Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH STUDI KASUS

PRAKTIKUM FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK


“BPH(Benign prostatic hyperplasia)”

KELAS B2 / KELOMPOK 3
Dosen pengampu:
Dr. Wiwin Herdwiani,M.Sc.,Apt.

Disusun Oleh:
Mufaricha Nur’ariroh 1820353922
Muh. Faris Hidayat 1820353923

PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXXV


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Benigna prostatic hyperplasia (BPH) merupakan pembesaran non kanker


(noncancerous) dari kelenjar prostat (prostate gland) yang dapat membatasi urin (kencing)
dari kandung kemih (bladder). Prostat hyperplasia merupakan pembesaran glandula dan
aringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan
dengan proses penuaan. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang
menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari pembesaran
kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya
obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder outlet obstruction
(BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai
benign prostate obstruction (BPO).Obstruksi ini lama-kelamaan dapat menimbulkan
perubahan struktur buli-buli maupun ginjal sehingga menyebabkan komplikasi pada saluran
kemih atas maupun bawah.
Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower
urinarytract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi
(storage symptoms).Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya
tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH. Banyak sekali faktor yang diduga berperan
dalam proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya BPH tumbuh pada
pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis yang masih berfungsi normal
menghasilkan testosteron. Di samping itu pengaruh hormon lain (estrogen, prolaktin), diet
tertentu, mikrotrauma, dan faktor-faktor lingkungan diduga berperan dalam proliferasi sel-sel
kelenjar prostat secara tidak langsung.
Di Indonesia BPH merupakan urutan kedua setelah batu saluran kemih dan
diperkirakan ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 tahun dengan angka harapan hidup
rata-rata di Indonesia yang sudah mencapai 65 tahun dan diperkirakan bahwa lebih kurang
5% pria Indonesia sudah berumur 60 tahun atau lebih. Kalau dihitung dari seluruh penduduk
Indonesia yang berjumlah 200 juta lebih, kira-kira 100 juta terdiri dari pria, dan yang
berumur 60 tahun atau lebih kira-kira 5 juta, sehingga diperkirakan ada 2,5 juta laki-laki
Indonesia yang menderita BPH.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Benign prostatic hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah suatu
kondisi yang menyebabkan kelenjar prostat mengalami pembengkakan, namun tidak bersifat
kanker. Kelenjar prostat memiliki fungsi untuk memproduksi air mani dan terletak pada
rongga pinggul antara kandung kemih dan penis.
BPH (Benign prostatic hyperplasia) adalah suatu keadaan di mana kelenjar prostat
mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran
urin dengan menutup orifisium uretra. BPH merupakan kondisi patologis yang paling umum
pada pria.
Prostat terletak mengelilingi urethra posterior, pembesaran dari prostat
mengakibatkan urethra pars prostatika menyempit dan menekan dasar dari kandung kemih.
Penyempitan ini dapat menghambat keluarnya urine.Keadaan ini menyebabkan peningkatan
tekanan intravesika.Untuk dapat mengeluarkan urin, kandung kemih harus berkontraksi lebih
kuat guna melawan tahanan itu.Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan
anatomi kandung kemih, dimana perubahan struktur ini oleh penderita dirasakan sebagai
keluhan/gejala LUTS.
LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) adalah istilah umum untuk menjelaskan
berbagai gejala berkemih yang dikaitkan dengan BPH.Keluhan pasien BPH berupa LUTS
terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptoms).

Gambar 1.Gambaran prostat normal dibandingkan dengan BPH


B. Etiologi
Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti.Prostat
merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap undangan
(counter part).Oleh karena itu yang dianggap etiologi adalah karena tidak adanya
keseimbangan endokrin. Namun menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun2004
etiologi dari Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah :
1. Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan karena perubahan keseimbangan
testosteron dan estrogen. Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi
peningkatan hormon Estrogen dan penurunan testosterone sedangkan estradiol
tetap yang dapat menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma.
2. Ketidakseimbangan endokrin.
3. Faktor umur / usia lanjut : Biasanya terjadi pada usia diatas 50 tahun.
4. Unknown / tidak diketahui secara pasti. Penyebab BPH tidak diketahui secara
pasti (idiopatik), tetapi biasanya disebabkan oleh keadaan testis dan usia lanjut.

C. Patofisiologi
Hiperplasiprostatadalahpertumbuhannodul-nodulfibroadenomatosa majemuk dalam
prostat, pertumbuhan tersebut dimulaidari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas
dan tumbuhdengan menekan kelenjar normal yang tersisa.Jaringan hiperplastikterutama
terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yangjumlahnya berbeda-beda.
Proses pembesaran prostat terjadi secaraperlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran
kemih juga terjadisecara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaranprostat,
resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat,serta otot destrusor menebal dan
merenggang sehingga timbul sakulasiatau divertikel. Fase penebalan destrusor disebut fase
kompensasi,keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalamidekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi/terjadidekompensasi
sehingga terjadi retensi urin. Pasien tidak bisamengosongkan vesika urinaria dengan
sempurna, maka akan terjadi statisurin. Urin yang statis akan menjadi alkalin dan media yang
baik untukpertumbuhan bakteri ( Baradero, dkk 2007).
Obstruksi urin yang berkembang secara perlahan-lahan dapatmengakibatkan aliran urin
tidak deras dan sesudah berkemih masih adaurin yang menetes, kencing terputus-putus
(intermiten), dengan adanyaobstruksi maka pasien mengalami kesulitan untuk memulai
berkemih(hesitansi). Gejala iritasi juga menyertai obstruksi urin. Vesikaurinarianya
mengalami iritasi dari urin yang tertahan didalamnyasehingga pasien merasa bahwa vesika
urinarianya tidak menjadi kosongsetelah berkemih yang mengakibatkan interval disetiap
berkemih lebihpendek (nokturia dan frekuensi), dengan adanya gejala iritasi
pasienmengalami perasaan ingin berkemih yang mendesak/ urgensi dan nyerisaat berkemih
/disuria ( Purnomo, 2011).
Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter danobstruksi, akan terjadi
nkontinensia paradoks. Retensi kronikmenyebabkan refluk vesiko ureter, hidroureter,
hidronefrosis dan gagalginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada
waktumiksi penderita harus mengejan sehingga lama kelamaan menyebabkanhernia atau
hemoroid.Karena selalu terdapat sisa urin, dapatmenyebabkan terbentuknya batu endapan
didalam kandung kemih.Batuini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan
hematuria.Batutersebut dapat juga menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluk
akanmengakibatkan pielonefritis (Sjamsuhidajat dan De jong, 2005).

D. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang terkena BPH adalah :
1. Kurangnya olahraga
2. Obesitas
3. Menderita penyakit jantung
4. Menderita DM
5. Faktor penuaan
6. Efek samping obat-obatan penghambat beta
7. Keturunan

E. Manifestasi klinik
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemihmaupun keluhan
diluar saluran kemih. Menurut Purnomo (2011) dan tandadan gejala dari BPH yaitu : keluhan
pada saluran kemih bagian bawah,gejala pada saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar
saluran kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
a) Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin (urin tertahandikandung kemih
sehingga urin tidak bisa keluar), hesitansi(sulit memulai miksi), pancaran
miksi lemah, Intermiten(kencing terputus-putus), dan miksi tidak puas
(menetes setelahmiksi).
b) Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi
yang sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi).
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat hiperplasi prostat pada sluran kemih bagianatas berupa
adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang,benjolan dipinggang (merupakan
tanda dari hidronefrosis), ataudemam yang merupakan tanda infeksi atau urosepsis.
3. Gejala diluar saluran kemih
Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering mengikuti penyakit hipertropi
prostat.Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal (Sjamsuhidayat,
2004).
Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai
gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:
• Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih.
• Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis (Hidayat, 2009).
Gejala BPH dibagi menjadi 2 yaitu gejala Iritatif dan gejala Obstruktif.
Gejala Iritatif Gejala obstruktif

Sering berkemih Melemahnya pancaran urine


Keinginan berkemih yang mendesak Kencing terputus-putus
Terbangun dimalam hari untuk Rasa tidak puas setelah berkemih
berkemih Harus mengedan
Nyeri pada saat berkemih Retensi urine
Inkontinensia
F. Diagnosis
Diagnosis BPH dapat ditegakkan berdasarkan atas pemeriksaan awal dan berbagai
pemeriksaan tambahan. Bila terdapat masalah berkemih maka Anamnese, Pemeriksaan Fisik
(DRE= Digital Rectal Examination), Pemeriksaan Laboratorium (PSA=Prostate-specific
antigen) dan terkadang Biopsi dan Ultrasonografi (TRUS = TransRectal UltraSonography
ataupun TAUS= TransAbdominal UltraSonography) digunakan untuk menemukan jenis
kelainan dari prostat (BPH, kanker prostat atau prostatitis).

G. Tujuan Terapi
Tujuan terapi adalah untuk mengontrol gejala, mencegah perkembangan komplikasi,
dan menunda kebutuhan untuk intervensi operasi. Terapi BPH diarahkan pada penghilangan
manifestasi penyakit yang mengganggu pasien dan pencegahan terjadinya komplikasi serius.

H. Terapi
1. Terapi farmakologi
Pilihan manajemen untuk BPH mencakup pemeriksaan rutin (watchful waiting),
terapi obat, atau intervensi pembedahan (surgical intervention).

Tabel 1. Kategori Keparahan Penyakit Benign Prostatic HyperplasiaBerdasarkan Gejala dan


Tanda
Keparahan Penyakit Kekhasan Gejala dan Tanda
Ringan Asimtomatik
Kecepatan urinari puncak < 10 mL/s
Volume urine residual setelah pengosongan > 25-50 mL
Peningkatan BUN dan kreatinin serum
Sedang Semua tanda di atas ditambah obstruktif penghilangan
gejala dan iritatif penghilangan gejala (tanda dari
detrusor yang tidak stabil)
Parah Semua yang di atas ditambah satu atau lebih komplikasi
BPH
I. Algoritma terapi
1) α-Adrenergic Antagonist
a) α -adrenergik antagonismengendurkanotot polosdileherprostatdan kandung kemih,
meningkatkanlaju aliranurindari2 sampai 3mL/ detikdalam 60% sampai 70%
daripasiendan mengurangivolumeurinPVR.
b) α1-adrenergikantagonistidakmengurangi volumeprostatdantingkatPSA.
c) Prazosin, terazosin, doxazosin, danalfuzosinadalahgenerasi keduaantagonisα1-
adrenergik. Golongan ini mengantagonisα1-adrenergik reseptorpembuluh darah
periferselain yangdi prostat. Efek sampingtermasuksinkopdosis pertama,
hipotensiortostatik, dan pusing. Alfuzosin kurang cenderung menyebabkan efek
samping kardiovaskular dari agengenerasi kedua lainnya.
d) Titrasi perlahan untuk dosis pemeliharaan pada waktu tidur untuk meminimalkan
hipotensi ortostatik dan sinkop dosis pertama dengan formulasi pelepasan-segera dari
terazosin dan doxazosin. Jadwal titrasi sampel untuk terazosin meliputi:

e) Tamsulosin dan Silodosin, generasi ketiga antagonisα1-adrenergik, yang selektif


untuk prostatα1A-reseptor. Oleh karena itu, tidak menyebabkan relaksasi otot polos
pada pembuluh darah perifer dan hipotensi terkait.
f) Tamsulosin adalah pilihan yang baik untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi
hipotensi; memiliki penyakit beratarteri koroner, penurunan volume, aritmia jantung,
Orthostasisberat, atau gagal hati; atau akibat dari beberapa antihipertensi. Tamsulosin
juga cocok untuk pasien yang ingin menghindari penundaandosis titrasi.
g) Interaksi obatyang potensial termasuk penurunan metabolismeantagonisα1-
adrenergik denganinhibitor CYP3A4 (misalnya, cimetidine dandiltiazem) dan
peningkatan katabolisme antagonis α1-adrenergik dengan penggunaan bersamaan
daristimulator CYP3A4 (misalnya, carbamazepine danfenitoin).
h) Mengurangi dosis Silodosinpada pasien dengan gangguan ginjal sedang atau
disfungsi hati.
2) 5α Reductase Inhibitors
a) 5α-reduktase inhibitor mengganggu efek stimulasi dari testosteron. Agen ini
memperlambat perkembangan penyakit dan mengurangi risiko komplikasi.
b) Dibandingkan dengan antagonisα1-adrenergik, kerugian dari 5α-reductase inhibitors
adalah bilaselama6 bulan digunakan secara maksimal akanmengecilkan prostat,
cenderung menginduksi peningkatan objektif dan disfungsi seksual lebih.
c) Dutasteride menghambat jenis I dan II5α-reduktase, sedangkan finasteride
menghambat hanya tipe II. Dutasteride lebih cepatdalam menekan DHT
intraprostatic(vs 80% -90% untuk finasteride) dan mengurangi serum DHT
hingga90% (vs 70%).
d) 5α-reduktase inhibitor mungkin lebih disukai oleh pasien dengan aritmia tidak
terkontrol, angina kurang terkontrol, menggunakan beberapaanti hipertensi, atau
tidak dapat mentoleransiefek hipotensiantagonisα1-adrenergik.
e) MengukurPSApada awal danlagi setelah6bulan terapi. JikaPSAtidak menurunsebesar
50% setelah 6bulan terapipada pasiencompliant, mengevaluasipasienuntuk
kankerprostat.
f) 5α-reduktase inhibitorpada kategori X untuk kehamilan menurut FDAdan karena
itukontraindikasipada wanita hamil. Wanita hamildan berpotensihamiltidakharus
memegangtabletataumemiliki kontakdengan air manidaripria yang
mengkonsumsiinhibitor5α-reduktase.
3) Phosphodiesterase Inhibitors
a) Peningkatansiklik GMP denganinhibitorphosphodiesterase(PI) dapat
mengendurkanotot polosdiprostatdanleher kandung kemih.
Efektivitasnyamungkinakibat darirelaksasilangsungdariototdetrusorkandung kemih.
b) Tadalafil5mgseharimeningkatkangejala berkemihtetapitidak meningkatkanlaju aliran
urinataumengurangiPVRvolume urine. Terapi kombinasidenganantagonis α-
adrenergik menghasilkanpeningkatan yang signifikandalam gejalasaluran kemih
bawah, peningkatanlaju aliranurin, dan penurunan volumePVR.

4) Anticholinergic Agents
a) Penambahanoxybutynindantolterodinuntukantagonis a-adrenergik mengurangigejala
gangguanberkemihtermasukfrekuensi kencing, urgensi, dannokturia. Mulailah
dengandosisefektif terendahuntuk menentukantoleransiefek sampingCNSdanmulut
kering. Mengukurvolume urinPVRsebelummemulai pengobatan(harus kurang dari
250ml).
b) Jikaefek
sampingantikolinergiksistemikkurangditoleransi,pertimbangkantransdermalatauexten
ded – releaseformulasiatau agenuroselective(misalnya, darifenacindansolifenacin).
2. Terapi kombiasi

1. α-Adrenergic Antagonist + 5 α-reductase inhibitor


Terapi kombinasi α-Adrenergic Antagonist (alfuzosin, doksazosin, tamsulosin)
dan 5 α-reductase inhibitor (dutasteride atau finasteride) bertujuan untuk mendapatkan
efek sinergis dengan menggabungkan manfaat yang berbeda dari kedua golongan obat
tersebut sehingga meningkatkan efektivitas dalam memperbaiki gejala dan mecegah
perkembangan penyakit.
Waktu yang diperlukan oleh α-Adrenergic Antagonist untuk memberikan efek
klinis adalah beberapa sedangkan 5α-reductase inhibitor membutuhkan beberapa bulan
untuk menunjukkan perubahan klinis yang signifikan. Data saa ini menunjukkan terapi
kombinasi memberikan hasil yang lebih baik dibanidngkan monoterapi dalam resiko
terjadinya retensi urine akut dan kemungkinan diperlukan terapi bedah. Akan tetapi,
terapi kombinasi juga dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping.
Terapi kombinasi ini diberikan kepada orang dengan keluhan LUTS sedang-berat
dan mempunyai resiko progresi (volume prostat besar), PSA yang tinggi (>1,3 µg/dl),
dan usia lanjut). Kombinasi ini hanya direkomendasikan apabila direncanakan
pengobatan jangka panjang (>1 tahun).
2. α-Adrenergic Antagonist + antagonis reseptor muskarinik
Terapi kombinasi α-Adrenergic Antagonist dengan antagonis reseptor
muskarinik bertujuan untuk memblok α1-adrenoceptor dan cholinoreceptors
muskarinik (M2 dan M3) pada saluran kemih bawah.Terapi kombinasi ini dapat
mengurangi frekuensi berkemih, nokturia, urgensi, episode inkontinensia, skor IPPS
dan memperbaiki kualitas hidup dibandingkan dengan α-Adrenergic Antagonist atau
plasebo saja. Pada pasien yang tetap mengalami LUTS setelah pemberian monoterapi
α-Adrenergic Antagonistakan mengalami penurunan keluhan LUTS secara bermakna
dengan pemberian anti muskarinik, terutama bila ditemui overaktivitas detrusor
(detrusor overactivity).
Efek samping dari kedua golongan obat kombinasi yaitu α-Adrenergic
Antagonist dengan antagonis reseptor muskarinik telah dilaporkan lebih tinggi
dibandingkan monoterapi.Pemeriksaan residu urine harus dilakukan selama pemberian
terapi ini.

3. Terapi Non Farmakologi


1) Intervensi pembedahan (Surgical Intervention)
a. “Standard gold” untuk terapi pasien dengan gejala BPH sedang atau parah
dan untuk semua pasien dengan komplikasi BPH dilakukan prostatetomi
juga secara transuretra atau suprapubically.
b. Prostatetomi tidak efektif untuk penghilangan gejala BPH iritatif. Pasien
ini mungkin memberikan respon terhadap senyawa antikolinergik oral
seperti oksibutinin atau L-hiosiamin
2) Minum air putih minimal 8 gelas per hari
3) Rajin berolahraga
4) Pola makan teratur
5) Membersihkan alat kelamin
6) Menghindari alkohol
7) Jangan menunda berkemih
J. Evalusi Hasil Terapeutik
1. Hasil terapi utama terapi BPH adalah memulihkan aliran kemih yang
memadai tanpa menyebabkan efek samping.
2. Hasil tergantung pada persepsi pasien dari efektivitas dan penerimaan
terapi. American Urological Association Gejala Score merupakan instrumen
standar divalidasi yang dapat digunakan untuk menilai kualitas hidup pasien.
3. Ukuran obyektif mengosongkan kandung kemih (misalnya, laju aliran urin
dan PVR volume urin) langkah-langkah berguna pada pasien
mempertimbangkan operasi.
4. Monitoring hasil pemeriksaan laboratorium (misalnya, nitrogen urea darah,
kreatinin, dan PSA) dan urine secara teratur. Pemeriksaan rektal tahunan
digital dianjurkan jika harapan hidup setidaknya 10 tahun.
BAB III
STUDI KASUS
A. KASUS
Tuan Ij lelaki berusia 68 tahun, dirawat dirumah sakit karena menderita
gagguan ginjal, dan ternyata gangguan buang air kemih, setelah diperiksa ternyata
dokter menemukan perbeasran prostat. Menurut kelurga pasien, pasien tidak pernah
mengeluhkan gangguan berkemih selama ini tetapi memang setiap berkemih pasien
merasa sangat kesakitan. Dokter memberikan foley catheter dan menampung urin
pasien volume 1500 ml dan berwarna kemerahan.

Pertanyaan
Laukan analisa problem penggobatan menggunakan metode SOAP, FARM, atau
PAM

Kasus data RM
Nama pasien : Tn Ij BB/TB : 72/162
Umur : 68 thn
Alamat : jalan sadewa raya 753 solo
Sex : laki-laki
Pendidikan : s1
Pekerjaan : swasta
Status perkawinan : menikah
Tgl MRS : 11-12-2016
Tgl KRS : 15-12-2016
Progress note
keluhan Tanggal
11-12-2016 13-12-2016
Nyeri √ √
Demam √ √
Pemeriksaan
Pemeriksaan Satuan Tanggal
11/12 13/12
TD mmHg 140/90 140/90
nadi x/ menit 118 120
RR x/menit 98 100
o
T C 40 40

Data labortorium
Parameter Nilai normal Tanggal pemeriksaan Ket
11/12 13/12
leukocyte 3500-10000 8850 9550 Normal
Hb 11.0-16,5% 11 12 Normal
Hematocrite 35,0-50,0% 35 40 Normal
Thombocytes 150000-390000 201.000 211.000 Normal
Glucose 60-110 mg/dl 90 100 Normal
Random
Ureum/BUN 10-50 mg/dl 60 72 Tinggi
Creatinine 0.7-1.5 mg/dl 4,91 5,21 Tinggi
SGOT 11-41 U/I 78 88 Tinggi
SGPT 10-41 U/I 76 87 Tinggi
Albumin 3.5-5.0 g/dl 2,8 2,8 Rendah
Na 135-145 138 140 Normal
mmol/l
Potassium/K 3.5-5.0 4.o0 4.1 Normal
Chlorida/Cl 98-106 mmol/l 100 98 Normal
p.H 7.35-7.45 7.38 7,38 normal
p.CO2 35-45 37.0 42.0 Normal
p.O2 80-100 87 88 Normal
HCO3 21-28 23 24 Normal
O2 saturate >95% 98,9 90 Normal
Base excess (-)3-(+)3 (-)1 (-)1 Normal

Pengobatan
No Nama obat Dosis Rute Tanggal
11/12
1 Prazosin 500 mg Oral √
2 Cetriaxone 500 mg Oral √
3 Paracetamol 500 mg Oral √
4 Infus RL IV √

5 Simetidin IV √
B. FORM DATA BASE PASIEN

ANALISIS PENGGUNAAN OBAT

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. IJ No RekMedik :-
Umur : 68 tahun Dokter yg merawat :-
Sex : laki-laki Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Sadewa raya753 Solo Riwayat masuk RS :-
Status pernikahan : Menikah Pekerjaan : Swasta
Riwayat penyakit terdahulu :-

RIWAYAT SOSIAL
Kegiatan Keterangan
Pola makan/diet
- Vegetarian
Tidak
Merokok
Tidak
Meminum Alkohol
Tidak
Meminum Obat herbal
Tidak

Riwayat Alergi : -
Diagnosa : BPH
SUBYEKTIF
dirawat dirumah sakit karena menderita gagguan ginjal, setiap berkemih
pasien merasa sangat kesakitan.
OBYEKTIF
Tanggal
Tanda vital Nilai normal Keterangan
11/12 13/12
TD 120/80 mmHg 140/90 140/90 Tinggi
nadi 80 x/ menit 118 120 Tinggi
RR < 30% x/menit 98 100 Tinggi
T 37,25oC 40 40 Tinggi

Data Laboratorium :
Tanggal pemeriksaan
Parameter Nilai normal Ket
11/12 13/12
leukocyte 3500-10000 8850 9550 Normal
Hb 11.0-16,5% 11 12 Normal
Hematocrite 35,0-50,0% 35 40 Normal
Thombocytes 150000-390000 201.000 211.000 Normal
Glucose Normal
60-110 mg/dl 90 100
Random
Ureum/BUN 10-50 mg/dl 60 72 Tinggi

Creatinine 0.7-1.5 mg/dl 4,91 5,21 Tinggi

SGOT 11-41 U/I 78 88 Tinggi

SGPT 10-41 U/I 76 87 Tinggi

Albumin 3.5-5.0 g/dl 2,8 2,8 Rendah


135-145 Normal
Na 138 140
mmol/l
Potassium/K 3.5-5.0 4.o0 4.1 Normal

Chlorida/Cl 98-106 mmol/l 100 98 Normal

p.H 7.35-7.45 7.38 7,38 normal

p.CO2 35-45 37.0 42.0 Normal

p.O2 80-100 87 88 Normal

HCO3 21-28 23 24 Normal

O2 saturate >95% 98,9 90 Normal

Base excess (-)3-(+)3 (-)1 (-)1 Normal


OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI
No. Nama obat Indikasi Dosis R.P Interaksi ESO Outcome Terapi
 Insulin, hipoglikemik oral
: menurunkan eek
hipoglikemik.
Untuk mengobati tekanan  Diuretic yang mendepresi
Menurunkan TD,
darah tinggi dan BPH 500 kalium : meningkatkan Hipotensi prostural, sakit
1. Prazozin Oral mencegah
(Benign prostatick mg resiko hypokalemia kepala, nyeri dada.
pembesaran prostat
Hyperplasia)  Antikoagulansia oral :
meningkatkan atau
menurunkan waktu
protombin.
Diare berair atau
Mengobati berbagai berdarah, demam,
bentuk infeksi,bakteri, mengigil, ruam atau
2. seperti infeksi pneumonia, 500 gatal, sariawan,
Ceftriaxone oral - Terapi infeksi
sepsis, meningitis, mg perdarahan yang tidak
infeksikulit, ghonore atau biasa kulit pucat, kejang-
kencing nanah. kejang, mual, muntah,
berkeringat.
 Etanol: Reaksi hipersensitifitas,
Menghilangkan nyeri meningkatkan resiko penggunaan jangka lama
500 hepatotoksisitas Demam dan nyeri
3. Paracetamol ringan sampai sedang, Oral dan dosis besar dapat
mg  Hydantoins, sulfinpyrazone: berkurang
menurunkan demam. menyebabkan kerusakan
Dapat menurunkan efek hati.
terapi dari APAP,
penggunaan bersama jangka
panjang dapat
meningkatkan resiko
hepatotoksisitas.
15tete Nyeri dada, penurunan
Pengganti cairan sebagai Cairan elektrolit
4. Infus RL s/men IV tekanan darah, ruam,
sumber elektrolit dan air seimbang
it gatal.
Diare,sakit kepala, lelah,
Menurunkan absorpsi lesuh,kemerahan, rasa
Ulcer lambung, GERD, mual,
300 ketokonazol. Meningkatkan
hemoragik karena stress
5. Simetidin mg 6- IV kadar fenitoin, teofilin, Hipersensitif agranulosit, Nyeri lambung
ulcer, dispepsia non ulcer,
8 jam lidokain, dan oral leukopenia,
sindrome zolinger-ellison,
antikoagulan. trombositopenia,
halusinasi, depresi.
ASSESMENT
Problem
Subyektif Obyektif Terapi Analisis DRP
Medik

Pembesaran Pemakaian prasozin


prostat, sudah tepat sesuai
BPH pemakaian - guideline,
kateter untuk
Prazozin500 Prazosin sebagai
BAK
mg antihipertensi pada
pasien dengan BPH overdosis
diberikan 0,5 mg bid
Hipertensi - TD 140/90 dan maintenence ≤2 mg
bid

Keluhan pasien sakit


saat berkemih yang
disebabkan karena
Infeksi - - Ceftriaxone Terapi tanpa ndikasi
perbesaran prostat
bukan karena infeksi
bakteri

Pengobatan sudah tepat,


Demam dan Suhu badan: Parasetamol namun belum mencapai
Nyeri -
nyeri 400C 3x1 efek yang optimal
sehingga pengobatan
perlu dilanjutkan

