mengklarifikasi ide ke
dalam konsep.
Menginterpretasi respon Mempresentasikan ide ke
siswa. Menginterpretasi dalam kelompok dan juga
dan menguraikan ide siswa. forum kelas ke dalam
diskusi.
3. Tantangan Mengarahkan dan Memberikan pertimbangan
memfasilitasi agar terjadi ide kepada (a) siswa yang
pertukaran ide antar siswa. lain (b) semua siswa dalam
Menjamin semua ide siswa kelas.
dipertimbangkan.
Membuka diskusi.
Mengusulkan melakukan
demonstrasi jika
diperlukan.
24
Tahap
No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
Menunjukan bukti ide Menguji validitas ide/
ilmuan. pendapat dengan mencari
bukti. Membandingkan ide
ilmuan dengan ide kelas.
4. Aplikasi Membimbing siswa Menyelesaikan problem
merumuskan praktis dengan
permasalahan yang menggunakan konsep
sangat sederhana. dalam situasi yang baru.
Membawa siswa Menerapkan konsep baru
mengklasifikasi ide baru. dipelajari dalam berbagai
Membimbing siswa agar konteks yang berbeda.
mampu menggambarkan
secara verbal
penyelesaian masalah.
Ikut terlibat dalam Mempersentasikan
merangsang dan penyelesaian dihadapan
mengkonstribusi ke teman. Diskusi dan debat
dalam diskusi untuk tentang penyelesaian
menyelesaikan masalah. masalah, mengkritisi dan
menilai penyelesaian
masalah. Menarik
kesimpulan akhir.
Suswono (2003), secara garis besar ada tiga langkah-langkah yang dikerjakan
guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Guru perlu melakukan identifikasi pendapat siswa tentang pelajaran yang
dipelajari.
2. Siswa perlu mengeksplorasi konsep dari pengalaman dan situasi
kehidupan sehari-hari dan kemudian menguji pendapatnya.
3. Lingkungan kelas harus nyaman dan kondusif sehingga siswa dapat
mengutarakan pendapatnya tanpa rasa takut dari ejekan, dan kritikan dari
temannya. Dalam hal ini, guru perlu menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan bagi semua siswa.
18
http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pembelajaran-generatif-mpg.html
selasa 01-03-11
26
4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan gabungan dua kata yaitu kata hasil dan
belajar. Hasil adalah perolehan atau sesuatu yang diperoleh dari usaha atau
pikiran. Belajar adalah merupakan suatu proses yang terjadi dalam jiwa
anak karena adanya pengaruh yang diberikan oleh pendidik sehingga
dengan adanya pengaruh ini maka tingkah laku anak mengalami
perubahan.20
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan suatu
puncak proses belajar. Hasil belajar terjadi berkat evaluasi guru. Hasil
belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua
19
Abdi Renaldi. “Pengaruh Pembelajaran Konstruntivisme dengan Strategi Generative Learning
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Senyawa Karbon ” Skripsir (Jakarta: Perpustakaan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UIN Jakarta,2008 ) hal. 38
20
Nurlena Siregar, Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Konsep Gaya Melalui Metode Inquiri
Pada Siswa Kelas VIIIi-3 Smp Negeri 43 Medan. (Jurnal penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika
ISSN 2085-5281, volume 1,No. 1, Juni 2009), h.42
27
21
Dimyati, dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2009) cetakan
keempat, h. 20
22
Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006),
h. 13
23
Moh. Uzer Usman, Menjadi guru Profesional,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 35
28
24
Ahmad Sofyan, opcit, h. 20
29
25
Ibid, h. 23-26
30
c) Communicating
Kategori ini meruju pada pengertian aktifitas yang menyajikan
gagasan dan perasaan untuk diketahui oleh orang lain. Kata kerja
operasional yang dapat digunakan yaitu mengajukan pertanyaan,
menganalisis, mendeskripsikan, mendiskusikan, mengarang,
menggambar, menjelaskan, membuat grafik, membuat tabel, mencatat,
menulis, dan membuat rancangan.
d) Creating
Kategori ini merujuk pada proses dan kinerja yang dihasilkan
dari gagasan-gagasan baru. Kata kerja operasional yang dapat digunakan
antara lain membuat kreasi, merancang, merencanakan, mensintesis,
menganalisis, dan membangun.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan kemampuan dan keterampilan yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki siswa atau seseorang
setelah mengikuti kegiatan belajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan akan
terealisasikan sesudah belajar atau berlatih. Bakat pun merupakan salah
satu unsur yang berpengaruh terhadap belajar siswa
e) Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia atau
hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat
berasal dari dalam diri siswa (motivasi intrinsik) dan dapat pula berasal
dari pengaruh luar (motivasi ekstrensik).26
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
sesorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru.
g) Kesiapan
Kesiapan menurut Jamies Drever dalam Slameto adalah
kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi jika siswa belajar dalam
keadaan siap, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
Selain faktor intern belajar juga dipengaruhi oleh faktor ekstern.
Adapun faktor-faktor ekstern dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu:
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.27
1. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga
2. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah
26
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. 2001),h. 137
27
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi . (Jakarta: Rieneka Cipta. 2010) h. 60
33
3. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa
dalam masyarakat. Pengaruh tersebut dapat berasal dari kegiatan siswa
dalam massyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat.28
Faktor-faktor intern dan ekstern yang telah dijelaskan diatas tidak
dapat diabaikan satu dengan lainnya. Faktor-faktor tersebut satu dengan
lainnya saling mempengaruhi. Maka dari itu seorang guru dapat
memperhatikan siswa dengan pertimbangan faktor-faktor belajar diatas
ketika menganalisis kesulitan belajar siswa. Sehingga ketika siswa
mengalami kesulitan belajar guru dapat bekerja sama dengan pihak-pihak
yang mempengaruhi belajar siswa. Guru pun dapat memahami dan
memaklumi siswa ketika mereka mengalami kesulitan belajar. Guru
dapat memberikan nasihat kepada siswa ketika mereka mengalami
kesulitan belajar berdasaarkan pertimbangan analisis dengan bertanya
kepada siswa tersebut.
Hasil belajar disekolah perlu dinilai oleh seorang guru. Penilaian
hasil belajar siswa merupakan indikator keberhasilan kegiatan belajar
mengajar. Penilaian tersebut pada hakikatnya bertujuan untuk
mengetahui perubahan tingkah laku siswa dan mengetahui tingkat
keberhasilan pengajaran yang dilakukan guru. Secara garis besar tujuan
penilaian hasil belajar adalah:
a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa
dalam kurun waktu proses belajar tertentu
b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seseorang dalam
kelompoknya
c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam
belajar
28
Slameto. Ibid. h. 70
34
5. Cahaya
a. Pengertian Cahaya
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang merambat atau
tanpa zat perantara.31 Kecepatan cahaya merambat pada ruang tanpa ada
29
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. 1999) h. 176-177
30
Ibid, h. 177-178
35
zat antara (ruang hampa) 3 x 108 m/detik. Cahaya terdiri dari satu
gelombang elektromagnetik (monokromatik) atau banyak gelombang
elektromagnetik (polikromatik).
b. Sifat-sifat Cahaya
Cahaya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:32
1. Cahaya merambat lurus.
2. Cahaya dapat menembus benda bening (benda transparan).
3. Cahaya dapat dipantulkan.
4. Cahaya dapat merambat tanpa medium perantara.
c. Hukum Pemantulan Cahaya
Hukum pemantulan cahaya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Pemantulan cahaya pada cermin datar
Permukaan cermin datar sangat halus dan memiliki permukaan yang
datar pada bagian pemantulannya.
Perhatikan gambar di bawah ini:
s s’
h h’
cermin
Gambar: 2.2 Sifat Bayangan pada Cermin Datar
Berdasarkan gambar di atas sifat-sifat cermin datar adalah:
a. Bayangan maya.
b. Tegak seperti benda.
c. Besar bayangan sama dengan besar benda
e. Jarak bayangan sama dengan jarak benda
f. Posisi bayangan menghadap terbalik dengan posisi benda.33
31
Budi Prasodjo, dkk. “Fisika untuk kelas 2 SLTP”. ( Jakarta: Yudhistira 2001), h.97
32
Agus Kartono. “Seribu Pena Fisika untuk SMP/MTS Kelas VIII” (Bandung : Erlangga, 2007), h.
95
33
Agus Kartono, Seribu Pena Fisika untuk SMP/MTs Kelas VIII, (Bandung: Erlangga, 2008), h.
89
36
Jika dua buah cermin datar membentuk sudut α satu sama lain, maka untuk
menghitung jumlah bayangan yang terbentuk dengan menggunakan
rumus di bawah ini:34
= −1 Keterangan:
n = banyak bayangan
α = sudut yang dibentuk antara dua cermin datar
2. Pemantulan cahaya pada cermin cekung
Cermin cekung memiliki sinar-sinat istimewa sebagai berikut:
a. Sinar yang datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui
titik fokus.
b. Sinar datang melalui titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama.
c. Sinar datang melalui titik pusat kelangkungan cermin (M)
dipantulkan melalui sinar itu pula.35
Hubungan antara jarak benda (s) dan jarak bayangan (s’) akan
menghasilkan jarak fokus (f), hubungan tersebut secara matematis
dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:
1 1 1
= +
′
Keterangan:
f : jarak fokus (m)
s : jarak benda (m)
s’ : jarak bayangan (m)
3. Pemantulan cahaya pada cermin cembung
Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung sebagai berikut:
a. Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama, dipantulkan
seolah-olah dari titik fokus (F).
b. Sinar datang menuju titik F, dipantulkan sejajar sumbu utama.
34
Budi Prasodjo, dkk, Fisika untuk Kelas 2 SLTP, (Jakarta: Yudhistira, 2001), h. 102
35
Sumarwan, dkk, IPA SMP untuk Kelas VIII, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 184
37
36
Saeful Karim, dkk, Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar, (Jakarta: CV Valencia,
2008), h. 288
37
Agus Kartono, Seribu Pena Fisika untuk SMP/MTs Kelas VIII,(Bandung: Erlangga, 2008), h.
103
38
Op.cit, h. 295
38
39
I Ketut Tika, Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif Perbaikan Kesalahan Konsepsi Dalam
Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, (Aneka
Widya IKIP Negeri Singaraja, No. 3 Th. XXXIV, Juli 2001), hal. 44
39
65%. Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban tes hasil belajar siswa pada
siklus II, ditemukan bahwa rata-rata hasil belajar siswa sebelum pembelajaran
4,24 (kurang), sesudah pembelajaran 7,2 (lebih dari cukup), dengan gain skor
sebesar 3,02. daya serap sebesar 72% dan ketuntasan belajat siswa 84%.40
Menurut I Ketut Tika pada penelitian yang berjudul “ Efektivitas Model
Belajar Generatif dalam Pembelajaran Fisika pada Siswa SMU Negeri di
Singaraja” menyatakan bahwa model belajar generatif secara signifikan lebih
efektif daripada model belajar konvensional dalam meningkatkan hasil belajar
siswa.41
Sedangkan menurut I Wayan Redhana dan I Dewa Ketut Sastrawidana
dengan penelitiannya yang berjudul “ Pembelajaran Generatif Dengan Strategi
Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar
II” menyatakan bahwa pembelajaran generatif merupakan pembelajaran sains
yang bertolak dari filosofi belajar konstruktivisme dimana pebelajan
mengkonstruksi pengetahuan sainsnya sendiri dalam lingkungan belajar yang
konstruktivisme.42
C. Kerangka Berpikir
Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru harus mampu
menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki oleh
siswa. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran fisika di sekolah, siswa
harus diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri tentang apa yang
dipelajari dengan mengkaitkan pengetahuan awal yang telah siswa miliki.
Selain itu, siswa harus berinteraksi dengan siswa lain yang ada di dalam kelas,
misalnya dengan diskusi kelompok. Interaksi ini harus berlangsung secara
berkesinambungan sehingga guru tidak mendominasi dalam kegiatan
40
IB. Putu Mardana, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3 Singaraja Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (Aneka Widya IKIP Negeri Singaraja, No. 2 Th.
XXXIV, April 2001), hal. 55
41
I Ketut Tika, Efektivitas Model Belajar Generatif dalam Pembelajaran Fisika Pada Siswa SMU
Negeri di Singaraja, (Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 4 Th. XXXIII, Oktober 2000), hal. 38
42
I Wayan Redhana dan I Dewa Ketut Sastrawidana, Pembelajaran Generatif Dengan Strategi
Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar II, (Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singajara, No. 1 Th. XXXVI, Januari 2003) hal. 93
40
Proses pembelajaran
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapatlah ditarik sebuah kesimpulan
dan sekaligus diputuskan untuk diadikan hipotesis penelitian yang dirumuskan
sebagai berikut :
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan peranan model pembelajaran
generatif (Generative Learning) terhadap hasil belajar fisika siswa
pada konsep cahaya.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan peranan model pembelajaran
generatif (Generative Learning) terhadap hasil belajar fisika siswa
pada konsep cahaya.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian quasi
ekperimen, yaitu metode penelitian yang mempunyai kelompok kontrol tetapi
tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar
yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Untuk pelaksanaan penelitian
ini diperlukan dua kelompok yang diberi perlakuan berbeda. Kelompok
pertama adalah kelompok yang diajar menggunakan model pembelajaran
Generative Learning (kelas eksperimen) dan kelompok kedua diajarkan
dengan model pembelajaran konvensional (kelas kontrol).
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (variabel X)
dan variabel terikat (variabel Y). Variabel bebas penelitian ini adalah model
pembelajaran Generative Learning sedangkan variabel terikat penelitiannya
adalah penguasaan konsep fisika siswa.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control
Group Design.2 Rancangan ini terdiri atas dua kelompok yang keduanya
ditentukan secara acak. Sebelum dilakukan penelitian kedua kelompok
diberikan tes awal (Pretest) dan setelah dilakukan penelitian kedua kelompok
diberikan tes akhir (Postest), untuk lebih jelasnya rancangan penelitian
tersebut dinyatakan dalam tabel berikut:
1
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2006), h. 77
2
Ibid., h. 79
42
43
Keterangan:
Y1 : tes awal (pretest) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Y2 : tes akhir (posttest) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
X1 : perlakuan model pembelajaran Generative Learning
X2 : perlakuan pembelajaran dengan metode konvensional.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Tahapan Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan penyusunan RPP dan LKS sesuai
dengan materi pokok yang telah ditentukan, menyusun instrumen
penelitian dan melakukan uji coba instrumen serta mengolah data hasil uji
coba instrumen yang nantinya akan dipakai untuk pretest dan posttest.
Tahap Persiapan
Uji Coba
RPP dan Instrumen Instrumen
LKS Penelitian
Revisi
Instrumen
Pretest
Instrumen
Fix
Pelaksanaan Pembelajaran
Posttest
Analisis Data
Pembahasan
Penarikan Kesimpulan
G. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Hasil Belajar
Tes yang digunakan adalah tes objektif berupa soal uraian tentang
konsep cahaya. Jumlah butir soal yang diberikan kepada siswa sebanyak
10 butir soal. Soal-soal berbentuk esai ini menuntut kemampuan siswa
untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-
pengertian yang telah dimiliki. Dengan kata lain tes esai menuntut siswa
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta : PT Rineka Cipta),
h. 108
4
Ibid., h. 109
5
Ibid., h. 117
46
6
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara.2009) h. 162
47
a. Uji Validitas
Validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran,
kesahihan, atau keabsahan. Sebuah tes dikatakan telah memiliki
‘validitas’ apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, shahih atau
absah telah dapat mengungkapkan atau mengukur apa yang seharusnya
diungkapkan atau diukur lewat tes tersebut. Jadi, tes hasil belajar
dinyatakan valid apabila tes hasil belajar tersebut (sebagai alat
pengukur keberhasilan belajar peserta didik) dengan secara tepat, benar,
shahih atau absah telah dapat mengukur atau mengungkapkan hasil
belajar yang telah dicapai oleh peserta didik, setelah mereka menempuh
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Suatu alat pengukur dikatakan alat pengukur yang valid apabila
alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secara
tepat. Cara yang digunakan untuk mengukur validitas soal dalam
penelitian ini menggunakan rumus product moment person sebagai
berikut:7
NXY X Y
rxy
NX 2
X NY 2 Y
2 2
Keterangan :
N : banyaknya peserta tes
X : skor butir soal
Y: skor total
rxy : koefesien relasi antara variabel X dan Y
7
Ibid, h. 72
48
b. Uji Reabilitas
Reabilitas diartikan ajeg atau tetap.9 Reabilitas adalah penilaian
ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam nilai apa yang dinilainya.
Sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan reabel apabila hasil-hasil
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara
berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukan hasil
yang tetap sama atau sifatnya ajeg atau stabil. Reabilitas yang
digunakan untuk mengukur tes hasil belajar bentuk uraian
10
menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu:
n b
2
r11 1 2
n 1 t
Keterangan:
r11 : reabilitas instrumen
n : banyaknya pertanyaan
∑δ b2 : jumlah varians butir
8
Perhitungan lengkap hasil validitas instrument tes dapat dilihat pada lampiran B.4, h. 111
9
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.(Jakarta: BumiAksara,2007), hal. 86
10
Ibid, hal. 109
49
Tabel 3.3
Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas Soal
11
Perhitungan lengkap reabilitas instrument dapat dilihat pada lampiran B.5, h. 112
12
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 207.
50
Keterangan:
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi Indeks Kesukaran:
IK : 0,00 – 0,30 = sukar
0,31 – 0,70 = sedang
0,71 – 1,00 = mudah13
d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).15 Rumus yang digunakan
adalah:
BA BB
D PA PB
JA JB
13
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya),
h. 137
14
Perhitungan lengkap uji taraf kesukaran saol dapat dilihat pada lampiran B. 6, h. 113
15
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) hal. 211.
51
Keterangan:
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
JA = banyaknya peserta pada kelompok atas
JB = banyaknya peserta pada kelompok bawah16
Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda tiap butir
soal adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Klasifikasi
DP 0,00 Sangat kurang
0,00 < DP≤ 0, 20 Kurang
0,20 < DP≤0,40 Cukup
0,40< DP ≤ 0,7 Baik
0,70 <DP≤1, 00 Sangat baik
16
Suharsimi, Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) h.213-
214
17
Perhitungan selengkapnya hasil daya pembeda dapat dilihat pada lampiran B.7, h. 114
52
Dengan:
Z : Simpangan baku untuk kurva normal standar.
Xi : data
X : rata-rata data tunggal
S : simpangan baku
Kriteria pengujiannya adalah:
a) apabila Lhitung < Ltabel, maka sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
b) apabila Lhitung ≥ Ltabel, maka sampel tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi homogen (sama) atau tidak. Mengukur homogenitas apa
dasarnya adalah memperhitungkan dua sumber kesalahan yang
muncul pada tes yang direncanakan. Uji homogenitas yang digunakan
adalah uji Fisher, yaitu sebagai berikut:
53
n xi xi
2 2 2
S1 Variansbesar
F 18
di mana S
2
S2
2
Varianskecil nn 1
2. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan Uji t (parametrik), jika tidak
normal dan homogen manggunakan uji nonparametrik. Uji t dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Jika variansi populasi heterogen
X X2
t hitung
2 2
S1 S
2
n1 n2
X1 X 2
t hitung
1 1
Sg
n1 n2
(n1 1) S1 (n 2 1) S 2
2 2
Dengan Sg =
n1 n 2 2
18
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 249
54
Keterangan:
X 1 : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
model pembelajaran generatif (kelompok eksperimen)
X 2 : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional (kelompok kontrol)
S12 : Variansi kelompok eksperimen
S22 : Variansi kelompok kontrol
n1 : Jumlah siswa kelompok eksperimen
n2 : Jumlah siswa kelompok kontrol
Sg : Nilai deviasi standar gabungan (standar deviasi)
I. Hipotesis Statistik
Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:
Ho : µ x = µ y
Ha : µ x > µ y
Keterangan:
H0 : Hipotesis nihil
Ha : Hipotesis alternatif
µx : Nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa sesudah diajar dengan
menggunakan model pembelajaran generative learning.
µy : Nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum menggunakan model
pembelajaran generative learning.
55
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan pada kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol. Peneliti memberikan perlakuan yang
berbeda kepada kedua kelompok tersebut. Kelompok eksperimen belajar dengan
menggunakan model pembelajaran generatif (generative learning), sedangkan
kelompok kontrol belajar dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Sebelum memberikan perlakuan kepada kedua kelompok, peneliti
memberikan pretest terlebih dahulu, sehingga kesamaan kemampuan awal kedua
kelompok penelitian dapat diketahui. Soal pretest terdiri dari 10 butir soal essay.
Setelah kedua kelompok diberikan perlakuan (pembelajaran) yang berbeda,
peneliti memberikan posttest dengan soal yang sama pada soal pretest. Soal
pretest maupun soal posttest yang diberikan merupakan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji kelayakannya berupa uji validitas, reabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda, sehingga instrumen tersebut layak digunakan untuk
mengukur pengusaan konsep fisika siswa pada ranah kognitif C1 (mengetahui)
sampai C4 (menganalisis) berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi.
Hasil posttest akan dianalisis untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengeruh model pembelajaran generatif (generative learning) terhadap hasil
belajar fisika siswa. Berikut ini adalah hasil perolehan hasil belajar yaitu pretest
dan posttest yang didapat dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, serta
hasil pengujian prasyarat analisis data hasil belajar dan hasil pengujian hipotesis.
55
56
Berdasarkan dari tabel di atas, ukuran dan pemusatan data hasi pretest
untuk kelompok eksperimen yaitu: skor terbesar 57,50 dan skor terkecil 17,50,
rata-rata (mean) sebesar 25,50, median sebesar 45,00, modus sebesar 22,04. Untuk
kelompok kontrol diperoleh skor terbesar 47,50 dan skor terkecil diperoleh
sebesar 15,00, rata-rata (mean) sebesar 32,50, median sebesar 32,75, modus
sebesar 14,50.
Dari tabel di atas ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil posttest
untuk kelompok eksperimen yaitu: skor tertinggi sebesar 95,00, dan skor terkecil
yaitu 50,00, rata-rata (mean) 73,50, median sebesar 72,14, modus sebesar 49,50.
Untuk kelompok kontrol diperoleh skor terbesar 85,50 dan skor terkecil 40,00,
rata-rata (mean) 61,20, median sebesar 52,30 modus sebesar 45,10.
57
Berikut merupakan grafik perolehan nilai rata-rata hasil pretest tiap aspek
hasil belajar pada ranah kognitif untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.
60
51.60 50.00
50 44.60
N 40 37.95
i 30.00 30.00
26.79
l 30
a 20
i 11.60
10
0
Mengingat (C1) Memahami (C2) Mengaplikasikan Menganalisis (C4)
(C3)
Ranah Kognitif
Eksperimen Kontrol
Dari di atas diketahui bahwa pada aspek hasil belajar mengingat (C1),
nilai rata-rata pretest untuk kelompok eksperimen adalah 51,60 dan kelompok
kontrol adalah 50,00. Pada spek hasil belajar memahami (C2) diperoleh nila rata-
rata pretest kelompok eksperimen dan kontrol adalah 44,60 dan 37,95. Untuk
aspek hasil belajar mengaplikasikan (C3) diperoleh nilai rata-rata pretest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama sebesar 30,00. Pada aspek hasil
belejar menganalisis (C4) diperoleh nilai rata-rata pretest untuk kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 26,79 dan 11,60.
100 92.31
90 82.14
78.85
80
66.96
70 62.50
N 60 54.02
i 45.54 46.43
50
l
a 40
i 30
20
10
0
Mengingat (C1) Memahami (C2) Mengaplikasikan Menganalisis (C4)
(C3)
Ranah Kognitif
Eksperimen Kontrol
Dari grafik di atas diketahui bahwa aspek hasil belajar pada ranah kognitif
C1 (mengingat),nilai rata-rata posttest untuk kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol sebesar 92,31 dan 78,85. Pada ranah kognitif C2 (memahami) diperoleh
rata-rata posttest untuk kelas eksperimen sebesar 54,02 dan kelas kontrol yaitu
45,54. Pada ranah kognitif C3 (mengaplikasikan) diperoleh nilai rata-rata posttest
kelas eksperimen sebanyak 62,50 dan kelas kontrol sebesar 46,43. Untuk
penguasaan konsep pada ranah kognitif C4 (menganalisis) diperoleh nilai rata-rata
posttest kelas eksperimen sebesar 82,14 dan kelas kontrol sebesar 66,96.
Berikut disajikan tabel rekapitulasi nilai rata-rata tiap aspek hasil belajar
hasil pretest dan posttest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
59
Niliai Rata-rata
Aspek
Pretest Posttest
Penguasaan
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
Konsep
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Mengingat (C1) 51,60 50,00 92,31 78,85
Memahami (C2) 44,60 37,95 54,02 45,54
Mengaplikasikan 30,00 30,00 62,50 46,43
(C3)
Menganalisis 26,79 11,60 82,14 66,96
(C4)
Eksperimen Kontrol
Statistik
Pretest Posttest Pretest Posttest
N 28 28 28 28
X 33,2 73,5 32,5 61,2
S 3,06 12,41 6,96 73,60
Lhitung 0,1208 0,1271 0,1475 0,1490
Ltabel 0,161 0,161 0,161 0.161
Kesimpulan normal normal normal normal
b. Uji Homogenitas
Setelah kedua kelompok dinyatakan berdistribusi normal,
selanjutkan dilakukan pengujian homogenitas. Pengujian homogenitas
diakukan untuk mengetahui apakah data penelitian memiliki varians yang
homogeny atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan
berdasarkan uji kesamaan varians kedua kelas, menggunakan ujin Fisher
pada taraf signifikansi (α) = 0,05 dengan criteria pengujian yaitu: jika
Fhitung < Ftabel maka data dari kedua kelompok mempunyai varians yang
sama atau homogen.
61
dari tabel di atas, untuk data pretest didapat Fhitung = 0,0609 dan
data posttest didapat Fhitung = 0,4214, sedangkan Ftabel = 1,905. Dari kedua
data tersebut didapatkan Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa data
hasil belajar dari kedua sampel tersebut mempunyai varians yang sama
atau homogen.
Pretest Posttest
Statistik
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
N 28 28 28 28
X 33,28 32,50 73,50 61,20
S2 9,39 84,57 154,07 200,7
thitung 0,438 3,846
ttabel 0,999 0,999
Keputusan Tidak terdapat perbadaan Terdapat perbedaan
Berdasarkan tabel di atas, pada nilai pretest tampak bahwa thitung < ttabel
yaitu 0,438 < 0,999 sehingga hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis
alternative (Ha) ditolak. Maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
hasil pretest kelas VIII. A sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII.B
sebagai kelompok kontrol. Dengan demikian kedua kelas memiliki
kemampuan awal yang sama sebelum diterapkan model pembelajaran
generatif dengan model konvensional.
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis data nilai posttest menggunakan uji t, diperoleh
thitung lebih besar dari ttabel yaitu 3,846 > 0,999, dengan menggunakan taraf
signifikan 0.05, artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran generatif (generative
learning) berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa. Hal ini ditunjukan pada
rata-rata skor hasil belajar fisika pada kelompok eksperimen yang menggunakan
model pembelajran generatif lebih baik dari pada kelompok kontrol yang hanya
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian sebelumnya, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Putu Mardana yang menyatakan bahwa rata-rata
hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran generatif lebih
tinggi dari siswa yang diajarkan menggunakan model konfensional. Ini terlihat
dari rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajarkan sesudah menggunakan
model pembelajaran generatif, yaitu sebesar 7,2 sedangkan rata-rata hasil belajar
fisika yang sebelum menggunakan model pembelajaran generatif, yaitu sebesar
4,24.1 Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Tika yang menyatakan bahwa
siswa SMUN Singaraja hasil belajarnya lebih efektif dengan menggunakan model
pembelajaran generatif dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional.2
Dilihat berdasarkan grafik jenjang kognitif, diketahui jenjang kognitif
yang dominan dikuasai siswa pada kelas eksperimen adalah jenjang kognitif C1
(mengingat), yaitu sebesar 92,31 dan kelas kontrol sebesar 78,85. Hal tersebut
terjadi karena siswa lebih menguasai konsep mengingat materi sesuai dengan
pengalaman yang mereka alami, karena pada dasarnya pembelajaran generatif
adalah model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara afektif
1
IB Putu Mardana, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMUN 3
Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (Aneka Widya
IKIP Negerisingaraja, No.2 Th. XXXIV, April 2001), hal. 55
2
I Ketut Tika, Efektivitas Model Belajar Generatif dalam Pembelajaran Fisika
Pada Siswa SMU Negeri di Singaraja, (Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 4 Th.
XXXIII, Oktober 2000), hal. 38
64
3
Rusman, Modelmodel Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru,
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2011), h. 32
4
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kotemporer, (Jakarta:Npt
Bumi Akrasa), h. 177
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran
generatif (generative learning) terhadap hasil belajar fisika siswa. Hal ini dapat
dilihat dari rata-rata hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas
kontrol, yaitu 73,3 untuk kelas eksperimen dan 61,2 untuk kelas kontrol dan
pada uji hipotesis dengan menggunakan uji “t” didapat nilai thitung > ttabel yaitu
3,846 > 0,999.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran penelitian ini adalah:
1. Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran generatif (generative
learning) sebagai salah satu model dalam proses belajar mengajar untuk
meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa.
2. Sebelum proses pembelajaran berlangsung, sebaiknya guru
mengkondisikan kelas sehingga pembelajaran berjalan efektif,
menyenangkan dan bermakna.
66
67
DAFTAR PUSTAKA
67
68
Tika, I Ketut. 2000. Efektivitas Model Belajar Generatif dalam Pembelajaran Fisika
pada Siswa SMU Negeri di Singaraja. Jurnal Pendidikan Aneka Widya
STKIP Singaraja, No. 4 Th. XXXIII, Oktober 2000.
Tika, I Ketut. 2001. Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif Perbaikan
Kesalahan Konsepsi dalam Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa Jurusan
MIPA STKIP Singaraja. Jurnal Pendidikan Aneka Widya IKIP Singaraja, No.
3 Th. XXXIV, Juli 2001.
Usman, Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi
Akrasa.
Widodo, Ari. 2007. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains. (Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan No. 064 Tahun Ke. 13, Januari: 2007)
Wilis Dahar, Ratna. 1989. Teori−teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Lampiran A.1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FISIKA
SMP MATH’LAUL ANWAR
KELAS VIII SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
MATERI :
CAHAYA
Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk
teknologi sehari-hari
Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan
lensa.
Indikator : - Melakukan pengamatan tentang perambatan cahaya
- Menyelidiki hukum pemantulan cahaya
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat:
- Merancang dan melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat
perambatan cahaya.
- Menyebutkan sifat-sifat perambatan cahaya
- Menjelaskan hukum pemantulan cahaya yang diperoleh melalui percobaan
- Menjelaskan dan membedakan jenis pemantulan cahaya
2. Metode : - Diskusi
- Tanya Jawab
- Ceramah
- Pemberian Tugas
Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
KEGIATAN WAKTU
TAHAP METODE PENILAIAN
GURU SISWA (menit)
Motivasi dan Apersepsi: Siswa menyimak pertanyaan Tanya jawab 5 menit Pengetahuan
Pendahuluan guru mengajukan pertanyaan guru dan menjawab. siswa (kognitif)
(Introduction) apersepsi dari materi cahaya:
- Siapa yang tahu apa itu
cahaya?
Sumber belajar
Sumarwan, dkk. IPA Fisika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga, 2007. Halaman 179-181
Agus, Kartono. Seribu Pena Fisika SLTP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga, 2007. Halaman 95-97
Budi, Prasodjo. Fisika Untuk Kelas 2 SLTP. Jakarta: Yudhistira, 2001. Halaman 97-99
LKS
Literasi lainnya
Penilaian hasil belajar
a. Teknik penilaian
Tes Tertulis
b. Bentuk Instrumen
Uraian
c. Instrumen
1. Jelaskan pengertian cahaya!
2. Sebutkan sifat-sifat cahaya!
3. Jelaskan hukum pemantulan cahaya!
Mengetahui Jakarta,
Guru Bidang Studi Peneliti
MATERI :
CAHAYA
Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk
teknologi sehari-hari
Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan
lensa.
Indikator : - Menyelidiki pembentukan bayangan pada cermin
- Menerapkan hubungan persamaan pembiasan cahaya
2. Metode : - Eksperimen
- Diskusi
- Tanya Jawab
- Ceramah
- Pemberian Tugas
Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-2
KEGIATAN WAKTU
TAHAP METODE PENILAIAN
GURU SISWA (menit)
Pendahuluan Motivasi dan Apersepsi: Menyimak pertanyaan guru dan Tanya jawab 5 menit Pengetahuan
(Introduction) guru mengajukan pertanyaan menjawab. siswa (kognitif)
apersepsi dari materi cahaya:
- Apa yang dimaksud dengan
pemantulan cahaya?
Sumber belajar
Sumarwan, dkk. IPA Fisika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga, 2007. Halaman 182-190
Agus, Kartono. Seribu Pena Fisika SLTP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga, 2007. Halaman 97-103
Budi, Prasodjo. Fisika Untuk Kelas 2 SLTP. Jakarta: Yudhistira, 2001. Halaman 100-109
LKS
Literasi Lain
Penilaian hasil belajar
a. Teknik penilaian
Tes Tertulis
b. Instrumen
Uraian
c. Instrumen
1. Sebuah cermin cekung mempunyai jari-jari kelengkungan 30 cm. jika sebuah benda berada 20 cm di depan cermin.
Maka dimanakah bayangan yang akan terbentuk?
2. Sebuah pulpen diletakkan di depan cermin cembung sejauh 30 cm. Apabila cermin cembung mempunyai jarak
fokus 15 cm. Berapakah perbesaran bayangan yang terbentuk oleh cermin tersebut?
3. Seberkas cahaya merah merambat dari udara ke kaca dengan panjang gelombang cahaya merah di udara 6.300 Å
dan indeks bias kaca 1,5. Berapakah panjang gelombang merah di kaca?
Mengetahui Jakarta,
Guru Bidang Studi Peneliti
MATERI :
CAHAYA
Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk
teknologi sehari-hari
Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan
lensa.
Indikator : Mendeskripsikan pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa.
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat:
- Merancang dan melakukan percobaan untuk menunjukkan bayangan lensa
cembung dan lensa cekung.
- Menyebutkan sifat-sifat bayangan pada lensa.
- Menghitung nilai pembesaran pada lensa.
- Menggambarkan pembentukan bayangan pada lensa.
Strategi/Metode Pembelajaran : 1. Model : - Pembelajaran generatif (Generative Learning)
2. Metode : - Diskusi
- Tanya Jawab
- Ceramah
- Pemberian Tugas
Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-3
KEGIATAN WAKTU
TAHAP METODE PENILAIAN
GURU SISWA (menit)
Motivasi dan Apersepsi: - Menyimak pertanyaan guru Tanya jawab 5 menit Pengetahuan
Pendahuluan guru mengajukan pertanyaan dan menjawab. siswa (kognitif)
(Introduction) apersepsi dari materi lensa:
- Apabila cahaya diarahkan
ke lensa cembung, apa yang
akan terjadi?
Sumber belajar
Sumarwan, dkk. IPA Fisika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga, 2007. Halaman 194-201
Agus, Kartono. Seribu Pena Fisika SLTP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga, 2007. Halaman 105-109
Budi, Prasodjo. Fisika Untuk Kelas 2 SLTP. Jakarta: Yudhistira, 2001. Halaman 115-119
LKS
Literasi lainnya
Penilaian hasil belajar
a. Teknik penilaian
Tes Tertulis
b. Bentuk Instrumen
Uraian
c. Instrumen
1. Bayangan nyata berjarak 60 cm dibentuk oleh lensa cembung yang mempunyai jari-jari 40 cm. maka
dimanakah letak bayangannya?
2. Sebuah penghapus berada 20 cm dari sebuah lensa cekung. Bayangan benda yang bersifat maya terjadi 15
cm dari lensa. berapakah tinggi bayangan benda itu?
Mengetahui Jakarta,
Guru Bidang Studi Peneliti
Lampiran A.2
A. Tujuan :
Menemukan arah perjalanan sinar
C. Cara Kerja:
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Susun peralatan dengan urutan dari kanan, lilin, karton berlubang (1,
2) dan karton tidak berlubang (3).
3. Nyalakan lilin.
4. Amati apakah lilin muncul di karton tidak berlubang, jika belum geser-
geser karton lubang 2, sehingga muncul cahaya karton berlubang.
5. Geser karton tidak berlubang ke atas, apakah yang terjadi?
…………………………………………………………………………
………………………...
6. Geser karton berlubang ke bawah, apakah yang terjadi?
…………………………………………………………………………
………………………...
86
D. Pertanyaan:
1. Kapan cahaya muncul pada karton tidak berlubang?
…………………………………………………………………………
…………………………
2. Apakah yang kamu simpulkan pada percobaan tersebut?
…………………………………………………………………………
…………………………
…………………………………………………………………………
…………………………
87
A. Tujuan :
Menjelaskan hukum pemantulan cahaya.
C. Cara kerja :
1. Sediakan alat dan bahan
2. Susun sumber cahaya, cermin datar dan sterofoam seperti pada gambar.
3. Nyalakan sumber cahaya, sehingga terdapat garis-garia cahaya (sinar) yang
mengenai cermin datar.
4. Ukur dengan menggunakan busur sudut sinar datang antara sumber cahaya
terhadap cermin.
5. Ukur pula sudut sinar pantul.
cermin
steroa
senter θi θr
D. Pertanyaan:
1. Bandingkan sudut sinar datang dan sudut sinar pantul!
…………………………………………………………………………………
…………………….
2. Apa yang dapat kamu simpulkan dari percobaan tersebut?
…………………………………………………………………………………
……………………..
…………………………………………………………………………………
……………………..
…………………………………………………………………………………
……………………..
89
A. Tujuan :
Menjelaskan pembiasan pada lensa
C. Cara Kerja:
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Siapkan meja optik letakkan lensa di antara layar dan lilin (seperti
pada gambar).
3. Letakkan lilin pada jarak 10 cm dari lensa.
4. Ulangi langkah ini dengan menggeser- geserkan jarak lilin ke lensa
sejauh 15 cm, 20 cm dan 30 cm.
lensa lilin
layar
Meja
Si So
5. Ukurlah jarak lilin ke lensa (so) dan lensa ke layar (si). Masukan hasil
data percobaan ke dalam tabel di bawah ini!
90
A. Tujuan :
Mengamati bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung
C. Cara Kerja:
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Susun cermin cembung dan penggaris seprti pada gambar.
3. Letakkan lilin 5 cm di depan cermin cembung.
4. Kemudian ukur tinggi bayangan benda dalam cermin cembung
menggunakan penggaris. Catat hasil pengamatanmu pada tabel.
5. Ulangi langkah kerja 1 – 3 untuk jarak benda 10 cm dan 15 cm.
INSTRUMEN PENELITIAN
berapakah nilai r ?
buku
cermin
cermin
20 cm F M
Dari gambar di atas, titik
M F fokusnya sebesar -25.
Dari gambar di atas, Berapakah perbesaran bayangan
berapakah perbesaran yang terbentuk?
bayangan yang terbentuk?
cahaya
Menganalisis
Perhatikan gambar di bawah
Perhatikan gambar di bawah
perhitungan C4
10 ini!
ini
bayangan cermin
98
(-) (+)
20 cm 20 cm
12 cm -15 cm
F 0 F
2F2 F1 F1 2F2
Lampiran B. 2
Sumber benda
cahaya
layar
4
Sumber benda
cahaya
bayangan
102
n= −1
n= −1 3
cermin buku
θ (rumus benar, perhitungan salah)
cermin n= −1 4
n= −1
Berapakah bayangan yang akan terbentuk oleh
n=4–1
cermin datar?
n = 3 bayangan
107
s’= 30 cm
′ 4
=
30
=
60
1
= 2
+ =
110
= −
= −
s’ =
s’ = -8,5 cm
′ −8,5 4
= =
20
M = - 0,4 kali
perubahan arah.
- Sinar dating dari medium lebih rapat ke medium
kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal.
8. A Seberkas cahaya matahari merambat dari udara ke 0
kaca (indeks bias kaca = 3/2). Berapakah cepat Diketahui : nkaca = 3/2 1
rambat dalam kaca? C = 3 x 108 m/s
Ditanya : vkaca?
Jawab: 2
V=
3
V=
v=
= 2 x 108 m/s
8. B Seberkas sinar jatuh kesebuah prisma dengan sudut 0
113
F1 F2
Sifat-sifat bayangan: 2
- Nyata - Diperbesar
- Terbalik
Gambar bayangan:
ℎ 3
=
Berapakah tinggi bayangan benda tersebut? ℎ
−15 ℎ′
=
20 12
(rumus benar, tapi perhitungan salah)
−15 12 4
ℎ =
20
= -9 cm
10. B Perhatikan gambar di bawah ini! 0
Diketahui : so = 20 cm 1
(+) s’ = 25 cm
20 cm ditanya: F?
Jawab: 2
°
+ =
2F2 F1 F1 2F2
+ = 3
25 cm
= +
Berapakah jarak fokus bayangan cermin di atas?
=
=
118
Nomor
Validitas Reliabilitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda Keterangan Keputusan
Soal
1 (1 A) 0.365 valid 0.362 Sedang 0.1447 jelek Diterima Digunakan
2 (1 B) 0.2134 Tidak valid 0.2697 Sukar 0.0395 Jelek Ditolak Dibuang
3 (2 A) 0.7107 valid 0.2566 Sukar 0.0657 Jelek Diterima Digunakan
4 (2 B) 0.4113 valid 0.0658 Sukar 0.0789 Jelek Diterima Dibuang
5 (3 A) 0.754 valid 0.1382 Sukar 0.1184 Jelek Diterima Digunakan
6 (3 B) 0.494 valid 0.3158 Sedang 0.1316 Jelek Diterima Dibuang
7 (4 A) 0.4854 valid 0,8157 0.3158 Sedang 0.1842 Jelek Diterima Digunakan
8 (4 B) 0.4547 valid (Reliabilitas 0.25 Sukar 0.1032 Jelek Diterima Dibuang
9 (5 A) 0.4546 valid Tinggi) 0.2566 Sukar 0.1974 Jelek Diterima Dibuang
10 (5 B) 0.5137 valid 0.3421 Sedang 0.1579 Jelek Diterima Digunakan
11 (6 A) 0.4247 valid 0.3355 Sedang 0.1974 Jelek Diterima Digunakan
12 (6 B) 0.2651 Tidak valid 0.1184 Sukar 0.0526 Jelek Ditolak Dibuang
13 (7 A) 0.3468 valid 0.25 Sukar 0.1842 Jelek Diterima Digunakan
14 (7 B) 0.3031 Tidk valid 0.0986 Sukar 0.0132 Jelek Ditolak Dibuang
15 (8 A) 0.2412 Tidak valid 0.1842 Sukar 0.0263 Jelek Ditolak Dibuang
16 (8 B) 0.5419 Valid 0.3618 Sedang 0.2237 Cukup Diterima Digunakan
17 (9 A) 0.433 Valid 0.2631 Sedang 0.3158 Cukup Diterima Dibuang
18 (9 B) 0.589 Valid 0.11184 Sukar 0.1447 Jelek Diterima Diguanakan
19 (10 A) 0.5161 Valid 0.0986 Sukar 0.0921 Jelek Diterima Dibuang
20 (10 B) 0.7609 Valid 0.2236 Sukar 0.3158 Cukup Diterima Digunakan
120
Dari soal A dan soal B, dipilih satu soal yang memiliki nilai validitas yang lebih tinggi, taraf kesukaran dan daya pembeda yang
lebih baik untuk mewakili indikator dan jenjang kognitif akan dipakai sebagai insrtumen penelitian.
Soal yang akan dipakai sebagai instrument diberi keputusan direvisi karena sebagian besar soal yang terpilih memiliki daya
pembeda soal dengan kategori jelek dan cukup hingga perlu dilakukan perbaikan pada konstruksi penulisan soal. Sedangkan soal yang
tidak valid dan memiliki nilai validitas yang lebih rendah tidak dipakai (dibuang).
VALIDITAS
Nomor Soal
NO Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 siswa 1 2 1 1 0 0 4 1 2 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0
2 siswa 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 siswa 3 2 1 0 0 0 1 1 0 2 3 2 0 1 0 0 3 1 0 0 0
4 siswa 4 4 1 1 0 0 0 0 2 2 1 0 0 0 0 1 2 4 1 0 0
5 siswa 5 2 1 1 0 0 3 1 2 3 3 3 0 1 0 1 4 1 0 1 3
6 siswa 6 1 1 1 0 0 0 0 3 0 1 2 0 0 0 1 2 0 0 1 0
7 siswa 7 3 1 1 0 0 2 1 0 3 3 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
8 siswa 8 2 0 1 0 0 2 1 1 2 2 3 1 2 1 0 4 0 0 1 3
9 siswa 9 0 1 2 0 0 0 1 0 0 2 3 0 1 1 1 3 0 0 1 0
10 siswa 10 1 1 1 0 0 3 1 1 2 1 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0
11 siswa 11 1 1 0 0 0 2 1 1 0 0 2 0 0 0 2 3 0 0 1 0
12 siswa 12 3 2 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0
13 siswa 13 1 1 0 0 1 1 1 1 2 2 0 0 0 0 3 3 3 1 0 0
14 siswa 14 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0
15 siswa 15 3 1 1 0 1 0 1 0 3 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
16 siswa 16 0 1 1 1 0 2 0 1 1 4 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
17 siswa 17 0 2 1 1 1 0 0 0 1 1 3 0 4 0 0 1 3 0 0 0
18 siswa 18 1 1 1 0 0 0 1 3 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0
19 siswa 19 1 1 2 0 0 0 2 0 0 1 2 1 3 0 1 1 1 0 0 0
20 siswa 20 4 1 1 0 1 3 0 0 1 4 0 0 2 0 0 0 1 1 0 0
21 siswa 21 0 1 1 0 0 2 2 4 0 1 1 2 2 0 0 1 1 0 0 0
22 siswa 22 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0
23 siswa 23 2 1 1 0 0 0 0 2 1 1 2 0 1 1 2 0 1 0 0 0
24 siswa 24 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 3
25 siswa 25 4 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 2 0 1 0 2
26 siswa 26 4 1 1 0 1 1 3 1 0 1 0 2 0 0 1 0 0 0 0 1
27 siswa 27 1 1 1 0 1 0 1 2 0 2 2 0 1 1 2 4 0 1 2 2
28 siswa 28 2 1 2 1 3 4 2 4 3 3 3 2 1 1 1 4 3 2 2 4
29 siswa 29 1 1 1 0 1 0 3 0 1 0 0 0 2 1 1 1 0 1 0 0
30 siswa 30 1 1 1 0 0 2 0 1 0 1 2 3 0 0 1 1 1 2 1 1
31 siswa 31 2 1 2 0 1 1 3 0 1 1 4 0 3 1 0 0 2 0 1 3
32 siswa 32 2 0 1 1 1 2 2 0 1 0 0 0 2 1 0 1 3 0 1 0
33 siswa 33 3 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 1
34 siswa 34 3 1 2 2 1 0 3 0 3 1 1 1 1 1 0 1 2 2 0 2
35 siswa 35 3 3 0 0 1 0 2 2 2 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 3
36 siswa 36 3 2 1 1 0 1 4 0 0 2 1 0 1 0 2 1 2 1 0 0
37 siswa 37 2 2 4 1 3 4 4 3 2 4 3 1 3 1 2 4 3 2 1 4
38 siswa 38 2 1 1 0 0 2 3 1 1 1 4 1 0 0 1 0 0 0 1 2
∑ 69 41 39 10 21 48 48 38 39 52 51 18 38 15 28 55 40 17 15 34
P 0,4539 0,2697 0,2566 0,0658 0,1382 0,3158 0,3158 0,25 0,2566 0,3421 0,33553 0,1184 0,25 0,09868 0,18421 0,36184 0,26316 0,11184 0,09868 0,22368
Kriteria Sedang sukar sukar sukar sukar sedang sedang sukar sukar sedang sedang sukar sukar sukar sukar sedang sedang sukar sukar sukar
DAYA PEMBEDA
Nomor Soal
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 y
2 2 4 1 3 4 4 3 2 4 3 1 3 1 2 4 3 2 1 4 53
2 1 2 1 3 4 2 4 3 3 3 2 1 1 1 4 3 2 2 4 48
2 1 1 0 0 3 1 2 3 3 3 0 1 0 1 4 1 0 1 3 30
3 1 2 2 1 0 3 0 3 1 1 1 1 1 0 1 2 2 0 2 27
K 2 0 1 0 0 2 1 1 2 2 3 1 2 1 0 4 0 0 1 3 26
E 2 1 2 0 1 1 3 0 1 1 4 0 3 1 0 0 2 0 1 3 26
L 1 1 1 0 1 0 1 2 0 2 2 0 1 1 2 4 0 1 2 2 24
O 3 2 1 1 0 1 4 0 0 2 1 0 1 0 2 1 2 1 0 0 22
M
2 1 1 0 0 2 3 1 1 1 4 1 0 0 1 0 0 0 1 2 21
P
3 3 0 0 1 0 2 2 2 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 3 21
O
1 1 0 0 1 1 1 1 2 2 0 0 0 0 3 3 3 1 0 0 20
K
4 1 1 0 0 0 0 2 2 1 0 0 0 0 1 2 4 1 0 0 19
4 1 1 0 1 3 0 0 1 4 0 0 2 0 0 0 1 1 0 0 19
A
T 1 1 1 0 0 2 0 1 0 1 2 3 0 0 1 1 1 2 1 1 19
A 0 1 1 0 0 2 2 4 0 1 1 2 2 0 0 1 1 0 0 0 18
S 0 2 1 1 1 0 0 0 1 1 3 0 4 0 0 1 3 0 0 0 18
4 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 2 0 1 0 2 18
2 0 1 1 1 2 2 0 1 0 0 0 2 1 0 1 3 0 1 0 18
2 1 0 0 0 1 1 0 2 3 2 0 1 0 0 3 1 0 0 0 17
40 22 22 8 15 29 31 23 27 32 33 11 26 8 15 36 32 14 11 29
Jumlah 4 1 1 0 1 1 3 1 0 1 0 2 0 0 1 0 0 0 0 1 17
3 1 1 0 0 2 1 0 3 3 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 16
0 1 2 0 0 0 1 0 0 2 3 0 1 1 1 3 0 0 1 0 16
K 1 1 1 0 0 3 1 1 2 1 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0 16
E 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 3 16
L 1 1 2 0 0 0 2 0 0 1 2 1 3 0 1 1 1 0 0 0 16
O 2 1 1 0 0 4 1 2 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 15
M 3 1 1 0 1 0 1 0 3 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 15
P 2 1 1 0 0 0 0 2 1 1 2 0 1 1 2 0 1 0 0 0 15
O 1 1 0 0 0 2 1 1 0 0 2 0 0 0 2 3 0 0 1 0 14
K 3 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 1 14
1 1 1 0 1 0 3 0 1 0 0 0 2 1 1 1 0 1 0 0 14
B 1 1 1 0 0 0 0 3 0 1 2 0 0 0 1 2 0 0 1 0 13
A 3 2 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 13
W 0 1 1 1 0 2 0 1 1 4 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 13
A 1 1 1 0 0 0 1 3 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 12
H 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 10
1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Jumlah 29 19 17 2 6 19 17 15 12 20 18 7 12 7 13 19 8 3 4 5
DP 0,1447 0,0395 0,06579 0,0789 0,1184 0,1316 0,1842 0,1053 0,1974 0,1579 0,1974 0,0526 0,1842 0,0132 0,0263 0,2237 0,3158 0,1447 0,0921 0,3158
Kriteria jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek cukup cukup jelek jelek cukup
125
Lampiran B.8
ULANGAN HARIAN
NAMA :
KELAS :
50 r
Cermin
Bagaimana sifat-sifat yang akan terbentuk oleh cermin tersebut
berdasarkan hukum pemantulan cahaya!
6. Perhatikan gambar di bawah ini!
60 cm
20 cm
M F
126
20 cm
2F2 F1 F1
25 cm
Lampiran C.1
Rekapitulasi Data Pretest
Kelompok Eksperimen
Butir Soal
No Nama Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 siswa 1 2 2 2 1 0 0 2 1 0 0 10 25,00
2 siswa 2 2 1 2 1 0 0 2 0 1 0 9 22,50
3 siswa 3 2 2 2 0 0 1 1 1 0 0 9 22,50
4 siswa 4 0 2 3 2 2 2 4 3 2 0 20 50,00
5 siswa 5 0 4 3 0 2 3 2 1 1 1 17 42,50
6 siswa 6 3 4 2 0 2 0 4 1 2 0 18 45,00
7 siswa 7 0 4 3 0 3 0 2 2 2 0 16 40,00
8 siswa 8 3 3 2 1 3 1 4 1 4 1 23 57,50
9 siswa 9 4 4 2 1 2 0 2 0 2 1 18 45,00
10 siswa 10 4 4 4 1 1 0 1 1 1 0 17 42,50
11 siswa 11 1 2 3 0 0 0 1 3 0 0 10 25,00
12 siswa 12 4 1 2 4 1 1 2 0 3 1 19 47,50
13 siswa 13 1 2 4 0 4 0 1 0 0 1 13 32,50
14 siswa 14 3 0 2 1 3 1 1 1 0 0 12 30,00
15 siswa 15 0 1 2 0 4 0 4 0 0 0 11 27,50
16 siswa 16 4 2 2 4 0 0 0 2 0 0 14 35,00
17 siswa 17 0 4 2 3 2 2 3 1 0 0 17 42,50
18 siswa 18 2 0 2 3 0 1 0 1 0 0 9 22,50
19 siswa 19 0 4 2 3 1 0 1 0 3 0 14 35,00
20 siswa 20 0 3 2 0 1 0 0 2 0 0 8 20,00
21 siswa 21 4 2 2 1 0 1 0 1 0 0 11 27,50
22 siswa 22 1 4 2 0 0 0 0 1 0 0 7 17,50
23 siswa 23 3 0 2 0 0 0 0 0 3 0 8 20,00
24 siswa 24 4 2 4 1 2 0 1 0 0 0 13 32,50
25 siswa 25 4 1 2 4 0 1 3 2 0 1 18 45,00
26 siswa 26 0 1 2 1 2 0 1 0 0 0 7 17,50
27 siswa 27 0 3 2 0 0 0 2 1 4 1 13 32,50
28 siswa 28 0 2 3 0 1 1 0 1 0 0 8 20,00
128
d. Menentukan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya.
Sehingga diperoleh:
Frekuensi
Nilai xi xi2 fixi fixi2
Absolut (f) Relatif(%)
17 ,5– 24,5 8 28,5 21 441 168 3528
25,5 – 32,5 8 28,5 29 481 232 3848
33,5 – 40,5 3 10,71 37 1369 111 4107
129
Me = b + p
Keterangan:
b = batas bawah median
p = panjang kelas median
n = banyaknya data
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median
f = frekuensi kelas median
jadi,
Me = b + p
( )
Me = 31+ 7
Me = 31 + 7 (2)
Me = 31 + 14
Me = 45
Mo = b + p
Keterangan:
b = batas bawah kelas modus
130
Mo = b + p
Mo = 17 + 7
Mo = 17 + 7 (0,72)
Mo = 22,04
( )
∑
s=
s=
,
s=
s = √9,4
s = 3,06
s2 =
s2 = 9,39
131
Butir Soal
No Nama Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 siswa 1 2 2 0 1 1 0 1 1 0 0 8 20,00
2 siswa 2 3 2 2 3 0 1 1 1 1 0 14 35,00
3 siswa 3 3 1 0 2 1 0 1 0 0 0 7 17,50
4 siswa 4 4 1 1 0 3 0 2 0 1 1 13 32,50
5 siswa 5 4 3 0 1 2 2 1 0 0 2 15 37,50
6 siswa 6 3 1 2 3 2 1 4 0 0 0 16 40,00
7 siswa 7 3 0 0 3 2 1 2 1 1 2 15 37,50
8 siswa 8 4 2 3 3 2 0 0 0 0 0 14 35,00
9 siswa 9 4 1 4 3 0 0 0 1 1 1 15 37,50
10 siswa 10 3 1 1 3 0 0 0 1 1 0 10 25,00
11 siswa 11 3 1 2 3 3 1 1 0 0 2 16 40,00
12 siswa 12 3 3 2 1 3 0 3 0 0 0 15 37,50
13 siswa 13 3 0 4 1 0 0 1 0 0 0 9 22,50
14 siswa 14 3 0 0 3 3 0 2 1 0 0 12 30,00
15 siswa 15 4 1 0 0 0 0 1 0 0 0 6 15,00
16 siswa 16 3 0 0 3 1 2 0 2 0 0 10 25,00
17 siswa 17 3 0 2 3 1 0 2 0 2 0 13 32,50
18 siswa 18 3 3 2 3 0 1 0 0 0 0 12 30,00
19 siswa 19 2 2 4 3 3 0 2 0 3 0 19 47,50
20 siswa 20 3 2 4 3 0 0 1 2 0 0 15 37,50
21 siswa 21 2 2 4 3 3 1 2 1 0 1 19 47,50
22 siswa 22 2 2 3 3 0 3 0 2 1 0 16 40,00
23 siswa 23 3 2 4 1 2 0 2 1 0 0 15 37,50
24 siswa 24 4 2 4 2 2 0 1 0 0 0 15 37,50
25 siswa 25 3 2 2 0 3 0 1 2 0 1 14 35,00
26 siswa 26 1 0 0 2 0 1 1 1 0 0 7 17,50
27 siswa 27 3 2 0 0 3 0 0 2 4 1 15 37,50
28 siswa 28 4 3 1 1 4 0 2 1 1 1 18 45,00
132
Kelompok Kontrol
d. Menentukan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya.
Sehingga diperoleh:
Frekuensi
Nilai xi xi2 fixi fixi2
Absolut (f) Relatif(%)
133
Me = b + p
( )
Me = 26,5 + 5
Me = 26,5 + 5 (1,25)
Me = 32,75
Mo = b + p
Mo = 14,5 + 5 ( )
Mo = 14,5 + 5 (0)
Mo = 14,5
( )
∑
s=
134
,
s=
,
s=
s = 48,57
s = 6,96
s2 = 84,57
135
Butir Soal
No Nama Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 siswa 1 4 0 4 2 3 3 4 0 0 4 24 60,00
2 siswa 2 4 2 3 4 1 3 2 3 3 3 28 70,00
3 siswa 3 3 1 3 3 1 1 3 4 1 2 22 55,00
4 siswa 4 4 3 3 4 3 4 4 4 2 4 35 87,50
5 siswa 5 4 2 3 3 1 2 3 3 1 1 23 57,50
6 siswa 6 4 1 4 4 4 4 4 4 3 4 36 90,00
7 siswa 7 4 3 3 3 4 1 4 4 0 4 30 75,00
8 siswa 8 4 3 4 4 1 4 3 4 2 4 33 82,50
9 siswa 9 4 3 4 4 3 3 4 3 1 4 33 82,50
10 siswa 10 4 2 4 0 2 4 4 4 1 4 29 72,50
11 siswa 11 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 37 92,50
12 siswa 12 4 2 2 0 2 4 4 4 0 4 26 65,00
13 siswa 13 4 1 3 4 3 4 2 4 3 4 32 80,00
14 siswa 14 4 2 2 3 1 4 4 2 2 4 28 70,00
15 siswa 15 4 3 2 2 2 1 1 4 0 1 20 50,00
16 siswa 16 4 3 4 4 2 3 4 3 4 4 35 87,50
17 siswa 17 4 1 2 3 3 4 3 4 1 4 29 72,50
18 siswa 18 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 38 95,00
19 siswa 19 3 0 3 4 2 4 4 3 0 1 24 60,00
20 siswa 20 4 1 4 4 2 4 4 4 1 4 32 80,00
21 siswa 21 4 1 2 3 3 3 4 3 2 3 27 67,50
22 siswa 22 4 2 4 4 2 4 4 4 2 3 33 82,50
23 siswa 23 4 3 2 4 4 4 4 4 1 4 34 85,00
24 siswa 24 4 0 3 3 4 2 4 4 1 4 29 72,50
25 siswa 25 4 0 4 4 0 4 4 4 0 4 28 70,00
26 siswa 26 4 3 2 4 0 0 2 4 0 4 23 57,50
27 siswa 27 4 0 3 3 4 4 4 4 1 4 31 77,50
28 siswa 28 2 3 1 3 4 0 2 3 0 4 22 55,00
136
d. Menentukan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya.
Sehingga diperoleh:
Frekuensi
Nilai xi xi2 fixi fixi2
Absolut (f) Relatif(%)
50,00 – 57,00 3 10,71 53,5 2862,25 160,5 8586,75
58,00 – 65,00 5 17,86 61,5 3782,25 307,5 18911,25
66,00 – 73,00 7 25 69,5 4830,25 486,5 33811,75
74,00 – 81,00 4 14,29 77,5 6006,25 310 24025
82,00 – 89,00 6 21,43 85,5 7310,25 513 43861,5
90,00 – 97,00 3 10,71 93,5 8742,25 280,5 26226,75
137
s=
n = jumlah data
Me = b + p s = 154,07
s = 12,41
Me = 65,5 + 8
9. Perhitungan varians (s2)
Me = 65,5 + 8 (0,83)
Untuk menghitung varians
Me = 72,14
menggunakan rumus:
∑ (∑ )
5. Perhitungan Modus (Mo) s2 = ( )
( )
Mo = b + p s2 = ( )
Mo = 49,5 + 8 ( ) s2 =
( )
Mo = 49,5 + 8 (0) s2 =
Mo = 49,5 s2 = 154,07
Butir Soal
No Nama Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 siswa 1 4 2 3 4 1 3 2 0 0 4 23 57,50
2 siswa 2 4 1 3 4 2 2 2 2 0 3 23 57,50
3 siswa 3 3 1 3 3 1 1 3 4 1 2 22 55,00
4 siswa 4 4 0 1 4 3 4 4 4 2 4 30 75,00
5 siswa 5 4 1 3 3 4 4 3 4 1 4 32 80,00
6 siswa 6 2 1 1 2 1 3 3 3 0 3 16 40,00
7 siswa 7 4 3 3 3 4 1 4 4 0 4 30 75,00
8 siswa 8 4 2 2 3 4 2 3 2 0 4 26 65,00
9 siswa 9 4 3 4 4 3 3 4 3 1 4 33 82,50
10 siswa 10 4 2 4 0 2 4 4 4 1 4 29 72,50
11 siswa 11 2 1 2 2 3 1 3 1 0 3 18 45,00
12 siswa 12 4 2 2 4 4 4 4 4 2 4 34 85,50
13 siswa 13 3 1 3 2 3 2 2 3 0 0 17 42,50
14 siswa 14 4 2 2 3 1 4 4 2 2 4 28 70,00
15 siswa 15 4 3 2 2 2 1 1 4 0 1 20 50,00
16 siswa 16 2 1 1 3 2 1 4 3 0 2 19 47,50
17 siswa 17 4 1 2 3 3 4 3 4 1 4 29 72,50
18 siswa 18 4 0 1 2 2 1 4 1 0 1 16 40,00
19 siswa 19 3 0 3 4 2 4 4 3 0 1 24 60,00
20 siswa 20 4 1 4 4 2 4 4 4 1 4 32 80,00
21 siswa 21 4 1 3 4 3 0 3 3 0 4 22 55,00
22 siswa 22 3 0 3 2 0 3 3 0 1 3 18 45,00
23 siswa 23 4 1 3 2 2 2 3 3 0 1 21 52,50
24 siswa 24 4 3 3 3 3 2 4 4 1 4 29 72,50
25 siswa 25 3 0 2 4 1 3 4 4 0 2 23 57,50
26 siswa 26 4 3 2 4 0 0 2 4 0 4 23 57,50
27 siswa 27 4 0 3 3 3 2 4 4 0 3 26 65,00
28 siswa 28 2 0 1 3 4 0 2 3 0 4 19 47,50
139
d. Menentukan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya.
Sehingga diperoleh:
Frekuensi
Nilai xi xi2 fixi fixi2
Absolut (f) Relatif(%)
40,00 – 47,00 7 25 43,5 1892,25 304,5 13245,75
48,00 – 55,00 4 14,28 51,5 2652,25 206 10609
56,00 – 63,00 5 17,85 59,5 3540,25 297,5 17701,25
64,00 – 71,00 3 10,71 67,5 4556,25 202,5 13668,75
72,00 – 79,00 6 21,42 75,5 5700,25 453 34201,5
80,00 – 87,00 3 10,71 83,5 6972,25 250,5 20916,75
140
s2 = 200,7
5. Perhitungan Modus (Mo)
Mo = b + p
Mo = 39,5 + 8
Mo = 39,5 + 8 (0,7)
Mo = 45,1
( )
∑
s=
,
s=
Aspek C2 (memahami)
Pretest Kelas Ekperimen Pretest Kelas Kontrol Posttest Kelas Ekaperimen Posttest Kelas Kontrol
Aspek Pretest
Penguas
50 45,96 47,06
Kelas 45 40,44 40,49
Esperim Kelas 40
en Kontrol 35
Menging 30 25,74
at (C1) 45,96 47,06 25
18,38
Memaha 20
mi (C2) 40,44 40,49 15
Mengapli 10
kasikan 5
(C3) 25,74 18,38 0
Menganal Mengingat (C1) Memahami (C2) Mengaplikasikan (C3)
isis (C4) 19,48 23,53 Kelas Esperimen Kelas Kontrol
100
88,6
Kelas 90 80,88
Eksperi Kelas 80 70,22 71,87 72,43
men Kontrol 70
60 54,04
70
60 54,04
Menging
50
at (C1) 88,6 80,88
40
Memaha 30
mi (C2) 70,22 71,87 20
Mengapli 10
kasikan 0
(C3) 72,43 54,04 Mengingat (C1) Memahami (C2) Mengaplikasikan
(C3)
Menganal
isis (C4) 62,5 51,84 Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
23,53
19,48
62,5
54,04 51,84
62,5
54,04 51,84
Kelas Kontrol
145
Lampiran C.3
Persiapan Uji Normalitas Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
f. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai ini
disebut Lo.
Lo = max F ( Z i ) S ( Z i )
146
Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab,
(0,1208 < 0,161) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
147
Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab,
(0,1475 < 0,161) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
148
Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab,
(0,1271 < 0,161) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
149
Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab,
(0,1498 < 0,161) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
150
Jadi,
,
F= = ,
= 0,0609
- Interpolarisasi
Pembilang = 28 – 1 = 27
Penyebut = 28 – 1 = 27
F(24,27) = 1,93
F(27,30) = 1,88
F(27,27) = 3 (1,93) + 3 (1,88) = 1,905
6
151
Jadi,
,
F= = ,
= 0,4214
- Interpolarisasi
Pembilang = 28 – 1 = 27
Penyebut = 28 – 1 = 27
F(24,27) = 1,93
F(27,30) = 1,88
F(27,27) = 3 (1,93) + 3 (1,88) = 1,905
6
Didapat Ft dengan pembilang df = 28 – 1 = 27 dengan penyebut df = 28 – 1 =
27 didapat Ft = 1,905 (dengan derajat signifikan 95%). Fh < Ft (0,4214 <
1,905). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
150
Lampiran C.4
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS
n fixi 2 ( fixi) 2
dimana S2 =
n (n 1)
Keterangan:
F : Nilai uji F
S12 : Varians terbesar
S22 : Varians terkecil
Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:
Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho
ditolak jika Fh > Ft, dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen.
Jadi,
,
F= = ,
= 0,0609
- Interpolarisasi
Pembilang = 28 – 1 = 27
Penyebut = 28 – 1 = 27
F(24,27) = 1,93
F(27,30) = 1,88
F(27,27) = 3 (1,93) + 3 (1,88) = 1,905
6
151
Jadi,
,
F= = ,
= 0,4214
- Interpolarisasi
Pembilang = 28 – 1 = 27
Penyebut = 28 – 1 = 27
F(24,27) = 1,93
F(27,30) = 1,88
F(27,27) = 3 (1,93) + 3 (1,88) = 1,905
6
Didapat Ft dengan pembilang df = 28 – 1 = 27 dengan penyebut df = 28 – 1 =
27 didapat Ft = 1,905 (dengan derajat signifikan 95%). Fh < Ft (0,4214 <
1,905). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
152
152
Lampiran C.5
thit =
XE XK
dengan S = 2 n E 1S E n K 1S K
2 2
1 1 nE nK 2
S gab .
nE nK
thit =
33,28 32,5
S2 =
28 1 9,39 28 184,57
1 1 28 2 8 2
6,85.
28 28
0,75 253,53 2283,39
thit = S2 =
6,85.0,26 54
0,75
thit = S= 46,98
1,781
thit = 0,438 S = 6,85
df = n1 + n2 – 2
df = 28 + 82 – 2 = 54
Perhitungan interpolarisasi uji-t:
t(40,95%) = 2,021 t(60, 95%) = 2,000
Selisih antara ttab (40) dengan df adalah 20, jadi t untuk df 54, adalah:
1
t(66, 95%) = 1 – (2,021 – 2,000) = 0,999
54
Dari uji-t menunjukkan bahwa thit < ttab (0,438 < 0,999), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan. Hal ini dikarenakan
belum adanya perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol.
153
thit =
XE XK
dengan S = 2 n E 1S E n K 1S K
2 2
1 1 nE nK 2
S gab .
nE nK
thit =
73,5 61,2
S2 =
28 1 154,07 28 1200,7
1 1 28 28 2
33,21.
28 28
12,3 54159,89 5418,9
thit = S2 =
33,21. 0,26 54
12,3
thit = S = 1103,31
3,198
thit = 3,846 S = 33,21
df = n1 + n2 – 2
df = 28+ 28 – 2 = 54
Perhitungan interpolarisasi uji-t:
t(40,95%) = 2,021 t(60, 95%) = 2,000
Selisih antara ttab (60) dengan df adalah 20, jadi t untuk df 54, adalah:
1
t(66, 95%) = 1 – (2,021 – 2,000) = 0,999
54
Dari uji-t menunjukkan bahwa thit > ttab (3,846 > 1,99) dengan df =(34 +
34) – 2 = 66 (melalui interpolarisasi), pada derajat signifikan 95%. Maka dapat
disimpulkan bahwa kedua kelas berbeda nyata (Ho ditolak dan Ha diterima), yaitu
terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran generative
learning terhadap penguasaan konsepfisika siswa.
154
155
156
157
158