PRESENTASI KASUS
Pneumonia dengan Bekas TB dan Congestive Heart Failure
Oleh:
Fitria Hafidzoh
41171096100028
Pembimbing:
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan
semesta alam atas berkat rahmat dan nikmat yang telah diberikan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah presentasi kasus dalam Kepaniteraan Klinik Paru
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah di RSUP
Fatmawati. Sholawat serta salam tak luput dicurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membimbing dan menuntut dari zaman yang gelap gulita dengan
kebodohan menuju zaman yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan.
Demikian pemaparan kasus ini saya susun, semoga makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan
keprofesian.
Wassalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh.
Fitria Hafidzoh
i
3
DAFTAR ISI
Judul…..................................................................................................................................... i
Kata Pengantar………............................................................................................................1
Daftar Isi….............................................................................................................................. 2
BAB 1 : Pendahuluan………..................................................................................................3
BAB 2 : Ilustrasi Pasien……..................................................................................................4
BAB 3 : Pembahasan…..........................................................................................................18
BAB 4 : Simpulan…...............................................................................................................20
Daftar Pustaka........................................................................................................................21
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernapasan masih menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan,
salah satunya adalah pneumonia, Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran
pernafasan bawah yang serius karena merupakan penyebab kematian terbesar terutama di
negara berkembang, selain itu di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan negara-
negara Eropa juga banyak kasus yang terjadi.
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit infeksi saluran pernapasan
bawah merupakan kasus infeksius dan merupakan penyebab kematian terbesar di seluruh
dunia (urutan ketiga dari penyebab kematian secara umum), dengan angka kematian
mencapai 3,5 juta setiap tahunnya.
Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. Sehingga masalah pneumonia perlu mendapatkan
perhatian dan penanganan yang tepat mengingat bahwa angka kejadian yang cukup tinggi.
5
BAB II
ILUSTRASI KASUS
ILUSTRASI PASIEN
Nama : Ny. SW
Agama : Islam
No. RM : 1674352
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 05/04/2019 di ruang
teratai 4 selatan pukul 07.00. Pasien ditekankan untuk menjawab pertanyaan anmnesis
berdasarkan kondisi saat pertama kali dibawa ke IGD.
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari SMRS. Keluhan
sesak semakin lama semakin memberat. Awalnya sesak dirasakan jika pasien
beraktifitas berat sejak 1 bulan yang lalu, keluhan sesak ini membaik ketika
beristirahat. Namun sejak 2 minggu terakhir sesak juga dirasakan ketika pasien
berjalan ke kamar mandi dan juga ketika beristirahat, sehingga pasien cenderung
lebih banyak di kasur. Jika sesak terkadang pasien menggunakan oksigen di
rumahnya. Sesak tidak dipengaruhi oleh posisi. Keluhan sesak mendadak saat
pasien sedang tidur disangkal, lebih nyaman dengan penggunaan bantal yang lebih
tinggi disangkal. Keluhan juga disertai batuk kering, dahak tidak ada. Keluhan
6
Keluhan serupa 1 bulan yang lalu pernah dirasakan pasien berupa sesak napas
namun sesak dirasa lebih berat dibandingkan yang sekarang, pada saat itu pasien
dikatakan terdapat penyakit paru dan pembesaran jantung. Pasien kemudian dirawat
di RSUP Fatmawati selama 2 minggu. Selain itu, pasien juga memiliki riwayat TB
tahun 2014, awalnya pasien merasa batuk-batuk yang tidak kunjung sembuh selama 1
bulan, batuk disertai dahak berwarna kehijauan dan dirasakan adanya penurunan berat
badan sebanyak kurang lebih 5 kg, keringat pada malam hari tidak ada. Pasien
mendapatkan OAT selama 9 bulan dan dinyatakan sudah sembuh oleh dokter.
Riwayat asma, alergi, kolesterol tinggi, darah tinggi dan kencing manis disangkal
pasien
Keluhan serupa berupa sesak atau batuk lama disangkal. Riwayat asma, alergi,
kolesterol, dan kencing manis disangkal. Riwayat penyakit jantung dan darah tinggi
ada pada anak pasien.
f. Kepala
• Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor,
RCL/RCTL +/+
• THT
Telinga : Normotia, nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik (-), liang telinga lapang.
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, mukosa tidak hiperemis,
deviasi septum (-), sekret (-).
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, post nasal drip (-), Tonsil T1/T1 tenang.
h. Thorax :
• Paru
• Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus kordis (+) di sela iga V linea midclavicular sinistra, thrill (-)
i. Abdomen
• Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, supel, nyeri tekan (-),
HEMATOLOGI
LED 44.0 mm 0.0 – 20.0 Meningkat
KIMIA KLINIK
DIABETES
Glukosa Darah Puasa 97 mg/dl 80-100 Normal
Glukosa Darah 2 Jam PP 144 mg/dl 80-145 Normal
Pemeriksaan Hasil
MTB Not detected
Rif Resistance -
10
2.4.2 Radiologi
Tanggal Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
30/03/2019 Jantung kesan tidak membesar
Aorta kalsifikasi. Mediastinum superior tidak
melebar
Trakea ditengah. Kedua hilus suram
Tampak gambaran hiperaerasi pada kedua paru
Tampak fibroinfiltrat di lapangan atas kedua
paru
Tampak penebalan fisura minor kanan
Hemidiafragma kanan tenting
Hemidiafragma kiri dan sinus kostofrenikus
bilateral normal
Tulang-tulang tervisualisasi optimal kesan
intak
Kesan:
- Fibroinfiltrat di lapangan atas kedua paru,
DD/ TBC paru
- Emphysematous lung
- Tidak tampak kelainan radiologis pada
jantung
- Kalsifikasi aorta
2.5. Resume
Ny. S 57 tahun datang ke RSUP Fatmawati dengan keluhan sesak napas
sejak 3 hari SMRS. Keluhan sesak semakin lama semakin memberat, awalnya
dirasakan saat beraktifitas berat, 2 minggu terakhir sesak juga dirasakan ketika
pasien berjalan ke kamar mandi dan saat beristirahat sehingga pasien cenderung
lebih banyak di kasur. Keluhan juga disertai batuk kering, dahak tidak ada. Pasien
sempat mengeluh tidak enak badan dan terasa nyeri pada otot-ototnya terutama
pada bagian kaki. Nafsu makan menurun. Keluhan serupa 1 bulan yang lalu
dengan sesak yang lebih berat, pasien dirawat selama 2 minggu dan dikatakan
memiliki penyakit paru dan pembesaran jantung. Riwayat TB tahun 2014, minum
OAT selama 9 bulan dan dinyatakan sudah sembuh oleh dokter. Riwayat penyakit
jantung dan darah tinggi ada pada anak pasien. Sebelum sakit, pasien masih dapat
beraktifitas dirumah seperti biasa setelah sakit, pasien cenderung lebih sering di
kasur. Pada pemeriksaan didapatkan takikardi, takipneu, status gizi underweight,
pada pemeriksaan fisik paru didapatkan auskultasi ronkhi basah sedang di kedua
lapang paru, ekstremitas ditemukannya pitting edema pada kedua kaki. Foto
thoraks PA didapatkan fibroinfiltrat dilapangan atas kedua paru dan kalsifikasi
aorta. Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, peningkatan LED,
sputum BTA negative, Gene Xpert tidak terdeteksi adanya MTB. AGD didapatkan
kesan asidosis respiratorik.
11
2.9 Penatalaksanaan
a. Non- Medikamentosa
Menjelaskan tentang penyakit pasien kepada pasien dan juga keluarga pasien.
Menjelaskan dan memotivasi mengenai kondisi pasien sekarang
Konseling mengenai keadaan dan tanda-tanda kegawatan yang mengharuskan
pasien di bawa ke rumah sakit
b. Medikamentosa
Oksigenasi Nasal kanul 3 liter / menit
NaCl 0,9% 500cc / 24 jam
Ceftriaxone 1 x 2 gr IV
Omeprazole 2 x1 20 mg IV
Metilprednisolon 2 x 62.5 mg IV
Lasix 2 x 20 mg IV
N-Asetilsistein 3 x 1 cap P.O
Spironolakton 1 x 25 mg P.O
Digoxin 1 x 0.25 mg P.O
Inhalasi berotec : bisolvon
2.10 Prognosis
2.11 Follow Up
Follow Up 4/4/2019
- S = Keluhan sesak napas mulai berkurang, pasien lebih nyaman jika
dengan posisi duduk. Perut terasa kembung karena belum BAB sejak masuk
rumah sakit.
- O = Kesadaran pasien compos mentis, tampak sesak, pasien tampak
sakit sedang. Tekanan darah pasien 104/76 mmHg, frekuensi nadi 117
x/menit, frekuensi nafas 25 x/menit, dan suhu badan 36 derajat celcius. Pada
pemeriksaan fisik paru didapatkan:
Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Ekspansi dada dalam batas normal kanan dan kiri,
vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi basah sedang
(+/+)
Follow up 5/4/2019
- S = Keluhan sesak napas berkurang, keluhan perut terasa kembung
sudah mulai berkurang, kedua kaki dirasakan membengkak
- O = Kesadaran pasien compos mentis, tampak sakit sedang. Tekanan
darah pasien 104/76 mmHg, frekuensi nadi 117 x/menit, frekuensi nafas 24
x/menit, dan suhu badan 36 derajat celcius. Pada pemeriksaan ekstremitas
didapatkan pitting edema (+/+), Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan:
Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Ekspansi dada dalam batas normal kanan dan kiri,
vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler (+,/+), wheezing (-/-), ronkhi basah sedang
(+/+)
Sinus takikardi, frekuensi 110 x/menit, right axis deviation, p pulmonale, RVH, ST
elevasi tidak ada
Follow up 8/4/2019
- S = Keluhan sesak napas masih ada namun sudah membaik, bengkak
pada kaki masih ada
- O = Kesadaran pasien compos mentis, tampak sakit sedang. Tekanan
darah pasien 122/71 mmHg, frekuensi nadi 76 x/menit, frekuensi nafas 22
x/menit, dan suhu badan 36 derajat celcius. Pada pemeriksaan ekstremitas
didapatkan pitting edema (+/+), Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan:
Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Ekspansi dada dalam batas normal kanan dan kiri,
vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler (+,/+), wheezing (-/-), ronkhi basah sedang
(+/+)
Follow up 9/4/2019
- S = Keluhan sesak napas minimal, bengkak pada kaki masih dikaki
kanan
- O = Kesadaran pasien compos mentis, tampak sakit sedang. Tekanan
darah pasien 130/80 mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit, frekuensi nafas 22
x/menit, dan suhu badan 36 derajat celcius. Pada pemeriksaan ekstremitas
didapatkan pitting edema (+/-), Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan:
Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Ekspansi dada dalam batas normal kanan dan kiri,
vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Sonor/sonor
16
Follow up 10/4/2019
- S = Keluhan sesak napas masih ada namun jarang, bengkak pada kaki
minimal.
- O = Kesadaran pasien compos mentis, tampak sakit sedang. Tekanan
darah pasien 120/72 mmHg, frekuensi nadi 91 x/menit, frekuensi nafas 22
x/menit, dan suhu badan 36 derajat celcius. Pada pemeriksaan ekstremitas
didapatkan pitting edema (+/-), Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan:
Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Ekspansi dada dalam batas normal kanan dan kiri,
vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler (+,/+), wheezing (-/-), ronkhi basah sedang
(+/-)
Follow up 11/4/2019
- S = Keluhan sesak napas tidak ada, bengkak pada kaki tidak ada. Sulit
untuk BAB
- O = Kesadaran pasien compos mentis, tampak sakit sedang. Tekanan
darah pasien 110/70 mmHg, frekuensi nadi 77 x/menit, frekuensi nafas 21
x/menit, dan suhu badan 36 derajat celcius. Pada pemeriksaan ekstremitas
didapatkan pitting edema (-/-), Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan:
Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Ekspansi dada dalam batas normal kanan dan kiri,
vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
BAB III
PEMBAHASAN
spironolakton dan furosemid dengan tujuan untuk mengurangi gejala sesak dan
adanya edema pada kedua tungkai. Pemberian furosemid bersamaan dengan
spironolaton disebutkan lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu respon
untuk terapi diuretik dan meminimalkan efek samping berupa hiperkalemia.
Pemberian digoksin pada kasus ini merupakan sebagai terapi gagal jantung yang
simptomatik dengan irama sinus yang bertujuan untuk memperlambat laju
ventrikel yang cepat sehingga pemberian digoksin ini dapat mengurangi gejala,
menurunkan angka perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung.
20
BAB IV
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA