SINDROM TURNER
KELOMPOK :
NAMA NPM
Agus Saputra 1614201210180
Jero katelu 1614201210195
Muhammad Rizky 1614201210205
Nafisah 1614201210208
Nor Amelia 1614201210212
Novie Yani Mutia Rahmah 1614201210214
Raudatun Nafisyah 1614201210220
Yuyun Purnama Sari 1614201210236
Ririn Rayati 1614201210223
Puji syukur penyusun panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas makalah sindrom turner ini tepat pada waktunya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Secara genetika telah kita ketahui bahwa jumlah kromosom pada genom
manusia adalah 2n=46, yang terdiri dari 22 pasang autosom (22AA atau 44A)
dan 2 kromosom seks (XX atau XY). Seorang perempuan mempunyai
pasangan khromosom sex yang sama, yaitu khromosom X dan secara
genetika ditulis 46,XX atau lebih singkat XX. Sebaliknya khromosom sex
pada laki-laki merupakan pasangan tidak sejenis yaitu khromosom X dan Y
dan ditulis 46,XY atau XY. Kadang terjadi gagal berpisah yaitu peristiwa
tidak memisahnya kromosom selama pembalahan sel atau pada saat
pembentukan gamet sehingga terbentuk mutan.
Salah satu contoh peristiwa gagal berpisah yaitu Sindrom Turner (45, XO atau
44A + X). Penderita mempunyai 44 autosom dan hanya 1 kromosom X. Oleh
karena itu kariotipenya menjadi 45, XO atau 44A + X. Kelainan ini ditemukan
pertama kali oleh H.H.Turner pada tahun 1938.
2.2 Etiologi
Ketidaknormalan kromosom yang menyebabkan Sindrom Turner sayangnya
tidak dapat dicegah. Penyebab hilang atau rusaknya kromosom pada Sindrom
Turner belum diketahui. Tidak dapat dibuktikan pula adanya peran faktor-
faktor risiko seperti usia ayah dan ibu, konsumsi makanan selama hamil, dll.
Tidak pula ditemukan adanya peningkatan risiko keberulangan pada
kehamilan berikutnya melebihi insidens yang terlihat pada populasi umum,
yaitu 1 dalam 2500 kelahiran bayi perempuan.
Kondisi Sindrom Turner tidak terjadi pada laki-laki (45,OY), karena dengan
hilangnya satu-satunya kromosom X maka individu tidak mungkin bertahan
hidup.
Sekitar 43% pasien dengan sindrom turner bersifat mosaik ( salah satu
turunan sel memiliki genoitipe 45,X) atau memperlihatkan kelainan struktural
di kromosom X. Yang sering adalah delesi lengan pendek sehingga terbentuk
sebuah isokromosom lengan panjang, 46,X,i(x)(10). Efek akhir kelaianan
struktural terkait adalah terbentuknya monosomi parsial kromosm X.
Kombinasi delesi dan mosaikisme juga pernah dilaporkan. Kita perlu
menyadari adanya heterogenitas kariotipe pada sindrom turnear karena hal
tersebut merupakan penyebab perbedaan fenotipe yang signifikan. Berbeda
dengan pasien manosomi X, meareka yang bersifat mosaik atau mengidap
variasi delesi mungkin memiliki penampakan yang hampir normal dan hanya
bergejala amenorea primer.
Kita perlu mengingat kembali hipotesis Lyon dalam konteks sindrom turner.
Apabila diperlukan hanya satu kromosom X aktif untuk perkembangan
normal perempuan, pasien yang kehilangan secara parsial atau total satu
kromosom X tidak akan memperlihatkan stigmata sindrom turner.
Berdasarkan inkosistensi ini dan pengalaman lain, hipotesi Lyon kemudian
dimodifikasi. Sekarang diketahui inaktivitasi disemua sel sewaktu
embriogenesis, kromosom tersebut mengalami reaktivitasi secara selektif
pada sel germinativum sebelum pembelahan meiotik pertama. Selain itu, gen
tertentu kromosom X tampaknya tetap aktif di kedua kromosom X pada
banyak sel somatik perempuan normal. Oleh karena itu, untuk gametogenesis
normal dan perkembangan perempauan, diperlukan dua salinan dari sebagian
gen yang terletak di kromosom X. Sebagian gen ini yang terletak kromosom
X. Sebagian gen ini telah mulai teridentifikasi. Sebagai contoh, sebuah gen
homeobox yang secara tepat diberi nama short stature homeobox (SHOX),
terletak di Xp 22.332, tampaknya berperan dalam pertumbuhan vertikel. Ini
adalah satu gen yang tetap aktif pada dua salinan kromosom X. Homolog gen
SHOX juga ditemukan di kromosm Y, yang memastikan bahwa laki- laki
dengan hanya satu salinan kromosom X dapat berkembang dengan normal.
2.5 Pathway
45 X
Perawakan pendek
Masa bayi merupakan masa yang sangat sulit untuk dihadapi oleh
kedua orangtua. Beberapa orangtua menganggap dengan diagnosis
ditegakkan lebih dini masa ini dapat dilalui dengan lebih mudah.
Masalah yang sudah diantisipasi sebelumnya dapat didiskusikan
secara terbuka dengan membuat rencana penanganan yang tepat bila
masalah tersebut timbul.
2.6.2.2 Pertumbuhan
Perawakan pendek merupakan gambaran klinis khas pada
Sindrom Turner. Anak perempuan dengan Sindrom Turner
sering berperawakan kecil saat lahir namun sebagian besar
tumbuh normal hingga rentang usia 3-7 tahun. Di usia
tersebut pertumbuhan melambat dan perbedaan dengan
teman sebaya mulai tampak jelas.
2.6.2.3 Perilaku
Beberapa orangtua menyadari kalau anak perempuan
mereka sulit memahami instruksi atau ‘seperti tidak
mendengar’ sehingga pemeriksaan pendengaran sangatlah
penting. Jika memang tidak ada gangguan pendengaran,
cobalah untuk mengulangi instruksi dan perjelas. Instruksi
seringkali harus disusun dengan baik sehingga tugas dan
hasil yang diharapkan dapat dipahami anak.
2.6.2.4 Koordinasi
Beberapa anak perempuan dengan Sindrom Turner sulit
mengikuti aktivitas yang membutuhkan ketangkasan dan
koordinasi seperti menangkap bola. Dengan latihan dan
kesabaran kemampuan di bidang ini dapat ditingkatkan,
seiring dengan bertambahnya usia anak.
2.6.3.2 Infertilitas
Infertilitas merupakan masalah umum pada wanita dengan
Sindrom Turner akibat tidak berfungsinya indung telur.
2.7 Cara Mendiagnosis Sindrom Turner
Sindrom Turner biasanya dicurigai dari ditemukannya tanda-tanda fisik yang
khas. Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan analisis
kromosom yang disebut kariotipe. Normalnya, setiap sel memiliki 23 pasang
kromosom sehingga total terdapat 46 kromosom. Salah satu pasangan
kromosom, yaitu kromosom seks, menentukan jenis kelamin janin, akankah
bayi tersebut menjadi laki-laki ataupun perempuan? Pada laki-laki,
kromosom sex adalah Kromosom X dan Y (46XY) sementara pada
perempuan adalah dua buah Kromosom X (46XX). Pada Sindrom Turner
dapat terjadi kehilangan total atau sebagian kromosom X pada beberapa atau
seluruh sel tubuh, sehingga individu tersebut hanya memiliki 45 kromosom
(45XO, O melambangkan kromosom yang hilang). Kromosom X yang hilang
terkadang terjadi pada masa pembelahan sel, dan Kromosom X tersebut dapat
berasal dari sel telur ibu ataupun sel sperma ayah. Bila salah satu Kromosom
X di semua sel hilang, maka disebut “Sindrom Turner Klasik”.
Diagnosis dapat dilakukan saat kelahiran, atau bahkan sebelum bayi tersebut
dilahirkan. Terkadang, terdapat beberapa karakteristik Sindrom Turner,
seperti lipatan leher berlebihan yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan
ultrasonografi pada masa kehamilan. Diagnosis ini kemudian dipastikan
dengan pengambilan dan pemeriksaan cairan ketuban melalui proses
Amniosentesis, atau pengambilan bagian dari plasenta awal melalui proses
CVS (Chorionic Villous Sampling). Pengambilan sampel ini dilakukan untuk
pemeriksaan kromosom janin dalam kandungan.
Seringkali anak perempuan dengan Sindrom Turner tidak terdiagnosis
sebelumnya. Baru kemudian terlihat di masa kanak-kanak awal, yaitu saat
pertumbuhannya melambat secara progressif.
Diagnosis dapat pula ditegakkan kemudian di usia remaja, yaitu saat tanda-
tanda pubertas tidak muncul atau melambat, atau bahkan berhenti.
Pada remaja Turner penting untuk ditekankan bahwa banyak aspek medis
Sindrom Turner yang membutuhkan perhatian lebih dan sangat penting bagi
mereka untuk tidak berhenti dari pengobatan yang sedang berjalan. Hal ini
penting karena proses penanganan berubah penekanannya dari terapi hormon
pertumbuhan, yang dominan di masa anak-anak, beralih pada terapi
pengganti estrogen dan menjaga kekuatan tulang serta mengelola gangguan
fertilitas yang merupakan aspek medis penting di masa dewasa.
2.9 Pemeriksaan penunjang
2.9.1 Pemeriksaan Laboratorium
Penentuan kadar gonadotropin plasma merupakan cara yang paling
praktis untuk membuktikan disgenesis gonad. Kadar FSH lebih tinggi
daripada kadar LH dan selalu lebih tinggi daripada normal, sebelum
usia 6 tahun dan sesudah umur 10 tahun. Test LH—RA juga penting
untuk membukti-kan peninggian dari sekresi gonadotropin.
Pemeriksaan radio-imunoassay (RIA) FSH dan LH dalam urin juga
memberikan basil yang analog. Pada remaja kadar estradiol plasma
lebih rendah daripada perempuan normal. Produk-produk endokrin
lain misalnya 17-ketosteroid, 17-hidroksikortikosteroid, hormon
tiroid dan hormon pertumbuhan (human growth hormone) semuanya
dalam batas-batas normal. Pada pemeriksaan preparat hapus kerokan
pipi : tidak terdapat benda Barr pada 3/4 kasus kariotip 45,XO. Jadi
bila benda Barr positif belum menyingkirkan ST. Pemeriksaan
kariotip kromosom X untuk pelacakan lebih lanjut, bila fasilitas
memungkinkan.
2.11.4 Osteoporosis
Osteoporosis ditandai dengan berkurangnya ketebalan tulang.
Tulang terlihat lebih tipis, rapuh, dan meningkatkan risiko terjadinya
fraktur (patah tulang). Hal ini menjadi penyebab utama nyeri dan
kecacatan pada perempuan usia lanjut. Massa tulang dan
kekuatannya dibentuk selama masa remaja melalui kinerja hormon
seks (estrogen dan progestogen).
2.11.7.3 Hipotiroid
Perempuan dengan Sindrom Turner memiliki peningkatan
risiko untuk mengalami hipotiroid. Pada keadaan ini
kelenjar tiroid kurang aktif bekerja. Oleh karena itu kadar
hormon tiroid dianjurkan untuk dipantau setiap tahun.
2.11.7.4 Penyakit Radang Usus (Inflammatory Bowel Disease)
Penyakit radang usus sering ditemukan pada Sindrom
Turner. Tes untuk pemeriksaan penyakit ini perlu
dilakukan bila terjadi nyeri perut kronik, diare, atau
pendarahan usus.
BAB 3
ASUHAN PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3.1.2.2 TTV
TD : hipertensi sesuai usia
Nadi : normal sesuai usia
Suhu :normal sesuai usia
RR :normal sesuai usia
BB/TB :obesitas/perawakan pendek
3.1.2.3 Head to toe
a. Rambut: batas rendah
b. wajah: tampak lebih tua dari usianya, fitur, rahang bawah
kecil
c. mata: glaukoma
d. telinga: besar, kasar dan rendah, terdapat gangguan
pendengaran
e. gigi: pertumbuhan gigi terganggu
f. leher: berselaput
g. dada: perisai
h. payudara: perkembangan minimal, letak puting berjauhan
i. lengan: cubitus valgus
j. tangan dan kaki: lymphedema
k. kuku: kecil
l. genetalia: rambut pubis tipis, infertil
4.1 Kesimpulan
Sindroma Turner (Disgenesis Gonad) adalah suatu keadaan pada anak
perempuan, dimana salah satu dari kromosom Xnya hilang sebagian atau
hilang seluruhnya.
Secara genetika telah kita ketahui bahwa jumlah kromosom pada genom
manusia adalah 2n=46, yang terdiri dari 22 pasang autosom (22AA atau 44A)
dan 2 kromosom seks (XX atau XY). Seorang perempuan mempunyai
pasangan khromosom sex yang sama, yaitu khromosom X dan secara
genetika ditulis 46,XX atau lebih singkat XX. Sebaliknya khromosom sex
pada laki-laki merupakan pasangan tidak sejenis yaitu khromosom X dan Y
dan ditulis 46,XY atau XY. Kadang terjadi gagal berpisah yaitu peristiwa
tidak memisahnya kromosom selama pembalahan sel atau pada saat
pembentukan gamet sehingga terbentuk mutan.
4.2 Saran
Guna penyempurnaan makalah ini, kelompok kami sangat mengharapkan
kritik, saran serta masukan dari kawan-kawan khususnya Dosen
Pembimbing. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kawan-kawan dalam
membantu kegiatan belajar kita. Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins SL. 2012. Buku Ajar Patologi Volume 1 Edisi 7. Jakarta : EGC
Robbins & Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi Edisi 4. Jakarta : EGC
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah Ilmu Kesehatan
Anak 1. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985
https://d192ha6kdpe15x.cloudfront.net/apeg/assets/uploads/2016/08/Turne
r-Syndrome_Bahasa.pdf (diakses pada 7 Mei 2017 jam 16 :45 )
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_SindromTurner.pdf/11_Sindrom
Turner.pdf (diakses pada 7 mei 2017 jam 15:30)
Buklet Hormon dan Aku Sindrom Turner oleh Ikatan Dokter anak Indonesia