Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit ginjal kronis (CKD) merupakan masalah kesehatan
masyarakat di seluruh dunia dan sekarang dikenal sebagai kondisi umum
yang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan gagal ginjal
kronis. Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ
ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama
sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam
darah atau produksi urin.
Penyakit Gagal Ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita
penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak berlangsung pada
ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang
berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia (Lenggogeni, 2014).
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang
merusak massa nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan
penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada
traktus urinarius juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Pada awalnya,
beberapa penyakit ginjal terutama menyerang glomerulus (glomerulonefritis),
sedangkan jenis yang lain terutama menyerang tubuls ginjal (pielonefritis
atau penyakit polikistik ginajl) atau dapat juga mengganggu perfusi darah
pada parenkim ginjal (nefrosklerosis). Namun, bila proses penyakit tidak
dihambat, maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti
dengan jaringan parut.
Meskipun penyebabnya banyak, manifestasi klinis gagal ginjal kronik
sangat mirip satu sama lain karena gagal ginjal progresif dapat didefinisikan
secara sederhana sebagai defisiensi jumlah total nefron yang berfungsi dan

1
kombinasi gangguan yang tidak pasti tidak adapat dielakkan lagi. Oleh sebab
itu, penyusun menyusun asuhan keperawatan pada pasien Tn. ‘I’ dengan
diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) di Poli Penyakit Dalam
RSUD Sleman.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan asuhan keperawatan ini adalah untuk mengetahui masalah pasien
Tn ‘J’ dengan diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD).

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi Chronic Kidney Disease (CKD)
b. Untuk mengetahui patofisiologi Chronic Kidney Disease (CKD)
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala Chronic Kidney Disease (CKD)
d. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Chronic Kidney Disease
(CKD)
e. Untuk mengetahui komplikasi Chronic Kidney Disease (CKD)
f. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Chronic Kidney
Disease (CKD)

2
BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal
progresif yang ireversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya
uremia dan azotemia (Smeltzer, 2011).
CKD adalah proses kerusakan ginjal selama rentang waktu lebih dari tiga
bulan. Chronic Kidney Disease (CKD) dapat menimbulkan simtoma, yaitu
laju filtrasi glomerular berada di bawah 60 ml/men/1.73 m2, atau diatas nilai
tersebut yang disertai dengan kelainan sedimen urine. Selain itu, adanya batu
ginjal juga dapat menjadi indikasi Chronic Kidney Disease pada penderita
kelainan bawaan, seperti hioeroksaluria dan sistinuria (Nurarif, 2015)
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana
ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan
samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia
atau azotemia (Smeltzer, 2011).

B. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesis nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾
dari nefron-nefron rusak (Padila, 2012).
Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
diabsorpsi berakibat diuretik osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya

3
karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai
retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun 15ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normal
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap system tubuh.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dengan CKD menurut (Rendy, 2012) yaitu:
Menurut perjalanan klinisnya:
1. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat
menurun hingga 25% dari normal.
2. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliura dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
3. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom urenik (lemah,
letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan),
neuropatik perifer, peruritus, urenik frosfrost, pericarditis, kejang-kejang
sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit,
kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan
biokimia dan gejala yang komplek. Gejala komplikasinya antara lain,
hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolic,
gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, klorida).

D. Pemeriksaan Penunjang
Di dalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun
kolaborasi antara lain:
1. Pemeriksaan laboratorium darah

4
2. Urine
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
4. Radiologi

E. Komplikasi
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2011), komplikasi potensial gagal ginjal kronik
yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :
1. Hiperglikemia
Akibat penurunan eksresi, asidosis metabolic, katabolisme dan masukan
diet berlebih
2. Pericarditis
Efusi pericardical, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
urenik dan dialysis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi
Akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi system rennin,
angiotensin, aldosteron
4. Anemia
Akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
peradangan gasstro intestinal
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi fosfat

F. Asuhan Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan CKD (Herdman, 2015):
1. Penurunan curah jantung
a. Tujuan:
1) tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal
2) nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
b. Intervensi:
Perawatan Jantung
1) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi, durasi, dan
faktor pencetus nyeri)

5
2) Lakukan penilaian komprehensif terhadap sirkulasi perifer (misal :
cek nadi perifer, edema, pengisian, kapiler, dan suhu ekstrimitas)
3) Observasi tanda tanda vital
4) Observasi disritmia jantung termasuk gangguan irama dan
konduksi
5) Instruksikan klien dan keluarga tentang pembatasan aktivitas.
6) Anjurkan klien untuk melaporkan adanya ketidaknyamanan dada

c. Rasional
1) Dengan di lakukan evaluasi nyeri dada dapat di ketahui kelainan
pada dada
2) Dapat di ketahui kesesuaian dengan tanda gejala chf
3) Agar selalu terkontrol tekanan darah dan nadi
4) Untuk mengetahui ada tidaknya irama tambahan
5) Agar tidak terjadi komplikasi lain
6) Klien dapat di observasi lebih lanjut
2. Nyeri akut

a. tujuan

1) level nyeri berkurang

2) klien dapat mengontol rasa nyerinya

b. Intervensi:

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif


2) Berikan analgesik sesuai waktu paruh
3) Ajarkan penggunakan tekhnik non farmakologi
4) Monitor tanda-tanda vital

c. Rasional

1) Di harapkan mampu mengetahui nyeri yang di rasa klien secara


tepat dan dapat di berikan intervensi secara tepat

6
2) Agar dosis tepat

3) Dapat mengurangi nyeri dan dapat di lakukan sendiri baik oleh


keluarga/klien

4) di harapkan mampu memonitor kecemasan klien dengan di ketahui


nadinya

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


a. Tujuan
1) Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria
hasil: menunjukan BB stabil
b. Intervensi:
Manajemen Nutrisi
1) Tanyakan pada klien tentang alergi terhadap makanan.
2) Tanyakan makanan kesukaan klien.
3) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan tipe nutrisi
yang dibutuhkan.
c. Rasional

1) Untuk meminimalkan kesalahan penyusunan menu diet

2) Dengan di berikan makanan kesukaan klien, maka diet dapat


berlangsung secara lancar

3) Dapat memberikan diet yang tepat

4. Intoleransi aktivitas
a. Tujuan
Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
b. Intervensi:
1)Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2)Mabilisasi pasien (ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali)
3)Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien
c. Rasional

7
1) Dengan pakaian longgar klien lebih bebas beraktivitas
2) Mengurangi dekubitus dan melatih klien bergerak
3) Dapat mengevaluasi kemampuan aktivitas klien

8
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather., Kamitsuru, Shigemi. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi


Klasifikasi 2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC
Lenggogeni, Adisti. 2014. Inilah 8 Komplikasi Yang Bisa Disebabkan Oleh
Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 2.Yogyakarta :
Mediaction

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Rendy, Clevo dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah


Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2011). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai