Macam- macam metode penetapan hukum Islam selain ijma dan qiyas adalah :
1. Maslahah Mursalah
Adalah cara menetapkan hukum yang berdasarkan atas pertimbangan kegunaan dan
manfaatnya. Contohnya : Pencatatan perkawinan dalam surat nikah yang resmi menjadi maslahat
untuk sahnya gugatan dalam perkawinan, nafkah, pembagian harta bersama, waris, dll.
2. Sududz Dzariah
Adalah memutuskan suatu yang mubah makruh atau haram demi kepentingan umat.
Contohnya :
Zina hukumnya haram, maka melibat aurat wanita yang menghantarkan kepada
perbuatan zina juga merupakan haram
Dari berbagai pandangan di atas, bisa dipahami bahwa sadd adz-dzari’ah adalah menetapkan
larangan atas suatu perbuatan tertentu yang pada dasarnya diperbolehkan untuk mencegah
terjadinya perbuatan lain yang dilarang.
3. Istishab
Adalah tindakan dalam menetapkan suatu ketetapan sampai ada alasan yang mengubahnya.
Contohnya :
Telah terjadi perkawinan antara laki-laki A dan perempuan B, kemudian mereka berpisah
dan berada di tempat yang berjauhan selama 15 tahun. Karena telah lama berpisah itu
maka B ingin kawin dengan laki-laki C. Dalam hal ini B belum dapat kawin dengan C
karena ia telah terikat tali perkawinan dengan A dan belum ada perubahan hukum
perkawinan mereka walaupun mereka telah lama berpisah. Berpegang ada hukum yang
telah ditetapkan, yaitu tetap sahnya perkawinan antara A dan B, adalah hukum yang
ditetapkan dengan istishab.
Hak kepemilikan yang sudah tetap dengan adanya akad jual beli sebelumnya, Maka hak
kepemilikan itu tetap sampai sekarang, sampai ada dalil yang menunjukkan adanya
perubahan, hukum suci yang sudah ada sebelumnya, maka tetap menjadi hukum hingga
sekarang, sampai ada dalil yang menunjukkan atas hilangnya hukum suci tersebut, dan
seterusnya.
4. Urf'
1. Fiqh Hanafi
a. Dalam jual beli, seperti standar harga, jual beli rumah yang meliputi bangunanya
dan pohon yang berada di tanahnya, meskipun tidak disebutkan.
b. Bolehnya jual beli buah yang masih dipohon karena ’urf.
c. Bolehnya mengolah lahan pertanian orang lain tanpa izin jika di daerah tersebut
ada kebiasaan bahwa lehan pertanian digarap oleh orang lain, maka pemiliknya
bisa meminta bagian.
d. Bolehnya mudharib mengelola harta shahibul maal dalam segala hal menjadi
kebiasaan para pedagang.
e. Menyewa rumah meskipun tidak dijelaskan tujuan penggunaaannya
2. Fiqh Maliki
a. Bolehnya jual beli barang dengan
menunjukkan sample
terjadi perselisihan
3. Fiqh Syafi’iy
a. Akad istishna
b. Penyewa membiayai kerusakan kecil pada obyek sewa
c. Akad sewa atas alat transportasi
d. Akad sewa atas ternak.
4. Fiqh Hanbali
a. Jual beli mu’athah
b. Jual Beli ‘Urbun
Contohnya :
Di satu masyarakat dalam melakukan jual beli kebutuhan ringan sehari-hari seperti
garam, tomat, dan gula, dengan hanya menerima barang dan menyerahkan harga tanpa
mengucapkan ijab dan qabul.
5. Istihsan
Adalah tindakan dengan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya disebabkan
adanya suatu dalil Syara' yang mengharuskan untuk meninggalkannya.
Contohnya :
Menurut Madzhab Hanafi, sisa minuman burung buas, seperti elang, burung gagak dan
sebagainya adalah suci dan halal diminum.