Kartina Dahri
Mirwahati Helni C
Rico Muzaqi Akbar
Siti Nurjanah Binti Rais
Vita Amelia
Widya Sri Astuti Zuliyanto
Kelas: 3 C Transfer
PROGRAM S1 TRANSFER
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
Bencana tentang “Pengelolaan Kegawatdaruratan Bencana” sesuai waktu yang telah
ditentukan. Shalawat serta salam tetap tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, beserta sahabat dan para pengikutnya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang
telah diberikan oleh berbagai pihak, baik moril maupun materil dalam proses pembuatan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran ataupun kritik yang membangun, sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Kelompok 3
A. Pengelolaan Kegawatdaruratan Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia, sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Penanggulangan bencana terutama pada saat tanggap darurat harus ada satu
kesatuan perintah (unity of command) dari seseorang kepada orang lain yang
bertanggung jawab kepadanya, sehingga dilaksanakan jelas dan tidak
membingungkan (Rowland, 2004).
Struktur organisasi pos komando tanggap darurat terdiri atas Komandan yang
dibantu oleh staf komando dan staf umum, secara lengkap terdiri dari:
a. Komandan Tanggap Darurat Bencana
b. Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana
c. Staf Komando:
1) Sekretariat
2) Hubungan Masyarakat
3) Keselamatan dan Keamanan
4) Perwakilan instansi/lembaga
d. Staf Umum:
1) Bidang Operasi
2) Bidang Perencanaan
3) Bidang Logistik, Peralatan, dan Pengelolaan Bantuan
4) Bidang Administrasi Keuangan
2. Control / Kontrol
Pengendalian adalah fungsi mengarahkan dan dilakukan pada suatu situasi
yang menyangkut lintas organisasi.
3. Coordination / Koordinasi
Koordinasi adalah kegiatan memadukan peran dan fungsi sektor-sektor yang
terkait secara proporsional, sinergis dan saling mendukung dalam
penanganan tanggap darurat bencana.
4. Koordinasi yang baik akan menghasilkan upaya yang terpadu dan terarah
dalam memberdayakan semua potensi yang ada, dengan tujuan:
a. Mencegah duplikasi program.
Masing-masing unit pelaksana terkait memiliki program
penanggulangan bencana sesuai dengan tugas dan fungsi dan
kemampuan yang sebelumnya telah diinventarisasi dan dilaporkan pada
bagian pengurusan database di dinas kesehatan.
b. Menjawab pertanyaan “siapa mengerjakan? Apa? Bagaimana? dan di
mana?” Dalam situasi darurat bencana selalu terjadi kebingungan dalam
siapa yang mengerjakan, apa yang dikerjakan dan bagaimana cara
mengerjakannya.
c. Jaminan skala prioritas. Dengan koordinasi yang baik akan diperoleh
skala prioritas tindakan yang dijamin dapat dilaksanakan oleh semua
pihak.
d. Adanya pelayanan sesuai “standar”. Pelayanan yang diberikan sesuai
dengan standar minimal pelayanan kesehatan. Untuk kepastian standar
diperlukan SOP (Standard Operating Procedure).
e. Tingkat Efektivitas yang tinggi. Tingkat efektivitas adalah terutama
dalam kegiatan penanggulangan bencana. Aspek efisiensi adalah aspek
yang berikutnya karena dalam kasus bencana selalu harus ditanggulangi
dengan biaya tak terduga. Setiap pelaksana penanggulangan bencana,
perlu mengurangi pemborosan tenaga dan waktu dalam melaksanakan
kegiatan.
5. Communication / Komunikasi
Mengkomunikasikan suatu informasi tentang bencana yang berharga kepada
publik merupakan hal yang utama dalam "risk management".
Shaw dan Gupta fokus menyoroti aspek komunikasi, namun sebenarnya ada
implikasi lebih ketika kita menghubungkan antara siklus manajemen komunikasi
dan aspek komunikasi, yaitu dimensi informasi, koordinasi dan kerjasama. Pada
tahap sebelum kejadian bencana maka aspek komunikasi akan mencakup
informasi yang akurat, koordinasi dan aspek kerjasama terutama kepada
masyarakat yang rentan atas peristiwa bencana. Pada tahap kejadian bencana
keempat aspek : komunikasi, informasi, kerjasama dan koordinasi merupakan
kunci sukses penangana bencana, terutama untuk penanganan korban dan
menghindari resiko lebih lanjut. Pada tahap setelah bencana rekonstruksi dan
pemulihan pasca situasi bencana adalah tahap penting untuk membangun kembali
korban bencana dan memastikan untuk mengurangi resiko apabila terjadi
peristiwa serupa dikemudian hari. Dan yang sangat penting adalah mitigasi,
dalam tahapan ini, seluruh potensi komunikasi menjadi penting untuk memastikan
pencegahan dan pengurangan resiko, yang tentu pendekatan yang tepat adalah
konprehensif, sistemik dan terintegrasi antar lembaga, komponen maupun
stakeholder yang ada.
Alat komunikasi: radio, telepon, pusat operasi darurat dan komunikasi internal.
Tugas untuk mengelola komunikasi di lokasi yang mengalami kondisi tidaklah
mudah. Idealnya diharapkan kejadian berlangsung di tempat di mana semua
badan mampu menangkap berbagi frekuensi radio. Pada beberpa kejadian ada
juga yang kehabisan baterai untuk semua radio portabelnya. Polisi, pemadam
kebakaran, EMS, dan instansi pekerjaan umum tidak secara rutin berbicara
dengan satu sama lain, namun pada insiden tertentu kemampuan untuk
menentukan apakah orang tersebut harus ada di lokasi dapat berarti perbedaan
antara hidup dan mati. EOC tidak harus bermarkas di tempat kejadian. Informasi
dapat disampaikan melalui radio, telepon selular, faks, dan pencitraan digital.
Kendaraan personil Komunikasi dapat mengatur perintah komunikasi dan
membantu komandan operasi dengan menetapkan giliran kelompok-kelompok
dalam menggunakan jalur komunikasi. Hal ini dapat meminimalkan chatter
(gangguan) pada sinyal radio.
Sumber Referensi:
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 14 Tahun 2010
Tentang Pedoman Pembentukan Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Dengan
Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana