Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENYAKIT ASMA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Patofisiologi


Dosen Mata Ajar : Linda Widyarani, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh:

1. Septita Nurrohmah 7. Vening Taufiqi


2. Sholikah Handayani 8. Windi Setyani O D
3. Siti Nurkhofifah R 9. Wisnu Kurniawan
4. Tania Ariani 10. Yatini
5. Tika Lestari 11. Yuma Kinensy
6. Tri Kusumastuti R 12. Rismalinda A N

Kelas 1D

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Asma


Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada jalan napas. Pada
individu yang rentang, inflamasi ini menyebabkan episode rekuren dari batuk,
mengi, dada terasa sesak dan sulit bernapas. Inflamasi membuat jalan napas
peka terhadap rangsangan seperti allergen, iritan kimia, asap rokok, udara
dingin, atau olahraga. Saat terpajan dengan rangsangan ini, jalan napas dapat
menjadi bengkak, terkonstriksi, terisi mucus dan hiperresponsif terhadap
berbagai rangsangan. Keterbatasan aliran udara yang disebabkannya bersifat
reversible (tetapi tidak seluruhnya pada beberapa pasien), baik secara
spontan maupun dengan pengobatan. Jika terapi asma memadai, inflamasi
dapat diturunkan untuk jangka waktu yang panjang, gejala dapat dikontrol, dan
sebagian besar masalah yang berhubungan dengan asma dapat dicegah
(Gina,1995).
Asma adalah kondisi inflamasi kronik dan umum pada jalan napas yang
penyebabnya tidak sepenuhnya dipahami. Sebagai akibat dari inflamasi, jalan
napas menjadi hiperresponsif dan mudah menyempit sebagai respon terhadap
berbagai jenis rangsang. Hal ini dapat mengakibatkan batuk, mengi, dada
terasa sesak, dan napas pendek dan gejala-gejala ini sering kali memburuk
pada malam hari. Penyempitan jalan napas biasanya reversible, tetapi pada
beberapa pasien dengan asma kronik, inflamasi dapat menyebabkan obstruksi
aliran udara yang tidak reversible. Ciri-ciri patologis yang khas termasuk
adanya sel inflamasi pada jalan napas, exsudat plasma, edema, hipertrofi otot
polos, sumbatan mucus dan terlepasnya epitel (BTS, 1997).
Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada jalan napas. Sebagai
akibat dari inflamasi, jalan napas menjadi hiperresponsif dan mudah
menyempit sebagai respon terhadap berbagai jenis rangsang. Hal ini dapat
mengakibatkan batuk, mengi, dada terasa sesak, dan napas pendek dan
gejala-gejala ini sering kali memburuk pada malam hari.

B. Tanda dan Gejala Penyakit Asma pada Usia Dewasa


a. Gejala secara umum
Perubahan saluran napas yang terjadi pada asma menyebabkan
dibutuhkannya usaha yang jauh lebih keras untuk memasukkan dan
mengeluarkan udara dari paru-paru. Hal tersebut dapat memunculkan
gejala:
1. Sesak napas atau sulit bernapas
2. Sesak dada
Hiperinflasi akibat obstruksi saluran napas menyebabkan
toraks teregang. Compliance paru menurun, kerja napas meningkat,
dan dideteksi oleh saraf-saraf sensorik dinding dada.

3. Mengi atau napas berbunyi (Wheezing)


Kontraksi otot polos, bersama dengan hipersekresi dan retensi
mucus, menyebabkan pengurangan caliber saluran napas dan
turbulensi aliran udara yang berkepanjangan.
4. Batuk (lebih sering terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa)
Batuk terjadi akibat kombinasi penyempitan saluran
napas,hipersekresi mucus, dan hiperresponsivitas aferen saraf yang
dijumpai pada peradangan saluran napas.
Tidak semua orang akan mengalami gejala-gejala tersebut beberapa
orang dapat mengalaminya dari waktu kewaktu. Dan beberapa orang
lainnya selalu mengalamainya sepanjang hidupnya. Gejala asma sering
kali memburu pada malam hari atau setelah mengalami kontak dnegan
pemicu asma.

b. Gejala penyakit asma pada orang dewasa


1. Terjadi kesulitan bernapas yang akan disebabkan sesak napas atau
terjadinya napas yang sering kali setengah-setengah. Dan gejala ini
merupakan gejala pada penyakit asma yang paling umum.
2. Terjadinya keseringan batuk-batuk. Batuk bisa berupa tanda adanya
sesuatu yang salah pada paru-paru kita atau pada saluran
pernapasan.
3. Seringnya mengalami perasaan yang lelah dan lesu. Kedua hal
tersebut menunjukkan bahwa tidak akan terdapat cukup oksigen yang
dapat di distribusikan ke dalam tubuh oleh paru-paru.
4. Dapat terjadinya dada terasa sering sesak. Hal tersebut dapat
menunjukkan suatu kondisi bahwa paru-paru akan berada di bawah
tekanan dan sebagai akibatnya maka akan timbul rasa sakit konstan
yang akan terjadi di daerah tersebut.
5. Akan merasa susah tidur. Dan kondisi ini akan dapat menyebabkan
tubuh kita terasa letih, lesuh ketika keesokan harinya.
6. Adanya ketidakmampuan untuk terlibat dalam suatu aktifitas fisik yang
panjang tanpa mengalami suatu masalah pada pernapasan.
7. Pembacaan rendah bila diperiksa menggunakan peak flow meter.
Sedangkan peak flow meter sendiri adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur fungsi paru-paru dan untuk menentukan apakah paru-
paru dapat bekerja pada tingkat normal untuk memanfaatkan oksigen.

C. Faktor Risiko Serangan Asma


Faktor risiko asama terdiri atas faktor penjamu (genetik, objekstif, dan jenis
kelamin) Serta faktor lingkungan. Selain itu terdapat faktor yang memengaruhi
timbulnya asma yang dikenal dengan faktor pencetus. Berupa elergen (debu
,bulu, binatang, kecoa, jamur, tepung sari dan sebagainya). Infeksi virus
pernapasan, polutan, dan obat-obatan. Serangan asma terjadi terutama bila
ada faktor pencetus. Faktor pencetus serangan asma dari luar dapat berupa
perubahan cuaca (dingin, hujan, gerah, debu, polusi udara, zat-zat kimia dari
obat anti nyamuk, sampai wangi-wangian atau berbagai jenis makanan. Dari
dalam tubuh dapat berupa infeksi virus, sinusitis, atau stres ( banyak pikiran,
emosi, dan lainnya ). Semua faktor pencetus tersebut bersifat individual
dimana faktor pencetus satu orang berbeda dengan faktor pencetus orang
lain.
 Pemicu
Walaupun peradangan saluran nafas pada asma selalu terjadi, asma dapat
dipicu oleh beberapa faktor. Ada dua jenis pemicu asma :
a. Alergen
Alergen asma yang umum diantaranya serbuk sari (bunga), hewan dan
tungau atau debu.
b. Iritasi
Iritasi asma yang umum diantaranya udara dingin, asap rokok, dab
asap sisa pembakaran asap kimia.
c. Jenis kelamin
Pada anak-anak, asma mudah sering terjadi pada anak laki-laki dari
pada anak perempuan. Beberapa ahli menemukan bahwa ukuran
saluran perenafasan anak laki-laki lebih kecil daripada anak
perempuan . hal ini dapat merupakan salah satu penyebab timbulnya
mengi setelah flu atau infeksi virus lainnya. Akan tetapi seiring dengan
bertambahnya usia anak maka resiko terjadi asma antara pria dan
wanita menjadi sama. Pada usia 40 tahun, wanita memiliki resiko
menderita asma yang lebih tinggi dari pada pria.
d. Riwayat keluarga
Jika salah satu orang tua menderita asma maka akan memiliki resiko
3-6 kali lebih tinggi untuk menderita asma daripada anak yang kedua
orang tuannya tidak menderita asma.
e. Hiperaktivitas saluran pernafasan
Memiliki saluran pernafasan yang bereaksi berlebiihan terhadap
bahan-bahan tertentu (alergen) merupakan salah satu faktor resiko
asma. Pada penderita asma, saluran pernafasan menjadi hiperaktif
dan meradang saat terpapar oleh alergen atau udara dingin. Tidak
semua orang dengan saluran pernafasan yang hiperaktif menderita
asma, akan tetapi pernafasan yang hiperaktif dapat meningkatkan
resiko terjadinnya asma.
f. Obesitas
Berdasarkan penelitian, asma lebih sering terjadi pada orang dewasa
dan anak yang mengalami obesitas ( kegemukan ) . serangan asma
pada penderita asma yang juga mengalami obesitas sering kali lebih
sulit dikendalikan dan membutuhkan lebih banyak pengobatan.
g. Kehamilan
Merokok selama hamil dapat menyebabkan penurunan fungsi paru,
pada bayi yang dikandung. Selain itu, bayi yang lahir sebelum
waktunya ( prematur ) juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
menderita asma dikemudian hari.

D. Patofisiologi Asma
Tidak ada mekanisme tunggal yang menjelaskan bagaimana terjadinya
asma pada setiap orang, karena penyebab dan gejalanya berbeda-beda.
Tetapi, ada kejadian-kejadian yang umum terjadi yang menandai proses
patologis yang menyebabkan asma.
Proses dini yang terjadi pada respon saluran nafas pasien asma adalah
pengaktifan sel-sel radang lokal, terutama sel mast dan eosinofil. Hal ini dapat
terjadi melalui mekanisme spesifik yang dependen-IgE atau secara tak
langsung melalui proses lain (mis, rangsang omotik atau pajanan oleh bahan
kimia iritan).
Mediator-mediator yang bekerja akut, termasuk leukotrien, prostaglandin,
histamin dan bradikanin, secara cepat memicu kontraksi otot polos,
hipersekresi mukus, dan vasodilatasi dengan kebocoran endotel dan
pembentukan edema lokal. Sel-sel epitel juga terlibat dalam proses ini, yang
membebaskan leokotrien dan prostaglandinserta sitokin-sitokin peradangan
jika diaktifkan. Sebagian mediator jadi (performed) dan bekerja cepat ini
memiliki aktifitas kemotaktik, yang merekrut sel-sel radang lain seperti eosinofil
dan neutrofil ke mukosa saluran nafas.
Proses-proses selular lokal di saluran nafas berpengaruh penting pada
fungsi paru. Akibat peradangan aluran nafas, hiperresponsivitas otot polos,
dan penyempitan saluran nafas, resistensi saluran nafas meningkta secara
bermakna. Karena itu, jika dalam keadaan normal saluran nafas perifer
berkapiler kecil tidk berperan penting dalam resistensi sluran udara, saluran
udara halus ini menjadi tempat peningkatan resistensi. Hal ini diperparah oleh
hipersekresi mukus dan oleh rangsang bronkokonstriktor lain. Fungsi saraf
brokus juga berperan dalam evolusi asma, meskipun makna klinisnya mungkin
bersifat sekunder. Stimulasi reseptor iritan bronkus menimbulkan batuk dan
bronkonstriksi refleks yang diperantarai oleh eferon vangus.
Obstruksi saluran nafas terjadi secara difus, meskipun tidak secara
homogen, di seluruh paru. Akibatnya, ventilasi unit-unit respiratorik menjadi
tidak seragam dan penyesuaian ventilasi dengan perfusi menjadi terganggu.
Terdapat dalam daerah-daerah dengan rasio V/Q yang terlalu rendah atau
tinggi, dan regio dengan rasio V/Q yang rendah yang menyebabkan
hipoksemia. Pirau sejati jarang terjadi pada asma berat yang fatal. Tekanan
CO2 biasanya normal atau rendah, karena meningkatnya ventilasi pada
eksaserbassi asma. Hiperkapnia timbul belakangan daan merupakan tanda
buruk, yang menunjukkan obstruksi progresif saluran nafas, kelelahan otot,
dan penurunan ventilassi alveolus.

DAFTAR PUSTAKA
Francis, Caia. 2011. Perawatan Respirasi. Jakarta : Penerbit Erlangga.

J. McPhee, Stephen. Ganong, William F.2012.Patofisiologi Penyakit Pengantar


Menuju Kedokteran Klinis.Jakarta:EGG

Katherine Murphy – Director of Communications The Patients Association.

Marya, R. K.2013.Buku Ajar Patofisiologi (Mekanisme Terjadinya


Penyakit).Tangerang Selatan:BINARUPA AKSARA Publiser

https://www.google.co.id/search?q=patofisiologi+asma&client=ms-android-
oppo&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiDzYLepoPcAhUPSX0KHd1rA
uYQ_AUIBigB&biw=360&bih=566#imgrc=tVY6IIlgndmazM%3A. Diakses pada
tanggal 29 Mei 2018 pukul 14.00 WIB.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai