Anda di halaman 1dari 6

Analisis Pemahaman tentang Penyakit Hernia

di Lingkungan Masyarakat Desa Baturejo


Deni Prasetyo Utomo
Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
deniprasetyo418@student.uns.ac.id

Abstract. Hernia is a disease where the symptoms are poorly understood by most people.
This disease can strike at any age, both children to the elderly. In addition, the lack of
understanding of the community, especially for the Baturejo village area, as well as the
absence of a system used to diagnose hernia, is also a cause of a lack of public desire to check
for symptoms that have been experienced. In solving this problem qualitative methods are
used with descriptive-analytical methods, namely methods of collecting data and information
by interviewing victims of hernia sufferers. In the interview process, present the frequency of
hernia sufferers based on age and occupation. From this, it will be able to compare the
relationship between the causes of hernia and the physiological condition of the sufferer.
Furthermore, the main thing that was discussed was the level of understanding of hernia
related to the education level of the Baturejo village community. The results of observations
about understanding this hernia are to determine how health workers educate the public to
create preventive actions and solutions to the disease.

Keywords: age, work, education, hernia

PENDAHULUAN
Kesehatan adalah hal yang penting dan berharga bagi semua orang, hal itu akan disadari oleh
seseorang ketika dia sedang sakit. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga agar terhindar dari berbagai
macam penyakit yang saat ini sudah banyak jenisnya. Sekarang ini banyak masyarakat yang belum
sadar akan gejala-gejala penyakit yang dialami, masyarakat masih sering menganggap remeh dan
menilai bahwa gejala yang dialami tersebut adalah gejala biasa yang tidak berakibat fatal. Seseorang
sering tidak peduli dengan kesehatan mereka dikarenakan kesibukan yang menyita waktu, sehingga
mereka tidak sempat berkonsultai kesehatan kepada dokter maupun tenaga kesahatan. (Rahmad,
2016)
Penyakit merupakan suatu hal yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia. Hal itu
menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan ketika
tubuh mereka sehat. Perilaku hidup manusia dapat merupakan penyebab timbulnya berbagai macam
penyakit baik di lingkungan masyarakat desa yang masih terbelakang maupun di masyarakat yang
sudah sangat maju dan berkembang.
Mengutip dari jurnal Sunanti Z. Soejoeti (2005), ditinjau dari segi biologis penyakit
merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan
sakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku dari keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan itu
dapat disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia, tetapi juga dapat
disebabkan oleh kelainan emosional dan psikososial individu bersangkutan. Faktor emosional dan
psikososial ini pada dasarnya merupakan akibat dari lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan
adat kebiasaan manusia atau kebudayaan.
Salah satu penyakit yang banyak dialami oleh laki-laki baik usia dewasa maupun lanjut usia
adalah penyakit hernia. Penyakit ini menyerang semua kalangan laki-laki tanpa terkecuali, hal ini
ditambah kurangnya pemahaman setiap lelaki akan hal serta penyebab penyakit tersebut. Selain itu,
kurangnya dokter dan tenaga kesehatan, khususnya di desa Baturejo, serta belum adanya suatu sistem
yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit hernia, juga menjadi penyebab kurangnya keinginan
masyarakat untuk memeriksakan gejala-gejala yang telah dialami.
Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui defek fasia dan
muskuloaponeuretik dinding perut, secara kongenital yang memberi jalan keluar pada setiap alat
tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional
yang tidak menutup atau melebar, akibat tekanan rongga perut yang meninggi. (Kariasa, 2018). Faktor
yang menyebabkan terjadinya hernia dapat berupa akibat dari pekerjaan sehari-hari maupun faktor-
faktor lain yang tidak terduga. Menurut Anida (2018), Faktor resiko yang dapat menjadi etiologi
hernia yaitu peningkatan intra-abdomen (batuk kronis, konstipasi, ascites, angkat beban berat dan
keganasan abdomen) dan kelemahan otot dinding perut (usia tua, kehamilan, prematuritas,
pembedahan insisi yang mengakibatkan hernia insisional, overweight dan obesitas).
Pengetahuan tentang kesehatan sangat penting dalam kehidupan sehari hari untuk mencegah
timbulnya suatu penyakit sehingga perilaku pencegahan sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
masyarakat. Masyarakat desa Baturejo sendiri belum terlalu paham apa akibat dari penyakit hernia
dalam jangka panjang, tenaga kesehatan di desa Baturejo juga cukup kewalahan karena dalam
penyampaian informasi masih menggunakan metode penyampaian secara langsung per individu
untuk memberi pemahaman kepada masyarakat.
Pendidikan kesehatan sangat penting diberikan kepada masyarakat. Pendidikan kesehatan
pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada
masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan dengan adanya pesan tersebut masyarakat,
keluarga atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik
(Notoatmojo, 2003).
Dalam proses pendidikan kesehatan, tenaga kesehatan yang baik harus memiliki kemampuan
komunikasi yang baik pula. Dengan adanya komunikasi yang baik, diharapkan pasien yang ditangani
tersebut dapat mengerti apa saja informasi yang berusaha digali oleh seorang tenaga kesehatan dari
dirinya dan mengetahui apa saja yang ingin disampaikan dalam rangka penyembuhan penyakit yang
diderita oleh pasien.
Kesalahpahaman dalam menggali informasi dari pasien karena komunikasi yang buruk dapat
mengakibatkan kesalahan dalam diagnosis. Hal ini dapat berakibat fatal kedepannya karena
mengakibatkan kesalahan dalam penanganan penyakit pasien, baik terapi maupun obat yang akan
dikonsumsi. Pengobatan yang tidak sesuai ataupun kesalahan konsumsi obat tidak hanya dapat
memperburuk kondisi penyakit pasien tetapi juga dapat menimbulkan penyakit yang baru. Begitu juga
apabila terjadi kesalahpahaman pada saat edukasi, ketika tenaga kesehatan sudah memberi edukasi
yang sesuai terkait penyakit yang diderita pasien, akan tetapi pasien tidak paham, maka dapat
memperburuk kondisi pasien.

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan deskriptif-analitis. Data
diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dengan narasumber. Peneliti melakukan analisis data,
mencari hubungan, membandingkan, dan menemukan pola dari data yang telah didapat. Hasil analisis
data berupa pemaparan situasi yang telah diteliti dalam bentuk uraian naratif. Penelitian ini sifatnya
induktif dan mengutamakan makna daripada generalisasi. (Asmani, 2011)
Menurut Miles dan Huberman (1994), analisis isi adalah suatu teknik yang sistematik untuk
menganalisis makna pesan dan cara mengungkapkan pesan. Langkah yang dilakukan dalam penelitian
ini menggunakan interactive model yang satu sama lain saling berikatan yaitu dengan pengumpulan
data, penyederhanaan atau reduksi data, penyajian data, dan penarikan, serta pengujian atau verifikasi
kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

 Hasil
Dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan kepada masyarakat desa Baturejo,
didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penderita Hernia


Berdasarkan Umur di desa Baturejo Tahun 2019
Persentas
No Umur Frekuensi e
1 16-25 1 5%
2 26-35 3 15%
3 36-45 5 25%
4 46-55 9 45%
5 56-65 2 10%
Total 20 100%

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden usia yang paling banyak menderita hernia yaitu: usia
46-55 berjumlah 9 orang (45%), sedangkan yang terendah yaitu 16-25 berjumlah 1 orang (5%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penderita Hernia


Berdasarkan Pekerjaan di desa Baturejo Tahun 2019
Persentas
No Pekerjaan Frekuensi e
1 Wirausaha 4 20%
Pegawai
2 Negeri 4 20%
3 Buruh 10 50%
Pegawai
4 Swasta 2 10%
Total 20 100%

Tabel 2 menunjukkan bahwa responden pekerjaan yang paling banyak menderita hernia yaitu:
buruh berjumlah 10 orang (50%), sedangkan yang terendah yaitu pegawai swasta berjumlah 2 orang
(10%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pemahaman Penyakit Hernia di desa Baturejo Tahun 2019
Persentas
No Pemahaman Frekuensi e
1 Tidak Paham 14 70%
Cukup
2 Paham 4 20%
3 Paham 2 10%
Total 20 100%

Tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas penderita hernia belum paham tentang penyakit
hernia yaitu hanya sebesar 10 % saja yang paham dari total penderita.
 Pembahasan
1. Hubungan Umur dan Pekerjaan dengan Faktor Penyebab Hernia
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, umur dan pekerjaan merupakan
beberapa faktor yang menunjang seseorang terkena penyakit hernia. Dalam hal umur
tentunya sangat berpengaruh, karena semakin tua usia seseorang akan semakin
berkurangnya tingkat fungsi organ-organ yang ada di dalam tubuhnya. Khususnya dalam
penyakit hernia ini yang berkurang ketahanannya adalah bagian otot dinding perut bagian
inguinalis yang telah melemah dikarenakan usia.
Perkerjaan juga menjadi perhatian dalam pengamatan ini, menurut (Kurniawan,
2018) beban kerja fisik dapat mempengaruhi kesehatan seseorang di masa yang akan
datang. Dari pengamatan yang telah dilakukan, pekerjaan dengan intensitas yang lebih
tinggi juga mempunyai kemungkinan lebih besar terkena peyakit hernia. Mayoritas
penderita hernia di desa Baturejo adalah buruh yang merupakan pekerjaan paling berat
diantara pekerjaan lain. Hal itu dapat menyebabkan otot perut bekerja lebih berat, sehingga
penurunan fungsinya terjadi lebih cepat, bahkan umur bisa saja tidak begitu berpengaruh
jika melihat intensitas pekerjaan pada penderita hernia.
Gejala klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Gejala yang
muncul biasanya berupa adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang
dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau periumbilikal berupa
nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk
ke dalam kantong hernia. (Nurul, 2014)

2. Tingkat Pemahaman Penderita Hernia


Pemahaman tentang suatu penyakit tentunya berbeda-beda, tergantung penyakit
yang diderita. Dalam kasus penyakit hernia, penderita banyak yang tidak begitu peduli
dengan apa yang menyebabkan penyakit tersebut. Mereka hanya memeriksakannya ketika
mereka telah menderita penyakit tersebut tanpa ingin mencoba mencegah hal itu terjadi
pada lingkungan sekitarnya.
Tenaga kesehatan di desa Baturejo sendiri cukup kewalahan, karena desa Baturejo
sendiri memiliki tingkat pendidikan yang masih cukup rendah. Masyarakat pedesaan
memang terkenal tidak begitu tertarik dengan pendidikan yang tinggi. Jadi untuk memberi
pemahaman kepada masyarakat desa memang tidaklah mudah, apalagi dengan kebudayaan
yang perlu kita hormati juga.
Untuk mencapai tujuan Indonesia yang sehat sangat diperlukan tenaga, fasilitas,
dan pelayanan kesehatan yang memadai. Satu fasilitas yang ada adalah pelayanan
kesehatan yang di lakukan di Rumah Sakit yang meliputi pencegahan, pengobatan
penyakit, dan promosi kesehatan. (Widodo, 1999)
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menstimulasi atau merangsang
terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan apabila seseoarang mengetahui dan
memahami akibat dari penyakit hernia serta cara mencegah hernia maka akan mempunyai
perilaku kesehatan yang baik dengan harapan dapat menghindari dampak atau menurunkan
resiko kejadian hernia.
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang suatu penyakit disebabkan karena
masyarakat tidak tahu bagaimana harus berperilaku dalam melakukan pencegahan
penyakit tersebut, sebagian orang mengetahui penyakit ini setelah terkena penyakitnya.
Berbeda dengan orang yang sudah tahu, maka mereka tahu perilaku apa yang harus
dilakukan untuk mencegah sejak dini. Untuk itu pengetahuan tentang kesehatan sangat
penting dalam kehidupan sehari hari untuk mencegah timbulnya suatu penyakit sehingga
perilaku pencegahan sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa masyarakat desa Baturejo
memang mayoritas belum begitu paham tentang penyakit hernia yang sekarang ini mulai merebak.
Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Usia yang paling banyak menderita hernia yaitu: usia 46-55 berjumlah 9 orang (45%),
sedangkan yang terendah yaitu 16-25 berjumlah 1 orang (5%).
2. Pekerjaan yang paling banyak menderita hernia yaitu: buruh berjumlah 10 orang (50%),
sedangkan yang terendah yaitu pegawai swasta berjumlah 2 orang (10%).
3. Sebesar 70 % dari total penderita belum paham tentang faktor penyebab hernia.
SARAN
Melihat kondisi masyarakat desa Baturejo saat ini, memang diperlukan edukasi yang lebih
terkait tentang penyakit hernia. Edukasi akan lebih efektif diberikan kepada masyarakat yang
berpendidikan agar tingkat pemahamannya juga lebih baik, kemudian mereka akan membantu tenaga
kesehatan dalam menyampaikan informasi tentang hernia kepada keluarga dan masyarakat lain. Hal
itu akan memiliki efek yang positif, karena tingkat pemahaman tentang faktor penyebab hernia ini
akan terus berkembang dengan sendirinya, serta tenaga kesehatan hanya perlu memberi informasi
tambahan seperti cara pengobatan dan sebagainya bagi penderita hernia.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Asmani, J. M. (2011). Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan (A. Hariyanto,
ed.). Jogjakarta: Diva Press.
Miles, M. B., Huberman, A. M., Huberman, M. A., & Huberman, M. (1994). Qualitative data
analysis: An expanded sourcebook. sage.

Notoadmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit PT
Rineka Cipta.

Jurnal
Evi Dewi Sri Mulyani, & Irna Nur Restianie. (2016). Aplikasi Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa
Penyakit Anak(Balita)Dengan Menggunakan Metode Forward Chaining. Jurnal Informatika,
Manajemen Dan Komputer, 8(2), 24–30.

Kariasa, I. D. G. (2018). Hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit hernia dengan
kejadian hernia di poli bedah rsud wonosari 1,2,3. Mikki, 07(01), 30–37.

Kurniawan, Y. (2018). Hubungan pengetahuan, kelelahan, beban kerja fisik, postur tubuh saat
bekerja, dan sikap penggunaan APD dengan kejadian kecelakaan kerja. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 6.

Soejoeti, S. Z. (2008). Healthy , pain and disease concepts in socio-cultural context. Cermin Dunia
Kedokteran, (149), 49–53.

Pamungkas, Idris. Y. (2008). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap penurunan tingkat kecemasan
pada pasien pre operasi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, (17), 1–3.
TRANSKRIP WAWANCARA
Pertanyaan : Berapa banyak kasus hernia yang terjadi di desa Baturejo dalam setahun
terakhir ?
Tenaga Medis 1 : Saya telah mendapati setidaknya 8 pasien hernia dalam setahun ini.
Tenaga Medis 2 : Saya mendapatkan 12 pasien hernia yang selanjutnya melakukan tindakan
operasi.

Pertanyaan : Dari pasien yang menderita hernia, bisa anda sebutkan data rekam medis
usia yang menderita hernia ?
Tenaga Medis 1 : Usia di bawah 25 tahun ada 1 orang, rentang usia 36-45 tahun 5 orang, dan
46-55 tahun ada 2 orang.
Tenaga Medis 2 : Pasien dengan usia 26-35 tahun ada 3 pasien, usia 46-55 tahun ada 7 pasien,
dan usia 56-65 tahun ada 2 pasien.

Pertanyaan : Apa pekerjaan mayoritas penderita hernia, bisa anda sebutkan secara
spesifiknya ?
Tenaga Medis 1 : Kebanyakan dari orang dengan tingkat pekerjaan yang berat, misalnya
buruh dengan 4 penderita, serta wirausaha 4 orang.
Tenaga Medis 2 : Untuk saya 6 orang buruh, 2 pegawai swasta, dan 4 orang pegawai negeri.

Pertanyaan : Apakah anda menanyakan kepada pasien seberapa paham mereka tentang
penyakit hernia ?
Tenaga Medis 1 : Oh ya tentu, 8 pasien saya semua tidak tahu tentang penyakit hernia.
Tenaga Medis 2 : 6 pasien saya sama sekali belum teredukasi tentang hernia, dan setengahnya
sudah cukup paham, bhkan 2 diantaranya sudah tahu penyebab hernia itu
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai