Di Kemendes PDTT, lanjut Agus, KPK menyegel empat ruangan, di antaranya ruangan Sugito
dan ruangan Jarot Budi Prabowo.
Setelah melakukan rangkaian penangkapan dan penggeledahan, dari hasil gelar perkara KPK
meningkatkan status perkara kasus ini menjadi penyidikan.
Dari total tujuh orang yang diamankan, empat di antaranya menjadi tersangka. Mereka yang
menjadi tersangka, yakni Sugito, Jarot Budi Prabowo, Rochmadi Saptogiri dan Ali Sadli.
Sementara sekretaris Rochmadi Saptogiri, sopir Jarot Budi Prabowo, dan satu orang satpam
berstatus saksi.
KPK menyimpulkan adanya dugaan tidak pidana korupsi penerimaan hadiah atau janji terkait
dengan pemeriksaan BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tahun anggaran 2016.
KPK menemukan dugaan korupsi dalam bentuk suap terkait pemberian opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) oleh BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tersebut.
Sebagai pihak pemberi suap, Sugito dan Jarot dijerat Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1
huruf b atau pasal 13 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto
Pasal 64 KUHP Juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.
Sementara Rochmadi dan Ali, sebagai pihak penerima suap disangkakan dengan Pasal 12 huruf a
atau b atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagai mana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto
Pasal 64 KUHP Juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.
Kode etik dan Profesionalisme
Setelah saya analisa dan mencari berbagai sumber informasi, saya mendapatkan
informasi bahwa sebelumnya laporan keuangan kemendes pada tahun 2014 dan 2015
mendapatkan opini wajar dengan pengecualian (WDP), dan pada laporan keuangan tahun 2016
mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP). Sudah lama opini WTP ini menjadi target
pemerintah dimana opini WTP ini mengisyaratkan bahwa pemerintah telah melaksanakan
tanggung jawabnya dengan baik , dan laporan keuangan dianggap memberikan informasi yang
bebas dari salah saji material. Opini WTP menjadi buruan lembaga pemerintah untuk mendapat
image yang baik dari pemerintah pusat maupun masyarakat sehingga berbagai keuntungan pun
akan didapatkan. Dalam konteks kasus tersebut, dapat dinyatakan bahwa tindakan kedua belah
pihak sama-sama tidak etis. Tidak etis seorang auditor menerima sejumlah uang sebagaimana
terjadi pada kasus tersebut , dengan tujuan untuk mendapat status penilian WTP.
Seorang auditor wajib mengetahui dan menaati kode etik Akuntansi Indonesia dan
Standar Audit. Sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang di terapkan
oleh IAI. Kasus di atas menunjukkan adanya pelanggaran kode etik seorang auditor dalam kasus
suap kepada auditor, dalam pemberian opini wajar tanpa pengecualian (WTP) oleh BPK RI
terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tahun anggaran 2016.
Selain itu, bagi auditor yang berkerja pada Badan Pemeriksaan Keuangan RI memiliki
kode etik yakni kode etik BPK RI yang telah di umumkan dalam Lembaran Berita Negara
Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2007. Kode etik berlaku bagi Anggota dan Pemeriksa
BPK. Kode etik BPK mengatur tentang nilai-nilai dasar yang wajib dimiliki oleh anggota dan
pemeriksa BPK. Nilai-nilai tersebut terdiri atas :
a. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku.
b. Mengutamakan kepentingan negaea diatas kepentingan pribadi atau golongan.
c. Menjunjung tinggi martabat, kehormatan, cinta, dan kredibilitas BPK.
Kasus tersebut sudah melanggar nilai-nilai kode etik BPK yakni melanggar peraturan
perundang-Undang – Undang nomor 28 tahun 1999. Tentang penyelenggaraan Negara yang
bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Kasus ini juga melanggar nilai dasar kode
etik BPK RI nomor dua, yakni anggota dan pemeriksa harus mengutamakan kepentingan Negara
diatas kepentingan pribadi atau golongan. Pembelian opini WTP merugikan Negara dengan
memanipulasi laporan audit dimana hal ini akan berdampak buruk pada pengambilan keputusan
Negara mengingat kasus ini menyangkut lembaga kementrian.
Solusi dan Saran :
Untuk tidak terjadi manipulasi dalam laporan keuangan, sebagai auditor seharusnya
mengeluarkan opini atas laporan keuangan yang diperiksanya dengan kompenten dan objektif.
Sehingga akuntan yang merupakan kepercayaan public dapat menjaga kredibilitas dan
martabatnya. Opini auditor memiliki peran yakni sebagai penentu pengambilan keputusan dan
penjamin bahwa informasi telah disajikan dengan wajar maka auditor harus professional dan
berintegritas dalam menjalankan tanggung jawabnya. Kalau auditor sebagai pihak yang
indenpenden dan dipercaya melakukan penyelewengan maka, public tidak akan lagi percaya
dengan pemerintah sekalipun opini yang dikeluarkan oleh BPK adalah objektif.
Dan kalau memang ternyata seorang auditor harus sangat terpaksa bersikap tidak etis
dalam hal penyajian laporan keuangan, di karenakan beberapa factor. IAI telah memberikan
solusi apabila seorang akuntan menerima tawaran untuk tidak bertindak etis yaitu dengan:
menginformasikan ke tingkat manajemen tingkat yang lebih tinggi, menginformasikan kepada
pihak ketiga misalnya IAI, atau memberi tahu keluarga mengenai ancaman akibat dari pekerjaan
mereka. Bagi anggota yang melanggar kode etik, mendapatkan sanksi paling ringan berupa
rekomendasi untuk menjalankan kewajiban tertentu hingga berbentuk denda, sanksi tertulis,
pembatasan pemberian jasa tertentu, pembekuan ijin, dan pencabutan ijin jika akuntan publik
atau KAP melakukan pelanggaran sangat berat.