Anda di halaman 1dari 203

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF

(GENERATIVE LEARNING)
TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
PADA KONSEP CAHAYA

Disusun oleh:
Yuli Amaliah
(106016300671)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 / 1434 H
ABSTRAK

Yuli Amaliah (106016300671) “Pengaruh Model Pembelajaran Generatif


(Generative Learning) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.” Skripsi, Program
Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fkultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model


pembelajaran generatif (generative learning) terhadap hasil belajar fisika siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Mathla’ul Anwar pada tahun ajaran
2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan
desain Nonequivalent Control Group design. Pengambilan sampel dilakukan
menggunakan teknik purposive sample, siswa kelas VIII.A sebagai kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran generatif, dan siswa kelas
VIII.B sebagai kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran
generatif (menggunakan model pembelajaran konvensional). Instrumen yang
digunakan penilitian yaitu instrumen tes untuk mengukur hasil belajar fisika siswa
berupa soal-soal uraian. Data instrumen tes dianalisis dengan menggunakan
analisis statistik yaitu uji-t. berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
uji-t pada taraf signifikansi (α) = 0,05, didapatkan thitung > ttabel yaitu 3,846 >
0,999, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima,
maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran
generatif (generative learning) terhadap hasil belajar fisika siswa.

Kata kunci : Pembelajaran Generatif, Hasil Belajar

i
ABSTRACT

Yuli Amaliah (106016300671). “The Influence of Generative Learning Model


to Physics Product Study.” Skripsi, Program Study of Physics Education,
Departement of Natural Science Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching
Sciences, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

The aim of this research was to know of The Influence of Generative Learning
Model to Physics Product Study. This research was held Junior High School
Mathla’ul Anwar (SMP Mathla’ul Anwar)in academic period 2010/2011. The
research method was quasi experiment and used Nonequivalent Control Group
Design. The sample in this research was taken by purposive sample technique,
students of class VIII.A as a group of experiment used generative learning model,
and student of class VIII.B as a group of control were not used generative
learning model (used conventional model. Instrument were used in these research
is test instrument used essay. Data was got from test instrument was analyzed by
statistical analysis t-test. Based on result of statistical analysis t-test at the level of
significant (α) = 0,05, it is shown that tvalues greater than ttable were 3,846 > 0,999,
with the result then zero hypothesis (HO) was refused and alternative hypothesis
(Ha) was accepted, that can be concluded, generative learning model can
influense student product study of the physics.

Keywords : Generative Learning, Product Study

ii
KATA PENGANTAR

Bismiillahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis bisa menyelesaikan pembuatan
skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah pada Rasulallah Muhammad
SAW.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Generatif
(Generative Learning) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa” salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana untuk Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Banyak pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan skripsi ini,
oleh karena itu ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, M. A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Iwan Permana Suwarna, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Nurlena Rifa’i, M. A. Ph,D, Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar,
tulus dan ikhlas yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam
mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Diah Mulhayatiah, M.Pd Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar, tulus
dan ikhlas yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam
mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Anwar Sanusi, SE. S.Pdi. MM Kepala Sekolah SMP Mathla’ul Anwar.
7. Ricko, S.Pd Guru Mata Pelajaran Fisika di SMP Mathla’ul Anwar.

iii
8. Kedua orang tuaku (ema dan abah) yang telah memberikan limpahan kasih
sayang, motivasi dan doa pada penulis serta seluruh keluarga yang telah
memberikan dukungan moril dan materil.
9. Aa Misbah yang telah memberikan dukungan sepenuh hati dan terus
mensuport penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-temanku di Asri (Assulaeman Putri) terima kasih atas doa dan
motivasinya yang telah kalian curahkan kepada penulis
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
doa dan dukungannya.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, khususnya penulis sendiri serta para pembaca sekalian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ciputat, Februari 2013


Penulis

Yuli Amaliah

iv
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ............................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ...................................................... 4
D. Perumusan Masalah ....................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ......................................................... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN


PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Deskripsi teoritis ............................................................ 7
1. Hakikat Model Pembelajaran ................................... 7
2. Teori Belajar Konstruktivisme ................................. 10
3. Pembelajaran Generatif (Generative Learning) ....... 14
a. Pengertian Pembelajaran Generatif ................... 14

v
b. Tahap-tahap Pembelajaran Generatif ................ 17
c. Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Generatif .. 25
d. Keunggulan Pembelajaran Generatif ................. 26
4. Hasil Belajar ............................................................. 26
5. Cahaya ...................................................................... 34
a. Pengertian Cahaya ............................................. 34
b. Sifat-sifat Cahaya ............................................... 35
c. Hukum Pemantulan Cahaya ............................... 35
d. Pembiasan Cahaya ............................................. 37
e. Lensa .................................................................. 37
B. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................... 38
C. Kerangka Berpikir .......................................................... 39
D. Pengajuan Hipotesis ....................................................... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................ 42


B. Metode Penelitian .......................................................... 42
C. Desain Penelitian ........................................................... 42
D. Prosedur Penelitian ........................................................ 43
E. Populasi dan Sampel ...................................................... 45
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 45
G. Instrumen Penelitian ...................................................... 45
H. Teknik Analisis Data ...................................................... 51
I. Hipotesis Statistik .......................................................... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian .............................................................. 55
1. Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ............................................ 56

vi
2. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data Penggunaan
Konsep ..................................................................... 59
3. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................ 61
B. Pembahasan .................................................................... 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................... 66
B. Saran .............................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Posisi Hirarki Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik


dan Model Pembelajaran dalam Kegiatan Belajar Mengajar
............................................................................................... 8
Gambar 2.2 Sifat Bayangan pada Cermin Datar ...................................... 35
Gambar 2.3 Pembiasan Cahaya oleh Lensa Cembung ............................ 38
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ............................................................... 41
Gambar 3. 1 Alur Prosedur Penelitian ..................................................... 44
Gambar 4.1 Diagram Batang Nilai Rata-rata Tiap Aspek Penguasaan
Konsep Hasil Prettest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol .............................................................. 57
Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Rata-rata Tiap Aspek Penguasaan
Konsep Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ............................................................... 58

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penerapan Pembelajaran Generatif di Kelas ........................ 22


Tabel 3.1 Desain Penelitian ................................................................. 43
Tabel 3.2 Kisi – kisi Instrumen Penelitian ........................................... 46
Tabel 3.3 Klasifikasi Interpretasi Reabilitas Soal ................................. 49
Tabel 3.4 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ................................ 51
Tabel 4.1 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil
Pretest-Posttest Kelopmok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ................................................................................. 56
Tabel 4.2 Nilai Rata-rata Tiap Aspek Penguasaan Konsep Hasil
Pretest-Posstest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....... 59
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posstest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................................ 60
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posstest ..................... 61
Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis Data Pretest-Posstest ............................ 62

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Perangkat Mengajar


Lampiran A.1 RPP............................................................................ 70
Lampiran A.2 LKS .......................................................................... 85

Lampiran B. Instrumen Penelitian


Lampiran B.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian .................................. 93
Lampiran B.2 Kunci Jawaban dan Pedoman Penelitian ................. 99
Lampiran B.3 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen .................... 119
Lampiran B.4 Validitas Instrumen ………………………………... 121
Lampiran B.5 Reabilitas Instrumen ……………………………….. 122
Lampiran B.6 Uji Taraf Kesukaran Instrumen ……………………. 123
Lampiran B.7 Uji Daya Pembeda Instrumen ……………………... 124
Lampiran B.8 Soal Pretest dan Posttest …………………………... 125

Lampiran C. Data Hasil Penelitian


Lampiran C.1 Perhitungan Data Statistik Pretest dan Posttest …… 127
Lampiran C.2 Hasil Analisa Data Peraspek Penguasaan Konsep … 141
Lampiran C.3 Uji Normalitas Pretest dan Posttest ……………….. 145
Lampiran C.4 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest .……………. 150
Lampiran C.5 Uji Hipotesis Pretest dan Posttest …………………. 152

Lampiran D. Tabel Statistik


Lampiran D.1 Tabel Uji Liliefors …………………………………. 154
Lampiran D.2 Tabel Daftar F …………………………………....... 155

Lampiran E. Surat-surat

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelajaran fisika menjadi momok bagi para siswa karena pelajaran


fisika erat hubungannya dengan matematika. Belajar fisika bukan hanya
sekedar tahu matematika, lebih jauh siswa diharapkan mampu memahami
konsep yang terkandung didalamnya, menuliskannya ke dalam parameter-
parameter atau simbol-simbol fisis, memahami permasalahan serta
mengetahui bagaimana cara menyelesaikannya. Namun faktanya adalah
kebanyakan siswa belum mampu menyelesaikan masalah fisika yang
diberikan oleh guru dan belum mampu merespon apa yang disampaikan oleh
guru. Hal tersebut dapat tergambar ketika guru memberikan pertanyaan
kepada siswa mengenai suatu konsep, siswa cenderung diam dan belum
mampu menjawab pertanyaan tersebut. Siswa mengalami kesulitan
merangsang ingatan untuk mengingat pengetahuan yang didapat sebelumnya.
Ketika siswa mengemukakan gagasan, belum menunjukkan kelancaran
menanggapi masalah dan materi. Keluwesan siswa membuat suatu tanggapan
belum tampak dan siswa belum dapat mengidentifikasi suatu konsep.
Hal ini dikarenakan siswa belum mampu mengkonstruk
pengetahuannya sendiri. Siswa cenderung mengandalkan guru sebagai sumber
pengetahuannya. Akibatnya seringkali terjadi kesalahpahaman siswa terhadap
konsep yang sedang diajarkan oleh guru. Siswa cenderung panik ketika tidak
dapat menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Kepanikan tersebut
karena mental siswa untuk mencoba menyelesaikan masalah fisika masih
sangat rendah, sehingga siswa belum dapat berpikir kreatif. Siswa cenderung
menghafalkan satu jawaban yang benar dan kemampuan siswa dalam mencari
alternatif jawaban dari masalah masih kurang, sehingga belum tampak
keberanian siswa memikirkan alternatif jawaban yang bervariasi. Siswa belum

1
2

mampu berpikir secara menyeluruh dan hanya terpaku pada materi yang
sedang dipelajari akibatnnya siswa belum mampu mengintegrasikan
keterkaitan antar konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.
Permasalahan yang terjadi di atas berawal dari aspek kognitif siswa.
Aspek kognitif siswa merupakan aspek yang memberikan pengaruh besar
dalam keberhasilan proses pembelajaran. Aspek kognitif merupakan aspek
kompetensi yang mengarah kepada kecakapan hidup siswa (life skill).
Menurut Slameto permasalahan-permasalah di atas dapat diatasi dengan
memberikan pengajaran yang efektif dengan cara belajar secara aktif,
pelajaran di sekolah dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di
masyarakat, dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan
kebebasan pada siswa untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri,
belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri, dan guru harus
mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar.1 Pendekatan serta
metode belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat efisiensi
dan keberhasilan belajar siswa.2
Solusi untuk menyelesaikan masalah di atas adalah dengan cara
memberikan model pembelajaran yang kiranya dapat memberikan
pembelajaran yang efektif. Salah satu pembelajaran yang sesuai adalah
pembelajaran konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivis berprinsip bahwa
siswa mengkonstruk pemikiran mereka sendiri dalam belajarannya. Artinya
pembelajaran konstruktivis ini mengarahkan siswa agar mampu membangun
pemikiran mereka sendiri, yakni ketika belajar siswa diharapkan mampu
mengaitkan suatu konsep yang diajarkan dengan kenyataan yang berkaitan
dengan pengalaman hidup siswa. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa lebih
mudah memahami konsep yang diajarkan oleh guru. Jean Piaget seorang
pioner filsafat konstruktivisme menyatakan bahwa dalam proses belajar, anak
akan membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep melalui
pengalaman-pengalamannya. Model kontruktivisme berpandangan bahwa

1
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. (Jakarta: Rienka Cipta. 2010), h. 92
2
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. (PT Logos Wacana Ilmu. 1999), h. 119
3

proses belajar diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif


tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal siswa dengan dengan
fenomena baru yang dapat di integrasi sehingga diperlukan perubahan struktur
kognitif untuk mencapai keseimbangan. Salah satu model pembelajaran dalam
naungan konstruktivisme yang dapat digunakan adalah model pembelajaran
generatif (generative learning).
Model pembelajaran generatif (Generative Learning) adalah suatu
proses yang mendapatkan pengetahuan. Dalam pembelajaran dengan
menggunakan model Generative Learning siswa dituntut mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman baru atau peristiwa yang
dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam hal ini berarti
peranan guru sebagai pelayan pengetahuan yang harus ditransfer kepada siswa
berubah menjadi fasilitator belajar dengan menyediakan kondisi belajar yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan
fisikanya sendiri. Implementasi strategi pembelajaran generative learning
dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang dunia fisika dan
persoalan-persoalan fisika yang terkadang membuka peluang bagi siswa
memberikan pemikiran yang di luar dugaan guru.
Berdasarkan karakteristik model generative learning di atas, maka
salah satu konsep yang dapat diterapkan dengan menggunakan model
generative learning adalah konsep cahaya. Konsep cahaya dirasa cocok
dengan model pembelajaran generatif karena memiliki bahasan cukup luas
dan siswa dapat menikmati pelajaran fisika tanpa ada rasa takut serta lebih
bisa mengkonstruk pengetahuan awal siswa. Konsep cahaya dapat mengikis
ketidakberminatan dan kejenuhan siswa untuk belajar fisika. Jika sejak awal
fisika sudah diperkenalkan dengan menyenangkan maka pelajaran fisika tidak
akan menjadi momok yang menakutkan untuk siswa, dengan begitu hasil
belajar fisika siswa akan meningkat. Dengan demikian model pembelajaran
generatif sesuai untuk menyelesaikan permasalahan di atas.
4

Berdasarkan fenomena yang terjadi seperti yang telah diungkapkan di


atas, penulis mencoba melakukan pengkajian ilmiah yang berdasarkan
penelitian terhadap efektivitas model pembelajaran generative learning dan
peranannya dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Sehingga dengan
demikian penulis memilih judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Generatif
(Generative Learning) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep
Cahaya”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah
yang dapat diidentifikasikan sabagai berikut:
1. Penerapan model dan sistem pembelajaran masih terpusat pada aktivitas
guru.
2. Guru masih banyak menanamkan konsep-konsep melalui transfer
informasi dan pemberian contoh-contoh yang cenderung dihapal siswa.
3. Penggunaan pola pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan
kejenuhan dan ketidaktertarikan siswa terhadap pelajaran fisika.
4. Siswa pasif selama proses pembelajaran.
5. Siswa belum mampu menyelesaikan masalah fisika.

C. Pembatasan Masalah
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda maka
diberikan batasan masalah dari penelitian ini yaitu:
1. Konsep fisika yang diteliti adalah cahaya.
2. Masalah difokuskan pada model pembelajaran Generative Learning
terhadap hasil belajar fisika siswa. Model pembelajaran Generative
Learning yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
Generative Learning menurut Osborne dan Cosgrove melalui 4 tahapan
yaitu: eksplorasi, pemfokusan, tantangan dan penerapan.
5

3. Hasil belajar yang di teliti adalah aspek kognitif dari jenjang C1


(mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan) dan C4
(menganalisis).
4. Perlakuan untuk kelas kontrol menggunakan metode konvensional.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran
generative learning terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya?”.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya maka
yang jadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran generatif (generative learning) terhadap hasil belajar
fisika siswa pada konsep cahaya.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian Pengaruh Model Pembelajran Generatif (Generative
Learning) pada pokok bahasan ini, dapat diharapkan memberikan sejumlah
manfaat antara lain:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah
kepustakaan pendidikan, khususnya mengenai pengaruh model
pembelajaran Generative Learning terhadap hasil belajar fisika siswa,
serta dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti yang berminat untuk
menindaklanjuti hasil penelitian ini.
2. Secara praktis, bagi guru hasil penelian ini dapat memberikan masukan
untuk menerapkan model pembelajaran Generative Learning sebagai salah
satu alternatif baru dalam pembelajaran pembelajaran fisika. Selain itu,
bagi siswa penelitian ini dapat memberi pengaruh positif terdapat hasil
belajar fisikanya dan bagi peneliti hasil penelitian ini akan memperluas
(C4)
5. Menga
nalisis
(C4) 6

wawasan dan pengetahuan peneliti serta pengalaman yang berharga untuk


mempersiapkan diri sebagai pengajar yang professional.
7

BAB II
DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu rangkaian atau satu kesatuan yang
utuh antara pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan bahan
pembelajaran. Menurut trianto “model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial”.1
Maksud dari kutipan tersebut adalah model pembelajaran merupakan suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam menyusun perencanaan
pembelajaran.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar.2
Kutipan di atas menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan
pedoman bagi guru untuk menyusun rancangan aktivitas pembelajaran.
Proses pembelajaran menjadi lebih terarah dan sistematis sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola
yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan
memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau
lainnya.3

1
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2007), h. 1
2
Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 4-19.
3
Dr. M. Dahlan, Model-Model Mengajar, (Bandung: CV. Diponegoro. 1984), h. 21
7
8

Menurut Akhmad Sudrajat model pembelajaran pada dasarnya


merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran. Secara singkat dapat dilihat dalam bagan sebagai
berikut:
Model
pembelajaran
Pendekatan pembelajaran
(student or teacher centered)

pembelajaran
Strategi pembelajaran
Model pembelajaran

(exposition-discvery learning or

Model
group-indivivual learning)

Metode pembelajaran
(ceramah, diskusi, simulasi, dsg)

Teknik dan taktik pembelajaran


(spesifik, individual, unik)
Model
pembelajaran

Gambar 2.1 Posisi Hirarki Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik,


dan Model Pembelajaran dalam Kegiatan Belajar Mengajar4

Berdasarkan dari beberapa definisi di atas mengenai model


pembelajaran yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah sebuah kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran
juga berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran bagi para guru
dalam merancang dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Model

4
Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model
Pembelajaran, (http://akhmadsudrajat.wordpress.com)), h.2.
9

pembelajaran secara mendasar bukan semata-mata menyangkut kegiatan guru


mengajar akan tetapi lebih menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa. Hasil
akhir dari proses pembelajaran bertujuann untuk menciptakan kemampuan
siswa yang tinggi agar dapat belajar lebih bermakna dan lebih efektif dimasa
yang akan datang.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas
dibandingkan dengan strategi, metode dan pendekatan. Model pembelajaran
memiliki ciri-ciri khusus yang tidak dimiliki oleh metode, strategi, atau
pendekatan. Ciri-ciri tersebut adalah :
a. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangannya
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai)
c. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model pembelajaran
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.5
Model pembelajaran yang digunakan sebagai upaya pendekatan
dalam pendidikan yang umum dikenal saat ini terdiri atas empat bagian yaitu:
a. Model-model pembelajaran yang berfokus kepada individu dan
pengembangan pribadi yang unik yang dimiliki setiap orang
b. Model pembelajaran yang berfokus kepada kelompok dan menghadirkan
cara-cara mengajar yang memberi penekanan kepada energi kelompok,
keterampilan antar pribadi dan komitmen sosial.
c. Model-model pembelajaran yang menghadirkan pembelajaran konsep,
model inkuiri yang diambil dari disiplin ilmu dan metode yang bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas intelektual seseorang.

5
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Presrtasi
Pustaka Publisher, 2007), h. 6
10

d. Model-model pembelajaran yang diangkat dari dunia ilmu psikologi


sebagai penerapannya dalam proses pembelajaran atau kegiatan belajar
mengajar.6
Pada umumnya model-model pembelajaran yang baik memiliki
sifat-sifat atau ciri-ciri yang dapat dikenali secara umum sebagai berikut: 7
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
b. Mempunyai misi atau tujuan tertentu.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di
kelas.
d. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
e. Membuat persiapan mengajar (desain intruksional) dengan pedoman
model pembelajaran yang dipilihnya.

2. Teori Belajar Konstruktivitisme


Menurut Widodo konstruktivisme merupakan sebuah teori
pembelajaran yang relatif baru dan masih berkembang.8 Teori konstruktivitis
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Konstruktivisme adalah
suatu teori tentang bagaimana terjadinya belajar yang prinsip utamanya
adalah bahwa belajar berarti membangun, menciptakan, menemukan dan
mengembangkan pengetahuan kita sendiri.9 Pengetahuan bukanlah hal-hal
yang terlepas dari siswa, tetapi ciptaan siswa itu sendiri yang dikonstruksikan
dari pengalaman.
Menurut Brooks & Brooks konstruktivisme adalah lebih merupakan
suatu filosofi dan bukan suatu strategi pembelajaran. “Constructivism is not

6
Yusri Panggabean, Strategi, Model dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bandung: Bina
Media Informasi, 2007), h. 71-72
7
Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 4-19
8
Ari Widodo, konstruktivisme dalam pembelajaran sains, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
No. 064. Tahun ke-13, Januari: 2007), h. 102
9
Elisna, Pendekatan Konstruktivisme Sebagai Suatu Inovasi dalam Proses Pembelajaran, (Skolar,
Vol. 8 No. 1, Juni 2007), h. 1
11

an instructional strategy to be deployed under appropriate conditions.


Rather, constructivism is an underlying philosophy or way of seeing the
world”. Bahkan menurut Glasersfeld konstruktivisme sebagai "teori
pengetahuan dengan akar dalam filosofi, psikologi dan cybernetics". Von
Glasersfeld mendefinisikan konstruktivisme apapun namanya secara aktif dan
kreatif akan selalu membentuk konsepsi pengetahuan. Ia melihat pengetahuan
sebagai sesuatu hal yang dengan aktif menerima apapun melalui pikiran sehat
atau melalui komunikasi dan interaksinya. Hal itu secara aktif dan kreatif
terutama dengan membangun pengetahuan itu. 10
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat
pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir
(filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.11
Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat
belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan mengkontruksi
pengalaman-pengalaman sendiri. sedangkan teori Konstruktivisme adalah
sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin
belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan
keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain 12
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan
dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental
Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori
perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan

10
Nur Aedi, Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sosiologi-Antropologi
di Sekolah/Madrasah,(www.google .com), h.1
11
Surianto, Teori Pembelajaran Konstruktivisme, (www. Wordpress.com)
12
Ibid
12

anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari
lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud
dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.
Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau
perbuatan.
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan
bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi
dan akomodasi.13 Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah
terbentuk. Sedangkan, akomodasi adalah proses perubahan skema.14 Proses
akomodasi menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru,
sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Pengertian tentang
akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema
baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang
sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu
Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya individu sejak kecil sudah
memiliki kemampuan untuk mengkonstruk penetahuannya sendiri. Strategi
pembelajaran berbasis konstruktivisme dari Piaget, dengan ide utamanya
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi siswa membentuk
pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya, melalui
proses asimilasi dan akomodasi.
2. Agar pengetahuan diperoleh, siswa harus beradaptasi dengan
lingkungannya
3. Andaikan dengan proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan
adaptasi terhadap lingkungannya, terjadilah ketidakseimbangan
(disequilibrium). Akibatnya terjadilah akomodasi, dan struktur yang ada
mengalami perubahan atau struktur baru timbul.
4. Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus menerus tentang keadaan
ketidakseimbangan dan keadaan seimbang (disequilibrium-equilibrium).
13
Ratna wilis dahar. Teori-Teori Belajar. (Jakarta: Erlangga, 1989). h.159
14
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientas Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Pernada Media Group. 2008), h.124
13

Tetapi, bila terjadi kembali keseimbangan, maka individu itu terjadi


kembali keseimbangan, maka individu itu berada pada tingkat intelektual
yang lebih tinggi dari pada sebelumnya.
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri
Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:
a. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa
itu sendiri.
b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya
c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap.
d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
e. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu
aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri
siswa dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan
tingkah laku.
Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap
perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga
disebut tahap perkembangan mental. Ruseffendi mengemukakan:
a. Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu
terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan
mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama
b. Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi
mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis
dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku
intelektual
14

c. Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan


(equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi
antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul
(akomodasi).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diartikan bahwa dalam
pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme guru perlu
mengidentifikasi secara dini pengetahuan awal siswa. Hal ini bertujuan agar
bentuk kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dapat disesuaikan dengan
karakteristik siswa.

3. Pembelajaran Generatif (Generative Learning)


a. Pengertian Pembelajaran Generatif
Pembelajaran generatif merupakan pendekatan pembelajaran sains
yang bertolak dari filosofi. Konstruktifisme yang artinya bahwa siswa
mengkonstruksi sainsnya sendiri dalam lingkungan belajar. Pembelajaran
generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada
pengintegrasian secara afektik pengetahuan baru dengan menggunakan
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.
Pembelajaran generatif terdiri dari dua kata yaitu generative dan
learning. Generative adalah dapat menghasilkan, sedangkan learning adalah
pengetahuan. Jadi generative learning adalah suatu proses pembelajaran yang
dapat menghasilkan pengetahuan. Artinya pengetahuan itu tidak didapat
dengan sendirinya melainkan melalui usaha seseorang dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah
suatu fakta yang tinggal ditemukan.
Dengan demikian pengetahuan mutlak diperoleh dengan belajar yaitu
hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang melalui pengalaman yang
diterima lewat panca indera. Singkatnya, generative learning menolak adanya
transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain, dengan
alasan pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan, sebaliknya kondisi
15

ini akan berbeda jika pembelajaran itu ditunjukkan untuk menggali


pengetahuan dari pengelaman seseorang.
Teori generative learning dikemukakan oleh Wittrock dalam bukunya
Paulina Panen, berasumsi bahwa siswa bukan menerima informasi yang pasif,
melainkan siswa aktif berpatisipasi dalam proses belajar dan dalam
mengkonstruksikan makna informasi yang ada disekitarnya. Sangat penting
bagi guru untuk meminta siswa to generate “menghasilkan” sendiri makna
dari informasi yang diperolehya. Siswa akan belajar dengan baik apabila
mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan
untuk menemukan sendiri konsep yang akan dipelajari.
Dalam generative learning siswa lebih diberi tempat ketimbang guru.
Artinya, dalam proses pembelajaran siswa merupakan pusat pembelajaran
(student center). Generative learning mendorong siswa berperan aktif dalam
pembelajaran di dalam kelas yang pengajarannya berpusat pada siswa. Peran
guru membantu siswa menemukan fakta, konsep/prinsip baik diri mereka
sendiri, bukan memberikan ceramah atau pengendalian seluruh kegiatan di
kelas.
Menurut George Masun, strategi generative learning dibagi menjadi
empat unsur, yaitu:
a. Ingatan; siswa menggali informasi dari pengetahuan yang sudah ada
dengan cara pengulangan latihan, meninjau ulang dengan alat bantu
mengingat.
b. Penggabungan; siswa menggabungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan sebelumnya dengan cara penguraian (uraian dalam bentuk
cerita), ringkasan (menjelaskan dengan singkat), memecahkan persoalan,
mengajukan pertanyaan, mengajukan persamaan dan kiasan.
c. Pengorganisasian; siswa mengaitkan pengetahuan yang sudah ada
sebalumnya berupa ide dan konsep-konsep baru ke dalam metode yang
berarti dengan cara menganalisis ide-ide pokok, penguraian,
mengkategorikan, pengelompokkan dan peta konsep.
16

d. Perluasan; siswa mengembangkan materi baru kepada informasi yang


telah ada dalam ingatan siswa, dengan cara menggenalisir gambaran
jiwa/fisik, prosa, perluasan kalimat, mempertajam penglihatan, film dan
papan buletin.
Menurut George Mason, secara pikiran mencari makna konteks sesuai
dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui
pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Pemaduan materi
pembelajaran dengan konteks keseharian siswa didalam pembelajaran akan
menghasilkan dasar-dasar mengetahuan yang mendalam dimana siswa kaya
akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.
Grouws berpandangan bahwa dalam pembelajaran siswa berpatisipasi
aktif dalam membangun konsep-konsep dengan kemampuannya sendiri
melalui proses pembentukan mental sehingga konsep itu terbangun menjadi
konsep baru.
Menurut Grouws, ada dua jenis aktivitas generatif, yaitu:
a. Aktivitas itu menghasilakan hubungan yang dinamis (judul, publik,
pertanyaan,tujuan, ringkasan, grafik, tabel dan ide pokok).
b. Aktivitas itu menghasilkan penggabungan hubungan antara apa yang siswa
lihat, dengar, baca, dan ingatan (demonstrasi, kiasan, persamaan contoh
gambar, aplikasi, penapsiran penguraian dan kesimpilan).
Siswa pada semua usia memiliki konsep tentang berbagai fenomena
yang dibawanya ke dalam kelas. Konsep ini dapat bersumber antara lain dari
latar belakang kebudayaan, keluarga dan media maupun hal-hal yang lain
dimana siswa secara langsung mendengar, melihat, mengalami dan sekaligus
menggunakannya. Konsep ini sangat membentu bernilai dalam konteks
keseharian siswa. Sementara itu, konsep baru yang dipelajari siswa di dalam
kelas akan lebih mudah diterima jika dikaitkan dengan skema pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga terjadi proses asimilasi atau
asosiasi.
Pada prinsipnya guru tidak boleh hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa tetapi siswa sendirilah yang harus membangun
17

pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru berperan dalam membantu


proses pembelajaran dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi
menjadi lebih bermakna bagi siswa. Tugas guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan
mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategti-strategi mereka
sendiri dalam belajar.
Model pembelajaran generatif merupakan pendekatan pembelajaran
sains yang bertolak dari filosofi belajar konstruktivisme yang intinya bahwa
siswa mengkonstruksi pengetahuan sainsnya sendiri dalam lingkungan
belajar.

b. Tahap-Tahap Pembelajaran Generative Learning


Menurut Lingbiao, ada 4 tahapan pokok dalam pembelajaran generatif
yang secara fungsional mekiliki fungsi yang berbeda:
1) Tahapan orientasi dan elisitasi, dimana guru meberikan orientasi umum
dan rasionalisasi konsep yang akan ditanamkan.
2) Tahapan aktivitas dan interaksi, dimana guru mengarahkan perhatian
siswa kepada konsep-konsep yang penting.
3) Tahap assessment (penilaian) dan umpan balik, merupakan tahapan
evaluasi belajar siswa untuk melihat tingkat penguasaan siswa.
4) Tahapan sistematisasi dan extension, yaitu guru membantu siswa
membangun jalinan konsep dari konsep-konsep yang sudah dipelajari
sehingga hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain
menjadi jelas.15
Dalam generative learning, siswa diharapkan dapat membangun
pemahaman sendiri dari pengalaman suatu pengetahuan terdahulu (asimilasi).
Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman
belajar yang bermakna (akomodasi). Siswa diharapkan mampu
mempraktekan pengalaman atau pengetahuan yang diperolehnya dalam
15
IB. Putu Mardana, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMU 3 Singaraja Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (Aneka Widya IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th.
XXXIV, April 2001), hal.51
18

konteks kehidupan nyata. Siswa juga diharapakan melakukan refleksi


terhadap pengembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian siswa dapat
memiliki pengalaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang
dipelajarinya.
Dalam pandangan generative learning, kebebasan berinisiatif
dipandang sebagai penentu keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh
siswa itu sendiri. Tujuan generative learning menekankan pada penciptaan
pemahaman yang menuntut aktivitas yang kreatif dan produktif dalam
konteks-konteks nyata.
Secara umum, strategi pembelajaran generatif memiliki empat
komponen: (1) proses motivasi; ditentukan oleh minat (interest) dan atribut
(atribution), (2) proses belajar; dapat dipengaruhi oleh rangsangan (arousal)
dan niat (itentionn), (3) proses penciptaan pengetahuan; dilandasi oleh
beberapa komponen ingatan yaitu pengetahuan awal, kepercayaan/sistem
nilai, konsep, keterampilan strategi kognitif dan pengalaman, (4) proses
generasi; menggenerasikan hubungan antara berbagai bagian informasi yang
mereka peroleh dari pengalaman.16
Pembelajaran generatif (generative learning model) pertama kali
diperkenalkan oleh Osborne dan Cosgrove (dalam Sutarma dan Swasono,
2003). Pembelajaran generatif terdiri dari empat tahap, yaitu: 17
a. Ekplorasi
b. Pemokusan
c. Tantangan
d. Penerapan

16
Bayyati,”Pengaruh Model Pembelajaran Konstrutivisme dengan Strategi Generative Learning
Terhadap Hasil Belajar pada Konsep Perubahan Materi” Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Utama
UIN Jakarta, 2007) , hal 20
17
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta: PT Bumi Akrasa) hal. 177
19

1) Tahap Pembelajaran
a) Ekplorasi
Tahap pertama yaitu tahap ekplorasi yang disebut juga tahap
pendahuluan. Pada tahap ekplorasi guru membimbing siswa untuk
melakukan ekplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang
diperoleh dari pengalaman sehari-hari atau diperoleh dari pembelajaran
pada tingkat sebelumnya. Untuk mendorong siswa agar mampu
melakukam ekplorasi, guru dapat memberikan stimulus berupa beberapa
aktifitas atau tugas-tugas seperti melalui demonstrasi atau penelusuran
tarhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukan data dan fakta yang
terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari.
Dalam aktifitas ini, gejala, data dan fakta yang didemonstrasikan
sebaiknya dapat merangsang siswa berpikir kritis, mengkaji, data, fakta,
gejala serta memusatkan pikiran terhadap permasalahan yang akan
dipecahkan. Dengan demikian, pada akhirya dapat menumbuhkan rasa
ingin tahu pada diri siswa. Melalui aktifitas demonstrasi/penelusuran,
siswa didorong untuk mengamati gejala atau fakta. Dengan kondisi yang
demikian, pada akhirnya diharapkan muncul pertanyaan pada diri siswa,
mengapa hal itu terjadi. Pada langkah berikutnya guru mengajak dan
mendorong siswa untuk berdiskusi tentang fakta atau gejala baru diselidiki
atau diamati. Guru harus mengarahkan proses diskusi guna
mengidentifikasi konsepsi siswa yang selanjutnya dapat dikembangkan
menjadi rimusan, dugaan atau hipotesis.
Pada proses pembelajaran ini guru berperan memberikan dorongan,
bimbingan, motifasi dan memberi arahan agar siswa mau dan dapat
mengemukakan pendapat, ide dan hipotesis. Pendapat, ide dan hipotesis
sebaiknya disajikan secara tertulis. Pendapat atau ide siswa yang berhasil
teridentifikasi mungkin ada yang benar atau mungkin juga ada yang salah.
Apabila konsepsi siswa ini ada yang salah maka dikatakan terjadi salah
konsep (misconception). Namun demikian, guru pada saat itu sebaiknya
tidak memberikan makna, menyalahkan atau membenarkan terhadap
20

konsepsi siswa. Pengujian konsepsi siswa akan dilakukan pada kegiatan


eksperimen oleh siswa sendiri (Sutarman dan Swasono,2003). Pendapat di
atas berdasarkan asas pembelajaran kuantum alami sebelum memberi
nama, yang artinya biarkan siswa melakukan proses eksperimen terlebih
dahulu, kemudian baru menyimpulkan.

b) Pemfokusan
Tahap kedua yaitu tahap pemfokusan atau pengenalan konsep.
Pada tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis melalui
kegiatan labolatorium atau dalam model pembelajaran yang lain. Pada
tahap ini bertugas sebagai fasilitator yang menyangkut kebutuhan sumber,
memberi bimbingan dan arahan, dengan demikian para siswa dapat
melakukan proses sains.
Tugas-tugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat
sedemikian rupa sehingga memberi peluang dan merangsang untuk
menguji hipotesisnya dengan caranya sendiri. Tugas-tugas pembelajaran
yang disusun atau yang dibuat oleh guru hendaknya tidak seratus persen
merupakan petunjuk atau langkah-langkah kerja, tetapi tugas-tugas
haruslah memberikan kemungkinan siswa beraktivitas sesuai dengan
caranya sendiri atau cara yang diinginkannya. Penyelesaian tugas-tugas
dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 2 sampai dengan 4 siswa
sehingga siswa dapat berlatih untuk meningkatkan sikap seperti seorang
ilmuan. Misalnya, pada aspek kerja sama dengan sesama teman sejawat,
membentu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat teman, tukar
pengalaman dan keberanian bertanya.
Dalam kegiatan praktikum siswa dapat berlatih lebih banyak
tentang keterampilan labolatorium, berlatih semua komponen proses sains
yaitu mulai dari mengamati, mengukur, mengendalikan variabel,
menggolongkan membuat grafik, menyimpulkan memprediksi, dan
mengkomunikasikan (Sutarman dan Swarsono, 2003).
21

c) Tantangan
Tahap ketiga yaitu tahap tantangan disebut juga pengenalan
konsep. Setelah siswa memperoleh data selanjutnya menyimpulkan data
dan menulis dalam lembar kerja. Para siswa diminta mempersentasikan
temuannya melalui diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses
tukar pengalaman di antara siswa.
Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide,
kritik, berdebat, menghargai pendapat teman. Pada saat diskusi guru
berperan sebagi moderator dan fasilitator agar jalannya diskusi dapat
terarah. Diharapkan pada akhir diskusi siswa memperoleh kesimpulan dan
pemantapan konsep yang benar. Pada tahap ini terjadi proses kognitif,
yaitu terjadinya proses mental yang disebut asimilasi dan akomodasi.
Terjadi asimilasi apabila konsepsi siswa sesuai dengan konsep benar
menurut data eksperimen, terjadi proses akomodasi apabila konsepsi siswa
cocok dengan data empiris.
Pada tahap ini sebaiknya guru memberikan pemantapan konsep
dan latihan soal. Latihan soal dimaksudkan agar siswa memahami sacara
mantap konsep tersebut. Pemberian soal latihan dimulai dari yang paling
mudah kemudian menjadi sukar (Sutarman dan Swasono,2003). Dengan
soal-soal yang tingkat kesukarannya rendah, sebagian siswa akan mampu
menyelesaikan dengan benar, hal ini akhirnya akan menumbuhkan
motivasi belajar siswa. Sebaiknya, jika langsung diberikan soal yang
tingkat kesukarannya tinggi mak sebagian besar siswa tidak akan mampu
menyelesaikan dengan benar, karena tidak mampu menyelesaikan dengan
benar maka akan dapat menurunkan motovasi belajar siswa.

d) Penerapan
Tahap keempat adalah tahap penerapan. Pada tahap ini siswa
diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep
barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-
hal yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian tugas rumah atau
22

tugas proyek yang dikerjakan siswa di luar jam pertemuan merupakan


bentuk penerapan yang baik untuk dilakukan. Pada tahap ini siswa diberi
banyak latihan-latihan soal. Dengan adanya latihan soal, siswa akan
semakin memahami konsep secara lebih mendalam dan bermakna. Pada
akhirnya konsep yang dipelajari siswa akan masuk kememori jangka
panjang, ini berarti tingkat retensi siswa semakin baik.

2) Penerapan di Kelas
Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran
dapat dijabarkan sebagai beriku:
Tabel 2.1 Penerapan Pembelajaran Generatif di Kelas
No. Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
1. Pendahuluan Memberikan aktivitas Mengekplorasi
melalui demonstrasi/ pengetahuan awal yang
contoh-contoh yang dapat diperoleh dari awal yang
merangsang siswa untuk diperoleh dari
melakukan eksplorasi pengalaman sehari-hari
atau diperoleh dari
pembelajaran sebelumnya
Mendorong dan Mengutarakan ide-ide dan
merangsang siswa untuk merumuskan hipotesis
mengemukakan ide/
pendapat serta merumuskan
hipotesis/
Membimbing siswa untuk Melakukan klasifikasi
mengklasifikasi pendapat pendapat yang telah ada
2. Pemfokusan Membimbing dan Menetapkan konteks
mengarahkan siswa untuk permasalahan, memahami
menetapkan konteks mencermati
23

Tahapan
No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
permasalahan berkaitan permasalahan, sehingga
dengan ide siswa yang siswa menjadi familier
kemudian dilakukan terhadap bahan yang
pengujian. digunakan untuk
mengeksplorasi konsep.
Membimbing siswa Melakukan pengujian,
melakukan proses sains, berpikir apa yang terjadi,
yaitu menguji sesuatu menjawab pertanyaan
berhubungan dengan
konsep. Memutuskan dan
menggambarkan apa yang
ia ketahui tentang kejadian.
Mengklarifikasi ide ke
dalam konsep.
Menginterpretasi respon Mempresentasikan ide ke
siswa. Menginterpretasi dalam kelompok dan juga
dan menguraikan ide siswa. forum kelas ke dalam
diskusi.
3. Tantangan Mengarahkan dan Memberikan pertimbangan
memfasilitasi agar terjadi ide kepada (a) siswa yang
pertukaran ide antar siswa. lain (b) semua siswa dalam
Menjamin semua ide siswa kelas.
dipertimbangkan.
Membuka diskusi.
Mengusulkan melakukan
demonstrasi jika
diperlukan.
24

Tahap
No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
Menunjukan bukti ide Menguji validitas ide/
ilmuan. pendapat dengan mencari
bukti. Membandingkan ide
ilmuan dengan ide kelas.
4. Aplikasi Membimbing siswa Menyelesaikan problem
merumuskan praktis dengan
permasalahan yang menggunakan konsep
sangat sederhana. dalam situasi yang baru.
Membawa siswa Menerapkan konsep baru
mengklasifikasi ide baru. dipelajari dalam berbagai
Membimbing siswa agar konteks yang berbeda.
mampu menggambarkan
secara verbal
penyelesaian masalah.
Ikut terlibat dalam Mempersentasikan
merangsang dan penyelesaian dihadapan
mengkonstribusi ke teman. Diskusi dan debat
dalam diskusi untuk tentang penyelesaian
menyelesaikan masalah. masalah, mengkritisi dan
menilai penyelesaian
masalah. Menarik
kesimpulan akhir.

Dengan tahap-tahap pembelajaran di atas, siswa diharapkan memiliki


pengetahuan, kemampuan serta keterampilan untuk mengkonstruksi
pengetahuan secara mandiri. Dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki
sebelumnya dan menghubungkannya dengan konsep yang dipelajari, akhirnya
siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan baru. Menurut Sutarman dan
25

Suswono (2003), secara garis besar ada tiga langkah-langkah yang dikerjakan
guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Guru perlu melakukan identifikasi pendapat siswa tentang pelajaran yang
dipelajari.
2. Siswa perlu mengeksplorasi konsep dari pengalaman dan situasi
kehidupan sehari-hari dan kemudian menguji pendapatnya.
3. Lingkungan kelas harus nyaman dan kondusif sehingga siswa dapat
mengutarakan pendapatnya tanpa rasa takut dari ejekan, dan kritikan dari
temannya. Dalam hal ini, guru perlu menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan bagi semua siswa.

c. Beberapa Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Generatif


Menurut Anwar Holil, dalam melaksanakan pembeljaran generatif,
dosen perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai
berikut:18
1. Menyajikan demonstrasi untuk menantang intuisi mahasiswa. Setelah
dosen mengetahui intuisi yang dimiliki mahasiswa, dosen
mempersiapkan demonstrasi yang menghasilkan peristiwa yang dapat
berbeda dari intuisi mahasiswa. Dengan melihat peristiwa yang
berbeda dari dugaan mereka maka di dalam pikiran mereka timbul
perasaan kacau (dissonance) yang secara psikologis membangkitkan
perasaan tidak tenteram sehingga dapat memotivasi mereka untuk
mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternatif penjelasan.
2. Mengakomodasi keinginan mahasiswa dalam mencari alternatif
penjelasan dengan menyajikan berbagai kemungkinan kegiatan
mahasiswa antara lain berupa eksperimen/percobaan, kegiatan
kelompok menggunakan diagram, analogi, atau simulasi, pelatihan
menggunakan tampilan jamak (multiple representation) untuk

18
http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pembelajaran-generatif-mpg.html
selasa 01-03-11
26

mengaktifkan mahasiswa dalam proses belajar. Variasi kegiatan ini


dapat membantu mahasiswa memperoleh penjelasan yang cukup
memuaskan.
3. Untuk lebih memperkuat pemahaman mereka maka dosen dapat
memberikan soal-soal terbuka (open-ended questions), soal-soal kaya
konteks (context-rich problems) dan pertanyaan terbalik (reverse
questions) yang dapat dikerjakan secara kelompok.

d. Keunggulan Pembelajaran Generatif


Pembelajaran generatif memikili empat keunggualan, yaitu :
1. Siswa bersifat aktif dalam proses pembelajaran.
2. Kemampuan pemahaman siswa yang tinggi dan rendah akan
meningkat.
3. Meningkatkan hasil belajar tanpa tambahan waktu dan tanpa tambahan
peralatan.
4. Siswa mampu menghasilkan kemampuan metakognisi.19

4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan gabungan dua kata yaitu kata hasil dan
belajar. Hasil adalah perolehan atau sesuatu yang diperoleh dari usaha atau
pikiran. Belajar adalah merupakan suatu proses yang terjadi dalam jiwa
anak karena adanya pengaruh yang diberikan oleh pendidik sehingga
dengan adanya pengaruh ini maka tingkah laku anak mengalami
perubahan.20
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan suatu
puncak proses belajar. Hasil belajar terjadi berkat evaluasi guru. Hasil
belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua

19
Abdi Renaldi. “Pengaruh Pembelajaran Konstruntivisme dengan Strategi Generative Learning
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Senyawa Karbon ” Skripsir (Jakarta: Perpustakaan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UIN Jakarta,2008 ) hal. 38
20
Nurlena Siregar, Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Konsep Gaya Melalui Metode Inquiri
Pada Siswa Kelas VIIIi-3 Smp Negeri 43 Medan. (Jurnal penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika
ISSN 2085-5281, volume 1,No. 1, Juni 2009), h.42
27

dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.21 Dampak pengajaran


yaitu berupa hasil belajaryang dapat diukur melalui tes dan dapat
dituangkan dalam bentuk angka atau skor. Sedangkan dampak pengiring
yaitu berupa pengetahuan, kemampuan, atau keterampilan di bidang lain
yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami belajar.
Gagne mengelompokkan hasil belajar ke dalam lima kategori,
yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
keterampilan motorik, dan sikap. Hasil belajar merupakan kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki seseorang setelah mengikuti pendidikan. Hasil
belajar siswa yang merupakan tujuan pengajaran terdiri dari tiga aspek,
yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut
saling terkait dan bahkan tidak boleh diabaikan dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena muara ketiga aspek kompetensi
tersebut mengarah kepada kecakapan hidup siswa (life skill).22
1. Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar pada aspek kognitif merupakan suatu kemampuan
yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan
masalah. Hasil belajar pada aspek kognitif dibagi kedalam enam jenjang,
yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. 23
a) Ingatan (C1) adalah kemampuan mengenal atau mengingat materi
yang sudah dipelajarai dari yang sederhana sampai pada teori-teori
yang sukar
b) Pemahaman (C2) merupakan kemampuan memahami makna materi.
Aspek ini satu tingkat di aatas pengetahuan dan merupakan tingkat
berpikir yang rendah
c) Penerapan (C3) merupakan kemampuan mengguanakan atau
menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan

21
Dimyati, dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2009) cetakan
keempat, h. 20
22
Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006),
h. 13
23
Moh. Uzer Usman, Menjadi guru Profesional,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 35
28

menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan


kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada pemahaman
d) Analisis (C4) adalah kemampuan menguraikan materi ke dalam
komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu
memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lainnya
sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis
merupakan kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada
aspek pemahaman maupun penerapan
e) Sintesis (C5) adalah kemampuan memadukan konsep atau
komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau
bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif.
Sintesis merupakan kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi
daripada kemampuan sebelumnya
f) Evaluasi (C6) adalah kemampuan memberikan pertimbangan
terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan
tingkat kemampuan berpikir yang tinggi.

2. Hasil Belajar Afektif


Hasil belajar pada aspek efektif merupakan suatu kemampuan yang
berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, minat, dan apresiasi. hasil belajar
pada aspek afektif dirincikan oleh krathwohl dkk, menjadi lima jenjang,
yaitu receving (penerimaan), responding (pemberian respon), valuing
(penilaian), organization (pengorganisasian), characterization
24
(karakteristik).
a) Penerimaan adalah kemampuan untuk memperhatikan
b) Pemberian respon adalah kemampuan untuk memberikan respon
terhadap sesuatu. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara aktif
dalam pembelajaran

24
Ahmad Sofyan, opcit, h. 20
29

c) Penilaian adalah kemampuan untuk mengaitkan diri pada obyek atau


kejadian tertentu dan memberikan reaksi seperti menerima, menolak,
atau tidak menghiraukan.
d) Pengorganisasian berkaitan dengan penyatuan nilai. sikap-sikap yang
berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-
konflik internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu
filsafat hidup
e) Karakteristik berkaitan dengan karakter dan gaya hidup seseorang.
Karakteristik berhubungan dengan ketentuan pribadi, sosial, dan
emosi seseorang.

3. Hasil Belajar Psikomotorik


Hasil belajar psikomotorik merupakan aspek yang berkaitan
dengan keterampilan (skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Dengan merujuk pada klasifikasi
aspek psikomotorik menurut Trowbridge dalam Ahamd Sofyan, aspek
psikomotorik mencakup moving, manipulating, communcating, dan
creating.25
a) Moving
Kategori ini merujuk pada sejumlah gerakan tubuh yang
melibatkan koordinasi gerakan-gerakan fisik. kata kerja operasional yang
dapat digunakan adalah membawa, membersihkan, menempatkan atau
menyimpan.
b) Manipulating
Kategori ini merujuk pada aktifitas yang mencakup pola-pola
yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh, misalnya tangan-jari, tangan-mata. Kata kerja operasional yang
dapat digunakan yaitu merangkai, menimbang, mancampurkan,
mengaduk, mengoperasikan, dan memperbaiki.

25
Ibid, h. 23-26
30

c) Communicating
Kategori ini meruju pada pengertian aktifitas yang menyajikan
gagasan dan perasaan untuk diketahui oleh orang lain. Kata kerja
operasional yang dapat digunakan yaitu mengajukan pertanyaan,
menganalisis, mendeskripsikan, mendiskusikan, mengarang,
menggambar, menjelaskan, membuat grafik, membuat tabel, mencatat,
menulis, dan membuat rancangan.
d) Creating
Kategori ini merujuk pada proses dan kinerja yang dihasilkan
dari gagasan-gagasan baru. Kata kerja operasional yang dapat digunakan
antara lain membuat kreasi, merancang, merencanakan, mensintesis,
menganalisis, dan membangun.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan kemampuan dan keterampilan yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki siswa atau seseorang
setelah mengikuti kegiatan belajar.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar


Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi
dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor
ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu yang belajar.
Faktor-faktor intern meliputi sebagai berikut:
1. Faktor Jasmaniah
Meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Kesehatan adalah
keadaan sehat atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap
belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya
terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan menjaga
kesehatannya.
31

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau


kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat tubuh dapat berupa
buta, tuli, lumpuh dan lain-lain. Cacat tubuh sedikit banyaknya
mempengaruhi belajar seseorang, orang yang memiliki cacat tubuh
biasanya menempuh pendidikan khusus di suatu lembaga yang khusus
menangani cacat tubuh.
2. Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam
faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, yaitu: intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan.
a) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang
baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep
yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya
dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
b) Perhatian
Perhatian menurut Gazali dalam buku Slameto adalah keaktifan
jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu
obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil
belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap
bahan yang dipelajarinya agar tidak terjadi kejenuhan.
c) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap
belajar. Semakin besar minat seseorang dalam belajar maka semakin
besar kemungkinan hasil belajar fisika siswa dapat meningkat dan
sebaliknya.
32

d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan akan
terealisasikan sesudah belajar atau berlatih. Bakat pun merupakan salah
satu unsur yang berpengaruh terhadap belajar siswa
e) Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia atau
hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat
berasal dari dalam diri siswa (motivasi intrinsik) dan dapat pula berasal
dari pengaruh luar (motivasi ekstrensik).26
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
sesorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru.
g) Kesiapan
Kesiapan menurut Jamies Drever dalam Slameto adalah
kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi jika siswa belajar dalam
keadaan siap, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
Selain faktor intern belajar juga dipengaruhi oleh faktor ekstern.
Adapun faktor-faktor ekstern dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu:
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.27
1. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga
2. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah

26
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. 2001),h. 137
27
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi . (Jakarta: Rieneka Cipta. 2010) h. 60
33

3. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa
dalam masyarakat. Pengaruh tersebut dapat berasal dari kegiatan siswa
dalam massyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat.28
Faktor-faktor intern dan ekstern yang telah dijelaskan diatas tidak
dapat diabaikan satu dengan lainnya. Faktor-faktor tersebut satu dengan
lainnya saling mempengaruhi. Maka dari itu seorang guru dapat
memperhatikan siswa dengan pertimbangan faktor-faktor belajar diatas
ketika menganalisis kesulitan belajar siswa. Sehingga ketika siswa
mengalami kesulitan belajar guru dapat bekerja sama dengan pihak-pihak
yang mempengaruhi belajar siswa. Guru pun dapat memahami dan
memaklumi siswa ketika mereka mengalami kesulitan belajar. Guru
dapat memberikan nasihat kepada siswa ketika mereka mengalami
kesulitan belajar berdasaarkan pertimbangan analisis dengan bertanya
kepada siswa tersebut.
Hasil belajar disekolah perlu dinilai oleh seorang guru. Penilaian
hasil belajar siswa merupakan indikator keberhasilan kegiatan belajar
mengajar. Penilaian tersebut pada hakikatnya bertujuan untuk
mengetahui perubahan tingkah laku siswa dan mengetahui tingkat
keberhasilan pengajaran yang dilakukan guru. Secara garis besar tujuan
penilaian hasil belajar adalah:
a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa
dalam kurun waktu proses belajar tertentu
b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seseorang dalam
kelompoknya
c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam
belajar

28
Slameto. Ibid. h. 70
34

d. Untuk mengethui sejauh mana siswa telah mendayagunakan


kapasitas kognitifnya
e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode
mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar
mengajar.29
Selain memiliki tujuan penilaian terhadap hasil belajar juga
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi administratif
b. Fungsi promosi
c. Fungsi diagnostik
d. Sebagai sumber data
e. Sebagai bahan pertimbangan30
Fungi administratif adalah penilaian hasil belajarberfungsi untuk
penyusunan daftar nilai dan pengisian raport belajar siswa. Fungsi
promosi adalah untuk menetapkan apakah siswa tersebut naik kelas atau
tidak, lulus atau tidak. Fungsi diagnostik adalah penilaian berfungsi
untuk mendiagnisis atau mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan
merencanakan program remedial teaching atau perbaikan nilai jika siswa
mendapat nilai yang kurang dari standar nilai. Penilaian berfungsi
sebagai sumber data BP yang dapat memasok data siswa tertentu yang
memerlukan bimbingan dan penyuluhan dari guru BP. Penilaian hasil
belajar berfungsi sebagai bahan pertimbangan pengembangan pada masa
yang akan datang yang meliputi pengembangan kurikulum, metode, dan
media dalam kegiatan belajar mengajar.

5. Cahaya
a. Pengertian Cahaya
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang merambat atau
tanpa zat perantara.31 Kecepatan cahaya merambat pada ruang tanpa ada

29
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. 1999) h. 176-177
30
Ibid, h. 177-178
35

zat antara (ruang hampa) 3 x 108 m/detik. Cahaya terdiri dari satu
gelombang elektromagnetik (monokromatik) atau banyak gelombang
elektromagnetik (polikromatik).
b. Sifat-sifat Cahaya
Cahaya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:32
1. Cahaya merambat lurus.
2. Cahaya dapat menembus benda bening (benda transparan).
3. Cahaya dapat dipantulkan.
4. Cahaya dapat merambat tanpa medium perantara.
c. Hukum Pemantulan Cahaya
Hukum pemantulan cahaya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Pemantulan cahaya pada cermin datar
Permukaan cermin datar sangat halus dan memiliki permukaan yang
datar pada bagian pemantulannya.
Perhatikan gambar di bawah ini:

s s’
h h’

cermin
Gambar: 2.2 Sifat Bayangan pada Cermin Datar
Berdasarkan gambar di atas sifat-sifat cermin datar adalah:
a. Bayangan maya.
b. Tegak seperti benda.
c. Besar bayangan sama dengan besar benda
e. Jarak bayangan sama dengan jarak benda
f. Posisi bayangan menghadap terbalik dengan posisi benda.33

31
Budi Prasodjo, dkk. “Fisika untuk kelas 2 SLTP”. ( Jakarta: Yudhistira 2001), h.97
32
Agus Kartono. “Seribu Pena Fisika untuk SMP/MTS Kelas VIII” (Bandung : Erlangga, 2007), h.
95
33
Agus Kartono, Seribu Pena Fisika untuk SMP/MTs Kelas VIII, (Bandung: Erlangga, 2008), h.
89
36

Jika dua buah cermin datar membentuk sudut α satu sama lain, maka untuk
menghitung jumlah bayangan yang terbentuk dengan menggunakan
rumus di bawah ini:34

= −1 Keterangan:

n = banyak bayangan
α = sudut yang dibentuk antara dua cermin datar
2. Pemantulan cahaya pada cermin cekung
Cermin cekung memiliki sinar-sinat istimewa sebagai berikut:
a. Sinar yang datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui
titik fokus.
b. Sinar datang melalui titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama.
c. Sinar datang melalui titik pusat kelangkungan cermin (M)
dipantulkan melalui sinar itu pula.35
Hubungan antara jarak benda (s) dan jarak bayangan (s’) akan
menghasilkan jarak fokus (f), hubungan tersebut secara matematis
dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:

1 1 1
= +

Keterangan:
f : jarak fokus (m)
s : jarak benda (m)
s’ : jarak bayangan (m)
3. Pemantulan cahaya pada cermin cembung
Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung sebagai berikut:
a. Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama, dipantulkan
seolah-olah dari titik fokus (F).
b. Sinar datang menuju titik F, dipantulkan sejajar sumbu utama.

34
Budi Prasodjo, dkk, Fisika untuk Kelas 2 SLTP, (Jakarta: Yudhistira, 2001), h. 102
35
Sumarwan, dkk, IPA SMP untuk Kelas VIII, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 184
37

c. Sinar datang menuju titik M, dipantulkan melalui sinar itu pula.


Benda yang diletakan di depan cermin cembung akan selalu
menghasilkan bayangan di belakang cermin dengan sifat maya,
sama tegak, dan diperkecil.36
d. Pembiasan cahaya
Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan cahaya yang merambat
dari suatu medium ke medium yang lain yang masing-masing memiliki
indeks bias berbeda.37 Indeks bias merupakan perbandingan kelajuan
cahaya di ruang hampa c (c = 30 x 105 m/s) dan kelajuan cahaya di suatu
medan v. dapat dilihat seperti rumus di bawah ini:
= Keterangan:

n = indeks bias zat


c = kecepatan cahaya di ruang hampa
v = kecepatan cahaya pada suatu zat
e. Lensa
Lensa dibedakan menjadi enam macam, yaitu lensa cembung rangkap
(bikonveks), lensa cembung datar (plan konveks), lensa cembung-cekung
(konkaf-konveks), lensa cekung rangkap (bikonkaf), lensa cekung datar
(plan konkaf), dan lensa cekung-cembung (konveks-konkaf).38
1. Lensa Cembung (Bikonveks)
Lensa cembung memiliki sinar istimewa sebagai berikut:
1) Sinar yang datang sejajar sumbu utama, dibiaskan melalui titi
fokus.
2) Sinar datang melalui titik fokus, dibiaskan sejajar sumbu utama.

36
Saeful Karim, dkk, Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar, (Jakarta: CV Valencia,
2008), h. 288
37
Agus Kartono, Seribu Pena Fisika untuk SMP/MTs Kelas VIII,(Bandung: Erlangga, 2008), h.
103
38
Op.cit, h. 295
38

3) Sinar datang melalui titik pusat bidang lensa, tidak dibiaskan.


Seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar: 2.4 Pembiasan Cahaya oleh Lensa Cembung


2. Lensa cekung
Untuk melukis pembiasan cahaya dapat menggunakan tiga macam
sinar istimewa, yaitu:
1) sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal
dari titik fokus.
2) Sinar datang menuju titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama.
3) Sinar datang melalui titik pusat bidang lensa (O) tidak
dibiaskan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Tika dalam
penelitiannya yang berjudul “ Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif
Perbaikan Kesalahan Konsepsi dalam Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa
Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja” menyimpulkan bahwa 77% yang
memberikan respon dan sikap positif terhadap model pembelajaran generatif.39
Pada penelitian yang berjudul “ Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika
di SMUN 3 Singajara melalui Implementasi Pembelajaran Generatif” oleh IB
Putu Mardana menyatakan bahwa hasil analisis terhadap jawaban tes
diagnostik siswa pada siklus II yang manyangkut medan magnet magnetik,
terintifikasi adanya beberapa kesalahan konsep siswa sekitar 45-95 %. Namun
setelah pembelajaran, secara umum terjadi penurunan miskonsepsi sekitar 75-

39
I Ketut Tika, Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif Perbaikan Kesalahan Konsepsi Dalam
Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, (Aneka
Widya IKIP Negeri Singaraja, No. 3 Th. XXXIV, Juli 2001), hal. 44
39

65%. Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban tes hasil belajar siswa pada
siklus II, ditemukan bahwa rata-rata hasil belajar siswa sebelum pembelajaran
4,24 (kurang), sesudah pembelajaran 7,2 (lebih dari cukup), dengan gain skor
sebesar 3,02. daya serap sebesar 72% dan ketuntasan belajat siswa 84%.40
Menurut I Ketut Tika pada penelitian yang berjudul “ Efektivitas Model
Belajar Generatif dalam Pembelajaran Fisika pada Siswa SMU Negeri di
Singaraja” menyatakan bahwa model belajar generatif secara signifikan lebih
efektif daripada model belajar konvensional dalam meningkatkan hasil belajar
siswa.41
Sedangkan menurut I Wayan Redhana dan I Dewa Ketut Sastrawidana
dengan penelitiannya yang berjudul “ Pembelajaran Generatif Dengan Strategi
Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar
II” menyatakan bahwa pembelajaran generatif merupakan pembelajaran sains
yang bertolak dari filosofi belajar konstruktivisme dimana pebelajan
mengkonstruksi pengetahuan sainsnya sendiri dalam lingkungan belajar yang
konstruktivisme.42

C. Kerangka Berpikir
Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru harus mampu
menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki oleh
siswa. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran fisika di sekolah, siswa
harus diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri tentang apa yang
dipelajari dengan mengkaitkan pengetahuan awal yang telah siswa miliki.
Selain itu, siswa harus berinteraksi dengan siswa lain yang ada di dalam kelas,
misalnya dengan diskusi kelompok. Interaksi ini harus berlangsung secara
berkesinambungan sehingga guru tidak mendominasi dalam kegiatan

40
IB. Putu Mardana, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3 Singaraja Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (Aneka Widya IKIP Negeri Singaraja, No. 2 Th.
XXXIV, April 2001), hal. 55
41
I Ketut Tika, Efektivitas Model Belajar Generatif dalam Pembelajaran Fisika Pada Siswa SMU
Negeri di Singaraja, (Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 4 Th. XXXIII, Oktober 2000), hal. 38
42
I Wayan Redhana dan I Dewa Ketut Sastrawidana, Pembelajaran Generatif Dengan Strategi
Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar II, (Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singajara, No. 1 Th. XXXVI, Januari 2003) hal. 93
40

pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini akan memberikan kesempatan


kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang
dimilikinya dalam mengomunikasikan ide atau gagasannya masing-masing.
Model Pembelajaran Generative Learning merupakan suatu model
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dengan
menggunakan model pembelajaran Generative Learning yang terdiri dari
tahap eksplorasi, pemfokusan, tantangan dan aplikasi, guru mendorong siswa
untuk menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dengan cara siswa
berperan aktif dalam menemukan konsep materi pembelajaran bersama
kelompoknya tanpa pembelajaran langsung dari guru. Sehingga guru bukanlah
sumber utama pengetahuan, tetapi guru berperan sebagai motivator dan
fasilitator.
Dengan menggunakan model pembelajaran Generative Learning
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan pada akhirnya akan
meningkatkan hasil belajar siswa. Secara grafis, peneliti menggambarkan
kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:
41

Hasil belajar fisika siswa rendah

Proses pembelajaran

Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran


Genertive Learning melalui empat tahap yaitu:
1. Eksplorasi
2. Pemfokusan
3. Tantangan
4. Aplikasi

Hasil belajar fisika siswa menjadi lebih baik melalui empat


tahapan penilaian kognitif dari C1 sampai C4 yaitu:
6. Mengingat (C1)
7. Memahami (C2)
8. Mengaplikasikan (C3)
9. Menganalisis (C4)
Gambar
10. Menganalisis (C4)2.5: Kerangka Berpirkir

D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapatlah ditarik sebuah kesimpulan
dan sekaligus diputuskan untuk diadikan hipotesis penelitian yang dirumuskan
sebagai berikut :
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan peranan model pembelajaran
generatif (Generative Learning) terhadap hasil belajar fisika siswa
pada konsep cahaya.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan peranan model pembelajaran
generatif (Generative Learning) terhadap hasil belajar fisika siswa
pada konsep cahaya.
42

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di SMP Math’laul Anwar yang berlokasi di
Jalan Raya Mauk Km 16 Ds. Buaran Jati Tangerang. Dan waktu pelaksanaan
penelitian dilaksanakan pada semester genap.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian quasi
ekperimen, yaitu metode penelitian yang mempunyai kelompok kontrol tetapi
tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar
yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Untuk pelaksanaan penelitian
ini diperlukan dua kelompok yang diberi perlakuan berbeda. Kelompok
pertama adalah kelompok yang diajar menggunakan model pembelajaran
Generative Learning (kelas eksperimen) dan kelompok kedua diajarkan
dengan model pembelajaran konvensional (kelas kontrol).
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (variabel X)
dan variabel terikat (variabel Y). Variabel bebas penelitian ini adalah model
pembelajaran Generative Learning sedangkan variabel terikat penelitiannya
adalah penguasaan konsep fisika siswa.

C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control
Group Design.2 Rancangan ini terdiri atas dua kelompok yang keduanya
ditentukan secara acak. Sebelum dilakukan penelitian kedua kelompok
diberikan tes awal (Pretest) dan setelah dilakukan penelitian kedua kelompok
diberikan tes akhir (Postest), untuk lebih jelasnya rancangan penelitian
tersebut dinyatakan dalam tabel berikut:

1
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2006), h. 77
2
Ibid., h. 79

42
43

Tabel 3.1 Desain Penelitian


Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen Y1 X1 Y2
Kontrol Y1 X2 Y2

Keterangan:
Y1 : tes awal (pretest) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Y2 : tes akhir (posttest) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
X1 : perlakuan model pembelajaran Generative Learning
X2 : perlakuan pembelajaran dengan metode konvensional.

D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Tahapan Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan penyusunan RPP dan LKS sesuai
dengan materi pokok yang telah ditentukan, menyusun instrumen
penelitian dan melakukan uji coba instrumen serta mengolah data hasil uji
coba instrumen yang nantinya akan dipakai untuk pretest dan posttest.

2. Tahap Pengambilan Data


Tahapan ini dimulai dengan memberikan pretest pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan awal
siswa terhadap konsep fisika yang akan dipelajari, sebelum
dilaksanakannya pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan
memberikan perlakuan berupa proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran generatif (generative learning) sesuai dengan RPP
yang telah dibuat.
Setelah pembelajaran selesai, maka diadakan posttest, untuk
mengetahui kemampuan siswa setelah dilakukan kegiatan pembelajar,
44

serta untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelompok


eksperimen dan kelompok kontrol.
3. Tahapan penyelesaian
Pada tahapan penyelesaian peneliti melakukan pengolahan data
dan penganalisisan data hasil penelitian serta menguji hipotesis penelitian
sampai pada penarikan kesimpulan.
Agar lebih mudah dipahami, berikut penulis menyajikan prosedur
penelitian dalam bentuk bagan:

Tahap Persiapan

Uji Coba
RPP dan Instrumen Instrumen
LKS Penelitian

Revisi
Instrumen

Pretest
Instrumen
Fix
Pelaksanaan Pembelajaran

Posttest

Analisis Data

Pembahasan

Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.1: Alur Prosedur Penelitian


45

D. Populasi dan Sampel


Populasi adalah seluruh subjek penelitian.3 Populasi target dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Mahtla’ul Anwar Tangerang
sebanyak 336 siswa. Sedangkan, populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa
kelas VIII SMP Mahtla’ul Anwar Tangerang.
Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti.4 Sedangkan teknik
pengambilan sampel bertujuan atau purposive sample yaitu memilih subjek
bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tertentu.5 Dan kelas yang
tepilih sebagai kelas eksperimen adalah VIII-A sebanyak 28 siswa dan kelas
kontrol adalah VIII-B sebanyak 28 siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data


Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pretest dan posttest.
Pretest adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk seberapa besar
pengetahuan awal siswa sebelum penerapan model pembelajaran generatif.
Sedangkan posttest adalah tes hasil belajar sesudah pembelajaran menggunakan
model pembelajaran generatif untuk mengetahui penguasaan konsep fisika
siswa.

G. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Hasil Belajar
Tes yang digunakan adalah tes objektif berupa soal uraian tentang
konsep cahaya. Jumlah butir soal yang diberikan kepada siswa sebanyak
10 butir soal. Soal-soal berbentuk esai ini menuntut kemampuan siswa
untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-
pengertian yang telah dimiliki. Dengan kata lain tes esai menuntut siswa

3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta : PT Rineka Cipta),
h. 108
4
Ibid., h. 109
5
Ibid., h. 117
46

untuk mengingat-ingat dan mengenal kembali serta harus mempunyai daya


kreativitas yang tinggi.6

2. Analisis Butir Soal Instrumen


Instrument adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data
penelitian. Instrument utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen tes yang berupa essay sebanyak 10 soal.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian


No. Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah
1. Melakukan pengamatan 1(1A) 3(2A) 2
tentang perambatan
cahaya
2. Menyelidiki hukum 5(3A) 7(4A) 2
pemantulan
cahaya
3. Menyelidiki sifat-sifat dan 10(5B) 11(6A) 2
Pembentukan bayangan
pada cermin
4. Menerapkan hubungan 13(7A) 16(8B) 2
persamaan hukum
pembiasan cahaya
5. Mendeskripsikan 18(9B) 20(10B) 2
pembentukan dan
Sifat – sifat bayangan pada
lensa
Jumlah 3 2 3 2 10

6
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara.2009) h. 162
47

Sebelum diberikan kepada sampel, soal tersebut terlebih dahulu


diujicobakan pada siswa kelas IX SMP Mahtla’ul Anwar Tangerang. Uji
coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut lebih
memenuhi persyaratan seperti uji validitas, uji reabilitas, tingkat kesukaran
dan daya pembeda.

a. Uji Validitas
Validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran,
kesahihan, atau keabsahan. Sebuah tes dikatakan telah memiliki
‘validitas’ apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, shahih atau
absah telah dapat mengungkapkan atau mengukur apa yang seharusnya
diungkapkan atau diukur lewat tes tersebut. Jadi, tes hasil belajar
dinyatakan valid apabila tes hasil belajar tersebut (sebagai alat
pengukur keberhasilan belajar peserta didik) dengan secara tepat, benar,
shahih atau absah telah dapat mengukur atau mengungkapkan hasil
belajar yang telah dicapai oleh peserta didik, setelah mereka menempuh
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Suatu alat pengukur dikatakan alat pengukur yang valid apabila
alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secara
tepat. Cara yang digunakan untuk mengukur validitas soal dalam
penelitian ini menggunakan rumus product moment person sebagai
berikut:7
NXY  X Y 
rxy 
NX 2

 X  NY 2  Y 
2 2

Keterangan :
N : banyaknya peserta tes
X : skor butir soal
Y: skor total
rxy : koefesien relasi antara variabel X dan Y

7
Ibid, h. 72
48

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka


hasil perhitungan dengan koefisien korelasi (rhitung) dapat
dikonsultasikan ke rtabel hasil korelasi product moment dengan melihat
derajat kebebasan (n-nr). Jika rhitung > rtabel maka item soal tersebut
valid, dan jika rhit < rtab maka item soal tersebut tidak valid. Dari 20 soal
yang diujicobakan, 16 soal yang valid, yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
10, 11, 13, 16, 17, 18, 19 dan 20.8 Dari 16 soal yang valid 10 soal yang
akan digunakan sebagai instrumen penelitian adalah 1, 3, 5, 7, 10, 11,
13, 16, 18 dan 20.

b. Uji Reabilitas
Reabilitas diartikan ajeg atau tetap.9 Reabilitas adalah penilaian
ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam nilai apa yang dinilainya.
Sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan reabel apabila hasil-hasil
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara
berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukan hasil
yang tetap sama atau sifatnya ajeg atau stabil. Reabilitas yang
digunakan untuk mengukur tes hasil belajar bentuk uraian
10
menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu:

 n   b 
2

r11   1  2 
 n  1  t 

Keterangan:
r11 : reabilitas instrumen
n : banyaknya pertanyaan
∑δ b2 : jumlah varians butir

8
Perhitungan lengkap hasil validitas instrument tes dapat dilihat pada lampiran B.4, h. 111
9
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.(Jakarta: BumiAksara,2007), hal. 86
10
Ibid, hal. 109
49

δt2 : varians total


Adapun klasifikasi interpretasi untuk reliabilitas soal yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3
Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas Soal

Indeks Reliabilitas Klasifikasi


0,80 < ≤ 1,00 Sangat baik
0,60 < ≤ 0,80 Baik
0,40 < ≤ 0,60 Cukup
0,20 < ≤ 0,40 Rendah
0,00 < ≤ 0,20 Sangat rendah

Dari 16 soal yang valid kemudian dihitung reliabilitas butir


soal dan diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,8157 dengan kriteria
reliabilitas tinggi.11

c. Uji Taraf Kesukaran


Untuk memperoleh kualitas soal yang baik, disamping
memenuhi validitas dan reliabilitas juga harus memiliki keseimbangan
tingkat kesukaran soal. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah
adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara
proporsional. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
juga tidak terlalu sukar.12
Uji taraf kesukaran soal dengan menghitung indeks besarnya.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui soal-soal tersebut mudah, sedang
dan sukar. Untuk itu digunakan rumus sebagai berikut:
B
P
JS

11
Perhitungan lengkap reabilitas instrument dapat dilihat pada lampiran B.5, h. 112
12
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 207.
50

Keterangan:
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi Indeks Kesukaran:
IK : 0,00 – 0,30 = sukar
0,31 – 0,70 = sedang
0,71 – 1,00 = mudah13

Berdasarkan perhitungan uji taraf kesukaran butir soal


diketahui dari 10 soal yang akan digunakan sebagai instrumen
penelitian terdapat 7 soal dengan kategori sedang, yaitu nomor 1, 6, 7,
10, 11, 16, 17 serta terdapat 13 soal dengan kategori sukar, yaitu soal
nomor 2, 3, 4, 5, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 18, 19, dan 20.14

d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).15 Rumus yang digunakan
adalah:

BA BB
D   PA  PB
JA JB

13
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya),
h. 137
14
Perhitungan lengkap uji taraf kesukaran saol dapat dilihat pada lampiran B. 6, h. 113
15
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) hal. 211.
51

Keterangan:
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
JA = banyaknya peserta pada kelompok atas
JB = banyaknya peserta pada kelompok bawah16
Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda tiap butir
soal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4
Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Klasifikasi
DP 0,00 Sangat kurang
0,00 < DP≤ 0, 20 Kurang
0,20 < DP≤0,40 Cukup
0,40< DP ≤ 0,7 Baik
0,70 <DP≤1, 00 Sangat baik

Berdasarkan hasil uji daya pembeda soal diketahui bahwa


terdapat 3 soal dengan kategori cukup, yaitu soal nomor 16, 17 dan 20.
Dan terdapat 17 soal dengan kategori jelek, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, dan 19.17

H. Teknik Analisis Data


Setelah data terkumpul dilakukan analisis data dengan langkah-langkah
sebagai berikut:

16
Suharsimi, Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) h.213-
214
17
Perhitungan selengkapnya hasil daya pembeda dapat dilihat pada lampiran B.7, h. 114
52

1. Uji Prasyarat Analisis Data


Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan
pengujian prasyarat analisis data sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi
normal atau tidak, uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors,
yaitu sebagai berikut:
Xi  X
Z
S

Dengan:
Z : Simpangan baku untuk kurva normal standar.
Xi : data
X : rata-rata data tunggal
S : simpangan baku
Kriteria pengujiannya adalah:
a) apabila Lhitung < Ltabel, maka sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
b) apabila Lhitung ≥ Ltabel, maka sampel tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi homogen (sama) atau tidak. Mengukur homogenitas apa
dasarnya adalah memperhitungkan dua sumber kesalahan yang
muncul pada tes yang direncanakan. Uji homogenitas yang digunakan
adalah uji Fisher, yaitu sebagai berikut:
53

n xi   xi 
2 2 2
S1 Variansbesar
F  18
di mana S 
2

S2
2
Varianskecil nn  1

Kriteria pengujiannya adalah:


a) Apabila Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, yang berarti varians kedua
populasi homogen.
b) Apabila Fhitung ≥ Ftabel, H0 ditolak, yang berarti varians kedua
populasi tidak homogen.

2. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan Uji t (parametrik), jika tidak
normal dan homogen manggunakan uji nonparametrik. Uji t dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Jika variansi populasi heterogen

X  X2
t hitung 
2 2
S1 S
 2
n1 n2

b. Jika variansi populasi homogen

X1  X 2
t hitung 
1 1
Sg 
n1 n2

(n1  1) S1  (n 2  1) S 2
2 2

Dengan Sg =
n1  n 2  2

18
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 249
54

Keterangan:
X 1 : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
model pembelajaran generatif (kelompok eksperimen)
X 2 : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional (kelompok kontrol)
S12 : Variansi kelompok eksperimen
S22 : Variansi kelompok kontrol
n1 : Jumlah siswa kelompok eksperimen
n2 : Jumlah siswa kelompok kontrol
Sg : Nilai deviasi standar gabungan (standar deviasi)

I. Hipotesis Statistik
Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:
Ho : µ x = µ y
Ha : µ x > µ y

Keterangan:
H0 : Hipotesis nihil
Ha : Hipotesis alternatif
µx : Nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa sesudah diajar dengan
menggunakan model pembelajaran generative learning.
µy : Nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum menggunakan model
pembelajaran generative learning.
55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan pada kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol. Peneliti memberikan perlakuan yang
berbeda kepada kedua kelompok tersebut. Kelompok eksperimen belajar dengan
menggunakan model pembelajaran generatif (generative learning), sedangkan
kelompok kontrol belajar dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Sebelum memberikan perlakuan kepada kedua kelompok, peneliti
memberikan pretest terlebih dahulu, sehingga kesamaan kemampuan awal kedua
kelompok penelitian dapat diketahui. Soal pretest terdiri dari 10 butir soal essay.
Setelah kedua kelompok diberikan perlakuan (pembelajaran) yang berbeda,
peneliti memberikan posttest dengan soal yang sama pada soal pretest. Soal
pretest maupun soal posttest yang diberikan merupakan instrument tes yang
sebelumnya telah diuji kelayakannya berupa uji validitas, reabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda, sehingga instrumen tersebut layak digunakan untuk
mengukur pengusaan konsep fisika siswa pada ranah kognitif C1 (mengetahui)
sampai C4 (menganalisis) berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi.
Hasil posttest akan dianalisis untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengeruh model pembelajaran generatif (generative learning) terhadap hasil
belajar fisika siswa. Berikut ini adalah hasil perolehan hasil belajar yaitu pretest
dan posttest yang didapat dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, serta
hasil pengujian prasyarat analisis data hasil belajar dan hasil pengujian hipotesis.

55
56

1. Hasil pretest dan posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol


Berdasarkan hasil perhitungan pretest dan posttest kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol yang terdiri dari 28 siswa, disajikan dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 4.1 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran
Data Hasil Pretest – Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


Data
pretest posttest pretest posttest
Nilai 57,50 95,00 47,50 85,50
Tertinggi
Nilai 17,50 50,00 15,00 40,00
Terendah
Mean 25,50 73,50 32,50 61,20
Median 45,00 72,14 32,75 52,30
Modus 22,04 49,50 14,50 45,10

Berdasarkan dari tabel di atas, ukuran dan pemusatan data hasi pretest
untuk kelompok eksperimen yaitu: skor terbesar 57,50 dan skor terkecil 17,50,
rata-rata (mean) sebesar 25,50, median sebesar 45,00, modus sebesar 22,04. Untuk
kelompok kontrol diperoleh skor terbesar 47,50 dan skor terkecil diperoleh
sebesar 15,00, rata-rata (mean) sebesar 32,50, median sebesar 32,75, modus
sebesar 14,50.

Dari tabel di atas ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil posttest
untuk kelompok eksperimen yaitu: skor tertinggi sebesar 95,00, dan skor terkecil
yaitu 50,00, rata-rata (mean) 73,50, median sebesar 72,14, modus sebesar 49,50.
Untuk kelompok kontrol diperoleh skor terbesar 85,50 dan skor terkecil 40,00,
rata-rata (mean) 61,20, median sebesar 52,30 modus sebesar 45,10.
57

Berikut merupakan grafik perolehan nilai rata-rata hasil pretest tiap aspek
hasil belajar pada ranah kognitif untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.

60
51.60 50.00
50 44.60
N 40 37.95
i 30.00 30.00
26.79
l 30
a 20
i 11.60
10

0
Mengingat (C1) Memahami (C2) Mengaplikasikan Menganalisis (C4)
(C3)

Ranah Kognitif
Eksperimen Kontrol

Grafik 4.1 Nilai Rata-rata tiap Aspek Hasil Belajar


Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Dari di atas diketahui bahwa pada aspek hasil belajar mengingat (C1),
nilai rata-rata pretest untuk kelompok eksperimen adalah 51,60 dan kelompok
kontrol adalah 50,00. Pada spek hasil belajar memahami (C2) diperoleh nila rata-
rata pretest kelompok eksperimen dan kontrol adalah 44,60 dan 37,95. Untuk
aspek hasil belajar mengaplikasikan (C3) diperoleh nilai rata-rata pretest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama sebesar 30,00. Pada aspek hasil
belejar menganalisis (C4) diperoleh nilai rata-rata pretest untuk kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 26,79 dan 11,60.

Berikut merupakan grafik perolehan nilai rata-rata hasil posttest tiap


aspek hasil belajar pada ranah kognitif untuk kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
58

100 92.31
90 82.14
78.85
80
66.96
70 62.50
N 60 54.02
i 45.54 46.43
50
l
a 40
i 30
20
10
0
Mengingat (C1) Memahami (C2) Mengaplikasikan Menganalisis (C4)
(C3)

Ranah Kognitif
Eksperimen Kontrol

Grafik 4.2 Nilai Rata-rata tiap Aspek Hasil Belajar


Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Dari grafik di atas diketahui bahwa aspek hasil belajar pada ranah kognitif
C1 (mengingat),nilai rata-rata posttest untuk kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol sebesar 92,31 dan 78,85. Pada ranah kognitif C2 (memahami) diperoleh
rata-rata posttest untuk kelas eksperimen sebesar 54,02 dan kelas kontrol yaitu
45,54. Pada ranah kognitif C3 (mengaplikasikan) diperoleh nilai rata-rata posttest
kelas eksperimen sebanyak 62,50 dan kelas kontrol sebesar 46,43. Untuk
penguasaan konsep pada ranah kognitif C4 (menganalisis) diperoleh nilai rata-rata
posttest kelas eksperimen sebesar 82,14 dan kelas kontrol sebesar 66,96.

Berikut disajikan tabel rekapitulasi nilai rata-rata tiap aspek hasil belajar
hasil pretest dan posttest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
59

Tabel 4.2 Nilai Rata-rata Tiap Aspek Hasil Belajar


Hasil Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Niliai Rata-rata
Aspek
Pretest Posttest
Penguasaan
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
Konsep
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Mengingat (C1) 51,60 50,00 92,31 78,85
Memahami (C2) 44,60 37,95 54,02 45,54
Mengaplikasikan 30,00 30,00 62,50 46,43
(C3)
Menganalisis 26,79 11,60 82,14 66,96
(C4)

2. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data Penguasaan Konsep


Sebelum melakukan ui hipotesis menggunakan uji-t, terlabih
dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang
digunakan adalah uji lilifors. Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu
data berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Jika Lhitung < Ltabel berarti data berdistribusinormal
Jika Lhitung > Ltabel berarti data tidak berdistribusi normal
60

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest

Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Eksperimen Kontrol
Statistik
Pretest Posttest Pretest Posttest
N 28 28 28 28
X 33,2 73,5 32,5 61,2
S 3,06 12,41 6,96 73,60
Lhitung 0,1208 0,1271 0,1475 0,1490
Ltabel 0,161 0,161 0,161 0.161
Kesimpulan normal normal normal normal

Dari tabel hasil uji normalitas di atas dapat disimpulkan bahwa


data hasil pretest maupun posttest kedua kelompokm berdistribusi normal
karena memenuhi kriteria yaitu Lhitung < Ltabel.

b. Uji Homogenitas
Setelah kedua kelompok dinyatakan berdistribusi normal,
selanjutkan dilakukan pengujian homogenitas. Pengujian homogenitas
diakukan untuk mengetahui apakah data penelitian memiliki varians yang
homogeny atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan
berdasarkan uji kesamaan varians kedua kelas, menggunakan ujin Fisher
pada taraf signifikansi (α) = 0,05 dengan criteria pengujian yaitu: jika
Fhitung < Ftabel maka data dari kedua kelompok mempunyai varians yang
sama atau homogen.
61

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Data Ptetest-Posttest


Pretest Posttest
Statistik
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
S2 9,39 84,57 154,07 200,7
Fhitung 0,0609 0,4214
Ftabel 1,905 1,905
Kesimpulan Homogen Homogen

dari tabel di atas, untuk data pretest didapat Fhitung = 0,0609 dan
data posttest didapat Fhitung = 0,4214, sedangkan Ftabel = 1,905. Dari kedua
data tersebut didapatkan Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa data
hasil belajar dari kedua sampel tersebut mempunyai varians yang sama
atau homogen.

3. Hasil Pengujian Hipotesis


Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data hasil
belajar kedua kelompok penelitian ini berdistribusi normal dan homogen,
sehingga hasil pengujian data kedua kelompok dilanjutkan pa analisis data
berikutnya, yaitu: uji hipotesis menggunakan uji “t” dengan kriteria pengujian,
yaitu jika thitung < ttabel maka HO diterima, Ha ditolak. Jika thitung > ttabel maka HO
ditolak, Ha diterima.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh thitung untuk nilai pretest sebesar
0,438 dan thitung nilai posttest sebesar 3,846. Pada taraf signifikansi (α) 0,05
dan dk = 54, diperoleh nilai ttabel = 0.999. berikut ini adalah tabel pengujian
hipotesis data hasil belajar.
62

Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis

Pretest Posttest
Statistik
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
N 28 28 28 28
X 33,28 32,50 73,50 61,20
S2 9,39 84,57 154,07 200,7
thitung 0,438 3,846
ttabel 0,999 0,999
Keputusan Tidak terdapat perbadaan Terdapat perbedaan

Berdasarkan tabel di atas, pada nilai pretest tampak bahwa thitung < ttabel
yaitu 0,438 < 0,999 sehingga hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis
alternative (Ha) ditolak. Maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
hasil pretest kelas VIII. A sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII.B
sebagai kelompok kontrol. Dengan demikian kedua kelas memiliki
kemampuan awal yang sama sebelum diterapkan model pembelajaran
generatif dengan model konvensional.

Pada tabel di atas, nilai posttsest kedua kelompok setelah diberikan


perlakuan yang berbeda yaitu didapat hasil thitung > ttabel yaitu 3,846 > 0,999
sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Dengan diterimanya Ha pada pengujian hipotesis tersebut, dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini dapat menguji kebenaran hipotesis yaitu terdapat
pengaruh penggunaan model pembelajaran generatif (generative learning)
terhadap hasil belajar fisika siswa. Hal tersebut menunjukan rata-rata hasil
belajar fisika kelompok eksperimen lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar
fisika kelompok kontrol.
63

B. Pembahasan
Berdasarkan analisis data nilai posttest menggunakan uji t, diperoleh
thitung lebih besar dari ttabel yaitu 3,846 > 0,999, dengan menggunakan taraf
signifikan 0.05, artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran generatif (generative
learning) berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa. Hal ini ditunjukan pada
rata-rata skor hasil belajar fisika pada kelompok eksperimen yang menggunakan
model pembelajran generatif lebih baik dari pada kelompok kontrol yang hanya
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian sebelumnya, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Putu Mardana yang menyatakan bahwa rata-rata
hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran generatif lebih
tinggi dari siswa yang diajarkan menggunakan model konfensional. Ini terlihat
dari rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajarkan sesudah menggunakan
model pembelajaran generatif, yaitu sebesar 7,2 sedangkan rata-rata hasil belajar
fisika yang sebelum menggunakan model pembelajaran generatif, yaitu sebesar
4,24.1 Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Tika yang menyatakan bahwa
siswa SMUN Singaraja hasil belajarnya lebih efektif dengan menggunakan model
pembelajaran generatif dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional.2
Dilihat berdasarkan grafik jenjang kognitif, diketahui jenjang kognitif
yang dominan dikuasai siswa pada kelas eksperimen adalah jenjang kognitif C1
(mengingat), yaitu sebesar 92,31 dan kelas kontrol sebesar 78,85. Hal tersebut
terjadi karena siswa lebih menguasai konsep mengingat materi sesuai dengan
pengalaman yang mereka alami, karena pada dasarnya pembelajaran generatif
adalah model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara afektif

1
IB Putu Mardana, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMUN 3
Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (Aneka Widya
IKIP Negerisingaraja, No.2 Th. XXXIV, April 2001), hal. 55
2
I Ketut Tika, Efektivitas Model Belajar Generatif dalam Pembelajaran Fisika
Pada Siswa SMU Negeri di Singaraja, (Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 4 Th.
XXXIII, Oktober 2000), hal. 38
64

pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa


sebelumnya. Namun pada jenjang kognitif C2 (memahami) kelas eksperimen
lebih rendah dibandingkan jenjang kognitif yang lainnya. Hal tersebut terjadi
karena siswa kurang memahami konsep cahaya dikarenakan adanya kurang
pengkonstrukan pengetahuan awal siswa pada saat proses pembelajaran. Sehingga
siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep cahaya.
Model pembelajaran generatif merupakan suatu model belajar mengajar
yang bermanfaat dengan mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan
yang berbeda-beda ke dalam kelompok - kelompok kecil, sehingga siswa tidak
lagi tergantung pada guru. Dalam proses pelaksanaan proses belajar mengajar
guru tidak menjadi sumber belajar, tetapi guru berperan sebagai fasilitator,
pengelola, demostator, bembimbing dan juga sebagai motivator.
Selain itu, model pembelajaran generatif adalah suatu model
pembelajaran yang bermanfaat. Penerapan pembelajaran generatif (generative
learning) ini dapat memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi
penegetahuannya sendiri dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dalam
pembelajaran generatif, siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengemukakan pertanyaan maupun mengutarakan pendapatnya tanpa mendapat
tekanan dari manapun maupun dari guru. Siswa juga dapat bekerja seperti
ilmuwan yakni melakukan eksperimen, menyimpulkan, mendemonstrasikan dan
mendiskusikan hasil eksperimen. Sehingga proses pembelajaran yang dialami
siswa lebih bermakna.
Model pembelajaran dapat direalisasikan dengan penerapan suatu tahapan
pembelajaran.3 Terdapat beberapa tahapan dalam model pembelajaran generatif,
menurut Osborne dan Cosgrove ada empat tahapan pembelajaran melalui model
pembelajaran generatif yaitu: tahapan eksplorasi, tahapan pemfokusan, tahapan
tantangan dan tahapan penerapan.4

3
Rusman, Modelmodel Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru,
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2011), h. 32
4
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kotemporer, (Jakarta:Npt
Bumi Akrasa), h. 177
65

Pada prinsipnya, model pembelajaran generatif (generative learning)


proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, dengan
mengikutsertakan dalam melakukan eksperimen. Supaya siswa memiliki
kreatifitas dan ide-ide yang inovatif, eksperimen yang dilakukan dalam
pembelajaran ini dirancang sesederhana mungkin baik dari segi proses maupun
alat peraga yang digunakan. Dengan demikian siswa tidak merasa bosan, sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran
generatif (generative learning) dapat dijadikan sebagai alternatif dalam
pembelajaran IPA, khususnya fisika. Selain itu, berdasarkan perhitungan analaisis
data telah terbukti bahwa penerapan model pembelajaran generatif (generative
learning) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika
siswa.
66

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran
generatif (generative learning) terhadap hasil belajar fisika siswa. Hal ini dapat
dilihat dari rata-rata hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas
kontrol, yaitu 73,3 untuk kelas eksperimen dan 61,2 untuk kelas kontrol dan
pada uji hipotesis dengan menggunakan uji “t” didapat nilai thitung > ttabel yaitu
3,846 > 0,999.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran penelitian ini adalah:
1. Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran generatif (generative
learning) sebagai salah satu model dalam proses belajar mengajar untuk
meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa.
2. Sebelum proses pembelajaran berlangsung, sebaiknya guru
mengkondisikan kelas sehingga pembelajaran berjalan efektif,
menyenangkan dan bermakna.

66
67

DAFTAR PUSTAKA

Aeda, Nur. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sosiologi –


Antropologi di Sekolah Madrasah, (WWW.google.com)
Arikunto, Suarsimi. 2009. Dasar- dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto, Suarsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Bayyati. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme dengan Strategi
Generative Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan
Perubahan Materi. Skripsi: Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu
Pendidikan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Jakarta.
Dahlan. 1984. Model-model Mengajar. Bandung: CV Diponegoro.
Elisa. Pendekatan Konstruktivisme Sebagai Suatu Inovasi dalam Proses
Pembelajaran . (Skolar, Vol.8 No.1, Juni 2007)
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara.
Junaedi, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Surabaya: LAPIS−PGMI
Kartono, Agus. 2008. Seribu Pena Fisika untuk SMP/ MTs Kelas VIII. Bandung:
Erlangga.
Mardana, Putu. 2001. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMU 3
Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif. Jurnal
Pendidikan IKIP Negeri Singaraja, No. 2 Th. XXXIV, April 2001.
Mahayukti, Ayu. 2003. Pengembangan Model Pembelajaran Generatif dengan
Metode PQ4R dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas II B SLTP Laboratorium ikip Negeri Singaraja.
Jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singraja No. 2 Th. XXXVI,
April, 2003.
Mudjiono dan Damyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta
Panen, Paulena, dkk. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta : PAUI- P
PAI Universitas Terbuka.

67
68

Panggabean, Yusri. 2007. Model dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006.


Bandung: Bina Media Informasi.
Redhana, I Wayan dan Ketut, Sastrawidana Dewa. 2003. Pembelajaran Generatif
dengan Strategi Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Kimia Dasar II. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP
Negeri Singaraja, No. 1 Th. XXXVI, Januari 2003.
Renaldi, Abdi. Pengaruh Pembelajaran Konstruktivisme dengan Strategi Generative
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Senyawa Karbon.
Skripsi: Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pendidikan Alam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta.
Sagala, Syaeful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Pernada Media Group.
Sofyan, Ahmad, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.
Jakarta: UIN Jakarta Press. Cet. 1
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Sudrajat, Akhmad. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model
Pembelajaran. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com)
Sugiyono. 2008. metode Penilaian Kualitatif Kuantitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sumarwan, dkk. 2007. IPA SMP untuk Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.
Surianto. Teori Pembelajaran Konstruktivisme. (www.wordpress.com)
Syah, Muhibin.2001. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.
Trianto.2007. Modelmodel Pembelajaran Inovasi Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Prograsif. Jakarta: Tim
Prestasi Pustaka.
69

Tika, I Ketut. 2000. Efektivitas Model Belajar Generatif dalam Pembelajaran Fisika
pada Siswa SMU Negeri di Singaraja. Jurnal Pendidikan Aneka Widya
STKIP Singaraja, No. 4 Th. XXXIII, Oktober 2000.
Tika, I Ketut. 2001. Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif Perbaikan
Kesalahan Konsepsi dalam Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa Jurusan
MIPA STKIP Singaraja. Jurnal Pendidikan Aneka Widya IKIP Singaraja, No.
3 Th. XXXIV, Juli 2001.
Usman, Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi
Akrasa.
Widodo, Ari. 2007. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains. (Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan No. 064 Tahun Ke. 13, Januari: 2007)
Wilis Dahar, Ratna. 1989. Teori−teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Lampiran A.1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FISIKA
SMP MATH’LAUL ANWAR
KELAS VIII SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
MATERI :
CAHAYA

Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk
teknologi sehari-hari
Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan
lensa.
Indikator : - Melakukan pengamatan tentang perambatan cahaya
- Menyelidiki hukum pemantulan cahaya
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat:
- Merancang dan melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat
perambatan cahaya.
- Menyebutkan sifat-sifat perambatan cahaya
- Menjelaskan hukum pemantulan cahaya yang diperoleh melalui percobaan
- Menjelaskan dan membedakan jenis pemantulan cahaya

Strategi/Metode Pembelajaran : 1. Model : - Pembelajaran generatif (Generative Learning)

2. Metode : - Diskusi
- Tanya Jawab
- Ceramah
- Pemberian Tugas
Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
KEGIATAN WAKTU
TAHAP METODE PENILAIAN
GURU SISWA (menit)
Motivasi dan Apersepsi: Siswa menyimak pertanyaan Tanya jawab 5 menit Pengetahuan
Pendahuluan guru mengajukan pertanyaan guru dan menjawab. siswa (kognitif)
(Introduction) apersepsi dari materi cahaya:
- Siapa yang tahu apa itu
cahaya?

- Mengapa cahaya dapat


masuk kedalam ruangan
yang gelap?

- Menyampaikan materi - Memperhatikan Eksperimen 45 menit Pengetahuan


Pemfokusan yang akan dipelajari penjelasan guru. siswa (kognitif)

- Menjelaskan materi - Menyimak penjelasan


guru
- Membagi siswa ke
dalam 5 kelompok - Berkumpul dengan
kelompok masing-
- Membagikan LKS masing
praktikum mengenai
perambatan dan - Melakukan percobaan
pemantulan cahaya mengenai perambatan
kepada setiap kelompok dan pemantulan cahaya
berdasarkan LKS
- Memeriksa kelengkapan
peralatan praktikum
KEGIATAN WAKTU
TAHAP METODE PENILAIAN
GURU SISWA (menit)
- Membimbing siswa - Mencari solusi dari Eksperimen 45 menit Pengetahuan
melakukan percobaan permasalahan yang terdapat siswa (kognitif)
mengenai perambatan dan dalam LKS
pemantulan cahaya

- Membimbing siswa untuk


menganalisis hasil praktikum
Tantangan - Meminta setiap kelompok - Menjelaskan hasil diskusi Diskusi 20 menit Pengetahuan
untuk mempersentasikan hasil tentang perambatan dan siswa (kognitif)
percobaan di depan kelas. pemantulan cahaya dengan Ceramah
teman sekelompok

- Menyimak penjelasan dari - Kelompok lain menyimak


masing-masing kelompok penjelasan yang sedang
presentasi

- Memberikan penjelasan - Menyimak penjelasan guru


materi dengan mengacu pada
penjelasan siswa
KEGIATAN WAKTU
TAHAP METODE PENILAIAN
GURU SISWA (menit)
Aplikasi - Menerapkan keuntungan - Menerapkan keuntungan Ceramah 10 menit Pengetahuan
(application) mekanis dari perambatan mekanis dari perambatan Pemberian siswa (kognitif)
pemantulan cahaya dalam pemantulan cahaya dalam tugas
kehidupan sehari-hari. kehidupan sehari-hari.

- Guru memberikan contoh - Siswa menyimak contoh


soal yang terkait dengan soal yang diberikan oleh
materi. guru

- Guru memberikan tugas


rumah berupa artikel
tentang permbatan cahaya

Sumber belajar
 Sumarwan, dkk. IPA Fisika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga, 2007. Halaman 179-181
 Agus, Kartono. Seribu Pena Fisika SLTP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga, 2007. Halaman 95-97
 Budi, Prasodjo. Fisika Untuk Kelas 2 SLTP. Jakarta: Yudhistira, 2001. Halaman 97-99
 LKS
 Literasi lainnya
Penilaian hasil belajar
a. Teknik penilaian
 Tes Tertulis
b. Bentuk Instrumen
 Uraian
c. Instrumen
1. Jelaskan pengertian cahaya!
2. Sebutkan sifat-sifat cahaya!
3. Jelaskan hukum pemantulan cahaya!

Mengetahui Jakarta,
Guru Bidang Studi Peneliti

__________________ Yuli Amaliah


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FISIKA
SMP MATH’LAUL ANWAR
KELAS VIII SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011

MATERI :
CAHAYA
Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk
teknologi sehari-hari
Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan
lensa.
Indikator : - Menyelidiki pembentukan bayangan pada cermin
- Menerapkan hubungan persamaan pembiasan cahaya

Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat:


- Merancang dan melakukan percobaan untuk menunjukkan bayangan pada
cermin.
- Menentukan bayangan pada cermin
- Menjelaskan peristiwa pembiasan cahaya.
- Menggunakan perumusan pembiasan cahaya.

Strategi/Metode Pembelajaran : 1. Model : - Pembelajaran generatif (Generative Learning)

2. Metode : - Eksperimen
- Diskusi
- Tanya Jawab
- Ceramah
- Pemberian Tugas
Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-2
KEGIATAN WAKTU
TAHAP METODE PENILAIAN
GURU SISWA (menit)
Pendahuluan Motivasi dan Apersepsi: Menyimak pertanyaan guru dan Tanya jawab 5 menit Pengetahuan
(Introduction) guru mengajukan pertanyaan menjawab. siswa (kognitif)
apersepsi dari materi cahaya:
- Apa yang dimaksud dengan
pemantulan cahaya?

- Mengapa sendok yang


tercelup dalam gelas yang
berisi air akan terlihat
bengkok?

Pemfokusan - Menyampaikan materi - Memperhatikan Ceramah 45 menit Pengetahuan


yang akan dipelajari penjelasan guru. Eksperimen siswa (kognitif)

- Menjelaskan materi - Menyimak penjelasan


guru.
- Guru memberikan
contoh soal mengenai - Menyimak contoh soal
cermin. yang diberikan oleh guru.

- Menugaskan siswa - Berkumpul dengan


membentuk kelompok kelompok masing-masing
seperti pada pertemuan
pertama
- Mendiskusikan LKS yang
- Membagikan LKS
praktikum mengenai
diberikan guru
KEGIATAN WAKTU
TAHAP METODE PENILAIAN
GURU SISWA (menit)
Pemantulan cahaya - Melakukan percobaan Ceramah 45 menit Pengetahuan
kepada setiap kelompok mengenai pemantulan siswa (kognitif)
cahaya berdasarkan LKS Eksperimen
- Memeriksa kelengkapan
peralatan praktikum tiap - Mencari solusi dari
kelompok permasalahan yang terdapat
dalam LKS
- Mengontrol siswa yang
sedang melakukan
percobaan.

Tantangan - Setiap kelompok Diskusi 20 menit Pengetahuan


- Meminta setiap kelompok mempersentasikan hasil Tanya jawab
untuk mempersentasikan siswa (kognitif)
percobaannya di depan
hasil percobaannya di kelas
depan kelas.
- Kelompok lain menyimak
- Menyimak penjelasan dari penjelasan yang sedang
masing-masing kelompok presentasi
- Memberikan penjelasan - Menyimak penjelasan guru
materi dengan mengacu
pada penjelasan siswa

- Guru menjadi motivator


dan pasilitator dalam
proses diskusi siswa
KEGIATAN WAKTU
TAHAP METODE PENILAIAN
GURU SISWA (menit)
Aplikasi - Menerapkan keuntungan - Menerapkan keuntungan Ceramah 10 menit Pengetahuan
(Application) mekanis dari pembentukan mekanis pembentukan Pemberian siswa (kognitif)
cahaya pada cermin dalam cahaya pada cermin dalam tugas
kehidupan sehari-hari. kehidupan sehari-hari.

- Guru memberikan contoh - Siswa menyimak contoh


soal yang terkait dengan soal yang diberikan oleh
materi. guru

- Guru memberikan soal - Siswa mengerjakan soal


latihan yang terkait dengan yang diberikan oleh guru
materi

Sumber belajar
 Sumarwan, dkk. IPA Fisika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga, 2007. Halaman 182-190
 Agus, Kartono. Seribu Pena Fisika SLTP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga, 2007. Halaman 97-103
 Budi, Prasodjo. Fisika Untuk Kelas 2 SLTP. Jakarta: Yudhistira, 2001. Halaman 100-109
 LKS
 Literasi Lain
Penilaian hasil belajar
a. Teknik penilaian
 Tes Tertulis
b. Instrumen
 Uraian
c. Instrumen
1. Sebuah cermin cekung mempunyai jari-jari kelengkungan 30 cm. jika sebuah benda berada 20 cm di depan cermin.
Maka dimanakah bayangan yang akan terbentuk?
2. Sebuah pulpen diletakkan di depan cermin cembung sejauh 30 cm. Apabila cermin cembung mempunyai jarak
fokus 15 cm. Berapakah perbesaran bayangan yang terbentuk oleh cermin tersebut?
3. Seberkas cahaya merah merambat dari udara ke kaca dengan panjang gelombang cahaya merah di udara 6.300 Å
dan indeks bias kaca 1,5. Berapakah panjang gelombang merah di kaca?

Mengetahui Jakarta,
Guru Bidang Studi Peneliti

__________________ Yuli Amaliah


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FISIKA
SMP MATH’LAUL ANWAR
KELAS VIII SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011

MATERI :
CAHAYA

Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk
teknologi sehari-hari
Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan
lensa.
Indikator : Mendeskripsikan pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa.
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat:
- Merancang dan melakukan percobaan untuk menunjukkan bayangan lensa
cembung dan lensa cekung.
- Menyebutkan sifat-sifat bayangan pada lensa.
- Menghitung nilai pembesaran pada lensa.
- Menggambarkan pembentukan bayangan pada lensa.
Strategi/Metode Pembelajaran : 1. Model : - Pembelajaran generatif (Generative Learning)

2. Metode : - Diskusi
- Tanya Jawab
- Ceramah
- Pemberian Tugas
Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-3
KEGIATAN WAKTU
TAHAP METODE PENILAIAN
GURU SISWA (menit)
Motivasi dan Apersepsi: - Menyimak pertanyaan guru Tanya jawab 5 menit Pengetahuan
Pendahuluan guru mengajukan pertanyaan dan menjawab. siswa (kognitif)
(Introduction) apersepsi dari materi lensa:
- Apabila cahaya diarahkan
ke lensa cembung, apa yang
akan terjadi?

- Serta seperti apa bayangan


yang akan terbentuk?

Pemfokusan - Menyampaikan materi - Menyimak penjelasan Eksperimen 45 menit Pengetahuan


yang akan dipelajari guru. Ceramah siswa (kognitif)

- Menjelaskan materi - Menyimak penjelasan


guru.
- Menugaskan siswa
membentuk kelompok - Siswa berkumpul dengan
seperti pada pertemuan kelompok masing-
sebelumnya masing
- Membagikan LKS
- Mendiskusikan LKS
praktikum kepada setiap
kelompok
yang diberikan guru
KEGIATAN WAKTU
TAHAP METODE PENILAIAN
GURU SISWA (menit)
Pemfokusan - Memeriksa kelengkapan - Melakukan percobaan Eksperimen 45 menit Pengetahuan
peralatan praktikum tiap berdasarkan LKS ceramah siswa (kognitif)
kelompok

- Mengontrol siswa yang - Mencari solusi dari


sedang melakukan permasalahan yang terdapat
peraktikum.
dalam LKS

Tantangan - Menyimak penjelasan dari - Setiap kelompok


masing-masing kelompok mempersentasikan hasil Diskusi 20 menit Pengetahuan
praktikumnya siswa (kognitif)
- Memberikan penjelasan
materi dengan mengacu - Kelompok Menyuruh
pada penjelasan siswa setiap kelompok untuk
mempersentasikan hasil
- Guru menjadi motivator praktikumnya
dan pasilitator dalam - lain menyimak penjelasan
proses diskusi siswa yang sedang presentasi

- Menyimak penjelasan guru


KEGIATAN WAKTU
TAHAP METODE PENILAIAN
GURU SISWA (menit)
Aplikasi - Meminta siswa untuk - Menerapkan keuntungan Ceramah 10 menit Pengetahuan
(Application ) menyebutkan contoh alat- mekanis pemantulan cahaya Pemberian siswa (kognitif)
alat yang menggunakan dalam kehidupan sehari- tugas
lensa cekung dan lensa hari.
cembung dalam
kehidupan sehari-hari. - Siswa menyimak contoh
soal yang diberikan oleh
- Guru memberikan contoh guru
soal yang terkait dengan
materi. - Siswa mengerjakan soal
yang diberikan oleh guru
- Guru memberikan soal
latihan yang terkait
dengan materi

Sumber belajar
 Sumarwan, dkk. IPA Fisika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga, 2007. Halaman 194-201
 Agus, Kartono. Seribu Pena Fisika SLTP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga, 2007. Halaman 105-109
 Budi, Prasodjo. Fisika Untuk Kelas 2 SLTP. Jakarta: Yudhistira, 2001. Halaman 115-119
 LKS
 Literasi lainnya
Penilaian hasil belajar
a. Teknik penilaian
 Tes Tertulis
b. Bentuk Instrumen
 Uraian
c. Instrumen
1. Bayangan nyata berjarak 60 cm dibentuk oleh lensa cembung yang mempunyai jari-jari 40 cm. maka
dimanakah letak bayangannya?
2. Sebuah penghapus berada 20 cm dari sebuah lensa cekung. Bayangan benda yang bersifat maya terjadi 15
cm dari lensa. berapakah tinggi bayangan benda itu?

Mengetahui Jakarta,
Guru Bidang Studi Peneliti

__________________ Yuli Amaliah


85

Lampiran A.2

LEMBAR KERJA SISWA


(LKS)

A. Tujuan :
 Menemukan arah perjalanan sinar

B. Alat dan Bahan:


 Lilin
 Dua potong karton berlubang
 Sepotong karton tak berlubang
 Korek api

C. Cara Kerja:
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Susun peralatan dengan urutan dari kanan, lilin, karton berlubang (1,
2) dan karton tidak berlubang (3).
3. Nyalakan lilin.
4. Amati apakah lilin muncul di karton tidak berlubang, jika belum geser-
geser karton lubang 2, sehingga muncul cahaya karton berlubang.
5. Geser karton tidak berlubang ke atas, apakah yang terjadi?
…………………………………………………………………………
………………………...
6. Geser karton berlubang ke bawah, apakah yang terjadi?
…………………………………………………………………………
………………………...
86

D. Pertanyaan:
1. Kapan cahaya muncul pada karton tidak berlubang?
…………………………………………………………………………
…………………………
2. Apakah yang kamu simpulkan pada percobaan tersebut?
…………………………………………………………………………
…………………………
…………………………………………………………………………
…………………………
87

LEMBAR KERJA SISWA


(LKS)

A. Tujuan :
 Menjelaskan hukum pemantulan cahaya.

B. Alat dan bahan :


 Sumber cahaya
 Sterofoam
 Cermin datar
 Busur derajat
 Penggaris

C. Cara kerja :
1. Sediakan alat dan bahan
2. Susun sumber cahaya, cermin datar dan sterofoam seperti pada gambar.
3. Nyalakan sumber cahaya, sehingga terdapat garis-garia cahaya (sinar) yang
mengenai cermin datar.
4. Ukur dengan menggunakan busur sudut sinar datang antara sumber cahaya
terhadap cermin.
5. Ukur pula sudut sinar pantul.
cermin

steroa
senter θi θr

sudut yang diukur


88

D. Pertanyaan:
1. Bandingkan sudut sinar datang dan sudut sinar pantul!
…………………………………………………………………………………
…………………….
2. Apa yang dapat kamu simpulkan dari percobaan tersebut?
…………………………………………………………………………………
……………………..
…………………………………………………………………………………
……………………..
…………………………………………………………………………………
……………………..
89

LEMBAR KERJA SISWA


(LKS)

A. Tujuan :
 Menjelaskan pembiasan pada lensa

B. Alat dan Bahan:


 Lensa cembung (f = + 20 cm)
 Senter / lilin
 Lensa cekung (f = - 30 cm)
 Meja optik

C. Cara Kerja:
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Siapkan meja optik letakkan lensa di antara layar dan lilin (seperti
pada gambar).
3. Letakkan lilin pada jarak 10 cm dari lensa.
4. Ulangi langkah ini dengan menggeser- geserkan jarak lilin ke lensa
sejauh 15 cm, 20 cm dan 30 cm.
lensa lilin

layar

Meja
Si So

5. Ukurlah jarak lilin ke lensa (so) dan lensa ke layar (si). Masukan hasil
data percobaan ke dalam tabel di bawah ini!
90

No Jarak Tinggi Tinggi Perbesaran Jarak Jarak fokus keterangan


(S) (h) bayangan ( = = ) bayangan ( + = )
(h’) (s’)
1

Apa yang dapat kamu simpulkan dari percobaan di atas?


91

LEMBAR KERJA SISWA


(LKS)

A. Tujuan :
 Mengamati bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung

B. Alat dan Bahan:


 Cermin cekung (f = 10 cm)
 Senter / lilin
 Cermin cembung (f = 20 cm)
 Meja optik
 Penggaris

C. Cara Kerja:
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Susun cermin cembung dan penggaris seprti pada gambar.
3. Letakkan lilin 5 cm di depan cermin cembung.
4. Kemudian ukur tinggi bayangan benda dalam cermin cembung
menggunakan penggaris. Catat hasil pengamatanmu pada tabel.
5. Ulangi langkah kerja 1 – 3 untuk jarak benda 10 cm dan 15 cm.

lilin cermin cembung


tinggi benda jarak 5 cm
92

6. Tulislah hasil percobaanmu pada tabel berikut:


No Jarak Tinggi Tinggi Perbesaran Jarak Jarak fokus keterangan
(S) (h) bayangan ( = = ) bayang ( + = )
(h’) an
(s’)
1

Apa yang dapat kamu simpulkan dari percobaan di atas?


93

INSTRUMEN PENELITIAN

Satuan Pelajaran : SMP/MTS


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas / semester : VIII /2
Jumlah Soal : 20 butir
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan peranan getaran, gelombang, dan optik dalam produk teknologi sehari-hari
Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa

Materi Indikator No. Aspek


Pembelajaran Pembelajaran Indikator Soal Soal Soal A Soal B yang
diukur
Cahaya Melakukan Menyebutkan 1 Sebutkan sifat-sifat cahaya! Apa yang dimaksud dengan C1
pengamatan sifat-sifat cahaya cahaya?
tentang serta
perambatan pengertiannya
cahaya
94

Mendeskripsikan 2 Bagaimana cara cahaya Gambarkan arah rambat C2


cara dan merambat? cahaya!
menggambarkan
perambatan
cahaya
Menyelidaki Menyebutkan 3 Gambarkan dan jelaskan dua Sebutkan bunyi hukum C1
hukum hukum jenis pemantulan cahaya! pemantulan cahaya!
pemantulan pemantulan
cahaya cahaya dan
jenisnya

Menganalisis 4 Perhatikan gambar di bawah Dua buah cermin datar dipasang C3


gambar ini! berhadapan dan membentuk
pemantulan sudut 90o. Kemudian sebuah
cahaya buku diletakkan di antara
50 r kedua cermin. Seperti gambar
di bawah ini:

Berdasarkan gambar di atas,


95

berapakah nilai r ?

buku
cermin

cermin

Berapakah bayangan yang akan


terbentuk oleh cermin datar?
Menyelidiki sifat- Menggambarkan 5 Perhatikan gambar di bawah Perhatikan gambar di bawah
sifat dan pembentukan ini! ini!
pembentukan bayangan pada C2
bayangan pada cermin datar
cermin s s’
h’
h
cermin
Bagaimana sifat-sifat Cermin
bayangan yang akan
terbentuk oleh cermin datar, Bagaimana sifat-sifat yang
96

berdasarkan gambar di atas! akan terbentuk oleh cermin


tersebut berdasarkan hukum
pemantulan cahaya!

Menganalisis 6 Perhatikan gambar di bawah Perhatikan gambar di bawah C4


perhitungan ini! ini!
cermin 30 cm
60 cm 4cm

20 cm F M
Dari gambar di atas, titik
M F fokusnya sebesar -25.
Dari gambar di atas, Berapakah perbesaran bayangan
berapakah perbesaran yang terbentuk?
bayangan yang terbentuk?

Menerapkam Menjelaskan 7 Apakah yang dimaksud Sebutkan sifat-sifat sinar bias! C1


hubungan pengertian dengan pembiasan cahaya?
persamaan hukum pembiasan cahaya
pembiasaan
97

cahaya

Penggunaan 8 Seberkas cahaya matahari Seberkas sinar jatuh kesebuah C3


perumusan merambat dari udara ke kaca prisma dengan sudut datang 350
pembiasan cahaya (indeks bias kaca = 3/2). n sudut bias 450. Apabila sudut
Berapakah cepat rambat pembiasan prisma 400,
dalam kaca? berapakah besar sudut deviasi?
Mendeskripsikan
Menggambarkan Penghapus terletak pada Pensil terletak pada titik pusat
pembentukan dan 9 C3
pembentukkan jarak lebih dari 2 kali titik lensa (O) dan titik fokus (F),
sifat-sifat
bayangan pada fokus, gambarkan dan gambarkan dan sebutkan sifat-
bayangan pada
lensa sebutkan sifat-sifat sifat bayangan yang akan
lensa
bayangan yang akan terbentuk!
terbentuk!

Menganalisis
Perhatikan gambar di bawah
Perhatikan gambar di bawah
perhitungan C4
10 ini!
ini
bayangan cermin
98

(-) (+)
20 cm 20 cm

12 cm -15 cm

F 0 F
2F2 F1 F1 2F2

Berapakah tinggi bayangan


benda tersebut? 25 cm
Berapakah jarak fokus
bayangan cermin di atas?
99

Lampiran B. 2

Jawaban dan Pedoman Penelitian

No. Instrumen Jawaban Skor


1. A Apakah yang dimaksud dengan cahaya? 0
Cahaya adalah sinar 1
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik 2
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang bisa 3
dilihat oleh mata
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang 4
merupakan suatu bentuk radiasi yang dapat dilihat oleh
mata tanpa zat perantara.
1. B Sebutkan sifat-sifat cahaya! 0
- Cahaya merambat lurus 1
(hanya menyebutkan 1 sifat cahaya)
- Cahaya merambat lurus 2
- Cahaya dapat menembus benda bening
(hanya menyebutkan 2 sifat cahaya)
100

- Cahaya merambat lurus 3


- Cahaya dapat menembus benda bening
- Cahaya dapat dipantulkan
(hanya menyebutkan 3 sifat cahaya)
- Cahaya merambat lurus 4
- Cahaya dapat menembus benda bening
- Cahaya dapat dipantulkan
- Cahaya dapat merambat tanpa medium
(menyebutkan empat sifat cahaya)
2. A Bagaimana cara cahaya merambat? 0
Cahaya merambat di ruang hampa 1
Cahaya merambat tidak menggunakan medium 2
Cahaya merambat di ruang hampa dengan tidak 3
menggunakan medium
Cahaya merupakan gelombang elektromegnetik yang dapat 4
merambat di ruang hampa sehingga dalam perambatannya
cahaya tidak memerlukan medium
2. B Gambarkan arah rambat cahaya! 0
101

(Tidak menggunakan layar)


2

(tidak ada keterangan)

Sumber benda
cahaya

(ada salah satu yang tidak lengkap)

layar
4

Sumber benda
cahaya
bayangan
102

3. A Gambarkan dan jelaskan dua jenis pemantulan 0


cahaya! Pemantulan baur (difusi) dan pemantulan teratur 1
(hanya menyebutkan dua jenis pemantualan cahaya)

- Pemantulan baur (difusi) adalah pemantulan yang 2


terjadi jika suatu berkas cahaya mengenai benda
permukaanya kasar (tidak rata)
- Pemantulan teratur adalah pemantulan cahaya yang
terjadi jika suatu berkas cahaya jatuh pada benda yang
permukaannya licin.
(hanya menjelaskan dua jenis pemantulan cahaya)
- Pemantulan baur (difusi) adalah pemantulan yang 3
terjadi jika suatu berkas cahaya mengenai benda
permukaanya kasar (tidak rata).
Gambar pemantulan baur
103

- Pemantulan teratur adalah pemantulan cahaya yang


terjadi jika suatu berkas cahaya jatuh pada benda yang
permukaannya licin.
(menjelaskan dua jenis pemantulan cahaya tetapi hanya
menggambarkan satu pemantulan cahaya).
- Pemantulan baur (difusi) adalah pemantulan yang 4
terjadi jika suatu berkas cahaya mengenai benda
permukaanya kasar (tidak rata)
Gambar pemantulan baur (difusi)

- Pemantulan teratur adalah pemantulan cahaya yang


terjadi jika suatu berkas cahaya jatuh pada benda yang
permukaannya licin.
104

Gambar pemantulan teratur

3. B Sebutkan bunyi hukum pemantulan cahaya! 0


- Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak 1
pada satu bidang datar
(menyebutkan satu hukum pemantulan cahaya)
- Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak 2
pada satu bidang datar
- Sudut datang sama dengan sudut pantul
(menyebutkan dua hukum pemantulan cahaya)
- mSinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak 3
pada satu bidang datar
- Sudut datang sama dengan sudut pantul
- Garis normal adalah garis yang tegak lurus terhadap
bidang datar
105

(menyebutkan tiga hukum pemantulan cahaya)


4
- Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak
pada satu bidang datar
- Sudut datang sama dengan sudut pantul
- Garis normal adalah garis yang tegak lurus terhadap
bidang datar
- Sudut datang adalah sudut yang dibentuk oleh sinar
dating dengan garis normal
- Sudut pantul adalah sudut yang dibentuk oleh sinar
pantul dengan garis normal
4. A Perhatikan gambar di bawah ini! 0
r = 50 1
50 r=? (langsung jawab hasil tanpa proses)
Diketahui : i = 50 2
Ditanya :r?
Berdasarkan gambar di atas, berapakah nilai r?
<i=<r 3
106

Berdasarkan hukum pemantulan cahaya bahwa sudut 4


cahaya datang = sudut cahaya pantul
<i=<r
50 = 50
Jadi r = 50

4. B Dua buah cermin datar dipasang berhadapan dan 0


membentuk sudut 90o. Kemudian sebuah buku Diketahui : α : 90o 1
diletakkan di antara kedua cermin. Seperti gambar Ditanya : n?
di bawah ini: Jawab : 2

n= −1

n= −1 3
cermin buku
θ (rumus benar, perhitungan salah)

cermin n= −1 4

n= −1
Berapakah bayangan yang akan terbentuk oleh
n=4–1
cermin datar?
n = 3 bayangan
107

5. A Perhatikan gambar di bawah ini! 0

- Tegak terhadap benda 1


(hanya menjawab 1 sifat bayangan)
- Tegak terhadap benda 2
s s’
- Bayangan sama besarnya terhadap benda
h h’
(hanya menjawab 2 sifat bayangan)
- Tegak terhadap benda 3
cermin
- Bayangan sama besarnya terhadap benda
Bagaimana sifat-sifat bayangan yang akan
- Jarak benda = jarak bayangan terhadap benda
terbentuk oleh cermin datar, berdasarkan gambar di
(hanya menjawab 3 sifat bayangan)
atas!
- Tegak terhadap benda 4
- Bayangan sama besarnya terhadap benda
- Jarak benda = jarak bayangan terhadap benda
- Maya
5. B Perhatikan gambar di bawah ini! 0

- Tegak terhadap benda


(hanya menjawab 1 sifat bayangan) 1
- Tegak terhadap benda 2
108

cermin - Bayangan sama besarnya terhadap benda


Bagaimana sifat-sifat yang akan terbentuk oleh (hanya menjawab 2 sifat bayangan)
cermin tersebut berdasarkan hukum pemantulan - Tegak terhadap benda 3
cahaya! - Bayangan sama besarnya terhadap benda
- Jarak benda = jarak bayangan terhadap benda
(hanya menjawab 3 sifat bayangan)

- Tegak terhadap benda 4


- Bayangan sama besarnya terhadap benda
- Jarak benda = jarak bayangan terhadap benda
- Maya

6. A Perhatikan gambar di bawah ini! 0


Diketahui : so = 60 cm 1
f = 20 cm
60 cm ditanya : M ?
Jawab: 2
20 cm + =
°
M F
°
+ = 3
109

Dari gambar di atas, berapakah perbesaran + =


bayangan yang terbentuk?
= −

s’= 30 cm
′ 4
=

30
=
60
1
= 2

6. B Perhatikan gambar di bawah ini! 0


30 cm Diketahui : So = 20 cm 1
f = -15 cm
4cm h = 1 cm
F M ditanya : M?
Jawab: 2
Dari gambar di atas, titik fokusnya sebesar -25. + =
°
Berapakah perbesaran bayangan yang terbentuk?
°
+ = 3

+ =
110

= −

= −

s’ =

s’ = -8,5 cm
′ −8,5 4
= =
20
M = - 0,4 kali

7. A Apakah yang dimaksud dengan pembiasan cahaya? 0


Pembiasan adalah terjadinya pembengkokan benda di 1
dalam air.
Pembiasan adalah pembelokan cahaya melalui medium. 2
Pembiasan adalah pembelokan cahaya yang merambat dari 3
medium satu ke medium yang lain.
Pembiasan adalah peristiwa pembelokan cahaya yang 4
merambat dari suatu medium ke medium lain yang
masing-masing mempunyai indeks bias berbeda.
7. B Sebutkan sifat-sifat sinar bias! 0
111

- Sinar datang dari medium kurang rapat menuju 1


medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal
(menjawab 1 sifat)
- Sinar datang dari medium kurang rapat menuju 2
medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal.
- Sinar datang tegak lurus bidang batas tidak mengalami
perubahan arah.
(menjawab 2 sifat)
- Sinar datang dari medium kurang rapat menuju 3
medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal.
- Sinar datang tegak lurus bidang batas tidak mengalami
perubahan arah.
- Sinar dating dari medium lebih rapat ke medium
kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal.
(menjawab semua sifat, tapi ada kalimat kurang
lengkap)
- Sinar datang dari medium kurang rapat menuju 4
medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal.
- Sinar datang tegak lurus bidang batas tidak mengalami
112

perubahan arah.
- Sinar dating dari medium lebih rapat ke medium
kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal.
8. A Seberkas cahaya matahari merambat dari udara ke 0
kaca (indeks bias kaca = 3/2). Berapakah cepat Diketahui : nkaca = 3/2 1
rambat dalam kaca? C = 3 x 108 m/s
Ditanya : vkaca?
Jawab: 2
V=

3
V=

v=

(rumus benar, perhitungan salah)


4
=

= 2 x 108 m/s
8. B Seberkas sinar jatuh kesebuah prisma dengan sudut 0
113

datang 350 n sudut bias 450. Apabila sudut Diketahui: i = 350 1


pembiasan prisma 400. Berapakah besar sudut r’ = 45o
deviasi? β = 40o
ditanya: D?
Jawab: 2
D = i + r’ – β
D = i + r’ – β 3
D = 35o + 45o – 40o
(rumus benar, perhitungan salah)
D = i + r’ – β 4
D = 35o + 45o – 40o
D = 40o
9. A Penghapus terletak pada jarak lebih dari 2 kali titik 0
fokus, gambarkan dan sebutkan sifat-sifat
bayangan yang akan terbentuk! benda (+)

F1 F2

(hanya menggambarkan atau menyebutkan sifat-sifat


pembentukan bayangan)
114

Sifat-sifat bayangan: gambar bayangan: 2


- Nyata
- Terbalik
- Diperkecil

(menyebutkan 3 sifat bayangan benar, tapi gambarnya


salah)
Sifat-sifat bayangan: gambar bayangan: 3
- Nyata
- Terbalik

(menggambarkan bayangannya benar, tapi hanya


menyebutkan 2 sifat bayangan)
Sifat-sifat bayangan: gambar bayangan: 4
- Nyata
- Terbalik
Diperkecil
9. B Pensil terletak pada titik pusat lensa (O) dan titik 0
fokus (F), gambarkan dan sebutkan sifat-sifat 1
115

bayangan yang akan terbentuk!

(hanya menggambarkan atau menyebutkan sifat-sifat


pembentukan bayangan)

Sifat-sifat bayangan: 2
- Nyata - Diperbesar
- Terbalik
Gambar bayangan:

(menyebutkan 3 sifat bayangan benar, tapi gambarnya


salah)
Sifat-sifat bayangan: 3
- Nyata
- Terbalik
gambar bayangan:
116

(menggambarkan bayangannya benar, tapi hanya


menyebutkan 2 sifat bayangan)
Sifat-sifat bayangan: gambar bayangan: 4
- Nyata
- Terbalik
Diperbesar
10. A Perhatikan gambar di bawah ini! 0
Diketahui : s = 20 cm 1
(-) s’ = - 15 cm
20 cm h = 12 cm
ditanya : h’ ?
12 cm -15 cm
Jawab : 2
F 0 F ′ ℎ′
=

117

ℎ 3
=
Berapakah tinggi bayangan benda tersebut? ℎ
−15 ℎ′
=
20 12
(rumus benar, tapi perhitungan salah)
−15 12 4
ℎ =
20
= -9 cm
10. B Perhatikan gambar di bawah ini! 0

Diketahui : so = 20 cm 1
(+) s’ = 25 cm
20 cm ditanya: F?
Jawab: 2

°
+ =
2F2 F1 F1 2F2
+ = 3

25 cm
= +
Berapakah jarak fokus bayangan cermin di atas?
=

=
118

(rumus benar, perhitungan salah)


1 9 4
=
100
1 100
=
9
f = 11,11 cm
119

Uji Coba Instrumen

Nomor
Validitas Reliabilitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda Keterangan Keputusan
Soal
1 (1 A) 0.365 valid 0.362 Sedang 0.1447 jelek Diterima Digunakan
2 (1 B) 0.2134 Tidak valid 0.2697 Sukar 0.0395 Jelek Ditolak Dibuang
3 (2 A) 0.7107 valid 0.2566 Sukar 0.0657 Jelek Diterima Digunakan
4 (2 B) 0.4113 valid 0.0658 Sukar 0.0789 Jelek Diterima Dibuang
5 (3 A) 0.754 valid 0.1382 Sukar 0.1184 Jelek Diterima Digunakan
6 (3 B) 0.494 valid 0.3158 Sedang 0.1316 Jelek Diterima Dibuang
7 (4 A) 0.4854 valid 0,8157 0.3158 Sedang 0.1842 Jelek Diterima Digunakan
8 (4 B) 0.4547 valid (Reliabilitas 0.25 Sukar 0.1032 Jelek Diterima Dibuang
9 (5 A) 0.4546 valid Tinggi) 0.2566 Sukar 0.1974 Jelek Diterima Dibuang
10 (5 B) 0.5137 valid 0.3421 Sedang 0.1579 Jelek Diterima Digunakan
11 (6 A) 0.4247 valid 0.3355 Sedang 0.1974 Jelek Diterima Digunakan
12 (6 B) 0.2651 Tidak valid 0.1184 Sukar 0.0526 Jelek Ditolak Dibuang
13 (7 A) 0.3468 valid 0.25 Sukar 0.1842 Jelek Diterima Digunakan
14 (7 B) 0.3031 Tidk valid 0.0986 Sukar 0.0132 Jelek Ditolak Dibuang
15 (8 A) 0.2412 Tidak valid 0.1842 Sukar 0.0263 Jelek Ditolak Dibuang
16 (8 B) 0.5419 Valid 0.3618 Sedang 0.2237 Cukup Diterima Digunakan
17 (9 A) 0.433 Valid 0.2631 Sedang 0.3158 Cukup Diterima Dibuang
18 (9 B) 0.589 Valid 0.11184 Sukar 0.1447 Jelek Diterima Diguanakan
19 (10 A) 0.5161 Valid 0.0986 Sukar 0.0921 Jelek Diterima Dibuang
20 (10 B) 0.7609 Valid 0.2236 Sukar 0.3158 Cukup Diterima Digunakan
120

Dari soal A dan soal B, dipilih satu soal yang memiliki nilai validitas yang lebih tinggi, taraf kesukaran dan daya pembeda yang
lebih baik untuk mewakili indikator dan jenjang kognitif akan dipakai sebagai insrtumen penelitian.

Soal yang akan dipakai sebagai instrument diberi keputusan direvisi karena sebagian besar soal yang terpilih memiliki daya
pembeda soal dengan kategori jelek dan cukup hingga perlu dilakukan perbaikan pada konstruksi penulisan soal. Sedangkan soal yang
tidak valid dan memiliki nilai validitas yang lebih rendah tidak dipakai (dibuang).
VALIDITAS

Nomor Soal (x)


NO. Responden y y2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 siswa 1 4 1 1 0 0 4 1 2 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 17 289
2 siswa 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
3 siswa 3 2 1 0 0 0 1 1 0 2 3 2 0 1 0 0 3 1 0 0 0 17 289
4 siswa 4 0 1 1 0 0 0 0 2 2 1 0 0 0 0 1 2 4 1 0 0 15 225
5 siswa 5 1 1 1 0 0 3 1 2 3 3 3 0 1 0 1 4 1 0 1 3 29 841
6 siswa 6 1 1 1 0 0 0 0 3 0 1 2 0 0 0 1 2 0 0 1 0 13 169
7 siswa 7 0 1 1 0 0 2 1 0 3 3 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 13 169
8 siswa 8 2 0 1 0 0 2 1 1 2 2 3 1 2 1 0 4 0 0 1 3 26 676
9 siswa 9 1 1 2 0 0 0 1 0 0 2 3 0 1 1 1 3 0 0 1 0 17 289
10 siswa 10 1 1 1 0 0 3 1 1 2 1 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0 16 256
11 siswa 11 1 1 0 0 0 2 1 1 0 0 2 0 0 0 2 3 0 0 1 0 14 196
12 siswa 12 3 2 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 13 169
13 siswa 13 1 1 0 0 1 1 1 1 2 2 0 0 0 0 3 3 3 1 0 0 20 400
14 siswa 14 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6 36
15 siswa 15 3 1 1 0 1 0 1 0 3 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 15 225
16 siswa 16 0 1 1 1 0 2 0 1 1 4 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 13 169
17 siswa 17 0 2 1 1 1 0 0 0 1 1 3 0 4 0 0 1 3 0 0 0 18 324
18 siswa 18 1 1 1 0 0 0 1 3 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 12 144
19 siswa 19 1 1 2 0 0 0 2 0 0 1 2 1 3 0 1 1 1 0 0 0 16 256
20 siswa 20 1 1 1 0 1 3 0 0 1 4 0 0 2 0 0 0 1 1 0 0 16 256
21 siswa 21 1 1 1 0 0 2 2 4 0 1 1 2 2 0 0 1 1 0 0 0 19 361
22 siswa 22 3 1 0 0 1 1 0 0 0 1 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 12 144
23 siswa 23 2 1 1 0 0 0 0 2 1 1 2 0 1 1 2 0 1 0 0 0 15 225
24 siswa 24 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 3 16 256
25 siswa 25 2 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 2 0 1 0 2 16 256
26 siswa 26 4 1 1 0 1 1 3 1 0 1 0 2 0 0 1 0 0 0 0 1 17 289
27 siswa 27 1 1 1 0 1 0 1 2 0 2 2 0 1 1 2 4 0 1 2 2 24 576
28 siswa 28 2 1 2 1 3 4 2 4 3 3 3 2 1 1 1 4 3 2 2 4 48 2304
29 siswa 29 1 1 1 0 1 0 3 0 1 0 0 0 2 1 1 1 0 1 0 0 14 196
30 siswa 30 2 1 1 0 0 2 0 1 0 1 2 3 0 0 1 1 1 2 1 1 20 400
31 siswa 31 2 1 2 0 1 1 3 0 1 1 4 0 3 1 0 0 2 0 1 3 26 676
32 siswa 32 1 0 1 1 1 2 2 0 1 0 0 0 2 1 0 1 3 0 1 0 17 289
33 siswa 33 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 1 12 144
34 siswa 34 1 1 2 2 1 0 3 0 3 1 1 1 1 1 0 1 2 2 0 2 25 625
35 siswa 35 2 3 0 0 1 0 2 2 2 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 3 20 400
36 siswa 36 0 2 1 1 0 1 4 0 0 2 1 0 1 0 2 1 2 1 0 0 19 361
37 siswa 37 4 2 4 1 3 4 4 3 2 4 3 1 3 1 2 4 3 2 1 4 55 3025
38 siswa 38 1 1 1 0 0 2 3 1 1 1 4 1 0 0 1 0 0 0 1 2 20 400
Jumlah 55 41 39 10 21 48 48 38 39 52 51 18 38 15 28 55 40 17 15 34 702 16306
r hitung 0,3647 0,2107 0,7153 0,3804 0,7521 0,5106 0,4742 0,4805 0,4122 0,5014 0,4403 0,3081 0,3534 0,3323 0,2486 0,5526 0,4044 0,5435 0,5139 0,7565
r tabel 0,329
Kriteria valid invalid valid valid valid valid valid valid valid valid valid invalid valid invalid invalid valid valid valid valid valid
validitas rendah rendah tinggi cukup tinggi cukup cukup cukup cukup cukup cukup rendah rendah rendah rendah cukup cukup cukup cukup tinggi
RELIABELITAS

Nomor Soal Kuadrat


NO. Responden Skor Total
3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 16 17 18 19 20 Skor Total
1 siswa 1 1 0 0 4 1 2 0 1 1 1 1 0 0 0 0 12 144
2 siswa 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 siswa 3 0 0 0 1 1 0 2 3 2 1 3 1 0 0 0 14 196
4 siswa 4 1 0 0 0 0 2 2 1 0 0 2 4 1 0 0 13 169
5 siswa 5 1 0 0 3 1 2 3 3 3 1 4 1 0 1 3 26 676
6 siswa 6 1 0 0 0 0 3 0 1 2 0 2 0 0 1 0 10 100
7 siswa 7 1 0 0 2 1 0 3 3 0 1 0 0 1 0 0 12 144
8 siswa 8 1 0 0 2 1 1 2 2 3 2 4 0 0 1 3 22 484
9 siswa 9 2 0 0 0 1 0 0 2 3 1 3 0 0 1 0 13 169
10 siswa 10 1 0 0 3 1 1 2 1 0 1 0 4 0 0 0 14 196
11 siswa 11 0 0 0 2 1 1 0 0 2 0 3 0 0 1 0 10 100
12 siswa 12 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 6 36
13 siswa 13 0 0 1 1 1 1 2 2 0 0 3 3 1 0 0 15 225
14 siswa 14 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3 9
15 siswa 15 1 0 1 0 1 0 3 3 0 1 0 0 0 0 0 10 100
16 siswa 16 1 1 0 2 0 1 1 4 1 0 1 0 0 0 0 12 144
17 siswa 17 1 1 1 0 0 0 1 1 3 4 1 3 0 0 0 16 256
18 siswa 18 1 0 0 0 1 3 0 0 1 0 1 1 0 0 0 8 64
19 siswa 19 2 0 0 0 2 0 0 1 2 3 1 1 0 0 0 12 144
20 siswa 20 1 0 1 3 0 0 1 4 0 2 0 1 1 0 0 14 196
21 siswa 21 1 0 0 2 2 4 0 1 1 2 1 1 0 0 0 15 225
22 siswa 22 0 0 1 1 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 5 25
23 siswa 23 1 0 0 0 0 2 1 1 2 1 0 1 0 0 0 9 81
24 siswa 24 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 3 12 144
25 siswa 25 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 2 0 1 0 2 12 144
26 siswa 26 1 0 1 1 3 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 9 81
27 siswa 27 1 0 1 0 1 2 0 2 2 1 4 0 1 2 2 19 361
28 siswa 28 2 1 3 4 2 4 3 3 3 1 4 3 2 2 4 41 1681
29 siswa 29 1 0 1 0 3 0 1 0 0 2 1 0 1 0 0 10 100
30 siswa 30 1 0 0 2 0 1 0 1 2 0 1 1 2 1 1 13 169
31 siswa 31 2 0 1 1 3 0 1 1 4 3 0 2 0 1 3 22 484
32 siswa 32 1 1 1 2 2 0 1 0 0 2 1 3 0 1 0 15 225
33 siswa 33 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 2 1 1 1 1 10 100
34 siswa 34 2 2 1 0 3 0 3 1 1 1 1 2 2 0 2 21 441
35 siswa 35 0 0 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 0 0 3 14 196
36 siswa 36 1 1 0 1 4 0 0 2 1 1 1 2 1 0 0 15 225
37 siswa 37 4 1 3 4 4 3 2 4 3 3 4 3 2 1 4 45 2025
38 siswa 38 1 0 0 2 3 1 1 1 4 0 0 0 0 1 2 16 256
Jumlah 39 10 21 48 48 38 39 52 51 38 55 40 17 15 34 545 10515
Si 0,7529 0,50319 0,760418 1,26671 1,17828 1,20808 1,07771 1,23946 1,27928 1,06543 1,3695 1,27231 0,68566 0,5945 1,3313
Si* 0,56686 0,2532 0,578236 1,60455 1,38834 1,45946 1,16145 1,53627 1,63656 1,13514 1,87553 1,61878 0,47013 0,3535 1,7724
∑Si* 17,4104
St 8,54013
St* 72,9339
r hitung 0,81566 Kriteria reabilitas : Tinggi
TARAF KESUKARAN

Nomor Soal
NO Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 siswa 1 2 1 1 0 0 4 1 2 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0
2 siswa 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 siswa 3 2 1 0 0 0 1 1 0 2 3 2 0 1 0 0 3 1 0 0 0
4 siswa 4 4 1 1 0 0 0 0 2 2 1 0 0 0 0 1 2 4 1 0 0
5 siswa 5 2 1 1 0 0 3 1 2 3 3 3 0 1 0 1 4 1 0 1 3
6 siswa 6 1 1 1 0 0 0 0 3 0 1 2 0 0 0 1 2 0 0 1 0
7 siswa 7 3 1 1 0 0 2 1 0 3 3 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
8 siswa 8 2 0 1 0 0 2 1 1 2 2 3 1 2 1 0 4 0 0 1 3
9 siswa 9 0 1 2 0 0 0 1 0 0 2 3 0 1 1 1 3 0 0 1 0
10 siswa 10 1 1 1 0 0 3 1 1 2 1 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0
11 siswa 11 1 1 0 0 0 2 1 1 0 0 2 0 0 0 2 3 0 0 1 0
12 siswa 12 3 2 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0
13 siswa 13 1 1 0 0 1 1 1 1 2 2 0 0 0 0 3 3 3 1 0 0
14 siswa 14 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0
15 siswa 15 3 1 1 0 1 0 1 0 3 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
16 siswa 16 0 1 1 1 0 2 0 1 1 4 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
17 siswa 17 0 2 1 1 1 0 0 0 1 1 3 0 4 0 0 1 3 0 0 0
18 siswa 18 1 1 1 0 0 0 1 3 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0
19 siswa 19 1 1 2 0 0 0 2 0 0 1 2 1 3 0 1 1 1 0 0 0
20 siswa 20 4 1 1 0 1 3 0 0 1 4 0 0 2 0 0 0 1 1 0 0
21 siswa 21 0 1 1 0 0 2 2 4 0 1 1 2 2 0 0 1 1 0 0 0
22 siswa 22 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0
23 siswa 23 2 1 1 0 0 0 0 2 1 1 2 0 1 1 2 0 1 0 0 0
24 siswa 24 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 3
25 siswa 25 4 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 2 0 1 0 2
26 siswa 26 4 1 1 0 1 1 3 1 0 1 0 2 0 0 1 0 0 0 0 1
27 siswa 27 1 1 1 0 1 0 1 2 0 2 2 0 1 1 2 4 0 1 2 2
28 siswa 28 2 1 2 1 3 4 2 4 3 3 3 2 1 1 1 4 3 2 2 4
29 siswa 29 1 1 1 0 1 0 3 0 1 0 0 0 2 1 1 1 0 1 0 0
30 siswa 30 1 1 1 0 0 2 0 1 0 1 2 3 0 0 1 1 1 2 1 1
31 siswa 31 2 1 2 0 1 1 3 0 1 1 4 0 3 1 0 0 2 0 1 3
32 siswa 32 2 0 1 1 1 2 2 0 1 0 0 0 2 1 0 1 3 0 1 0
33 siswa 33 3 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 1
34 siswa 34 3 1 2 2 1 0 3 0 3 1 1 1 1 1 0 1 2 2 0 2
35 siswa 35 3 3 0 0 1 0 2 2 2 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 3
36 siswa 36 3 2 1 1 0 1 4 0 0 2 1 0 1 0 2 1 2 1 0 0
37 siswa 37 2 2 4 1 3 4 4 3 2 4 3 1 3 1 2 4 3 2 1 4
38 siswa 38 2 1 1 0 0 2 3 1 1 1 4 1 0 0 1 0 0 0 1 2
∑ 69 41 39 10 21 48 48 38 39 52 51 18 38 15 28 55 40 17 15 34
P 0,4539 0,2697 0,2566 0,0658 0,1382 0,3158 0,3158 0,25 0,2566 0,3421 0,33553 0,1184 0,25 0,09868 0,18421 0,36184 0,26316 0,11184 0,09868 0,22368
Kriteria Sedang sukar sukar sukar sukar sedang sedang sukar sukar sedang sedang sukar sukar sukar sukar sedang sedang sukar sukar sukar
DAYA PEMBEDA

Nomor Soal
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 y
2 2 4 1 3 4 4 3 2 4 3 1 3 1 2 4 3 2 1 4 53
2 1 2 1 3 4 2 4 3 3 3 2 1 1 1 4 3 2 2 4 48
2 1 1 0 0 3 1 2 3 3 3 0 1 0 1 4 1 0 1 3 30
3 1 2 2 1 0 3 0 3 1 1 1 1 1 0 1 2 2 0 2 27
K 2 0 1 0 0 2 1 1 2 2 3 1 2 1 0 4 0 0 1 3 26
E 2 1 2 0 1 1 3 0 1 1 4 0 3 1 0 0 2 0 1 3 26
L 1 1 1 0 1 0 1 2 0 2 2 0 1 1 2 4 0 1 2 2 24
O 3 2 1 1 0 1 4 0 0 2 1 0 1 0 2 1 2 1 0 0 22
M
2 1 1 0 0 2 3 1 1 1 4 1 0 0 1 0 0 0 1 2 21
P
3 3 0 0 1 0 2 2 2 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 3 21
O
1 1 0 0 1 1 1 1 2 2 0 0 0 0 3 3 3 1 0 0 20
K
4 1 1 0 0 0 0 2 2 1 0 0 0 0 1 2 4 1 0 0 19
4 1 1 0 1 3 0 0 1 4 0 0 2 0 0 0 1 1 0 0 19
A
T 1 1 1 0 0 2 0 1 0 1 2 3 0 0 1 1 1 2 1 1 19
A 0 1 1 0 0 2 2 4 0 1 1 2 2 0 0 1 1 0 0 0 18
S 0 2 1 1 1 0 0 0 1 1 3 0 4 0 0 1 3 0 0 0 18
4 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 2 0 1 0 2 18
2 0 1 1 1 2 2 0 1 0 0 0 2 1 0 1 3 0 1 0 18
2 1 0 0 0 1 1 0 2 3 2 0 1 0 0 3 1 0 0 0 17
40 22 22 8 15 29 31 23 27 32 33 11 26 8 15 36 32 14 11 29
Jumlah 4 1 1 0 1 1 3 1 0 1 0 2 0 0 1 0 0 0 0 1 17
3 1 1 0 0 2 1 0 3 3 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 16
0 1 2 0 0 0 1 0 0 2 3 0 1 1 1 3 0 0 1 0 16
K 1 1 1 0 0 3 1 1 2 1 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0 16
E 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 3 16
L 1 1 2 0 0 0 2 0 0 1 2 1 3 0 1 1 1 0 0 0 16
O 2 1 1 0 0 4 1 2 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 15
M 3 1 1 0 1 0 1 0 3 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 15
P 2 1 1 0 0 0 0 2 1 1 2 0 1 1 2 0 1 0 0 0 15
O 1 1 0 0 0 2 1 1 0 0 2 0 0 0 2 3 0 0 1 0 14
K 3 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 1 14
1 1 1 0 1 0 3 0 1 0 0 0 2 1 1 1 0 1 0 0 14
B 1 1 1 0 0 0 0 3 0 1 2 0 0 0 1 2 0 0 1 0 13
A 3 2 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 13
W 0 1 1 1 0 2 0 1 1 4 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 13
A 1 1 1 0 0 0 1 3 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 12
H 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 10
1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Jumlah 29 19 17 2 6 19 17 15 12 20 18 7 12 7 13 19 8 3 4 5
DP 0,1447 0,0395 0,06579 0,0789 0,1184 0,1316 0,1842 0,1053 0,1974 0,1579 0,1974 0,0526 0,1842 0,0132 0,0263 0,2237 0,3158 0,1447 0,0921 0,3158
Kriteria jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek jelek cukup cukup jelek jelek cukup
125

Lampiran B.8

ULANGAN HARIAN

NAMA :
KELAS :

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat!


1. Sebutkan sifat-sifat cahaya!
2. Bagaimana cara cahaya merambat?
3. Gambarkan dan jelaskan dua jenis pemantulan cahaya!
4. Perhatikan gambar di bawah ini

50 r

Berdasarkan gambar di atas, berapakah nilai r?


5. Perhatikan gambar di bawah ini!

Cermin
Bagaimana sifat-sifat yang akan terbentuk oleh cermin tersebut
berdasarkan hukum pemantulan cahaya!
6. Perhatikan gambar di bawah ini!
60 cm

20 cm

M F
126

Dari gambar di atas, berapakah perbesaran bayangan yang akan terbentuk?


7. Apakah yang dimaksud dengan pembiasan cahaya?
8. Seberkas sinar jatuh kesebuah prisma dengan sudut dating 350 dan sudut
bias 450. Apabila sudut pembiasan prisma 400, berapakah besar sudut
deviasi?
9. Pensil terletak pada titik pusat lensa (O) dan titik fokus (F), gambarkan
dan sebutkan sifat-sifat bayangan yang akan terbentuk!
10. Perhatikan gambar di bawah ini!

20 cm

2F2 F1 F1

25 cm

Berapakah jarak fokus bayanagan cermin di atas?


127

Lampiran C.1
Rekapitulasi Data Pretest
Kelompok Eksperimen

Butir Soal
No Nama Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 siswa 1 2 2 2 1 0 0 2 1 0 0 10 25,00
2 siswa 2 2 1 2 1 0 0 2 0 1 0 9 22,50
3 siswa 3 2 2 2 0 0 1 1 1 0 0 9 22,50
4 siswa 4 0 2 3 2 2 2 4 3 2 0 20 50,00
5 siswa 5 0 4 3 0 2 3 2 1 1 1 17 42,50
6 siswa 6 3 4 2 0 2 0 4 1 2 0 18 45,00
7 siswa 7 0 4 3 0 3 0 2 2 2 0 16 40,00
8 siswa 8 3 3 2 1 3 1 4 1 4 1 23 57,50
9 siswa 9 4 4 2 1 2 0 2 0 2 1 18 45,00
10 siswa 10 4 4 4 1 1 0 1 1 1 0 17 42,50
11 siswa 11 1 2 3 0 0 0 1 3 0 0 10 25,00
12 siswa 12 4 1 2 4 1 1 2 0 3 1 19 47,50
13 siswa 13 1 2 4 0 4 0 1 0 0 1 13 32,50
14 siswa 14 3 0 2 1 3 1 1 1 0 0 12 30,00
15 siswa 15 0 1 2 0 4 0 4 0 0 0 11 27,50
16 siswa 16 4 2 2 4 0 0 0 2 0 0 14 35,00
17 siswa 17 0 4 2 3 2 2 3 1 0 0 17 42,50
18 siswa 18 2 0 2 3 0 1 0 1 0 0 9 22,50
19 siswa 19 0 4 2 3 1 0 1 0 3 0 14 35,00
20 siswa 20 0 3 2 0 1 0 0 2 0 0 8 20,00
21 siswa 21 4 2 2 1 0 1 0 1 0 0 11 27,50
22 siswa 22 1 4 2 0 0 0 0 1 0 0 7 17,50
23 siswa 23 3 0 2 0 0 0 0 0 3 0 8 20,00
24 siswa 24 4 2 4 1 2 0 1 0 0 0 13 32,50
25 siswa 25 4 1 2 4 0 1 3 2 0 1 18 45,00
26 siswa 26 0 1 2 1 2 0 1 0 0 0 7 17,50
27 siswa 27 0 3 2 0 0 0 2 1 4 1 13 32,50
28 siswa 28 0 2 3 0 1 1 0 1 0 0 8 20,00
128

Perhitungan Data Statistik Awal


Kelompok Eksperimen
1. Sebaran data nilai pretest
17,50 20,00 22,50 25,00 27,50 30,00 32,50
35,00 40,00 42,50 45,00 47,50 50,00 57,50
2. Tabel distribusi frekuensi
Berdasarkan sebaran data di atas, untuk membuat table distribusi frekuensi dapat diterapkan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan jankauan data/ range (R)
Nilai maksimum = 57,50
Nilai minimum = 17,50
R = Nilai maksimum – nilai minimum
= 57,50 – 17,50
= 40,00
b. Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n  n = banyaknya data
K = 1 + 3,3 log 28
K = 1 + 3,3 (1,44)
K = 5,75 ≈ 6
Jadi banyaknya kelas adalah 6
c. Menentukan panjang kelas/ interval (i)
,
i= = = 6,6 ≈ 7

d. Menentukan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya.
Sehingga diperoleh:
Frekuensi
Nilai xi xi2 fixi fixi2
Absolut (f) Relatif(%)
17 ,5– 24,5 8 28,5 21 441 168 3528
25,5 – 32,5 8 28,5 29 481 232 3848
33,5 – 40,5 3 10,71 37 1369 111 4107
129

41,5 – 48,5 7 25 45 2025 315 14175


49,5 – 56,5 2 7,14 53 2809 106 5618
1
Jumlah 28 99,85 185 7125 932 31276

3. Perhitungan Rata-rata/ Mean



X= = = 33,28 ; n = jumlah data

4. Perhitungan Median (Me)


Untuk menghitung median data menggunakan rumus:

Me = b + p

Keterangan:
b = batas bawah median
p = panjang kelas median
n = banyaknya data
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median
f = frekuensi kelas median
jadi,

Me = b + p

( )
Me = 31+ 7

Me = 31 + 7 (2)
Me = 31 + 14
Me = 45

5. Perhitungan Modus (Mo)


Untuk menghitung data modus data digunakan rumus:

Mo = b + p

Keterangan:
b = batas bawah kelas modus
130

p = panjang kelas modus


b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuesi kelas sebelumnya
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas berikutnya
jadi,

Mo = b + p

Mo = 17 + 7

Mo = 17 + 7 (0,72)
Mo = 22,04

6. Perhitungan simpangan baku (s)


Untuk menghitung simpangan baku menggunakan rumus:

( )

s=

s=

,
s=

s = √9,4
s = 3,06

7. Perhitungan varians (s2)


Untuk menghitung varians menggunakan rumus:
∑ (∑ )
s2 = ( )
( )
s2 = ( )

s2 =

s2 = 9,39
131

Rekapitulasi Data Pretest


Kelompok Kontrol

Butir Soal
No Nama Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 siswa 1 2 2 0 1 1 0 1 1 0 0 8 20,00
2 siswa 2 3 2 2 3 0 1 1 1 1 0 14 35,00
3 siswa 3 3 1 0 2 1 0 1 0 0 0 7 17,50
4 siswa 4 4 1 1 0 3 0 2 0 1 1 13 32,50
5 siswa 5 4 3 0 1 2 2 1 0 0 2 15 37,50
6 siswa 6 3 1 2 3 2 1 4 0 0 0 16 40,00
7 siswa 7 3 0 0 3 2 1 2 1 1 2 15 37,50
8 siswa 8 4 2 3 3 2 0 0 0 0 0 14 35,00
9 siswa 9 4 1 4 3 0 0 0 1 1 1 15 37,50
10 siswa 10 3 1 1 3 0 0 0 1 1 0 10 25,00
11 siswa 11 3 1 2 3 3 1 1 0 0 2 16 40,00
12 siswa 12 3 3 2 1 3 0 3 0 0 0 15 37,50
13 siswa 13 3 0 4 1 0 0 1 0 0 0 9 22,50
14 siswa 14 3 0 0 3 3 0 2 1 0 0 12 30,00
15 siswa 15 4 1 0 0 0 0 1 0 0 0 6 15,00
16 siswa 16 3 0 0 3 1 2 0 2 0 0 10 25,00
17 siswa 17 3 0 2 3 1 0 2 0 2 0 13 32,50
18 siswa 18 3 3 2 3 0 1 0 0 0 0 12 30,00
19 siswa 19 2 2 4 3 3 0 2 0 3 0 19 47,50
20 siswa 20 3 2 4 3 0 0 1 2 0 0 15 37,50
21 siswa 21 2 2 4 3 3 1 2 1 0 1 19 47,50
22 siswa 22 2 2 3 3 0 3 0 2 1 0 16 40,00
23 siswa 23 3 2 4 1 2 0 2 1 0 0 15 37,50
24 siswa 24 4 2 4 2 2 0 1 0 0 0 15 37,50
25 siswa 25 3 2 2 0 3 0 1 2 0 1 14 35,00
26 siswa 26 1 0 0 2 0 1 1 1 0 0 7 17,50
27 siswa 27 3 2 0 0 3 0 0 2 4 1 15 37,50
28 siswa 28 4 3 1 1 4 0 2 1 1 1 18 45,00
132

Perhitungan Data Statistik Awal

Kelompok Kontrol

1. Sebaran data nilai pretest


15,00 17,5 20,00 22,50 25,00 30,00
32,50 35,00 37,50 40,00 45,00 47,50
2. Tabel distribusi frekuensi
Berdasarkan sebaran data di atas, untuk membuat table distribusi frekuensi dapat diterapkan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan jangkauan data/ Range (R)
Nilai maksimum = 47,50
Nilai minimum = 15,00
R = Nilai maksimum – nilai minimum
= 47,50 – 15,00
= 32,50
b. Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n  n = banyaknya data
K = 1 + 3,3 log 28
K = 1 + 3,3 (1,44)
K = 5,75 ≈ 6
Jadi banyaknya kelas adalah 6
c. Menentukan panjang kelas/ interval (i)
,
i= = = 5,4

d. Menentukan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya.
Sehingga diperoleh:
Frekuensi
Nilai xi xi2 fixi fixi2
Absolut (f) Relatif(%)
133

15,00 – 20,00 4 14,29 17,5 306,25 70 1225


21,00 – 26,00 3 10,71 23,5 552,25 70,5 1856,75
27,00 – 32,00 4 14,28 29,5 870,25 118 3481
33,00 – 38,00 11 39,29 35,5 1260,25 390,5 13862,75
39,00 – 43,00 3 10,71 41 1681 123 5043
44,00 – 49,00 3 10,71 46,5 2162,5 139,5 6487,5
Jumlah 28 99,97 193,5 6832,25 911,5 31956

3. Perhitungan Rata-rata/ Mean


∑ ,
X= = = 32,5 ; n = jumlah data

4. Perhitungan Median (Me)


Untuk menghitung median data menggunakan rumus:

Me = b + p

( )
Me = 26,5 + 5

Me = 26,5 + 5 (1,25)
Me = 32,75

5. Perhitungan Modus (Mo)


Untuk menghitung modus digunakan rumus:

Mo = b + p

Mo = 14,5 + 5 ( )

Mo = 14,5 + 5 (0)
Mo = 14,5

6. Perhitungan Simpangan Baku (s)


Untuk menghitung simpangan baku menggunakan rumus:

( )

s=
134

,
s=

,
s=

s = 48,57
s = 6,96

8. Perhitungan varians (s2)


Untuk menghitung varians menggunakan rumus:
∑ (∑ )
s2 = ( )
( ) ,
s2 = ( )
,
s2 =
,
s2 =

s2 = 84,57
135

Rekapitulasi Data Posttest


Kelompok Eksperimen

Butir Soal
No Nama Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 siswa 1 4 0 4 2 3 3 4 0 0 4 24 60,00
2 siswa 2 4 2 3 4 1 3 2 3 3 3 28 70,00
3 siswa 3 3 1 3 3 1 1 3 4 1 2 22 55,00
4 siswa 4 4 3 3 4 3 4 4 4 2 4 35 87,50
5 siswa 5 4 2 3 3 1 2 3 3 1 1 23 57,50
6 siswa 6 4 1 4 4 4 4 4 4 3 4 36 90,00
7 siswa 7 4 3 3 3 4 1 4 4 0 4 30 75,00
8 siswa 8 4 3 4 4 1 4 3 4 2 4 33 82,50
9 siswa 9 4 3 4 4 3 3 4 3 1 4 33 82,50
10 siswa 10 4 2 4 0 2 4 4 4 1 4 29 72,50
11 siswa 11 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 37 92,50
12 siswa 12 4 2 2 0 2 4 4 4 0 4 26 65,00
13 siswa 13 4 1 3 4 3 4 2 4 3 4 32 80,00
14 siswa 14 4 2 2 3 1 4 4 2 2 4 28 70,00
15 siswa 15 4 3 2 2 2 1 1 4 0 1 20 50,00
16 siswa 16 4 3 4 4 2 3 4 3 4 4 35 87,50
17 siswa 17 4 1 2 3 3 4 3 4 1 4 29 72,50
18 siswa 18 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 38 95,00
19 siswa 19 3 0 3 4 2 4 4 3 0 1 24 60,00
20 siswa 20 4 1 4 4 2 4 4 4 1 4 32 80,00
21 siswa 21 4 1 2 3 3 3 4 3 2 3 27 67,50
22 siswa 22 4 2 4 4 2 4 4 4 2 3 33 82,50
23 siswa 23 4 3 2 4 4 4 4 4 1 4 34 85,00
24 siswa 24 4 0 3 3 4 2 4 4 1 4 29 72,50
25 siswa 25 4 0 4 4 0 4 4 4 0 4 28 70,00
26 siswa 26 4 3 2 4 0 0 2 4 0 4 23 57,50
27 siswa 27 4 0 3 3 4 4 4 4 1 4 31 77,50
28 siswa 28 2 3 1 3 4 0 2 3 0 4 22 55,00
136

Perhitungan Data Statistik Awal


Kelompok Eksperimen

1. Sebaran Data Nilai Posttest

50,00 55,00 57,50 60,00 62,50 65,00 67,50 70,00 72,50


75,50 77,50 80,00 82,50 85,00 87,50 90,00 92,50 95,00
2. Tabel Distribusi Frekuensi
a. Menentukan jangkauan data/ range (R)
Nilai maksimum = 95,00
Nilai minimum = 50,00
R = nilai maksimum – nilai minimum
= 95,00 – 50,00
= 45,00
b. Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n  n = banyaknya data
K = 1 + 3,3 log 28
K = 1 + 3,3 (1,44)
K = 5,75 ≈ 6
c. Menentukan panjang kelas/ interval (i)
,
i= = = 7,5 ≈ 8

d. Menentukan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya.
Sehingga diperoleh:
Frekuensi
Nilai xi xi2 fixi fixi2
Absolut (f) Relatif(%)
50,00 – 57,00 3 10,71 53,5 2862,25 160,5 8586,75
58,00 – 65,00 5 17,86 61,5 3782,25 307,5 18911,25
66,00 – 73,00 7 25 69,5 4830,25 486,5 33811,75
74,00 – 81,00 4 14,29 77,5 6006,25 310 24025
82,00 – 89,00 6 21,43 85,5 7310,25 513 43861,5
90,00 – 97,00 3 10,71 93,5 8742,25 280,5 26226,75
137

Jumlah 28 100 441 33533,5 2058 155423


3. Perhitungan Rata-rata/ Mean ( )

s=

X= = = 73,5

s=
n = jumlah data

4. Perhitungan Median (Me) s=

Me = b + p s = 154,07
s = 12,41
Me = 65,5 + 8
9. Perhitungan varians (s2)
Me = 65,5 + 8 (0,83)
Untuk menghitung varians
Me = 72,14
menggunakan rumus:
∑ (∑ )
5. Perhitungan Modus (Mo) s2 = ( )
( )
Mo = b + p s2 = ( )

Mo = 49,5 + 8 ( ) s2 =
( )

Mo = 49,5 + 8 (0) s2 =
Mo = 49,5 s2 = 154,07

6. Perhitungan Simpangan Baku (s)


Untuk menghitung simpangan baku
digunakan rumus:
138

Rekapitulasi Data Posttest


Kelompok Kontrol

Butir Soal
No Nama Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 siswa 1 4 2 3 4 1 3 2 0 0 4 23 57,50
2 siswa 2 4 1 3 4 2 2 2 2 0 3 23 57,50
3 siswa 3 3 1 3 3 1 1 3 4 1 2 22 55,00
4 siswa 4 4 0 1 4 3 4 4 4 2 4 30 75,00
5 siswa 5 4 1 3 3 4 4 3 4 1 4 32 80,00
6 siswa 6 2 1 1 2 1 3 3 3 0 3 16 40,00
7 siswa 7 4 3 3 3 4 1 4 4 0 4 30 75,00
8 siswa 8 4 2 2 3 4 2 3 2 0 4 26 65,00
9 siswa 9 4 3 4 4 3 3 4 3 1 4 33 82,50
10 siswa 10 4 2 4 0 2 4 4 4 1 4 29 72,50
11 siswa 11 2 1 2 2 3 1 3 1 0 3 18 45,00
12 siswa 12 4 2 2 4 4 4 4 4 2 4 34 85,50
13 siswa 13 3 1 3 2 3 2 2 3 0 0 17 42,50
14 siswa 14 4 2 2 3 1 4 4 2 2 4 28 70,00
15 siswa 15 4 3 2 2 2 1 1 4 0 1 20 50,00
16 siswa 16 2 1 1 3 2 1 4 3 0 2 19 47,50
17 siswa 17 4 1 2 3 3 4 3 4 1 4 29 72,50
18 siswa 18 4 0 1 2 2 1 4 1 0 1 16 40,00
19 siswa 19 3 0 3 4 2 4 4 3 0 1 24 60,00
20 siswa 20 4 1 4 4 2 4 4 4 1 4 32 80,00
21 siswa 21 4 1 3 4 3 0 3 3 0 4 22 55,00
22 siswa 22 3 0 3 2 0 3 3 0 1 3 18 45,00
23 siswa 23 4 1 3 2 2 2 3 3 0 1 21 52,50
24 siswa 24 4 3 3 3 3 2 4 4 1 4 29 72,50
25 siswa 25 3 0 2 4 1 3 4 4 0 2 23 57,50
26 siswa 26 4 3 2 4 0 0 2 4 0 4 23 57,50
27 siswa 27 4 0 3 3 3 2 4 4 0 3 26 65,00
28 siswa 28 2 0 1 3 4 0 2 3 0 4 19 47,50
139

Perhitungan Data Statistik Awal


Kelompok Kontrol

1. Sebaran Data Nilai Posttest


40,00 42,50 45,00 47,50 50,00 52,50 55,00 57,50
60,00 65,00 70,00 72,50 75,00 80,00 82,50 85,50

2. Tabel Distribusi Frekuensi


a. Menentukan jangkauan data/ range (R)
Nilai maksimum = 85,50
Nilai minimum = 40,00
R = nilai maksimum – nilai minimum
= 85,50 – 40,00
= 45,50
b. Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n  n = banyaknya data
K = 1 + 3,3 log 28
K = 1 + 3,3 (1,44)
K = 5,75 ≈ 6
c. Menentukan panjang kelas/ interval (i)
,
i= = = 7,58 ≈ 8

d. Menentukan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya.
Sehingga diperoleh:
Frekuensi
Nilai xi xi2 fixi fixi2
Absolut (f) Relatif(%)
40,00 – 47,00 7 25 43,5 1892,25 304,5 13245,75
48,00 – 55,00 4 14,28 51,5 2652,25 206 10609
56,00 – 63,00 5 17,85 59,5 3540,25 297,5 17701,25
64,00 – 71,00 3 10,71 67,5 4556,25 202,5 13668,75
72,00 – 79,00 6 21,42 75,5 5700,25 453 34201,5
80,00 – 87,00 3 10,71 83,5 6972,25 250,5 20916,75
140

Jumlah 28 99,97 381 25313,5 1714 110342,5

3. Perhitungan Rata-rata/ Mean , ,


s=

X= = = 61,2 ; n = jumlah s = 5421,3
data s = 73,6
7. Perhitungan varians (s2)
4. Perhitungan Median (Me)
Untuk menghitung varians
Me = b + p menggunakan rumus:
∑ (∑ )
s2 = ( )
Me = 55,5 + 8
( , )
s2 = ( )
Me = 55,5 + 8 ( )
s2 =
Me = 55,5 + (-3,2)
Me = 52,3 s2 =

s2 = 200,7
5. Perhitungan Modus (Mo)

Mo = b + p

Mo = 39,5 + 8

Mo = 39,5 + 8 (0,7)
Mo = 45,1

6. Perhitungan Simpangan Baku (s)


Untuk menghitung simpangan baku
digunakan rumus:

( )

s=

,
s=
Aspek C2 (memahami)
Pretest Kelas Ekperimen Pretest Kelas Kontrol Posttest Kelas Ekaperimen Posttest Kelas Kontrol

Butir Soal Butir Soal Butir Soal Butir Soal


No Nama Skor Nilai No Nama Skor Nilai No Nama Skor Nilai No Nama Skor Nilai
2 5 2 5 2 5 2 5
1 Siswa 1 2 0 2 25 1 Siswa 1 2 1 3 37,5 1 Siswa 1 0 3 3 37,5 1 Siswa 1 2 1 3 37,5
2 Siswa 2 1 0 1 12,5 2 Siswa 2 2 0 2 25 2 Siswa 2 2 1 3 37,5 2 Siswa 2 1 2 3 37,5
3 Siswa 3 2 0 2 25 3 Siswa 3 1 1 2 25 3 Siswa 3 1 1 2 25 3 Siswa 3 1 1 2 25
4 Siswa 4 2 2 4 50 4 Siswa 4 1 3 4 50 4 Siswa 4 3 3 6 75 4 Siswa 4 0 3 3 37,5
5 Siswa 5 4 2 6 75 5 Siswa 5 3 2 5 62,5 5 Siswa 5 2 1 3 37,5 5 Siswa 5 2 4 6 75
6 Siswa 6 4 2 6 75 6 Siswa 6 1 2 3 37,5 6 Siswa 6 1 4 5 62,5 6 Siswa 6 1 1 2 25
7 Siswa 7 4 3 7 87,5 7 Siswa 7 0 2 2 25 7 Siswa 7 3 4 7 87,5 7 Siswa 7 3 4 7 87,5
8 Siswa 8 3 3 6 75 8 Siswa 8 2 2 4 50 8 Siswa 8 3 1 4 50 8 Siswa 8 2 4 6 75
9 Siswa 9 4 2 6 75 9 Siswa 9 1 0 1 12,5 9 Siswa 9 3 3 6 75 9 Siswa 9 3 3 6 75
10 Siswa 10 4 1 5 62,5 10 Siswa 10 1 0 1 12,5 10 Siswa 10 2 2 4 50 10 Siswa 10 2 2 4 50
11 Siswa 11 2 0 2 25 11 Siswa 11 1 3 4 50 11 Siswa 11 3 4 7 87,5 11 Siswa 11 1 3 4 50
12 Siswa 12 1 1 2 25 12 Siswa 12 3 3 6 75 12 Siswa 12 2 2 4 50 12 Siswa 12 2 4 6 75
13 Siswa 13 2 4 6 75 13 Siswa 13 0 0 0 0 13 Siswa 13 1 3 4 50 13 Siswa 13 1 3 4 50
14 Siswa 14 0 3 3 37,5 14 Siswa 14 0 3 3 37,5 14 Siswa 14 2 1 3 37,5 14 Siswa 14 2 1 3 37,5
15 Siswa 15 1 4 5 62,5 15 Siswa 15 1 0 1 12,5 15 Siswa 15 3 2 5 62,5 15 Siswa 15 3 2 5 62,5
16 Siswa 16 2 0 2 25 16 Siswa 16 0 1 1 12,5 16 Siswa 16 3 2 5 62,5 16 Siswa 16 1 2 3 37,5
17 Siswa 17 4 2 6 75 17 Siswa 17 0 1 1 12,5 17 Siswa 17 1 3 4 50 17 Siswa 17 1 3 4 50
18 Siswa 18 0 0 0 0 18 Siswa 18 3 0 3 37,5 18 Siswa 18 4 4 8 100 18 Siswa 18 0 2 2 25
19 Siswa 19 4 1 5 62,5 19 Siswa 19 2 3 5 62,5 19 Siswa 19 0 2 2 25 19 Siswa 19 0 2 2 25
20 Siswa 20 3 1 4 50 20 Siswa 20 2 0 2 25 20 Siswa 20 1 2 3 37,5 20 Siswa 20 1 2 3 37,5
21 Siswa 21 2 0 2 25 21 Siswa 21 2 3 5 62,5 21 Siswa 21 1 3 4 50 21 Siswa 21 1 3 4 50
22 Siswa 22 4 0 4 50 22 Siswa 22 2 0 2 25 22 Siswa 22 2 2 4 50 22 Siswa 22 0 0 0 0
23 Siswa 23 0 0 0 0 23 Siswa 23 2 2 4 50 23 Siswa 23 3 4 7 87,5 23 Siswa 23 1 2 3 37,5
24 Siswa 24 2 2 4 50 24 Siswa 24 2 2 4 50 24 Siswa 24 0 4 4 50 24 Siswa 24 3 3 6 75
25 Siswa 25 1 0 1 12,5 25 Siswa 25 2 3 5 62,5 25 Siswa 25 0 0 0 0 25 Siswa 25 0 1 1 12,5
26 Siswa 26 1 2 3 37,5 26 Siswa 26 0 0 0 0 26 Siswa 26 3 0 3 37,5 26 Siswa 26 3 0 3 37,5
27 Siswa 27 3 0 3 37,5 27 Siswa 27 2 3 5 62,5 27 Siswa 27 0 4 4 50 27 Siswa 27 0 3 3 37,5
28 Siswa 28 2 1 3 37,5 28 Siswa 28 3 4 7 87,5 28 Siswa 28 3 4 7 87,5 28 Siswa 28 0 4 4 50
Nilai Rata-rata 44,643 Nilai Rata-rata 37,9464 Nilai Rata-rata 54,018 Nilai rata-rata 45,536
Aspek C1 (mengetahui)
Pretest Kelas Eksperimen Pretest Kelas Kontrol Posttest Kelas Eksperimen Posttest Kelas Kontrol

Butir Soal Butir Soal Butir Soal Butir Soal


No Nama Skor Nilai No Nama Skor Nilai No Nama Skor Nilai No Nama Skor Nilai
1 3 7 1 3 7 1 3 7 1 3 7
1 Siswa 1 2 2 2 6 50 1 Siswa 1 2 0 1 3 25 1 Siswa 1 4 4 4 12 100 1 Siswa 1 4 3 2 9 75
2 Siswa 2 2 2 2 6 50 2 Siswa 2 3 2 1 6 50 2 Siswa 2 4 3 2 9 75 2 Siswa 2 4 3 2 9 75
3 Siswa 3 2 2 1 5 41,6 3 Siswa 3 3 0 1 4 33,3 3 Siswa 3 3 3 3 9 75 3 Siswa 3 3 3 3 9 75
4 Siswa 4 0 3 4 7 58,3 4 Siswa 4 4 1 2 7 58,3 4 Siswa 4 4 3 4 11 91,6 4 Siswa 4 4 1 4 9 75
5 Siswa 5 0 3 2 5 41,6 5 Siswa 5 4 0 1 5 41,6 5 Siswa 5 4 3 3 10 83,3 5 Siswa 5 4 3 3 10 83,3
6 Siswa 6 3 2 4 9 75 6 Siswa 6 3 2 4 9 75 6 Siswa 6 4 4 4 12 100 6 Siswa 6 2 1 3 6 50
7 Siswa 7 0 3 2 5 41,6 7 Siswa 7 3 0 2 5 41,6 7 Siswa 7 4 3 4 11 91,6 7 Siswa 7 4 3 4 11 91,6
8 Siswa 8 3 2 4 9 75 8 Siswa 8 4 3 0 7 58,3 8 Siswa 8 4 4 3 11 91,6 8 Siswa 8 4 2 3 9 75
9 Siswa 9 4 2 2 8 66,6 9 Siswa 9 4 4 0 8 66,6 9 Siswa 9 4 4 4 12 100 9 Siswa 9 4 4 4 12 100
10 Siswa 10 4 4 1 9 75 10 Siswa 10 3 1 0 4 33,3 10 Siswa 10 4 4 4 12 100 10 Siswa 10 4 4 4 12 100
11 Siswa 11 1 3 1 5 41,6 11 Siswa 11 3 2 1 6 50 11 Siswa 11 4 4 4 12 100 11 Siswa 11 2 2 3 7 58,3
12 Siswa 12 4 2 2 8 66,6 12 Siswa 12 3 2 3 8 66,6 12 Siswa 12 4 2 4 10 83,3 12 Siswa 12 4 2 4 10 83,3
13 Siswa 13 1 4 1 6 50 13 Siswa 13 3 4 1 8 66,6 13 Siswa 13 4 3 2 9 75 13 Siswa 13 3 3 2 8 66,6
14 Siswa 14 3 2 1 6 50 14 Siswa 14 3 0 2 5 41,6 14 Siswa 14 4 2 4 10 83,3 14 Siswa 14 4 2 4 10 83,3
15 Siswa 15 0 2 4 6 50 15 Siswa 15 4 0 1 5 41,6 15 Siswa 15 4 2 1 7 58,3 15 Siswa 15 4 2 1 7 58,3
16 Siswa 16 4 2 0 6 50 16 Siswa 16 3 0 0 3 25 16 Siswa 16 4 4 4 12 100 16 Siswa 16 2 1 4 7 58,3
17 Siswa 17 0 2 3 5 41,6 17 Siswa 17 3 2 2 7 58,3 17 Siswa 17 4 2 3 9 75 17 Siswa 17 4 2 3 9 75
18 Siswa 18 2 2 0 4 33,3 18 Siswa 18 3 2 0 5 41,6 18 Siswa 18 4 3 4 11 91,6 18 Siswa 18 4 1 4 9 75
19 Siswa 19 0 2 1 3 25 19 Siswa 19 2 4 2 8 66,6 19 Siswa 19 3 3 4 10 83,3 19 Siswa 19 3 3 4 10 83,3
20 Siswa 20 0 2 0 2 16,6 20 Siswa 20 3 4 1 8 66,6 20 Siswa 20 4 4 4 12 100 20 Siswa 20 4 4 4 12 100
21 Siswa 21 4 2 0 6 50 21 Siswa 21 2 4 2 8 66,6 21 Siswa 21 4 2 4 10 83,3 21 Siswa 21 4 3 3 10 83,3
22 Siswa 22 1 2 0 3 25 22 Siswa 22 2 3 0 5 41,6 22 Siswa 22 4 4 4 12 100 22 Siswa 22 3 3 3 9 75
23 Siswa 23 3 2 0 5 41,6 23 Siswa 23 3 4 2 9 75 23 Siswa 23 4 2 4 10 83,3 23 Siswa 23 4 3 3 10 83,3
24 Siswa 24 4 4 1 9 75 24 Siswa 24 4 4 1 9 75 24 Siswa 24 4 3 4 11 91,6 24 Siswa 24 4 3 4 11 91,6
25 Siswa 25 4 2 3 9 75 25 Siswa 25 3 2 1 6 50 25 Siswa 25 4 4 4 12 100 25 Siswa 25 3 2 4 9 75
26 Siswa 26 0 2 1 3 25 26 Siswa 26 1 0 1 2 16,6 26 Siswa 26 4 2 2 8 66,6 26 Siswa 26 4 2 2 8 66,6
27 Siswa 27 0 2 2 4 33,3 27 Siswa 27 3 0 0 3 25 27 Siswa 27 4 3 4 11 91,6 27 Siswa 27 4 3 4 11 91,6
28 Siswa 28 0 3 0 3 25 28 Siswa 28 4 1 2 7 58,3 28 Siswa 28 2 1 2 5 41,6 28 Siswa 28 2 1 2 5 41,6
Nilai Rata-rata 51,56 Nilai Rata-rata 50 Nilai Rata-rata 92,308 Nilai Rata-rata 78,8462
Aspek Penguasaan konsep C3 (mengaplikasikan)
Prestest Kelas Eksperimen Pretest Kelas Kontrol Posttest Kelas Ekperimen Pretest Kelas Kontrol

Butir Soal Butir Soal Butir Soal Butir Soal


No Nama Skor Nilai No Nama Skor Nilai No Nama Skor Nilai No Nama Skor Nilai
4 8 9 4 8 9 4 8 9 4 8 9
1 Siswa 1 1 1 0 2 16,6 1 Siswa 1 1 1 0 2 16,6 1 Siswa 1 2 0 0 2 16,6 1 Siswa 1 4 0 0 4 33,3
2 Siswa 2 1 0 1 2 16,6 2 Siswa 2 3 1 1 5 41,6 2 Siswa 2 4 3 3 10 83,3 2 Siswa 2 4 2 0 6 50
3 Siswa 3 0 1 0 1 8,33 3 Siswa 3 2 0 0 2 16,6 3 Siswa 3 3 4 1 8 66,6 3 Siswa 3 3 4 1 8 66,6
4 Siswa 4 2 3 2 7 58,3 4 Siswa 4 0 0 1 1 8,33 4 Siswa 4 4 4 2 10 83,3 4 Siswa 4 4 4 2 10 83,3
5 Siswa 5 0 1 1 1 8,33 5 Siswa 5 1 0 0 1 8,33 5 Siswa 5 3 3 1 7 58,3 5 Siswa 5 3 4 1 8 66,6
6 Siswa 6 0 1 2 3 25 6 Siswa 6 3 0 0 3 25 6 Siswa 6 4 4 3 11 91,6 6 Siswa 6 2 3 0 5 41,6
7 Siswa 7 0 2 2 4 33,3 7 Siswa 7 3 1 1 5 41,6 7 Siswa 7 3 4 0 7 58,3 7 Siswa 7 3 4 0 7 58,3
8 Siswa 8 1 1 4 6 50 8 Siswa 8 3 0 0 3 25 8 Siswa 8 4 4 2 10 83,3 8 Siswa 8 3 2 0 5 41,6
9 Siswa 9 1 0 2 3 25 9 Siswa 9 3 1 1 5 41,6 9 Siswa 9 4 3 1 8 66,6 9 Siswa 9 4 3 1 8 66,6
10 Siswa 10 1 1 1 3 25 10 Siswa 10 3 1 1 5 41,6 10 Siswa 10 0 4 1 5 41,6 10 Siswa 10 0 4 1 5 41,6
11 Siswa 11 0 3 0 3 25 11 Siswa 11 3 0 0 3 25 11 Siswa 11 4 4 2 10 83,3 11 Siswa 11 2 1 0 3 25
12 Siswa 12 4 0 3 7 58,3 12 Siswa 12 1 0 0 1 8,33 12 Siswa 12 0 4 0 4 33,3 12 Siswa 12 4 4 2 10 83,3
13 Siswa 13 0 0 0 0 0 13 Siswa 13 1 0 0 1 8,33 13 Siswa 13 4 4 3 11 91,6 13 Siswa 13 2 3 0 5 41,6
14 Siswa 14 1 1 0 2 16,6 14 Siswa 14 3 1 0 4 33,3 14 Siswa 14 3 2 2 7 78,3 14 Siswa 14 3 2 2 7 58,3
15 Siswa 15 0 0 0 0 0 15 Siswa 15 0 0 0 0 0 15 Siswa 15 2 4 0 6 50 15 Siswa 15 2 4 0 6 50
16 Siswa 16 4 2 0 6 50 16 Siswa 16 3 2 0 5 41,6 16 Siswa 16 4 3 4 11 91,6 16 Siswa 16 3 3 0 6 50
17 Siswa 17 3 1 0 4 33,3 17 Siswa 17 3 0 2 5 41,6 17 Siswa 17 3 4 1 8 66,6 17 Siswa 17 3 4 1 8 66,6
18 Siswa 18 3 1 0 4 33,3 18 Siswa 18 3 0 0 3 25 18 Siswa 18 4 4 3 11 91,6 18 Siswa 18 2 3 0 5 41,6
19 Siswa 19 3 0 3 6 50 19 Siswa 19 3 0 3 6 50 19 Siswa 19 4 3 0 7 78,3 19 Siswa 19 4 4 0 8 66,6
20 Siswa 20 0 2 0 2 16,6 20 Siswa 20 3 2 0 5 41,6 20 Siswa 20 4 4 1 9 75 20 Siswa 20 4 4 1 9 75
21 Siswa 21 1 1 0 2 16,6 21 Siswa 21 3 1 0 4 33,3 21 Siswa 21 3 3 2 8 66,6 21 Siswa 21 4 3 0 7 58,3
22 Siswa 22 0 1 0 1 8,33 22 Siswa 22 3 2 1 6 50 22 Siswa 22 4 4 2 10 83,3 22 Siswa 22 2 0 1 3 25
23 Siswa 23 0 0 3 3 25 23 Siswa 23 1 1 0 2 16,6 23 Siswa 23 4 4 1 9 75 23 Siswa 23 2 3 0 5 41,6
24 Siswa 24 1 0 0 1 8,33 24 Siswa 24 2 0 0 2 16,6 24 Siswa 24 3 4 1 8 66,6 24 Siswa 24 3 4 1 8 66,6
25 Siswa 25 4 2 0 6 50 25 Siswa 25 0 2 0 2 16,6 25 Siswa 25 4 4 0 8 66,6 25 Siswa 25 4 4 0 8 66,6
26 Siswa 26 1 0 0 1 8,33 26 Siswa 26 2 1 0 3 25 26 Siswa 26 4 4 0 8 66,6 26 Siswa 26 4 4 0 8 66,6
27 Siswa 27 0 1 4 5 41,6 27 Siswa 27 0 2 4 6 50 27 Siswa 27 3 4 1 8 66,6 27 Siswa 27 3 4 0 7 58,3
28 Siswa 28 0 1 0 1 8,33 28 Siswa 28 1 1 1 3 25 28 Siswa 28 3 3 0 6 50 28 Siswa 28 3 3 0 6 50
Nilai Rata-rata 29,5 Nilai Rata-rata 30 Nilai Rata-rata 62,5 Nilai Rata-rata 46,429
Aspek Penguasaan Konsep C4 (manganalisis)
Pretest Kelas Ekperimen Pretest Kelas Kontrol Posttest Kelas Eksperimen Posttest Kelas Kontrol

Butir Soal Butir Soal Butir Soal Butir Soal


No Nama Skor Nilai No Nama Skor Nilai No Nama Skor Nilai No Nama Skor Nilai
6 10 6 10 6 10 6 10
1 Siswa 1 0 1 1 12,5 1 Siswa 1 0 0 0 0 1 Siswa 1 3 4 7 87,5 1 Siswa 1 3 4 7 87,5
2 Siswa 2 0 1 1 12,5 2 Siswa 2 1 0 1 12,5 2 Siswa 2 3 3 6 75 2 Siswa 2 2 3 5 62,5
3 Siswa 3 1 2 3 37,5 3 Siswa 3 0 0 0 0 3 Siswa 3 1 2 3 37,5 3 Siswa 3 1 2 3 37,5
4 Siswa 4 2 2 4 50 4 Siswa 4 0 1 1 12,5 4 Siswa 4 4 4 8 100 4 Siswa 4 4 4 8 100
5 Siswa 5 3 2 5 62,5 5 Siswa 5 2 2 4 50 5 Siswa 5 2 1 3 37,5 5 Siswa 5 4 4 8 100
6 Siswa 6 0 1 1 12,5 6 Siswa 6 1 0 1 12,5 6 Siswa 6 4 4 8 100 6 Siswa 6 3 3 6 75
7 Siswa 7 0 2 2 25 7 Siswa 7 1 2 3 37,5 7 Siswa 7 1 4 5 62,5 7 Siswa 7 1 4 5 62,5
8 Siswa 8 1 2 3 37,5 8 Siswa 8 0 0 0 0 8 Siswa 8 4 4 8 100 8 Siswa 8 2 4 6 75
9 Siswa 9 0 2 2 25 9 Siswa 9 0 1 1 12,5 9 Siswa 9 3 4 7 87,5 9 Siswa 9 3 4 7 87,5
10 Siswa 10 0 2 2 25 10 Siswa 10 0 0 0 0 10 Siswa 10 4 4 8 100 10 Siswa 10 4 4 8 100
11 Siswa 11 0 2 2 25 11 Siswa 11 1 2 3 37,5 11 Siswa 11 4 4 8 100 11 Siswa 11 1 3 4 50
12 Siswa 12 1 2 3 37,5 12 Siswa 12 0 0 0 0 12 Siswa 12 4 4 8 100 12 Siswa 12 4 4 8 100
13 Siswa 13 0 2 2 25 13 Siswa 13 0 0 0 0 13 Siswa 13 4 4 8 100 13 Siswa 13 2 0 2 25
14 Siswa 14 1 1 2 25 14 Siswa 14 0 0 0 0 14 Siswa 14 4 4 8 100 14 Siswa 14 4 4 8 100
15 Siswa 15 0 1 1 12,5 15 Siswa 15 0 0 0 0 15 Siswa 15 1 1 2 25 15 Siswa 15 1 1 2 25
16 Siswa 16 0 2 2 25 16 Siswa 16 2 0 2 25 16 Siswa 16 3 4 7 87,5 16 Siswa 16 1 2 3 37,5
17 Siswa 17 2 2 4 50 17 Siswa 17 0 0 0 0 17 Siswa 17 4 4 8 100 17 Siswa 17 4 4 8 100
18 Siswa 18 1 2 3 37,5 18 Siswa 18 1 0 1 12,5 18 Siswa 18 4 4 8 100 18 Siswa 18 1 1 2 25
19 Siswa 19 0 0 0 0 19 Siswa 19 0 0 0 0 19 Siswa 19 4 1 5 62,5 19 Siswa 19 4 1 5 62,5
20 Siswa 20 0 0 0 0 20 Siswa 20 0 0 0 0 20 Siswa 20 4 4 8 100 20 Siswa 20 4 4 8 100
21 Siswa 21 1 0 1 12,5 21 Siswa 21 1 1 2 25 21 Siswa 21 3 3 6 75 21 Siswa 21 0 4 4 50
22 Siswa 22 0 2 2 25 22 Siswa 22 3 0 3 37,5 22 Siswa 22 4 3 7 87,5 22 Siswa 22 3 3 6 75
23 Siswa 23 0 2 2 25 23 Siswa 23 0 0 0 0 23 Siswa 23 4 4 8 100 23 Siswa 23 2 1 3 37,5
24 Siswa 24 0 2 2 25 24 Siswa 24 0 0 0 0 24 Siswa 24 2 4 6 75 24 Siswa 24 2 4 6 75
25 Siswa 25 1 2 3 37,5 25 Siswa 25 0 1 1 12,5 25 Siswa 25 4 4 8 100 25 Siswa 25 3 2 5 62,5
26 Siswa 26 0 2 2 25 26 Siswa 26 1 0 1 12,5 26 Siswa 26 0 4 4 50 26 Siswa 26 0 4 4 50
27 Siswa 27 0 2 2 25 27 Siswa 27 0 1 1 12,5 27 Siswa 27 4 4 8 100 27 Siswa 27 2 3 5 62,5
28 Siswa 28 1 2 3 37,5 28 Siswa 28 0 1 1 12,5 28 Siswa 28 0 4 4 50 28 Siswa 28 0 4 4 50
Nilai Rata-rata 26,786 Nilai Rata-rata 11,6071 Nilai Rata-Rata 82,1429 Nilai Rata-rata 66,9643
Nilai Rata-rata
Aspek Pretest Posttest
Penguas Kelas Kelas
aan Esperim Kelas Eksperi Kelas
Konsep en Kontrol men Kontrol
Menging
at (C1) 45,96 47,06 88,60 80,88
Memaha
mi (C2) 40,44 40,49 70,22 71,87
Mengapli
kasikan
(C3) 25,74 18,38 72,43 54,04
Menganal
isis (C4) 19,48 23,53 62,5 51,84

Aspek Pretest
Penguas
50 45,96 47,06
Kelas 45 40,44 40,49
Esperim Kelas 40
en Kontrol 35
Menging 30 25,74
at (C1) 45,96 47,06 25
18,38
Memaha 20
mi (C2) 40,44 40,49 15
Mengapli 10
kasikan 5
(C3) 25,74 18,38 0
Menganal Mengingat (C1) Memahami (C2) Mengaplikasikan (C3)
isis (C4) 19,48 23,53 Kelas Esperimen Kelas Kontrol

100
88,6
Kelas 90 80,88
Eksperi Kelas 80 70,22 71,87 72,43
men Kontrol 70
60 54,04
70
60 54,04
Menging
50
at (C1) 88,6 80,88
40
Memaha 30
mi (C2) 70,22 71,87 20
Mengapli 10
kasikan 0
(C3) 72,43 54,04 Mengingat (C1) Memahami (C2) Mengaplikasikan
(C3)
Menganal
isis (C4) 62,5 51,84 Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
23,53
19,48

aplikasikan (C3) Menganalisis (C4)

62,5
54,04 51,84
62,5
54,04 51,84

Mengaplikasikan Menganalisis (C4)


(C3)

Kelas Kontrol
145

Lampiran C.3
Persiapan Uji Normalitas Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal


dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah Uji
Liliefors.
Langkah-langkah uji Liliefors adalah sebagai berikut:
a. Urutkan data sampel dari yang terkecil sampai yang paling terbesar.
b. Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus:
Xi  X
Zi =
S
Keterangan:
Zi = Skor baku
X = Nilai rata-rata
Xi = Skor data ke- i
S = Simpangan baku
c. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Z,
dan sebut dengan F (Zi).
Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel
Zi < 0, maka F (Zi) = 1 – (0,5 + nilai tabel)
d. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2,…, Zn yang lebih atau sama dengan Zi jika
proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka:
Banyaknya Z 1, Z 2, ...Z n
S (Zi) = yang  Zi
n
e. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya
F (Z i )  S (Z i )

f. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai ini
disebut Lo.
Lo = max F ( Z i )  S ( Z i )
146

g. Interpretasikan dengan membandingkannya pada tabel L.


h. Kesimpulan:
Jika Lo < Lt : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal
Lo > Lt : Sampel tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS PRETEST KELAS


EKSPERIMEN

No. Xi F zn zi zt F(zi) S(zi) F(z i )  S(z i )

1. 17,50 2 2 -2,21 0,4861 0,0139 0,0714 0,0575


2. 20,00 3 5 -1,85 0,4678 0,0322 0,1786 0,1464
3. 22,50 3 8 -0,15 0,0596 0,4404 0,2857 0,1547
4. 25,50 2 10 -0,11 0,0438 0,4562 0,3571 0,0991
5. 27,50 2 12 -0,07 0,0279 0,4721 0,4286 0,0435
6. 30,00 1 13 -0,42 0,1628 0,3372 0,4643 0,1271
7. 32,50 3 16 0.07 0,0279 0,7279 0,5714 0,1565
8. 35,00 2 18 0,28 0,1103 0,6103 0,6429 0,0326
9. 40,00 1 19 1,09 0,0359 0,5359 0,6786 0,1427
10. 42,50 3 22 1,35 0,4115 0,9115 0,7857 0,1258
11. 45,00 3 25 1,71 0,4564 0,9636 0,8929 0,0707
12. 47,50 1 26 2,07 0,4808 0,9809 0,9286 0,0523
13. 50,00 1 27 2,42 0,4922 0,9922 0,9643 0,0279
14. 57,50 1 28 3,5 0,4998 0,9998 1 0,0002

Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab,
(0,1208 < 0,161) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
147

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS PRETEST


KELAS KONTROL

No. Xi F zn zi zt F(zi) S(zi) F(z i )  S(z i )

1. 15,00 1 1 -2,33 0,4904 0,0096 0,0357 0,0261


2. 20,00 1 2 -1,32 0,4066 0,0934 0,0714 0,022
3. 22,50 1 3 -1,23 0,3907 0,1093 0,1071 0,0022
4. 25,00 2 5 -1,19 0,3830 0,117 0,1786 0,0616
5. 30,00 2 7 -0,40 0,1557 0,3443 0,25 0,0943
6. 32,50 2 9 -0,13 0,0517 0,4483 0,3214 0,1269
7. 35,00 3 12 0,12 0,0478 0,5478 0,4286 0,1192
8. 37,50 10 22 0,39 0,1517 0,6517 0,7857 0,134
9. 40,00 3 25 0,66 0,2454 0,7454 0,8929 0,1475
10. 45,00 1 26 1,19 0,3830 0,883 0,9286 0,0456
11. 47,50 2 28 1,46 0,4279 0,9279 1 0,0721

Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab,
(0,1475 < 0,161) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
148

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS POSTTEST


KELAS EKSPERIMEN

No. Xi F zn zi zt F(zi) S(zi) F(z i )  S(z i )

1. 50,00 1 1 -1,61 0,4463 0,0537 0,0357 0,018


2. 55,00 2 3 -1,44 0,4251 0,0749 0,0714 0,0035
3. 57,50 2 5 -1,26 0,3962 0,1038 0,1071 0,0033
4. 60,00 2 7 -1,17 0,3790 0,121 0,1429 0,0219
5. 62,50 1 8 -0,89 0,3133 0,1867 0,0714 0,1153
6. 65,00 1 9 -0,70 0,2580 0,242 0,3571 0,1151
7. 70,00 3 12 -0,52 0,1985 0,3015 0,4286 0,1271
8. 72.50 3 15 -0,33 0,1293 0,3770 0,4643 0,0873
9. 75,50 1 16 -0,14 0,0943 0,4057 0,5 0,0943
10. 77,50 1 17 0,23 0,0910 0,591 0,6071 0,0161
11. 80,00 2 19 0,40 0,1554 0,6554 0,7143 0,0589
12. 82,50 3 22 0,59 0,2224 0,7224 0,75 0,0276
13. 85,00 1 23 0,78 0,2823 0,7823 0,7857 0,0034
14. 87,50 2 25 0,96 0,3315 0,8315 0,8571 0,0256
15. 90,00 1 26 1,15 0,3749 0,8749 0,9286 0,0537
16. 92,50 1 27 1,52 0,4357 0,9357 0,9975 0,0643
17. 95,00 1 28 1,56 0,4468 0,9965 1 0,0655

Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab,
(0,1271 < 0,161) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
149

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS POSTTEST


KELAS KONTROL

No. Xi F zn zi zt F(zi) S(zi) F(z i )  S(z i )

1. 40,00 2 2 -1,68 0,4535 0,0465 0,0714 0,0249


2. 42,50 1 3 -1,48 0,4306 0,0694 0,1071 0,0377
3. 45,00 2 5 -1,28 0,3997 0,1003 0,1786 0,0783
4. 47,50 2 7 -1,08 0,3599 0,1401 0,25 0,1099
5. 50,00 1 8 -0,69 0,2549 0,2451 0,2857 0,0406
6. 52,50 1 9 -0,56 0,2123 0,2877 0,3214 0,0337
7. 55,00 2 11 -0,49 0,1879 0,3121 0,3929 0,0808
8. 57.50 4 15 -0,29 0,1141 0,3859 0,5357 0,1498
9. 60,00 1 16 -0,09 0,0359 0,4641 0,5714 0,1073
10. 65,00 2 18 0,03 0,0120 0,512 0,6429 0,1309
11. 70,00 1 19 0,07 0,0279 0,5279 0,6786 0,115
12. 72,50 3 22 0,89 0,3133 0,8133 0,7857 0,0276
13. 75,00 2 24 1,09 0,3621 0,8621 0,8571 0,005
14. 80,00 2 26 1,49 0,4319 0,9319 0,9286 0,0033
15. 82,50 1 27 1,69 0,4545 0,9545 0,9643 0,0098
16. 85,50 1 28 1,93 0,4732 0,9732 1 0,0268

Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab,
(0,1498 < 0,161) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
150

PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS

1. Uji Homogenitas Data Pretest


2
S1
2
F = S2
n  fixi 2  ( fixi) 2
2
dimana S =
n (n  1)
Keterangan:
F : Nilai uji F
S12 : Varians terbesar
S22 : Varians terkecil
Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:
Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho
ditolak jika Fh > Ft, dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen.

Jadi,
,
F= = ,
= 0,0609

Dengan, S12 = Varians kelas eksperimen


S22 = Varians kelas kontrol

- Interpolarisasi
Pembilang = 28 – 1 = 27
Penyebut = 28 – 1 = 27
F(24,27) = 1,93
F(27,30) = 1,88
F(27,27) = 3 (1,93) + 3 (1,88) = 1,905
6
151

Didapat Ft dengan pembilang df = 28 – 1 = 27 dengan penyebut df = 28 – 1 =


27 didapat Ft = 1,905 (dengan derajat signifikan 95%). Fh < Ft (0,0609 <
1,905). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
2. Uji Homogenitas Data Posttest

S12 n  fixi 2  ( fixi) 2


F = S22 d dimana S2 =
n (n  1)
Keterangan:
F : Nilai uji F
S12 : Varians terbesar
S22 : Varians terkecil
Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:
Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho
ditolak jika Fh > Ft, dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen.

Jadi,
,
F= = ,
= 0,4214

Dengan, S12 = Varians kelas eksperimen


S22 = Varians kelas kontrol

- Interpolarisasi
Pembilang = 28 – 1 = 27
Penyebut = 28 – 1 = 27
F(24,27) = 1,93
F(27,30) = 1,88
F(27,27) = 3 (1,93) + 3 (1,88) = 1,905
6
Didapat Ft dengan pembilang df = 28 – 1 = 27 dengan penyebut df = 28 – 1 =
27 didapat Ft = 1,905 (dengan derajat signifikan 95%). Fh < Ft (0,4214 <
1,905). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
150

Lampiran C.4
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS

1. Uji Homogenitas Data Pretest


2
S1
F 2
S2

n  fixi 2  ( fixi) 2
dimana S2 =
n (n  1)
Keterangan:
F : Nilai uji F
S12 : Varians terbesar
S22 : Varians terkecil
Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:
Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho
ditolak jika Fh > Ft, dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen.

Jadi,
,
F= = ,
= 0,0609

Dengan, S12 = Varians kelas eksperimen


S22 = Varians kelas kontrol

- Interpolarisasi
Pembilang = 28 – 1 = 27
Penyebut = 28 – 1 = 27
F(24,27) = 1,93
F(27,30) = 1,88
F(27,27) = 3 (1,93) + 3 (1,88) = 1,905
6
151

Didapat Ft dengan pembilang df = 28 – 1 = 27 dengan penyebut df = 28 – 1 =


27 didapat Ft = 1,905 (dengan derajat signifikan 95%). Fh < Ft (0,0609 <
1,905). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
2. Uji Homogenitas Data Posttest

S12 n  fixi 2  ( fixi) 2


F = S22 d dimana S2 =
n (n  1)
Keterangan:
F : Nilai uji F
S12 : Varians terbesar
S22 : Varians terkecil
Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:
Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho
ditolak jika Fh > Ft, dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen.

Jadi,
,
F= = ,
= 0,4214

Dengan, S12 = Varians kelas eksperimen


S22 = Varians kelas kontrol

- Interpolarisasi
Pembilang = 28 – 1 = 27
Penyebut = 28 – 1 = 27
F(24,27) = 1,93
F(27,30) = 1,88
F(27,27) = 3 (1,93) + 3 (1,88) = 1,905
6
Didapat Ft dengan pembilang df = 28 – 1 = 27 dengan penyebut df = 28 – 1 =
27 didapat Ft = 1,905 (dengan derajat signifikan 95%). Fh < Ft (0,4214 <
1,905). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
152
152

Lampiran C.5

PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS

1. Uji Hipotesis Data Pretest

thit =
XE  XK
dengan S = 2 n E  1S E  n K  1S K
2 2

1 1 nE  nK  2
S gab . 
nE nK

thit =
33,28  32,5
S2 =
28  1 9,39  28  184,57
1 1 28  2 8  2
6,85. 
28 28
0,75 253,53  2283,39
thit = S2 =
6,85.0,26 54
0,75
thit = S= 46,98
1,781
thit = 0,438 S = 6,85

Kriteria pengujian a. Terima Ho jika thitung < ttabel


b. Tolak Ho jika thitung > ttabel

df = n1 + n2 – 2
df = 28 + 82 – 2 = 54
Perhitungan interpolarisasi uji-t:
t(40,95%) = 2,021 t(60, 95%) = 2,000
Selisih antara ttab (40) dengan df adalah 20, jadi t untuk df 54, adalah:
1
t(66, 95%) = 1 – (2,021 – 2,000) = 0,999
54

Dari uji-t menunjukkan bahwa thit < ttab (0,438 < 0,999), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan. Hal ini dikarenakan
belum adanya perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol.
153

2. Uji Hipotesis Data Posttest

thit =
XE  XK
dengan S = 2 n E  1S E  n K  1S K
2 2

1 1 nE  nK  2
S gab . 
nE nK

thit =
73,5  61,2
S2 =
28  1 154,07  28  1200,7
1 1 28  28  2
33,21. 
28 28
12,3 54159,89  5418,9
thit = S2 =
33,21. 0,26 54

12,3
thit = S = 1103,31
3,198
thit = 3,846 S = 33,21

Kriteria pengujian a. Terima Ho jika thitung < ttabel


b. Tolak Ho jika thitung > ttabel

df = n1 + n2 – 2
df = 28+ 28 – 2 = 54
Perhitungan interpolarisasi uji-t:
t(40,95%) = 2,021 t(60, 95%) = 2,000
Selisih antara ttab (60) dengan df adalah 20, jadi t untuk df 54, adalah:
1
t(66, 95%) = 1 – (2,021 – 2,000) = 0,999
54

Dari uji-t menunjukkan bahwa thit > ttab (3,846 > 1,99) dengan df =(34 +
34) – 2 = 66 (melalui interpolarisasi), pada derajat signifikan 95%. Maka dapat
disimpulkan bahwa kedua kelas berbeda nyata (Ho ditolak dan Ha diterima), yaitu
terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran generative
learning terhadap penguasaan konsepfisika siswa.
154
155
156
157
158

Anda mungkin juga menyukai