Mual di sini
kemungkinan
disebabkan karena nilai
Gangguan
kreatinin dan BUN yang
asam Mual - simetidin -
tinggi sehingga
lambung
pemberian Ranitidin
tetap dilanjutkan untuk
mengurangi mualnya.
Merupakan salah satu
BUN dan komplikasi dari BPH
Creatinin ditandai dengan nilai
Gangguan
- meningkat, - kreatinin dan BUN Untreted Indication
fungsi ginjal
albumin pasien yang meningkat
menurun serta nilai albumin yang
menurun.
Nilai SGOT dan SGPT
SGOT dan pasien mengalami
Gangguan
- SGPT - penurunan Untrested Indication
fungsi hati
menurun kemungkinan adanya
gangguan fungsi hati.
C. CARE PLAN
1. Terapi Farmakologi
a) Berdasarkan keadaan pasien yang menggunakan kateter untuk BAK (BPH severe)
direkomendasikanuntuk Prostatektomi yang merupakan gold standar pada pasien
BPH sedang-berat dan untuk semua pasien yang mengalami komplikasi.
b) Untuk ngatasi pendarahan diberikan asam traneksamat 25 mg/kg 2-3 kali sehari
c) Untuk mengatasi demam dan nyeri yang nilai SGOT, SGPT pasien tinggi,
disarankan menggunakan sistenol yang berisi parasetamol kombinasi asetisestein
untuk sebagai antidot parasetamol.
d) Antibiotik Ceftriaxon digunakan untuk profilaksis infeksi dimana akan
menyebabkan BPH bertambah parah oleh kemungkinan disebabkan oleh adanya
penumpukan bakteri di dalam saluran kencing sehingga perlu pemberian antibiotik.
Antibiotik Ceftriaxon tetap diberikan untuk terapi. Rute pemberian antibiotik
ceftriaxone peroral sebaiknya diganti dengan rute secara intravena (IV) karena
ceftriaxone hanya dapat diberikan secara injeksi atau infus. Pemberian ceftriaxone
menyebabkan peningkatan SGOT dan SGPT,
e) Pemberian simetidin tetap dilanjutkan untuk mengatasi mual pada pasien. Mual
pada pasien ini kemungkinan disebabkan karena kadar ureum dan kreatinin yang
tinggi.Apabila sudah tidak mual maka dapat dihentikan
f) Dari data lab albumin pasien mengalami penurunan serta BUN dan kreatinin pasien
mengalami peningkatan yang kemungkinan adanya kerusakan atau gangguan organ
ginjal pasien. Untuk itu perlu diterapi dengan infus albumin 20% agar kadar
albumin pasien kembali normal.
g) Dari data lab terbaca SGOT dan SGPT pasien mengalami penurunan. Artinya
terjadi gangguan pada organ hati pasien. Untuk mengobati dan melindungi organ
hati diberikan HP pro 3x sehari 1 kapsul.
2. MONITORING
a) Evaluasi kadar BUN dan kreatinin pasien secara rutin karena dapat berpengaruh pada fungsi
ginjal.
b) Monitoring laju aliran urin dan volume urin dari pasien
c) Monitoring kadar hemoglobin pasien.
d) Monitoring adanya infeksi pasca operasi
e) Monitoring kadar SGOT, SGPT dan albumin pasien, karena penggunaan ceftriaxone dapat
meningkatkan kadar SGOT dan SGPT.
f) Monitoring tekanan darah dan denyut nadi pasien karena penggunaan Prazosin dapat
menyebabkan efek samping hipotensi ortotastik.
g) Monitoring laju pernapasan dan suhu tubuh pasien
h) Monitoring urinalisis untuk mengetahui adanya leukosituria dan hematuria, jika ada maka
terjadi komplikasi seperti ISK.

3. Terapi Non Farmakologi


a) Menerapkan pola makan yang sehat dan teratur.
b) Menghindari alcohol dan merokok
c) Jangan menunda berkemih.
d) Memperbanyak minum air putih, minimal 8 gelas/hari untuk mencegah terjadinya infeksi
bakteri pada saluran kemih.

4. KIE
a) Memberikan informasi tentang obat yang digunakan, aturan pakai, dan cara penggunaannya
dengan baik.
b) Memberikan informasi tentang interaksi obat dan efek samping obat yang mungkin terjadi
pada saat pengobatan.
c) Memberikan edukasi kepada pasien atau keluarga pasien mengenai faktor resiko BPH.
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro et al. 2014.Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Ninth Edition. The McGraw-Hill


Companies: USA

Drug Information Handbook 17th Edition. 2009. Apha: Amerika.


Giatrininggar, Esti. 2013. Continuous Bladder Irrigation (CBI) Pada Klien Benigna Prostate
Hyperplasia (BPH) Post Transurethral Resection Prostate (TURP) Di Ruang Anggrek Tengah
Kanan RSUP Persahabatan. FIK Universitas Indonesia
Hasbullah, Bakri. 2009. Angka Kejadian Komplikasi Lambat Pascaoperasi Prostatektomi
Transvesikal dan Reseksi Transuretral pada Pasien Pembesaran Prostat Jinak.Jurnal
Biomedika Volume 1.
Sukandar, dkk. 2008. ISO FARMAKOTERAPI JILID 2. PT. ISFI : Jakarta
Tatro, David. S. 2003. A to Z Drug Facts. Facts and Comparisons

Anda mungkin juga menyukai