Elvira Zondra*
Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, Riau
Abstrak
Tulisan ini membahas tentang metode pengaturan kecepatan motor induksi tiga fasa yang dikendalikan oleh PWM
inverter. Apabila motor induksi mendapat tegangan melalui pengaturan konverter daya, maka bentuk gelombang
tegangan tidak lagi sinusoidal. Dalam kondisi ini, dibutuhkan pemodelan motor induksi dalam koordinat d-q-n untuk
melakukan studi. Pengaturan motor induksi dengan direct torque control memungkinkan motor induksi sebagai
sumber torka dengan pengaturan torka secara langsung. Metode ini bertujuan mengatur secara langsung fluks dan
torka motor induksi. Untuk mendapatkan respon kecepatan motor induksi tiga fasa, maka digunakan simulasi
pengaturan kecepatan menggunakan bantuan simulasi dengan software MATLAB. Pengujian terhadap pengaturan
kecepatan dilakukan pada kecepatan referensi tertentu pada torka beban nol Nm dan 40 Nm. Dari simulasi yang telah
dilakukan diperoleh perbaikan respon pengaturan kecepatan motor induksi dengan lonjakan (overshoot) yang kecil
yaitu 0,26 % sampai 0.335 % dan waktu pemulihan kecepatan (settling time) yang lebih cepat yaitu 0,52 detik sampai
0,532 detik.
Abstract
his paper discusses the method of speed control of three -phase induction motor that is controlled by PWM inverter.
When the induction motor gets voltage through the power converter controller, the voltage waveforms are no sinusoi-
dal. In these conditions, it takes modeling induction motors in the coordinate DQN to perform the studies . Control
induction motors with direct torque control of induction motor allows that serves as the source of the torque with a
torque setting directly . This method aims to directly regulate the flux and torque induction motor. To see the response
speed three-phase induction motor speed control used simulated using software simulation with the help of MATLAB.
Testing the speed setting is done at the speed of a particular reference to the zero load torque Nm and 40 Nm. Of
simulation that has been done shows improvement induction motor speed control response with spike (overshoot ) is
small , namely 0.26 % to 0.335 % and speed recovery time (settling time ) faster that 0.52 seconds to 0.532 seconds .
2. Metode Penelitian
2
Jika kecepatan relatif antara keduanya nol maka
emf yang diinduksikan adalah nol sehingga tidak
ada arus yang mengalir dirotor dan tidak ada torsi
yang dihasilkan. Rotor motor induksi berputar pada
kecepatan yang lebih kecil dari stator. Slip s pada
motor induksi merupakan perbedaan antara
kecepatan sinkron dan kecepatan rotor, dinyatakan
dalam persen atau perunit dari kecepatan sinkron.
Gambar 3. Stator motor induksi Slip perunit didapatkan dengan persamaan
(T Wildi, 1991):
ns nr
s (2)
ns
dengan
s = slip
ns = kecepatan medan putar stator
Gambar 4. Rotor sangkar motor induksi nr = kecepatan putar rotor
Jika belitan stator diberi tegangan maka akan Persamaan tegangan motor induksi dengan
timbul fluks yang konstan dan berputar dengan tegangan simetri dalam koordinat qd adalah :
kecepatan medan putar stator ns (kecepatan
sinkron). Kecepatan sinkron dapat diekspresikan v qs rs i qs ds p qs (3)
dalam British unit dengan konversi (Jimmie, 2001):
v ds rs i ds qs p ds (4)
60 60 2 120 f
ns s 2f (1)
2 2 p p rriqr
vqr ( r )dr
pqr
(5)
dengan rri dr
v dr ( r ) qr
p dr
(6)
ns = kecepatan sinkron (rpm)
s=kecepatan mekanik angular (rad/s) = (2/p) Torka elektromagnetik motor induksi dapat
frekuensi angular (rad/s)= 2f ditentukan dengan :
f = frekuensi sumber (Hz)
T 2 d s i q s q s i ds
p = jumlah kutup 3 P
(7)
2 2
fluks ini melalui celah udara, memotong permukaan
rotor dan batang-batang rotor yang masih dalam
rs ds Lls Llr ( r ) dr rr
keadaan diam. Dengan adanya kecepatan relatif
antara fluks yang berputar dengan batang-batang iqs iqr
Sektor
1 2 3 4 5 6
dT = +1 V2 V3 V4 V5 V6 V1
dλ = +1 dT = 0 V0 V7 V0 V7 V0 V7
dT = -1 V6 V1 V2 V3 V4 V5
dT = +1 V3 V4 V5 V6 V1 V2
dλ = -1 dT = 0 V7 V0 V7 V0 V7 V0
dT = -1 V5 V6 V1 V2 V3 V4
4
(settling time), waktu menuju kecepatan setting ILR = 4 A VLR(L-L) = 49 V PLR = 327 W
(rise time) dan error steady state.
Dari hasil pengukuran didapatkan parameter :
3. Hasil Dan Pembahasan PLR 327
RLR 2
6,8125
3iLR 3x 4 2
3.1 Data
VLR( L L) 49
Z LR 7,07
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3iLR 3 x4
Motor induksi 3 phasa :
Pout : 10HP X LR Z LR
2
RLR
2
7,072 6,81252 1,89
Tegangan : 380 Volt
Arus : 16,2 Ampere Pada model motor induksi rotor sangkar
Frekuensi : 50 Hz XLR = X1 + X2
Kecepatan : 1450 rpm X1 = X2 =0,5 x XLR = 0,945 ohm
Kutup : 4 kutup
Induktansi stator dan rotor adalah :
3.2 Simulasi, Hasil dan Analisis
X1 0,945
Ls 0,003 H
Untuk kebutuhan simulasi dibutuhkan data 2f 2 x3,14 x50
parameter motor induksi yang lebih lengkap. X 0,945
Lr 2 0,003 H
Parameter ini dapat diperoleh dengan melakukan 2f 2 x3,14 x50
percobaan langsung pada motor induksi, yaitu
percobaan motor tanpa beban dan percobaan motor Dari kedua percobaan ini didapatkan Induktansi
rotor tertahan. Selain itu dilakukan juga pengukuran bersama :
lagsung pada stator dan rotor untuk mendapatkan
tahanan stator dan rotor tersebut. Tahanan stator X nl X m X 1
dan rotor yang didapatkan dari hasil pengukuran X m X nl X 1
adalah 0,74 ohm dan 0,59 ohm. 122 ,66 0,945 121,715
X 121,715
Pada percobaan tanpa beban, diberikan tegangan Lm m 0,3876 H
nominal pada motor induksi dan rotor tidak 2f 2 x 3,14 x 50
diberikan beban mekanis. Hasil pengukuran
percobaan tanpa beban didapatkan data: Blok simulasi dengan menggunakan metode direct
INL = 1,52 A VNL(L-L) = 369 V torque control dalam pengaturan kecepatan dari
cos 0,83 Motor Induksi dapat dilihat pada gambar 7.
PNL = 470 W
PNL 470
RNL 2
67,81
3iNL 3x1,522
VNL( L N ) VNL( LL) 369
Z NL
iNL 3iNL 3x1,52
140,159
X NL Z NL
2
RNL
2
140,1592 67,812 Gambar 7. Studi pengaturan kecepatan motor induksi
122,66 dengan menggunakan metode direct torque control.
Pada percobaan rotor tertahan tegangan yang Dari data motor induksi didapatkan kecepatan
diberikan kecil. Hasil pengukuran percobaan ini sinkron dan slip motor induksi :
didapatkan data :
5
120f
ns 1500rpm
p
n n 15001450
s s r 0.03
ns 1500
Arus rotor :
380/ 3 219.39
Ir
) j1.88 20.4 j1.88
0.59
(0.74
0.03 Gambar 8. Torka elektromagnetik saat torka beban 40
219.39
10.71 5.260 A
20.485.260
(0.59 )
Pg 3(10 .71) 2 6770 .58 W
0.03
Pm (1 s ) Pg (1 0.03)6770 .58
6567 .46W
n
s s 2 157 rad / sec
60
Gambar 9. Torka elektromagnetik saat torka beban
T 6567 .46 / 157 41 .83 Nm
nol Nm
Arus rotor saat start adalah :
Performansi sistem pada saat beban nol Nm adalah:
Settling Time = 0.52 detik
380 / 3 219.4 Rise time = 0.5 detik
Ir Maksimum overshoot = 0.26 %
(0.74 0.59) j1.88 2.354.7
Error steady state = 0.1 %
95.39 54.7 0 A
Torka motor saat start adalah : Hasil dari simulasi dengan torka beban 40 Nm
diperlihatkan pada gambar 10 dan gambar 11.
Pgs 3(95.39) 2 0.59 16105.67W
6
Overshoot pada respon DTC juga kecil yaitu
antara 0.26 % sampai 0.335 %.
2. Dari analisis yang dilakukan dapat dinyatakan
bahwa pengaturan kecepatan motor induksi
dengan menggunakan direct torque control
yang dibuat mempunyai kemampuan untuk
mengatur kecepatan motor induksi tiga fasa
dengan baik.
Saran
Gambar 11. Torka elektromagnetik saat torka beban 1. Dalam penelitian ini ripple dari torka masih
belum kecil dan ini bisa diperbaiki dengan
Performansi sistem pada saat beban 40 Nm adalah: penelitian lanjut untuk mendapatkan kinerja
Settling Time = 0.532 detik pengaturan kecepatan menjadi lebih baik
Rise time = 0.52 detik dalam mengatur kecepatan motor induksi tiga
Maksimum overshoot = 0.335 % fasa.
Error steady state = 0.174 % 2. Penelitian ini bisa dilanjutkan dengan
menambahkan kontrol lain agar lebih
Respon kinerja dari pengaturan kecepatan motor memperkecil settling time (waktu menuju
induksi direct torque control dapat dilihat pada steady state) dan rise time pengaturan
tabel 2 berikut. kecepatan motor induksi.
7
M.V.Deshpande, 1990, Electric Motor Applications
and Control, Wheeler.